You are on page 1of 21

DANA PENSIUN DAN SYARIAH

MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas :
Mata Kuliah
: Bank Lembaga dan Keuangan
DosenPengampu : Muhammad Isroi

Disusun oleh:
Fini Novia Putri
NIM. 2012 115127
Kelas D
PRODI D3 PERBANKAN
JURUSAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2015

PENDAHULUAN
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang dengan bantuan rahman dan
Rahim-Nya, shalawat dan salam semoga senantiasa tertumpah kepada Baginda
Rasulullah Muhammad SAW.
Perkembangan keuangan syariah masih terus-menerus mengalami
transformasi kearah positivism system dan lembaga keuangan di tanah air. Proses
ini sendiri masih membutuhkan sosialisasi dan evaluasi di kalangan masyarakat
Indonesia. Dengan demikian, dalam buku ini pembaca dapat mempelajari bisnis dari
Bank dan lembaga keuangan lainnya serta karateristik pasar keuangan dimana
lembaga-lembaga tersebut berperan.

PEMBAHASAN
A. Dana Pensiun Umum
1. Pengertian
Dana pensiun adalah instrument keuangan yang mengakumulasikan
kekayaan seseorang selama bekerja dan membayarnya pada masa pensiun.
Peningkatan permintaan dana pensiun terjadi karena kehidupan yang semakin
bersifat urban, sehingga orang tua semakn sulit untuk menggantungkan masa
tuanya pada anak-anaknya. Dengan kehidupan yang semakinberpencar maka
kesempatan generasi tua untuk memperoleh dukungan keuangan semakin
sulit.1
Alasan lain meningkatnya permintaan terhadap dana pensiun adalah
harapan hidup yang semakin meningkat dan umur pensiun yang semakin
muda. Semakin senior seseorang dalam perusahaan, semakin tinggi gaji yang
diminta, sementara produktivitasnya semakin menurun. Masyarakat modern
semakin sadar akan kesejahteraan jangka panjang sehingga menganggap perlu
melengkapi dirinya dengan perlindungan dana pensiun.
Sumber penghasilan pensiun bisa berasal dari sumbangan sanak
saudara, dari tabungan /investasi pribadi, atau program pensiun yang
disponsori oleh pemberi kerja (perusahaan). Sumber penghasilan pensiun
berupa tabungan / investasi tidak mudah dilakukan Karena enggan / tidak
mau. Keengganan

ketidakmampuan itu dapat disebabkan oleh beberapa

1 Ktut Silvania Mangani, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Erlangga, 2009),
hlm. 46.

factor seperti penghasilan yang pas-pasan, tidak disiplin, atau kurang


informasi mengenai kebuuhan setelah investasi.
Perusahaan/pemberi kerja mensponsori

program

pensiun

bagi

pekerjanya disebabkan oleh beberapa faktor seperti peraturan pemerintah


mengenai tenga kerja, rasa terimakasih, kepada mantan pekerjaannya, atau
karena tuntutan dari serikat pekerja.2
2. Jenis Program Dana Pensiun
Program dana pensiun berdasarkan manfaat dan kontribusinya
dikategorikan sebagai program manfaat pasti (defined-benefit plan) dan
program pensiun iuran pasti (defined-contribution plan), dan berdasarkan
penyedia jasa (provider) nya dibedakan menjadi program pensiun pemerintah
(public pensiun plan) dan program pensiun swasta (private pensiun plan).
a. Program pensiun manfaat pasti
Program pensiun manfaat pasti mengacu pada manfaat yang akan
diperoleh pekerja pada masa pensiun. Jumlah dana yang ditentukan dengan
formula yang didasarkan pada lama bekerja dan besarnya gaji pada tahun
terakhir, misalnya : Jumlah dana pensiun/tahun = 2% X rata-rata gaji 3
tahun terakhir X lama bekerja.
Makin lama karyawan itu bekerja dan makin tinggi gaji yang
diperoleh pada tahun-tahu terakhir sebelum pensiun, maka manfaat pensiun
yang diperoleh pekerja tersebut semakin tinggi. Bila dana yang
diakumulasikan mencukupi atau melebihi manfaat yang akan diperoleh
pekerja, dikatakan fullyfunded atau overfunded.sedangkan bila dananya

2 Ibid., hlm. 47.

tidak cukup disebut underfunded. Dalam program pensiun program


manfaat pasti, perusahaan / pemberi kerja menanggung risiko atas kerugian
investasi. Namun pekerja tetap menghadapi risiko bila perusahaan /
pemberi kerja mengalami kebangkrutan, sehingga karyawan yang pensiun
mungkin tidak menerima manfaat pensiun dana sama sekali.
Beberapa manfaat pensiun dalam program pensiun manfaat pasti
antara lain :
1) Manfaat pensiun normal
Manfaat pensiun normal berupa pembayaran berkala setiap bulan
yang diterim oleh peserta yang telah mencapai usia pensiun menurut
ketentuan

perusahaan.

Sebagian

pengelompokannya

berdasarkan

golongan atau jenjang, kepangkatan, misalnya untuk golongan I usia


pensiun normal adalah 48 tahun; golongan II, 52 tahun; golongan III, 55
tahun; dan golongan IV, 60 tahun.
2) Manfaat pensiun dipercepat
Manfaat pensiun dipercepat berupa pembayaran berkala setiap
bulan kepada peserta yang berhenti bekerja, atau tidak memiliki
penghasilan lagi minimal 10 tahun sebelum mencapai usia normal.
Dalam hal peserta berhenti bekerja, peserta dapat memilih untuk
meneruskan program dana pensiunnya di tempat bekerjannya yang baru,
atau pada program dana pensiun individu (dana pensiun lembaga
keuangan), dengan ketentuan yang bersangkutan masih hidup dalam
waktu 30 hari setelah berhenti bekerja.
3) Manfaat pensiun cacat

Manfaat pensiun cacat dibayarkan kepada peserta yang tidak


dapat bekerja lagi karena cacat yang dinyatakan oleh dokter dan
disetujui oleh perusahaan / pemberi kerja.
4) Manfaat pensiun ditunda
Manfaat pensiun ditunda adalah hak yang diterima oleh peserta
yang berhenti bekerja sebelum mencapai usia pensiun normal.3
b. Program pensiun iuran pasti
Program pensiun pasti mengacu pada kontribusi pekerja untuk
program dan pensiunnya. Biasanya perusahaan / pemberi kerja memotong
presentase tertentu dari gaji karyawannya sebagai iuran pensiun. Fund
manager yang bertindak sebagai trustee, menginvestasikan dana yang
diakumulasikan tersebut pada asset jangka panjang. Manfaat yang diterima
pekerja yang akan pensiun tergantung pada penghasilan dana yang
diinvestasikan. Dalam hal ini pekerja menanggung risiko atas kerugian
investasi, artinya jika hasil investasi semakin besar, semakin besar pula
manfaat yang diterima pada saat pensiun, dan sebaliknya. Akan tetapi
masalah yang masih menghinggapi program jenis ini adalah rendahnya
pengetahuan pekerja dalam menentukan pilihan jenis investasi jangka
panjang. Ada beberapa jenis program pensiun iuran pasti, yaitu :
1) Profit sharing
Profit Sharing merupakan program pensiun iuran pasti yang
iurannya berdasarkan keuntungan perusahaan / pemberi kerja. Profit
sharing kadang memperboleh pekerja untuk memberikan iuran secara

3 Ibid., hlm. 48.

sukarela. Pemberi kerja pada umumnya membayar iuran di muka yang


besarnya bisa berupa persentase dari keuntungan, kompensasi pekerja,
atau iuran pekerja.
Dalam profit sharing, pengertian keuntungan (profit) yang akan
dibagikan kepada pekerja harus didefinisikan dengan jelas dalam
dokumen program untuk menhindari kesalahpahaman dikemudian hari.
Secara teori,keuntungan bersih setelah pajak (net profit after tax)
merupakan ukuran yang baik dan dapat diterima. Karena keuntungan
dalam bisnis mengandung ketidakpastian, maka iuran maupun manfaat
pensiun dalam profit sharing tidak dapat dipastikan.
2) Money purchase pension plan (MPPP)
MPPP merupakaan program pensiun iuran pasti yang banyak
dipakai oleh perusahaan / pemberi kerja berskala kecil yang ingin
memberikan jaminan manfaat pensiun kepada pekerjanya, tetapi tidak
bersedia menanggung kewajiban keuangan seperti dalam program
manfaat pasti. Dalam program itu, iuran pemberi kerja dihitung secara
aktuari oleh seorang aktuaris untuk mencapai target manfaat
berdasarkan asumsi-asumsi aktuaria. Meskipun demikian, pekerja tetap
menanggung risiko investasi.
3) Thrift and Saving Plan
Thrift and saving plan mensyaratkan peserta membayar iuran
selain iuran dari perusahaan / pemberi kerja. Sedangkan bila pemberi
kerja tidak memberikan iuran pada program pensiun iuran pasti, maka
disebut pure thrift plan. Beberapa keuntungan thrift adalah: (1)

kemudahan dan disiplin menabung bagi pekerja melalui pemotongan


gaji, sehingga memungkinkan pekerja menabung secara sistematis, (2)
dana yang terakumulasi memberikan manfaat karena dikelola oleh
professional yang sering kali gratis karena beban pengelolaan
ditanggung oleh pemberi kerja. (3) Bila program memenuhi persyaratan
yang ditetapkan, maka hasil investasi yang dikreditkan kepada pekerja
bukan merupakan objek pajak.4
4) Stock bonus plan
Stock bonus plan merupakan program yang dijalankan oleh
pemberi kerja dimana manfaat pensiun yang dibagikan berupa saham
(stocks) perusahaan. Jika saham dari pemberi kerja yang dibagikan
belum diperjualkan di bursa, pekerja / peserta harus dilengkapi dengan
hak untuk menjual saham kepada perusahaan / pemberi kerja dengan
harga yang wajar (put option).
5) Equity Stock Ownership Plan (ESOP)
ESOP merupakan program pensiun iuran pasti yang berintvestasi
dalam instrument saham pemberi kerja. Iuran didasarkan pada
keuntungan atau kompensasi pekerja dalam bentuk uang atau saham.
Jika iurannya dalam bentuk uang, maka sebagian atau seluruhnya
digunakan untuk membeli saham perusahaan baik langsung dari
pemberi kerja atau melalui bursa saham. Suatu ESOP yang
menggunakan utang untuk membeli saham perusahaan pemberi kerja

4 Ibid., hlm. 50.

disebut leverage ESOP. Berdasarkan penyedia jasa, jenis dana pensiun


dibedakan menjadi program pensiun swasta (private pension plan) dan
program pensiun pemerintah (pubic pension plan).
6) Program pensiun swasta
Program pensiun swasta disponsori oleh perusahaan pemberi
kerja, grup, atau individu. Permintaan program seperti ini semakin
meningkat arena masyarakat semakin sadar akan kesejahteraan jangka
panjang. Di AS investasi dalam bentuk saham dan sekuritas swasta
lainnya semakin memegng peranan penting. Kondisi itu memungkinkan
manajer program pensiun memiliki kekuatan untuk mengendalikan
manajemen perusahaan lain yang sahamnya dibeli oleh perusahaan dana
pensiun.
7) Program Pensiun Pemerintah
Program pensiun pemerintah disponsori oleh pemerintah dengan
system pendanaan pay as you go dana yang terkumpul sekarang
dari mereka yang bekerja, dipakai untuk mereka yang pensiun sekarang.
Sistem pendanaan mengalami underfunded, yaitu dana yang terkumpul
tidak cukup membayar mereka yang pensiun. Kondisi tersebut telah
mendorong pemerintah AS sebagai penyedia program pensiun
pemerintah untuk mengubah struktur pendanaan dengan meningkatkan
program-program kontribusi dan menurunkan program-program benefit,
selain melakukan privatisasi.5
B. Dana Pensiun Syariah
5 Ibid., hlm. 51-52.

1. Pengertian
Program dalam pensiun di Indonesia dilaksanakan oleh lembaga
pemerintah maupun swasta. Pelaksana dana pensiun pemerintah di Indonesia
antara lain Jamsostek dan BUMN serta Transmgrasi. Taspen, yaitu tabungan
pegawai negeri sipil dan program pensiun swasta yang ditanggung jawabi oleh
Departemen Keuangan (Keputusan Presiden No. 8/ 1997) dan ASABRI dana
pensiun angkatan bersenjata, berada di bawah Departemen Pertahanan
(Keputusan Presiden No. 8/ 1997). Undang-undang Dana Pensiun No. 11
Tahun 1992 merupakan kerangka hokum dasar untuk dana pensiun swasta di
Indonesia. Undang-undang ini didasarkan pada prinsip kebebasan untuk
memberikan janji dan kewajiban untuk menepatinya.6
Dana pensiun menurut UU No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun
adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang
menjanjikan manfaat pensiun. Berdasarkan definisinya dana pensiun
merupakan lembaga atau badan hukum yang mengelola program pensiun yang
dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan kepada karyawan suatu
perusahaan terutama yang telah pensiun. Penyelenggaraan program pensiun
dapat dilakukan oleh pemberi kerja atau dengan menyerahkan kepada
lembaga-lembaga keuangan yang menawarkan jasa pengelolaan program
pensiun, misalnya bank-bank umum atau perusahaan asuransi jiwa.

6 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2009), hlm.
291.

Jadi dana pensiun syariah adalah dana pensiun yang dikelola dan
dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Sampai saat ini dana pensiun syariah
berkembang pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) yang
dilaksankan oleh beberapa bank dan asuransi syariah. Hal ini disebakan oleh
beberapa faktor antara lain : keterbatasan regulasi; keterbatasan instrument
investasi, belum jelasknya model tata kelola dana pensiun syariah serta
kurangnya sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya dana pensiun syariah.

2. Tujuan dan Fungsi


Tujan penyelenggaraan program pensiun baik dari kepentingan
perusahaan, peserta dan lembaga pengelola pensiun dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Perusahaan
1) Kewajiban moral, dimana perusahaan mempunyai kewajiban moral
unuk mrmberikan rasa aman kepada karyawan terhadap masa yang akan
dating karena tetap memiliki penghasilan pada saat mereka mencapai
usia pensiun.
2) Layolitas, karyawan

diharapkan

mempunyai

loyalitas

terhadap

perusahaan serta meningkatkan motivasi karyawan dalam melaksanakan


tugas sehari-hari.
3) Kompetisi pasar tenaga kerja, dimana perusahaan akan memiliki daya
saing dalam usaha mendapatkan karyawan yang berkualitas dan
professional di pasaran tenaga kerja.
4) Memberikan penghargaan kepada para karyawannya yang telah
mengabdi perusahan.
10

5) Agar di usia pensiun karyawan tersebut tetap dapat menikmati hasil


yang diperoleh setelah bekerja di perusahaannya.
6) Meningkatkan citra perusahan di mata masyarakat dan pemerintah.7
b. Peserta
1)Rasa aman para peserta terhadap masa yang akan dating karena memiliki
penghasilan pada saat mereka mencapai usia pensiun.
2)Kompensasi yang lebih baik, yaitu peserta mempunyai tambahan
kompensasi meskipun baru bisa dinikmati pada saat mencapai usia
peniun/berhenti kerja.
c. Penyelenggara dana pensiun
1) Mengelola ana pensiun untuk memperoleh keuntungan.
2) Turut membantu dan mendukung program pemerintah.
3) Sebagai bakti social terhadap para peserta.8
3. Jenis dana Pensiun
Dana pensiun menurut UU No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun
dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu Dana Pensiun Pemberi Kerja dan
Dana Pensiun Lembaga Keuangan.
1. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)
DPPK adalah dana pensiun yang dibentuk oleh orag atau badan
yang memperkerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk menyelenggarakan
Program Pensiun Manfaat Pasti, bagi kepentingan sebagian seluruh
karyawannya sebagai peserta dan yang menimbulkan kewajiban terhadap
pemberi kerja.
2. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)

7 Ibid., hlm. 294.


8 Ibid., hlm. 295.

11

DPLK adalah dana pensiun yang dibentuk oleh bank atau


perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarakan program pensiun iuran
pasti bagi perseorangan, baik karyawan maupun pekerja mandiri yang
terpisah dari DPPK bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa
yang bersangkutan. DPLK oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa harus
mendapatkan pengesahan dai Menteri Keuangan.9
4. Manajemen kekayaan dana pensiun
Pendanaan suatu program pension apakah dalam rangka memnuhi
ketentuan atau untuk tujuan pengelolaan manajemen keuangan akan
menyebabkan terjadinya akumulasi kekayaan yang nantinya digunakan untuk
membayar manfaat pensiun dan biaya administrasi. Dana pensiun biasanya
mengembangkan suatu kebijakan investasi secara tertulis dalam pengelolaan
kekayaannya.
Pada prinsipkan dana pensiun dapat melakukan investasi dalam
berbagai bentuk. Portofolio investasi dana pensiun umumnya didominasi
dalam bentuk saham, obligasi jangka menengah panjang, instrument pasar
uang, kontrak anuitas grup dan jenis investasi lainnya. Dana pensiun di
Indonesia masih belum diperkenankan melakukan investasi dalam surat-surat
berharga yang diterbitkan pihak luar negeri.10
Investasi dana pensiun secara umum diarahkan pada deposito
berjangka di bank, deposito on call pada bank, sertifikat deposito pada bank,
9Ibid,hlm. 296.
10Ibid,hlm. 297.

12

obligrasi yang tercatat di bursa efek, tanah, bangunan, tanah dan bangunan,
reksa dana, Sertifikat Bank Indonesia,surat berharga yang diterbitkan
pemerintah, saham, surat pengakuan utang badan hokum RI, penyertaan atau
penempatan langsung pada badan hokum RI.
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK. 010/2008
tentang Investasi Dana Pensiun dapat melakukan investasi dananya pada :
1)Surat berharga Negara;
2)Tabungan pada bank;
3)Deposito berjangka pada bank;
4)Deposito on call pada bank;
5)Sertifikat deposito pada bank;
6)Sertifikat Bank Indonesia;
7)Saham yang tercatat di bursa efek di Indonesia;
8)Obligrasi yang tercatat di bursa efek di Indonesia;
9)Sukuk yang tercatat di bursa efek di Indonesia;
10) Unit penyertaan reksa dana dari :
a) Reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana
campuran, dan reksa dana saham;
b) Reksa dana terproteksi, reksa dana dengan penjaminan dan reksa dana
c)
d)
e)
f)

indeks;
Reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif penyertaan terbatas;
Reksa dana yang Unit penyertaannya diperdagangkan di bursa efek;
Efek beragun aset dari kontrak investasi kolektif efek beragun aset;
Unit penyertaan dana investasi real estat berbetuk kontrak investasi

g)
h)
i)
j)

kolektif;
Kontrak opsi sahamyang tercatat di bursa efek di Indonesia;
Penempatan langsung pada saham;
Tanah di Indonesia; dan
Bangunan di Indonesia.
Bagi dana pensiun yang beroperasi secara syariah, maka kebijakan

investasi harus memenuhi prinsip-prinsip syariah. Investasi hanya boleh


dilakukan pada instrumen-instrumen yang dibenarkan menurut Fatwa SDN13

MUI. Hamper seluruh investasi yang ditentukan oleh Peraturan Menteri


Keuangan di atas sudah tersedia dalam bentuk instrument syariah.11
Kebijakan investasi dana pensiun syariah disamping terpenuhinya
prinsip syariah mencakup komponen :
1.
2.
3.
4.

Tingkat keuntungan (rate of return)


Resiko yang dapat diterima
Kebutuhan lekuiditas
Diversifikasi yang merupakan metode untuk mencapai tingkat keuntungan

yang diinginkan
5. Mekanisme DPLK syariah
Program pensiun syariah di Indonesia masih dilaksanakan secara
terbatas oleh DPLK di beberapa bank dan asuransi syariah. Produk DPLK
syariah merupakan salah satu produk penghimpun dana yang ditawarkan oleh
bank atau asuransi syariah untuk memberikan jaminan kesejahteraan di hari
tua atau di akhir masa jabatan karyawan ataupun nasabahnya.12
Prosedur yang harus dilalui oleh peseta progam DPLK syariah,
umumnya adalah:
a. Peserta merupakan perorangan atau benda usaha.
b. Usia minimal 18 tahun atau telah menikah.
c. Mengisi formulir pendaftaran kepesertaan DPLK syariah.
d. Iuran bulanan dengan meminimum jumlah tertentu, misalnya Rp. 100.000.
e. Menyerahkan kopian kartu identitas diri dan kartu keluarga.
f. Membayar biaya pendftaran.
g. Membayar iuran tambahan berupa premi bagi peserta program dana
pensiun plus asuransi jiwa.
11Ibid, hlm. 298.
12Ibid, hlm. 299.

14

h. Memenuhi semua akad yang di tetapkan oleh DPLK syariah.


Karateristik produk dana pensiun dengan konsep tabungan antara lain :
a. Berbentuk setoran tabungan dengan jadwal penarikan diatur dalam
ketentuan.
b. Selama masa kepesertaan tidak dilindungi oleh asuransi jiwa.
c. Manfaat pensiun sebesar total iuran dan hasil investasinya.
Sedangkan karateristik produk dana pensiun plus asuransi jiwa antara
lain :
a. Berbentuk setoran tabungan dengan jadwal penarikan diatur dalam
ketentuan.
b. Selama masa kepesertaan dilindungi oleh asuransi jiwa.
c. Manfaat pensiun yang akan diterima adalah sebesar:
1) Manfaat asuransi apabila peserta meninggal dunia sebelum memasuki
usia pensiun.
2) Total iuran ditambah hasil investasinya apabila telah memasuki usia
pensiun.
Para peserta DPLK syariah memiliki beberapa hak, antara lain :
a. Menetapkan sendiri usia pensiun, umumnya usia 45 s.d. 65 tahun.
b. Bebas menentukan pilihan atau perubahan jenis investasi.
c. Melakukan penarikan sejumlah iuran tertentu selama masa kepesertaan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Mendapatkan informasi saldo dana pensiun / statement setiap periode
tertentu.
e. Menunjukan dan menggati pihak yang ditunjuk sebagai ahli warisnya.
f. Memilih perusahaan asuransi jiwa guna memperoleh pembayaran dana
pensiun bulanan.
g. Mengalihkan kepesertaan ke DPLK lain.
h. Memperoleh manfaat pensiun.13
6. Kebijakan dan kendala pengembangan dana pensiun syariah

13Ibid, hlm. 296-300.

15

Pengelolaan dana pensiun yang sesuai dengan ajaran Islam akan


memiliki banyak manfaat bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang loyal
terhadap syariah. Hal yang paling penting, mengingat setelah pensiun manusia
masih memiliki kebutuhan dasar yang hanya dipenuhi.14
Dana pensiun syariah memiliki potensi besar untuk berkembang di
Indonesia dengan sejumlah alasan;
a. Masih sedikit sekali proporsi masyarakat yang mau mengikuti program
dana pensiun.
b. Dengan berkembangnya lembaga keuangan dan bisnis syariah, tertentu
SDM yang bekerja dalam institusi tersebut menjadi pasar khusus yang jelas
bagi dana pensiun syariah.
c. Rasa percaya, rasa memiliki, dan kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya industri keuangan dan bisnis syariah yang terus membaik akan
menjadi modal dasar yang penting untuk terus memperbesar konsumen dan
nasabah yag loyal, terutama bagi dana pensiun syariah.
Untuk kebijakan dan program akselerasi sangat dibutuhkan untuk
mempercepat pertumbuhan dana pensiun syariah, kebijakan dan program
tersebut diharapkan mencukupi untuk dapat mendorong pertumbuhan dari sisi
supluy dan demand secara seimbang dan memperkuat permodalan,
manajemen dan sumber daya manusia (SDM) bagi dana pensiun syariah.
Sasaran yang penting adalah melibatkan seluruh stakeholder dana pensiun

14Ibid, hlm. 301.

16

syariah untuk berpartisipasi aktif dalam program akselerasi sesuai otoritas,


tanggung jawab dan kompetisi masing-masing.15
Untuk mencapai hal ini ada beberapa langkah yang bisa ditempuh:
pertama adalah dengan mendapat pengakuan formal dari dewan syariah
tentang kesesuaian semua aktivitasnya dengan syariah; kedua dengan
memastikan bahwa semua aktivitasnya berjalan sesuai dengan fatwa-fatwa
dewan syariah.
Dalam konteks Indonesia, untuk memastikan kepatuhan terhadap
syariah ini peran Dewan Pengawasan Syariah (DPS) cukup sentral. Selain itu,
dalamkonteks pemenuhan kepatuhan pada prinsip syariah dan untuk
menegakkan Dana Pensiun Syariah yang baik, hal ini untuk mengurangi
terlalu tersentralisasinya review syariah di DPS.
Harus diakui bahwa perkembangan dana pensiun syariah relative
tertinggal bila dibandingkan dengan industry keuangan syariah yang lain hal
ini terjadi diantarnya dsebabkan minimnya dukungan strategi dan regulasi.
Hal ini dapat terlihat dalam beberapa hal:
a. Dalam konteks strategi pengembangan industri. Ketika perbankan, asuransi
dan pasar modal syariah sudah memiliki dan masuk dalam road map
strategi pengembangan masing-masing industri, dana pensiun syariah
belum disentuh sedikitpun dalam Kebijakan dan Strategi Pengembangan
Industri Dana Pensiun Tahun 2007-2011.
b. Dalam konteks regulasi. Jika perbankan, asuransi, obligasi an reksa dana
syariah sudah banyak memiliki peraturan dan juga dukungan fatwa DSN15Ibid, hlm. 302.

17

MUI, maka dana pensiun syariah belum ada satu pun peraturan dan fatwa
yang mendukung.
c. Selama ini Dana
mengeluhkan

Pensiun

tentang

Lembaga

produk

Keuangan

investasi

(DPLK)

terikat

syariah

(mudharabah

muqqayadah/restricted investment) yang berpotensi besar, tidak dapat


dimasuki oleh DPLK syariah.
Instrument investasi dana pensiun syariah perlu dimasukkan kedalam
revisi UU Dana Pensiun. Keterbatasan instrumen investasi ini kemudian
berakiba dana kelolaan dana pensiun syariah justru kebanyakan yang di tanam
dalam bentuk deposito syariah, baik rupiah maupun valas, juga obligasi,
saham, dan reksa dana syariah. Padahal dengan potensi besar masyarakat
muslim dan dengan pasar yang sangat terbuka lebar tentunya dana pensiun
syariah memiliki harapan masa depan yang cerah.16

16Ibid, hlm. 303-304.

18

KESIMPULAN
Dana pensiun adalah instrument keuangan yang mengakumulasikan
kekayaan seseorang selama bekerja dan membayarnya pada masa pensiun.
Peningkatan permintaan dana pensiun terjadi karena kehidupan yang semakin
bersifat urban, sehingga orang tua semakn sulit untuk menggantungkan masa tuanya
pada anak-anaknya. Dengan kehidupan yang semakinberpencar maka kesempatan
generasi tua untuk memperoleh dukungan keuangan semakin sulit.
Dana pensiun syariah adalah dana pensiun yang dikelola dan dijalankan
berdasarkan prinsip syariah. Sampai saat ini dana pensiun syariah berkembang pada
Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) yang dilaksankan oleh beberapa bank
dan asuransi syariah. Hal ini disebakan oleh beberapa faktor antara lain :
keterbatasan regulasi; keterbatasan instrument investasi, belum jelasknya model tata

19

kelola dana pensiun syariah serta kurangnya sosialisasi dan edukasi tentang
pentingnya dana pensiun syariah.

DAFTAR PUSTAKA
Silvanita, Ktut. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan lain. Jakarta: Erlangga.
Soemitra, andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana.

20

You might also like