You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puja dan puji syukur milik Allah
Subhanahu Wataala, Semoga Allah selalu menunjukkan kita pada jalan
kebaikan dan kebenaran. Sholawat serta salam semoga dapat senantiasa
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Shollallohualaihi Wasallam, beserta
keluarga dan sahabatnya, Allahuma Amin. Kami yakin tanpa adanya bantuan
dari berbagai pihak, makalah ini belum dapat terselesaikan. Oleh karena itu,
kami dari kelompok empat mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak
Dr. H.Zulfi Mubaroq M.Agselaku pembimbing mata kuliah Sosiologi Agama,
teman-teman dan semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada
kami.
Makalah Sosiologi Agama yang berjudul Pendekatan dan Metode
Sosiologi Agama ini berisi tentang pembahasan mengenai beberapa macam
pendekatan dan metode-metode untuk menganalisis masalah masyarakat
agama. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Sosiologi Agama dan
perlu kita pahami seluk beluknya oleh para mahasiswa. Setelah membaca
makalah ini di harapkan kita semua bisa mengetahui dan mendalami lebih
lanjut untuk menganalisis beberapa masyarakat agama.
Sosologi adalah suatu kajian ilmiah tentang kehidupan masyarakat
manusia. Ahli sosiologi berusaha mengadakan penelitian yang mendalam
tentang hakikat dan sebab-sebab dari berbagai keteraturan pola pikiran atau
tindakan manusia secara berulang-ulang. Sebagai suatu usaha analisis yang
menggunakan

metode

kajian

ilmiah,

sosiolog

juga

dituntut

untuk

menggunakan pendekatan yang bersifat empiris sebagai persyaratan ilmiah.


Isi global makalah ini adalah tentang pengertian dan macam-macam
metode pendekatan sosiologi agama, serta bagaimana penggunaan metode dan
pendekatan dalam masyarakat-masyarakat yang beragama.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian metode dan pendekatan?
2. Macam-macam metode dan pendekatan?
3. Bagaimana penggunaan metode dan pendekatan dalam sosiologi agama?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian metode dan pendekatan
2. Mengetahui Macam-macam metode dan pendekatan
3. Mengetahui penggunaan metode dan pendekatan dalam sosiologi agama

BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Kebenaran
Ketika ilmu sosial dituntut untuk menjadi sebuah science maka segala
usaha ditujukan pada pencapaian derajat keilmiahan (scientific), seperti yang
telah dicapai oleh ilmu pengetahuan alam. Mula-mula, ilmuwan sosial atau
sosiolog mencoba mengikuti prosedur yang dipergunakan oleh ilmu
pengetahuan alam, untuk mendapatkan sebuah kerangka ilmiah. Auguste de
Comte dan Emile Durkheim adalah contoh orang-orang yang gigih dalam
perjuangan ini.
Sesungguhnya harus dipahami satu persoalan mendasar yang menjadi
ganjalan adalah bahwa objek kedua ilmu tersebut sangat jauh berbeda.
Meskipun manusia mempunyai banyak kesamaan dengan makhluk yang dikaji
dalam ilmu pengetahuan alam, namun mempunyai karakter pembeda yang
sagat signifikan. Manusia adalah makhluk yang berkesadaran, hidup dan
berkembang dalam suatu masyarakat. Kesadaran akan keunikan dan
heterogenitas manusia dan masyarakat, memberikan ruang yang longgar bagi
ilmuwan sosial untuk mengajukan berbagai macam teorinya. Pada akhirnya
memahami manusia tidak ansich

terhadap dirinya sendiri, namun

memerlukan pula pemahaman terhadap masyarakat dan kebudayaannya.


Oleh karena itu, mengikuti prosedur ilmiah seperti ilmu pengetahuan alam,
yaitu generalization merupakan kesalahan besar dalam dunia ilmu-ilmu
sosial.1 Max Weber memperlihatkan upaya-upaya untuk membangun sebuah
ilmu sosial yang mirip dengan fisika dalam hal presisi, lingkup, dan utilitas
akan menemuhi kegagalan-tanpa menyangkal kemampuan kita untuk tiba
pada

generalisasi-generalisasi

dari

sejarah.

Weber

berusaha

untuk

menjembatani jurang antara dua sudut pandang ekstrim yang mewakili tradisitradisi intelektual yang saling bersaing: potivisme ilmu-ilmu alam dan
idealisme serta historisme jerman.2

1Zulfi Mubaraq, Sisiologi Agama, (Malang: UIN Maliki press,2010), 29.

Sosologi adalah suatu kajian ilmiah tentang kehidupan masyarakat manusia.


Ahli sosiologi berusaha mengadakan penelitian yang mendalam tentang
hakikat dan sebab-sebab dari berbagai keteraturan pola pikiran atau tindakan
manusia secara berulang-ulang. Sebagai suatu usaha analisis yang
menggunakan

metode

kajian

ilmiah,

sosiolog

juga

dituntut

untuk

menggunakan pendekatan yang bersifat empiris sebagai persyaratan ilmiah.


Persyaratan ilmiah tersebut dalam upaya untuk mencapai sebuah
kebenaran. Istilah kebenaran sebetulnya memiliki rentang yang sangat luas,
tergantung dari perspektif mana melihatnya. Ada empat kebenaran3, yaitu:
1. Kebenaran Pertama adalah kebenaran metafisik, yang tidak dapat diuji
banar atau tidaknya (justifikasi atau falsifikasi) berdasarkan norma-norma
eksternal, seperti kesesuaian dengan alam, logika deduktif, atau standarstandar perilaku professional. Kebenaran seluruh kebenaran atau basic,
ultimate truth. Oleh karena itu, harus diterima apa adanya (taken for
granted) sebagai sesuatu given. Misalnya, kebenaran iman dan doktrindoktrin absolute agama.
2. Kebenaran Kedua adalah kebenaran etik, yang menunjukkan pada
perangkat standar moral atau professional tentang perilaku yang pantas
dilakukan, termasuk kode etik (code of conduct). Seseorang dikatakan
benar menurut kode etik, nila ia berperilaku sesuai dengan standar perilaku
itu. Sumber kebenaran etik dapat berasal dari kebenara metafisik atau dari
norma-norma sosial budaya suatu lingkup masyarakat atau komunitas
profesi tertentu. Kebenaran ini ada yang mutlak (memenuhi standar etika
universal) dan ada pula yang relative.
3. Kebenaran Ketiga adalah kebenaran logis. Sesuatu dianggap benar apabila
secara logis atau matematis konsisten dan koheren dengan apa yang telah
diakui sebagai sesuatu yang benar atau sesuai dengan apa yang benar
2Dennis Wrong, Max Weber Sebuah Khazanah, (Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2003), 12.
3Zulfi, Mubaraq, Sisiologi Agama, (Malang: UIN Maliki press,2010), 30. Lihat Dadang Supardan,
Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 4546; Lihat Supriadi, Kebenaran Ilmiah, Metode Ilmiah, dan Paradigma Riset Kependidikan
(Bandung: Pascasarjana IKIP Bandung, 1998), 5.

menurut kepercayaan metafisik. Peranan rasio atau logika sangat dominan


dalam kebenaran logis. Meskipun demikian, seperti halnya pada bagian
kebenaran etik, kebenaran ini tidak terlepas dari konsensus orang-orang
yang terlibat di dalamnya. Contohnya aksioma matematik yang
menyatakan bahwa sudut-sudut segitiga sama sisi masing-masing 60 atau
2+2=4.
4. Kebenaran

Keempat

adalah

kebenaran

empirik,

yang

lazimnya

dipercayaan sebagai landasan pekerjaan para ilmuwan dalam melakukan


penelitian. Sesuatu (kepercayaan, asumsi, dalil, hipotesis dan proposisi)
dianggap benar apabila konsisten dengan kenyataan alam, dalam arti
diverifikasi,
dijustifikasi dan (meminjam istilah Popper) tahan terhadap falsifikasi
atau kritik. Dalam hal ini, korespondensi antar teori dan fakta di lapangan,
antara pengetahuan

aprioridengan pengetahuan aposteriori (demikian

Immanuel Kant menyebutnya) menjadi persoalan utama.


Dalam konteks kebenaran ilmiah atau kebenaran empiric yang
melibatkan subjek (manusia,

knower, dan

observer) dengan objek

(fakta,realitas, dan know), terdapat tiga teori utama tentang kebenaran, yaitu4:
1. Teori Korespondensi (Corespondence Theory), teori ini beranggapan
bahwa sebuah pernyataan itu benar jika apa yang diungkapkannya itu
merupakan fakta, dalam arti adanya suatu kenyataan yang interaksional
antara teori dengan realita.5 Motto teori ini adalah truth is fidelity to
objective reality atau kebenaran itu setia atau tunduk pada realitas
objektif.6 Contoh, Jakarta adalah ibu kota Indonesia, dan setelah
dicocokkan dengan realitanya memang Jakarta adalah ibu kota Negara
4Ibid., 31.
5ZulfiMubaraq, Sisiologi Agama, (Malang: UIN Maliki press,2010), 32. Lihat Louis O. Kattsoff,
Pengantar Filsafat, Terjemahan (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1996), 183.

6Zulfi Mubaraq, Sisiologi Agama, (Malang: UIN Maliki press,2010), 32. Lihat Supriadi,
Kebenaran Ilmiah, 7.

Republik Indonesia. Alran teori kebenaran ini berimplikasi bahwa hakikat


pencarian kebenaran ilmiah tidak lain untuk mencari relasi yang konsisten
antara subjek dengan objek, atau antara subjek dengan subjek
(intersubjektifitas), dan antara objek dengan objek berdasarkan perspektif
subjek. Dengan demikian, teori ini kebenaran realisme dan empirisme ini
erat kaitannya dengan kebenaran empirik.
2. Teori Koherensi (Coherence Theory), yang beranggapan bahwa Sesuatu
dianggap benar jika terdapat koherensi atau konsistensi, dalam arti tidak
terjadi kontradiktif pada saat bersamaan, antara dua atu lebih logika. Jadi,
fokus kebenaran dalam teori ini adalah logika yang konsisten dan inheren
memiliki koherensi. Jadi, di sini kebenaran logis mendahului kebenaran
empiris.7Dengan demikian, suatu proporsi cenderung benar jika proporsi
tersebut dalam keadaan saling berhubungan dengan proporsi lain yang
benar, bukan dengan fakta atau realitas. Oleh karena itu, teori ini sejalan
dengan paham idealism yang dikembangkan Hegel, Braley, maupun Ford.
Contohnya, pernyataan orang yang sederhaa, kecil kemungkinan untuk
berprilaku serakah maupun materialistic.
3. Teori Pragmatisme (Pragmatism Theory), yang beranggapan bahwa
kebenaran itu tersimpul pada aspek fungsional secara praktis. Segala
sesuatu yang benar apabila memiliki asa manfaat (utilitarian). Jadi,
kebenaran itu menaruh perhatian dalam praktik. Mereka memandang
hidup manusia itu sebagai sesuatu perjuangan yang berlangsung terusmenerus, yang di dalam terdapat konsekuensi-konsekuensi bersifat praktis.
Kebenaran dikembangkan menjadi pengertian yang dinamis, sambil
berjalan kita membuat kebenaran, karena masalah-masalah yang kita
hadapi bersifat nisbi bagi kita.8

7ZulfiMubaraq, Sisiologi Agama, (Malang: UIN Maliki press,2010), 32. Lihat Kattsoff,
Pengantar Filsafat, 181; Supriadi, Kebenaran Ilmiah, 7.

8Zulfi Mubaraq, Sisiologi Agama, (Malang: UIN Maliki press,2010), 33. Lihat Kattsoff,
Pengantar Filsafat, 130-131.

B. Pengertian Metode dan Pendekatan


Istilah metode, secara etimologis berasal dari bahasa yunani meta
yang berarti sesudah yang kata hodos yang berarti jalan. Dengan
demikian metode berarti langkah-langkah yang diambil menurut urutan
tertentu untuk mencapai pengetahuan yang telah dirancang dan dipakai dalam
proses memperoleh pengetahuan apapun9. Pengertian lain metode ilmiah
ilmiah adalah ialah prosedur yang digunakan oleh ilmuan dalam pencarian
sistematis terhadap pengetahuan baru dan peninjauan kembali terhadap
pengetahuan yang telah ada.10 Sedangkan dalam website wikipedia Metode
ilmiah atau proses ilmiah (bahasa Inggris: scientific method) merupakan
proses

keilmuan untuk

berdasarkan

bukti

memperoleh
fisis.

Ilmuwan

pengetahuan secara

sistematis

melakukan pengamatan serta

membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam.


Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan
melakukaneksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis
tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.11Menurut Kniler, metode ilmiah
adalah struktur rasional dari penyelidikan ilmiah yang hipotesisnya disusun
dan di uji.12Rosenblueth mengatakan metode ilmiah adalah prosedur dan
ukuran yang dipakai oleh para ilmuan dalam penyusunan dan pengembangan
cabang pengetahuan yang khusus.13Sedangkan Titus berpendapat metode
ilmiah ialah proses-proses dan langkah-langkah yang membuat ilmu-ilmu
9ZulfiMubaraq , Sisiologi Agama, (Malang: UIN Maliki press,2010), 36. Lihat Sri Suprapto,
Metode Ilmiah dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat, Filsafat Ilmu sebagai Dasar
Pengembangan Ilmu Pengetahuan (Yogyakarta: Liberty,2003), 128.

10ZulfiMubaraq, Sisiologi Agama, (Malang: UIN Maliki press,2010), 37. Lihat Supardan,
Pengantar Ilmu Sosial, 42. Lihat The World Of Science And Encyclopedia, volume 17, 181.

11http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah (diakses pada 21 September 2013)


12ZulfiMubaraq, Sisiologi Agama, (Malang: UIN Maliki press,2010), 37. Lihat Supardan,
Pengantar Ilmu Sosial, 43. Lihat George F. Kneller, Science as a Human Endeavor (New York:
Columbia University Press, 1978), 118

menghasilkan pengetahuan.14Adapun menurut The Liang Gie, metode


merupakan prosedur yang mewujudkan pola-pola dan tata langkah dalam
melaksanakan suatu penelitian ilmiah.15
Istilah pendekatan secara Etimologi: pendekatan merupakan ancangan,
penghampiran,

(dalam

bukunya

Eko

Endarmoko,

Tesaurus

Bahasa

Indonesia) , menurut kamus umum Bahasa Indonesia, pendekata: hal


(perbuatan, usaha) mendekati atau mendekatkan. Pendekatan atau approach
menurut Vernon van Dyke bahwa suatu pendekatan pada prinsipnya adalah
ukuran-ukuran untuk memlih masalah-masalah dan data-data yang berkaitan
satu sama lain.16 Definisi lain pendekatan atau rancangan ilmiah merupakan
bentuk sistematis yang khusus dari seluruh pemikiran dan telaah reflektif.17
Suatu pendekatan dalam menelaah sesuatu, dapat dilakukan berdasarkan sudut
pandang ataupun tinjauan dari berbagai karakteristik maupun cabang ilmu,
seperti antropologi, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, termasuk
sosiologi. Jika pada cabang ilmu sosiologi maka pola pendekatan yang
digunakan ukuran-ukuran sosiologi untuk menentukan masalah, pertanyaan
penelitian maupun data yang akan ditelaah.
13Zulfi Mubaraq, Sisiologi Agama, (Malang: UIN Maliki press,2010), 37. Lihat Supardan,
Pengantar Ilmu Sosial, 43. Lihat Arturo Rosenblueth, Mind and Brain: A Philosophy of Science
(Canbridge: M.I.T Press, 1970), 1.

14Zulfi Mubaraq, Sisiologi Agama, (Malang: UIN Maliki press,2010), 37. Lihat Supardan,
Pengantar Ilmu Sosial, 43. Lihat Harold H. Titus, Living Issues in Philosophy: An Introductory
Textbook (New York: American Book, 1964), 527.

15ZulfiMubaraq, Sisiologi Agama, (Malang: UIN Maliki press,2010), 37. Lihat The Liang Gie,
Pengantar Filsafat Ilmu (Yogyakarta: Liberty, 1999), 177.

16ZulfiMubaraq, Sisiologi Agama, (Malang: UIN Maliki press,2010), 33. Lihat Supardan,
Pengantar Ilmu Sosial, 41. Lihat Vernon Van Dyke, Polical Science: A Philosophical Analysis
(Pricenton: Van Nostrand, 1965:114).

17ZulfiMubaraq, Sisiologi Agama, (Malang: UIN Maliki press,2010), 33. Lihat Fred N.
Kerlinger, Azaz-azaz Penelitian Behavioral. Terjemahan (Yogyakarta: Gadjahmada University
Press, 2000:18).

C. Macam-Macam Metode dan Pendekatan


1. Macam-Macam Metode
Dalam penelitian sosiologi, menurut Kahmad umumnya digunakan
tiga

bentuk

metode

penelitian,

Deskriftif,

Komperatif,

dan

Eksperimental.18 Sedangkan menurut Supardan, selain itu ada metode lain


yaitun Eksplanatori, Fungsionalisme, Studi Kasus, Surve dan Histori
Komparatif.19
a. Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian tentang dunia
empiris yang terjadi pada masa sekarang. Tujuannya untuk membuat
deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, factual, dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan antar fenomina yang
diselidiki. Menurut Pardan, metode yang digunakan berupa pengajaran
atau pelacakan pengetahuan dan dirancang untuk menemukan apa
yang sedang terjadi, tentang apa, siapa, kapan, dan dimana. Meted ini
dituntut kehati-hatian dalam pengumpulan suatu data atau fakta untuk
mengambarkan beberapa hal yang diuraikan, seperti penggolongan,
praktik, maupun peristiwa yang tercakup didalamnya. Pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan pertanya-pertanyaan yang
disusun melalui angket terhadap responden untuk mengukur pendapat
atau tanggapan public tentang sesuatu yang diteliti.
b. Metode komperatif adalah sejenis metode deskripsi yang ingin mencari
jawaban yang mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis
factor-faktor penyebab terjadinya atau munculnya suatu fenomina.
Jangkauan waktunya adalah masa sekarang. Jika jangkauan waktu
terjadinya pada masa lampau maka penelitian tersebut disebut metode
sejarah.

18ZulfiMubaraq, Sisiologi Agama, (Malang: UIN Maliki press,2010), 37. Lihat Khamad,
Sosiologi Agama, 10.

19ZulfiMubaraq, Sisiologi Agama, (Malang: UIN Maliki press,2010), 38. Lihat Supardan,
Pengantar Ilmu Sosial, 91-93.

c. Metode Eksperimental adalah suatu metode pengujian terhadap suatu


teori yang telah mapan dengan suatu perlakuan baru. Pengujian dari
suatu teori dari ilmuan yang telah dibuktikan oleh beberapa kali
pengujian bisa memperkuat atau memperlemah teori tersebut. Tetapi
apabila teori itu ternyata dapat dibuktikan oleh suatu eksperiman baru,
maka teori tersebut akan lebih menguat mungkin akan mencapai taraf
hokum teori.20
d. Metode eksplanatori adalah metode yang bersifat menjelaskan atas
jawaban dari pertanyaan, mengapa dan bagaimana sehingga lebih
mendalam daripada metode deskriptif yang hanya bertanya tentang apa
siapa kapan dan dimana. Metode ini termasuk bagian dari metode
empiris.21
e. Metode Historis komperatif adalah metode yang menekankan pada
analisis atas peristiwa-peristiwa masa silam untuk merumuskan
prinsip-prinsip umum, yang kemudian digabungkan dengan metode
komperatif, dengan menitikberatkan pada perbandingan antara
beberapa masyarakat besrta bidangnya agar memperoleh pola
persamaan, perbedaan dan sebab-sebabnya. Dengan demikian dapat
dicari petunjuk perilaku kehidupan masyarakat pada masa silam dan
sekarang, serta perbedaan tingkat peradaban satu sama lain.22
f. Metode fungsionalisme adalah metode yang bertujuan untuk meneliti
fungsi lembaga-lembaga kemasyarakatan dan struktur social dalam
masyarakat. Metode ini berpendirian pokok bahwa unsur-unsur yang
membentuk masyarakat memiliki hubungan timbal balik yang saling

20ZulfiMubaraq, Sisiologi Agama, (Malang: UIN Maliki press,2010), 39. Lihat Kahmad,
Sosiologi Agama, 10.

21ZulfiMubaraq, Sisiologi Agama, (Malang: UIN Maliki press,2010), 39. Lihat Supardan,
Pengantar Ilmu Sosial, 92.

22ZulfiMubaraq, Sisiologi Agama, (Malang: UIN Maliki press,2010), 39. Ibid. Lihat Peponoe,
Sosiology, 28.

10

mempengaruhi, masing-masing memiliki fungsi tersendiri terhadap


masyarakat.
g. Metode studi kasus adalah metode yang merupakan suatu penyelidikan
mendalam dari diri individu, kelompok, atau institusi untuk
menentukan variable itu dan hubungannya diantara variable yang
mempengaruhi status atau perilaku yang saat itu menjadi pokok
kajian.23 Dengan demikian peneliti mampu mengungkap keunikankeunikan dan menelaah hubungan-hubungan antara variabel yang
mempengaruhi status atau perilaku yang dikaji.
h. Metode survei adalah metode yang berusaha untuk memperoleh data
dari anggota populasi yang relative besar untuk menentukan keadaan,
karakteristik, pendapat dan populasi sekarang yang berkenaan dengan
satu variabel atau lebih.24

2. Macam-Macam Pendekatan
Ada dua pendekatan penting dalam penelitian agama yaitu
Pendekatan Teologis dan Pendekatan Keilmuan.
a. Pendekatan Teologis, yaitu pendekatan kewahyuan atau keyakinan
peneliti sendiri. Pendekatan ini dilakukan dalam penelitian suatu agama
untuk kepentingan agama yang diyakini oleh peneliti untuk menambah
pembenaran keyakinan terhadap agama yang dipeluknya dan suatu
pendapat atau mazhab sehingga penuh dengan subvektifitas dari
peneliti, sarat dengan muatan kepentingan, keyakinan dan prasangka
peneliti, yaitu dilakukan oleh ulama dan, pendeta para rahib, seperti
penelitian ahli ilmu kalam, ahli tafsir, usul fiqih, ulum al-hadist. 25 Kalau
23ZulfiMubaraq, Sisiologi Agama, (Malang: UIN Maliki press,2010), 39. Lihat Jack R. Fraenkel
& Norman F Wallen, How to Design and Evaluate Research in Education (New York: McGrawHill, 1993), 548.

24Ibid, 41.
25Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), 87.

11

ilmu ketuhanan (teologi) mempelajari agama dan masyarakat agama


dari kacamata supraempiris (menurut kehendak Tuhan), maka
sosiologi agama mempelajari dari sudut empiris-sosiologis.26
b. Pendekatan Keilmuan, yaitu pendekatan yang menggunakan
metodologi ilmiah dengan prosedur ilmiah, sistematis atau runtut dalam
cara kerjanya, empiris dari dunia bukan dari pemikiran atau anganangan, objektif atau sesuai dengan fakta tidak bias oleh keyakian dan
prasangka peneliti.27
Sedangkan dari sisi keilmuan, ada dua bidang dalam penelitian
agama, yaitu ilmu budaya dan ilmu sosial.
a. Bidang ilmu budaya adalah segala hasil pemikiran manusia yang
mencakup buku-buku maupun tradisi lisan yang diturunkan melalui
pewarisan dari generasi ke generasi. Bidang yang termasuk dalam ilmu
budaya: filsafat, agama, teologi, hukum, kesenian, sejarah, filologi dan
kesusasteraan.
b. Bidang ilmu sosial adalah keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam
masyarakat pemeluk agama sebagai akibat dari interaksi antar anggota
atau antar masyarakat pemeluk agama lain, dalam kondisi masyarakat
statis maupun proses. Bidang ilmu yang termasuk dalam ilmu:
antropologi, sosiologi, psikologi, komunikasi, ekonomi, politik dan
sejarah.
Dibawah ini adalah contoh penelitian agama dengan pendekatan
ilmu sosial atau sosiologi:28
a. Pendekatan Sosiologis, ialah pendekatan tentang interelasi antara
agama dengan masyarakat serta bentuk-bentuk interaksi yang terjadi
diantara mereka. Dorongan, gagasan, lembaga agama, kekuatan sosial
organisasi dan stratifikasi sosial mempengaruhi masyarakat.
26Ishomuddin, Pengantar Sosiologi Agama, (Jakarta: PT Galia Indonesia, 2002), 24.
27Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), 88.
28Zulfi Mubaraq, Sisiologi Agama, (Malang: UIN Maliki press,2010), 34-36.

12

b. Pendekatan Antropologis, yaitu pendekatan kebudayan; artinya agama


dipandang sebagai bagian dari kebudayaan, baik wujud ide maupun
gagasan dianggap sebagai sistem norma dan nilai yang dimiliki oleh
anggota masyarakat, yang mengikat seluruh anggota masyarakat.
Sistem budaya agama itu memberikan pola kepada seluruh tingkah laku
anggota masyarakat, dan melahirkan hasil karya keagamaan yang
berupa karya fisik, dari bangunan tempat ibadah seperti masjid, gereja,
pura dan klenteng, sampai alat upacara yang sangat sederhana seperti
hioh, tasbeh, atau kancing baju.
c. Pendekatan Psikologis, yaitu studi ilmiah mengenai agama ditinjau dari
perspektif psikologis. Wilayah kajian utama yang mennjadi bahan
pendekatan ini adalah pengalaman religius dari kelompok individu atau
sosial. Kajian mendalam terhadap motivasi beragama dan latar
belakang keberagaman manusia secara individual atau komunal. Dalam
penelitian psikologi ini, para peneliti mencari makna agama dalam
setting psikologis, yaitu bagaimana keadaan hati manusia beragama
yang terefleksikan kedalam tingkah laku keagamaan atau tingkah laku
yang bukan agama.
d. Pendekatan Historis atau Kesejarahan. Pendekatan ini menganut
pandangan bahwa suatu fenomena religius bisa dipahami dengan
mencoba menganalisis perkembangan segi historisnya. Dengan
memperhatikan perkembangan prinsip-prinsip umum dari tingkah laku
religius dan menghubungkan dengan kejadian-kejadian khusus dan
tertentu, muncullah pola-pola kejadian yang menghasilkan prinsipprinsip umum dari keagamaan tadi. Sejarah atau perjalanan hidup suatu
agama di suatu daerah banyak meniggalkan beberapa barang-barang
suci, seperti sekumpulan teks-teks suci dan artefak (peniggalan bendabenda padat) yang berkaitan dengan keberagaman agama tersebut.
Dengan

metode

sejarah,

benda-benda

peninggalan

tadi

dapat

diketahuiarti dan maknanya, mengapa dan bagaimana keduanya saling


berkaitan dengan latar belakang ajaran agama dan budaya yang
melahirkannya.
13

e. Pendekatan Fenomologis, yaitu pendekatan yang menggunakan


perbandingan sebagai sarana interpretasi yang utama untuk memahami
arti dari ekspresi-ekspresi keagamaan, seperti persembahan, upacara
agama, makhluk gaib, dan lain-lain. Asumsi dasar dari pendekatan ini
bahwa bentuk luar dari ungkapan manusia mempunyai pola atau
konfigurasi kehidupan dalam yang teratur, yang dapat dilukiskan
kerangkanya dengan menggunakan metode fenomologi. Pendekatan ini
mencoba menemukan struktur yang mendasari fakta keagamaan dan
memahami makna yang lebih dalam, sebagaimana dimanifestasikan
lewat struktur tersebut dengan hukum-hukum dan pengertian yang
khas. Tujuan dari metode fenomologi ini adalah untuk menangkap
makna lebih dalam dan intensonalitas dari data religius orang lain yang
merupakan ekspresi-ekspresi dari pengalaman religius dan imannya
yang lebih dalam. Metode ini mengungkap wilayah spiritual dan
intelektual manusia, meskipun disadari batas-batasnya dalam tugas
memasuki kedalaman pengalaman dari suatu jiwa religius.
D. Penggunaan Metode Dan Pendekatan Dalam Sosiologi Agama
Dalam usaha mengumpulan data yang dapat menghasilkan temuan-temuan
baru dalam sosiologi, para ahli sosiologi perlu memperhatikan tahap-tahap
penelitian, yang saling berkaitan secara erat. Sebelum memulai suatu usaha
penelitian seorang ahli terlebih dahulu harus melakukan tinjauan terhadap
bahan-bahan

pustaka

agar

dapat

mengetahui

temuan-temuan

yang

sebelumnya.
Setelah pertanyaan penelitian dirumuskan, peneliti harus menentukan
metode penelitian yang akan digunakannya. Dalam ilmu-ilmu sosial dikenal
sebagai metode pengumpulan data, seperti metode survei dan beberapa
metode nonsurvei, seperti metode riwayat hidup, studi kasus, analisis isi,
kajian data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain, dan eksperimen.
Dalam penelitian survei hal yang hendak diketahui peneliti dituangkan
dalam suatu daftar pertanyaan buku. Tehknik survei mengandung persamaan

14

dengan sensus; namaun pada sensus yang menjadi subjek wawancara adalah
seluruh populasi sedangkan dalam tehnik surveu daftar pertanyaan diajuakan
dalam sebuah subjek penelitian yang dianggap populasi. Para subjek
penelitian merupakan contoh yang ditarik populasi. Contoh dipilih secara acak
atau dengan tehnik penarikan contoh lain.
Pengamatan merupakan suatu metode penelitian dimana peneliti
mengamati secara langsung perilaku para subjek penelitiannya dan merekam
perilaku yang wajar, asli, tidak dibuat-buat, spontan dalam kurun waktu relatif
lama sehingga terkumpul data yang bersifat mendalam dan rinci. Dalam
sosiologi dibedakan antara penelitian dimana pengamat (1) sepenuhnya
terlibat (2) berperan sebagai pengamat (3) berperan sebagai peserta, atau (4)
sepenuhnya melakukan pengamatan tanpa keterlibatan apapun dengan subjek
penelitian. Salah satu kelebihan terlibat bila dibandingkan dengan survei ialah
bahwa pengamatan terlibat lebih memungkinkan terjalinnya hubungan dekat
(rapport) antara peneliti dengan subjek penelitiannya.
Riwayat hidup merupakan suatu tehknik pengumpulan data untuk
mengungkapkan pengalaman subyektif dengan tujuan pengungkapan data
baru. Dalam penelitian dengan memakai tehknik studi kasus berbagai segi
kehidupan sosial suatu kelompok sosial menyeluruh.
Suatu masalah penelitian dapat pula diungkapkan dengan jalan
menganalisis isi berbagai dokumen seprti surat kabar, majalah, dokumen resmi
maupun naskah di bidang seni dan sastra. Suatu penelitian dapat pula
dilakukan dengan mengkaji data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain:
misalnya oleh berbagai instansi pemerintah serta piahk swasta, ataupun oleh
peneliti lain.
Meskipun tehnik eksperimen lebih banyak dijumpai dalam ilmu sosial lain
seperti psikologi, namun dalam hal tertentu kita pun menjumpai eksperimen
dalam sosiologi. Dalam penelitian sosial sering dibedakan antara penelitian
kuantitatif

dan

kwalitatif.

Penelitian-penelitian

kualitatif

merupakan

penekitian yang mengutamakan segi kualitas data dengan menggunakan


tehnik pengamatan dan wawancara mendalam.

15

Dalam pencarian maupun pemanfaatan ilmiah seorang ilmuan harus


menghormati aturan etika, seperti keikutsertaan serta sukarela, tidak
membawa cidera bagi para subjek penelitian, atas azas anonimitas dan
kerahasiaan, tidak memberikan keterangan yang keliru, dan menyajikan data
penelitian secara jujur.
Analisis data kuantitatif dinamakan univariat bila mana yang dipelajari
hanya satu gejala, bivariat bila yang ingin diketahui ialah hubungan antara dua
gejala, dan multivariat bila yang diteliti ialah hubungan antara lebih dari dua
gejala. Analisis data univaruat hanya memungkinkan dilakukannya diskripsi,
sedangkan analisis data bivariat dan multivariat memungkinkan peneliti untuk
melakukan pula penjelasan sebab-akibat.
Dalam penelitian kualitatif mempelajari catatan penelitian lapangan, yang
secara rinci memeuat hasil wawancara mendalam dan pengamatannya.
Analisis data kualitatif berlangsung terus menerus semenjak penliti mulai
memasuki lapangan dan arah penelitian dapat berubah sesuai hasil analisis
dilapangan.
Metode penelitian yang dipergukan ahli sosiologi sering terkait dengan
teori paradigma sosiolagi yang dianutnya. Menurut Ritzer masalah apa yang
akan diteliti seorang peneliti, pertanyaan penelitian yang akan diajukannya,
caranya menajukan pertanyaan penelitian, dan aturan yang diikutinya dalam
menafsirkan temuan penelitiannya ditentukan oleh paradigma yang dianutnya.
Menurut Ritzer sosiologi merupakan suatu ilmu yang berparadigma
majemuk kerena mempunyai tiga peradigma yaitu (1) paradigma fakta sosial
(2) paradigma definisi sosial dan (3) paradigma perilaku sosial. Menurutnya
ketiga padigma tersebut dibedakan satu dengan yang lain dalam tiga hal: (1)
eksemplar (acuan atau contah yang dijadikan teladan), (2) teori dan (3)
metode.

16

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sosiologi agama adalah kajian ilmiah tentang masyarakat agama, para ahli
sosiologi berusaha mengadakan penelitian yang mendalam tentang hakikat
dan sebab-sebab dari berbagai pola fikiran manusia secara berulang. Sebagai
suatu usaha analisis yang menggunakan metode kajian ilmiah, sosiolog juga
dituntut untuk menggunakan pendekatan yang bersifat empiris sebagai
persyaratan ilmiah.
Pendekatan atau rancangan ilmiah merupakan bentuk sistematis yang
khusus dari seluruh pemikiran dan telaah reflektif. Suatu pendekatan pada
prinsipnya ukuran-ukuran untuk memilih masalah-masalah dan data-data yang
berkaitan antara satu sama lain.
Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai
suatu maksud, dalam artian cara menyelidiki. Metode ilmiah ialah prosedur
yang digunakan oleh ilmuan dalam pencarian sistematis terhadap pengetahuan
baru dan peninjauan kembali terhadap pengetahuan yang telah ada.
Sebagaimana yang telah dijelaskan mengenai metode dan pendekatan
sosiologi agama di atas, maka objek material sosiologi agama adalah
masyarakat agama. Seperti masyarakat non-agama umumnya, masyarakat
agama terdiri atas komponen-komponen konstitutif, seperti kelompokkelompok keagamaan, institusi-institusi religious yang mempunyai ciri pola
tingkah laku tersendiri, baik ke dalam maupun ke luar, menurut norma-norma
dan peraturan-peraturan yang ditentukan oleh agama. Metode dan pendekatan
ilmiah tersebut berguna dalam upaya untuk mencapai sebuah kebenaran.
B. Saran
Penulis telah berusaha maksimal dengan kemampuan yang ia punya, tentu masih
banyak kekurangan yang tanpa sengaja, untuk itu penulis terbuka untuk menerima
kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan
selanjutnya.

17

KATA PENGANTAR

Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan


dan kekeliruan baik dalam penulisan maupun materi yang disajikan, oleh karena
itu kami sangat mengharapkan masukan serta kritik dan saran dari semua pihak
demi kesempurnaan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Atas kritik dan saran
yang disampaikan nantinya kami ucapkan terima kasih.

Bengkulu,

Penulis

i
18

2015

DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar......................................................................................................i
Daftar Isi ...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.

Latar Belakang ................................................................................................1


Rumusan Masalah ..........................................................................................2
Tujuan..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.

Hakikat Kebenaran.................................................................................3
Pengertian Metode dan Pendekatan.......................................................6
Macam-Macam Metode dan Pendekatan ..............................................8
Penggunaan Metode Dan Pendekatan Dalam Sosiologi Agama...........13

BAB III PENUTUP


A.
B.

Kesimpulan ....................................................................................................17
Saran ...............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... iii

MAKALAH
ii AGAMA
SOSIOLOGI

Metode Sosiologi Agama


19

Disusun Oleh :

1. Ana Diana
2. Ana Soraya

1416323220
1416323232

Dosen Pembimbing :
Drs. H. M. Djupri, M. Si

BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INTSITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BENGKULU
2015
DAFTAR PUSTAKA

Mubaraq, Zulfi. 2010. Sisiologi Agama. Malang: UIN Maliki Press.

20

Kahmad, Dadang.2009 Sosiologi Agama. Bandung:Remaja Rosdakarya.


Sunarto,

Kumanto 2004. Pengantar Sosiologi.

Jakarta: Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.


Wrong , Dennis. 2003.

Max Weber Sebuah Khazanah, Yogyakarta: Ikon

Teralitera.

iii

21

You might also like