Professional Documents
Culture Documents
1.
DEFINISI
Keloid adalah pembentukan jaringan parut berlebihan (pertumbuhan
proliferatif) yang muncul di atas kulit yang mengalami trauma atau di atas
luka operasi dan tidak sesuai dengan beratnya trauma, tidak dapat sembuh
secara spontan serta dapat berulang setelah dilakukan eksisi (Thompson,
2001). Keloid juga dapat didefinisikan sebagai pertumbuhan jinak dari
jaringan fibrosa padat, yang berkembang dari respon abnormal terhadap
penyembuhan cedera kulit, yang meluas keluar dari perbatasan asli luka atau
respon inflamasi.
Secara klinis, keloid berbentuk nodul, berwarna ato hypopigmentasi,
atau bersifat eritematosa sekunder untuk telangiectasias. Keloid terjadi
paling umum pada bagian dada, bahu, punggung atas, belakang leher dan
telinga (Roblez, 2007).
Gambar. Keloid
Harus dibedakan antara istilah keloid dan parut hipertropik. Pada parut
hipertropik, besar parut masih sesuai dengan lukanya, tidak pernah melewati
batas tepi luka dan pada suatu saat akan mengalami fase maturasi. Parut
hipertropik juga dapat sembuh secara spontan dalam 12-18 bulan meskipun
tidak komplit. Sedangkan pada keloid, parut melampaui batas tepi luka
tetapi jarang meluas sampai ke jaringan subkutan, aktif dan menunjukkan
tanda-tanda radang seperti kemerahan, gatal dan nyeri ringan. Jika keloid
bersifat multipel atau berulang maka disebut keloidosis (Gauglitz, 2011).
2.
EPIDEMIOLOGI
Kebanyakan orang tidak pernah memiliki keloid. Untuk alasan yang
tidak diketahui, keloid terjadi lebih sering di antara kulit hitam, Hispanik
dan Asia dan jarang di Kaukasia [4, 5]. Dilaporkan sekitar 16% orang afrika
hitam menderita keloid, sedangkan orang kulit putih dan albino sangat
sedikit yang menderita keloid (Cohly, 2002). Keloid juga dilaporkan lebih
banyak pada wanita muda dibandingkan pria muda. Namun, tanpa
menggolongkan umur, prevalensi keloid antara pria dan wanita adalah sama.
Menurut umur, keloid sering terjadi pada kelompok umur 10-30 ahun
(dewasa muda) dan jarang terjadi pada usia tua (Cohly, 2002). Keloid juga
sering timbul pada penderita yang mengalami luka bakar parah dan di lokasi
vaksinasi.
3.
ETIOLOGI
Penyebab pasti tidak diketahui, tidak ada gen khusus yang
diidentifikasi sebagai penyebab berkembangnya suatu keloid, meskipun
peningkatan prevalensi keloid berhubungan dengan peningkatan pigmentasi
kulit yang menunjukkan adanya pengaruh genetik. Keloid dihubungkan
secara genetik dengan HLA-B14, HLA-B21, HLA-Bw16, HLA-Bw35,
HLA-DR5, HLA-DQw3, dan golongan darah A. Transmisi dilaporkan
secara autosom dominan dan autosom resesif. Keloid dapat disebabkan oleh
insisi bedah, luka, penyuntikan vaksinasi (BCG), luka bakar, bekas jerawat,
setelah cacar, gigitan serangga, pemakaian anting (Wolfram, 2009).
4.
seks, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh (Gauglitz, 2011).
DIAGNOSIS
Diagnosis keloid dibuat berdasarkan gambaran klinis (penampakan
kulit atau jaringan parut):
a. Konsistensi keloid yang bervariasi dari lunak, seperti karet sampai keras.
b. Lesi awal biasanya kemerahan.
c. Lesi menjadi merah kecoklatan atau seperti warna daging.
d. Lesi biasanya tidak mengandung folikel rambut ataupun kelenjar adneksa
lainnya)
Parut hipertrofik
Timbul dalam waktu beberapa
minggu
Invasi
satu-dua tahun
Meluas ke daerah
Penyembuhan
Predileksi
kerusakan epitel
Tak ada regresi
Strenum, bahu, pipi,
Hilang sendiri
Dapat timbul dimana pun
Ras/bangsa
telinga, pinggang
Terutama ras kulit gelap
Permulaan
Luka bakar
Gatal
8.
atau hitam
Mungkin
Jarang hebat
putih
Sering
Biasanya mengganggu
PENATALAKSANAAN
Berbagai macam terapi yang ada untuk keloid, dengan modalitas yang
paling umum digunakan ini, injeksi steroid intralesi, eksisi bedah,
cryotherapy, terapi laser, terapi radiasi dan penerapan lembaran gel silikon.
Pengobatan lain yang telah digunakan dengan tingkat keberhasilan variabel
meliputi, Imiquimod, 5-FU, bleomycin, retinoid, calcium channel blockers,
mitomycin C dan interferon- 2b (Roblez, 2007).
a. Konservatif
-
Injeksi steroid
Keloid ditangani secara konservatif dengan penyuntikan sediaan
Pengobatan Imiquimod
Imiquimod adalah imunomodulator topikal yang disetujui FDA untuk
pengobatan kutil genital dan perianal eksternal dan yang terbaru, untuk
pengobatan actinic keratosis. Obat ini bekerja melalui reseptor sitokin
pro-inflamasi, termasuk TNF- yang diketahui mengurangi produksi
kolagen dalam fibroblast. [66, 67] . Setelah eksisi bedah, topikal krim
Imiquimod 5 persen diterapkan setiap malam ke garis jahitan dan
sekitarnya dengan total 8 minggu [67]. Gatal, terbakar, sakit dan lecet
adalah efek samping yang dilaporkan. Meskipun tidak ada rekurensi yang
dicatat, tindak lanjut dibatasi sampai 24 minggu. Dalam studi lain kecil
dan tidak terkontrol, terapi imiquimod setelah eksisi keloid delapan daun
telinga mengakibatkan kekambuhan 25 persen [68]. Mengingat jumlah
kecil diobati dan kurangnya tindak lanjut jangka panjang, manfaat klinis
Imiquimod masih belum jelas.
- 5-Fluorourasil
5-Fluorourasil (5-FU) adalah analog pirimidin yang diubah secara
intraseluler pada substrat yang menyebabkan penghambatan sintesis
DNA dengan bersaing dengan penggabungan urasil [72]. Tingkat
peningkatan proliferasi fibroblas terlihat pada keloidal menunjukkan
bahwa 5-FU mungkin efektif dalam membatasi pertumbuhan keloid [73].
Namun, beberapa penelitian dalam literatur menunjukkan bahwa
keberhasilan secara keseluruhan tidak lebih baik dari modalitas lain dan
efek samping yang signifikan seperti ulserasi dan hiperpigmentasi
membuat topikal 5-FU kurang menarik [74, 75, 76]. Penghambat utama
Pembedahan
-
Eksisi bedah
Eksisi bedah dari keloid harus dilakukan dengan perhatian khusus karena
tingkat kekambuhan tinggi [41]. Eksisi bedah mungkin memuaskan,
memberikan koreksi kosmetik segera. Namun, eksisi yang sering
menyebabkan bekas luka lama dan potensi untuk keloid lebih besar pada
saat terjadi kekambuhan [42]. Terapi adjuvant seperti pasca-Excisional
injeksi
steroid
harus
dipertimbangkan.
Beberapa
laporan
awal
Cryotherapy
[48].
Digunakan
nitroge
liquid
yang
mempengaruhi
KOMPLIKASI
a. Trauma pada keloid dapat menyebabkan erosi lesi dan menjadi sarang
infeksi bakteri.
b. Rekurensi
c. Stress psikologik jika keloid sangat luas dan menimbulkan cacat.
10.
PENCEGAHAN
Pasien dengan keloid sebelumnya atau riwayat keluarga keloid mempunyai
peningkatan risiko untuk mengembangkan bekas luka yang abnormal.
Pasien-pasien ini harus diberi konseling terhadap tindakan menindik tubuh
dan harus menghindari prosedur kosmetik elektif dengan risiko untuk
jaringan parut. Sebagaimana dibahas di atas, luka harus ditutup dengan
ketegangan minimal dan penggunaan tindakan-tindakan adjunctive setelah
eksisi bedah termasuk penggunaan lembaran gel silikon dapat mengurangi
kekambuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Alphonso,
Marline.
2010.
Hypertrophic
scarring.
Diakses
dari
www.buzzle.com/articles/hypertrophic-scarring.html
Arinudh. 2011. Hypertrophyc Scar-Causes, Treatment and Removal. Diakses dari
www.primehealthchannel.com
Berman,
Brian.
2010.
Keloid
and
Hypertrophic
Scar.
Diakses
dari
www.medscape-medline.com
Chiu,HY., Tsai TF., 2011. Keloidal Morphea.
Mimi.
2010.
Keloid
and
Hypertrophic
Scar.
Diakses
dari
www.medscape-medline.com
Kelly. A,. 2004. Medical and surgical therapies for keloids. Dermatologic
Therapy. Pp. 212 218
Patel R., Papaspyros SC., Javangula kC., Nair U., 2010. Presentation and
management of keloid scarring following median sternotomy: a case study.
Journal of Cardiothoracic Surgery 2010, 5:122
Robles, DT., Moore, E., Draznin M., Berg D. 2007. Keloids : Pathopysiology and
Management. Dermatology Online Journal 13 (3):9
Studdiford J., Stonehouse A., Altshuler A., Rinzler E. 2008. The Management of
Keloids: Hands-On Versus Hands-Off. Journal American Board Family
Medicine 21:149 152
Thielitz A., Vetter RW., Schultze B., Wrenger S, Simeoni L, Ansorge L,Neubert K,
Faust J, Lindenlaub P, Gollnick HPM., Reinhold D. 2008. Inhibitors of
Dipeptidyl Peptidase IV-Like Activity Mediate Antifibrotic Effects in
Normal and Keloid-Derived Skin Fibroblasts. Journal of Investigative
Dermatology 128, 855866
Thompson. Lester,. 2001. Skin Keloid. ENT Journal.
Vincent AS., Phan TT.,,Mukhopadhyay A., Lim HY., Halliwell B., Wong KP.
2008. Human Skin Keloid Fibroblasts Display Bioenergetics of Cancer
Cells Jurnal of Investigative Dermatology.Volume 128
Wolfram. Dolores, 2009. Hypertrophic Scars and Keloids - A Review of Their
Pathophysiology, Risk Factors, and Therapeutic Management. American
Society for Dermatologic Surgery. pp. 171 181