You are on page 1of 8

c.

Analisis Howes
Dikemukakan oleh: Ashley E. Howes, tahun 1947.
Dasar Pemikiran:
1). Keadaan berjejal tidak hanya disebabkan ukuran gigi terlalu besar tetapi juga
disebabkan lengkung basal tulang rahang terlalu kecil, hanya pada rahang atas
2). Ada hubungan lebar lengkung gigi dengan panjang perimeter lengkung gigi
3). Ada hubungan basal arch dengan coronal arch.

Howes memikirkan suatu rumusan untuk mengetahui apakah basis apikal


cukup untuk memuat gigi geligi pasien.

Tujuan:
Untuk

menentukan

rencana

perawatan

dimana

terdapat

masalah

kekurangan basis apikal dan untuk memutuskan apakah akan dilakukan


pencabutan gigi, memperluas lengkung gigi atau ekspansi.
Prosedur:

Melakukan pengukuran:
-

Panjang lengkung gigi: jumlah lebar mesiodistal gigi dari molar pertama
kiri sampai dengan molar pertama kanan

Lebar lengkung rahang: diameter basis apikal (jarak antara titik terdalam
fosa kanina kanan dan kiri (ujung apeks gigi 14-24) diukur dari arah
depan dari model gigi

Lebar lengkung gigi: jarak antara puncak bonjol bukal gigi 14-24 diukur
dari arah oklusal.

Menghitung dengan rumus:


a).

Basis apikal

x 100

= .............. %

Jumlah mesio distal 16-26


b). Lebar lengkung gigi (puncak bonjol 14-24) = .............mm
Lebar lengkung rahang (basis apikal) = .............mm Selisih

= .............mm

Hasil Perhitungan
o Perhitungan a
- 44 %

: basis apikal cukup lebar untuk semua gigi 16-26

- < 37%

: lengkung basal sempit sehingga perlu ekstraksi

:dikategorikan

37-44%

dalam

kasus

yang

meragukan.

Mungkindilakukan pencabutan gigi atau ekspansi. Jika lebar


lengkunggigilebih sempit dari lengkung rahang maka masih bisa
ekspansi
- > 44%

: lebar lengkung basal lebih besar dari lebar lengkung gigi


sehingga ekspansi dapat dilakukan dengan aman.

o Perhitungan b
- LLG > LLR (selisih +)

: tidak bisa diekspansi

- LLG = LLR (selisih 0)

: normal

- LLG < LLR (selisih -)

: dapat diekspansi

d. Analisis Pont
Dikemukakan oleh: DR.Pont, drg. Perancis, tahun 1909.
Dasar Pemikiran:
Dalam lengkung gigi dengan susunan gigi teratur terdapat hubungan
antara jumlah lebar mesiodistal keempat gigi insisivus atas dengan lebar lengkung
inter premolar pertama dan inter molar pertama.
Tujuan:

Untuk mengetahui apakah suatu lengkung gigi dalam keadaan kontraksi


atau distraksi atau normal.
o Kontraksi = kompresi = intraversion : sebagian atau seluruh lengkung
gigi lebih mendekati bidang midsagital.
o Distraksi = ekstraversion : sebagian atau seluruh lengkung gigi lebih
menjauhi bidang midsagital.

Menentukan apakah dibutuhkan ekspansi ke lateral

Menentukan sejauh mana ekspansi dapat dilakukan pada daerah premolar


dan molar

Prosedur:
Mengukur lebar mesio distal 4 gigi anterior rahang atas (12, 11, 21, 22)

Mengukur lebar lengkung gigi:


- regio premolar: jarak dari distal pit pada permukaan oklusal premolar
pertama kanan atas ke distal pit premolar pertama kiri atas
- regio molar: jarak dari mesial pit pada permukaan oklusal kanan atas
ke mesial molar pertama pit molar pertama kiri atasdan molar

Menghitung dengan menggunakan rumus pont lebar lengkung gigi pada


regio premolar dan molar yang ideal
a). Premolar indeks: jumlah mesiodistal gigi 12-22 x 100
80
b). Molar indeks: jumlah mesiodistal gigi 12-22 x 100
64
Pont menyarankan bahwa rasio gabungan insisif terhadap lebar
lengkung gigi melintang yang diukur dari pusat permukaan oklusal gigi,
idealnya adalah 0,8 pada fosa sentral premolar pertama dan 0,64 pada fosa
sentral molar pertama.

Menentukan selisih antara kedua hasil yang didapat


o

LLG pasien = LLG Pont, maka LLG pasien normal (selisih 0)

LLG pasien < LLG Pont, maka LLG mengalami konstriksi (selisih -)

LLG pasien > LLG Pont, maka LLG mengalami distraksi (selisih +)

Pont juga menyarankan bahwa lengkung rahang atas dapatdiekspansi


sebanyak 1-2 mm lebih besar dari idealnya untuk mengantisipasi
kemungkinanterjadinya relaps.

Gambar 6. Pengukuran lebar lengkung gigi pada analisis Pont. Patokan


yang digunakan adalah sentral fosa premolar pertama
permanen dan molar pertama permanen
e.Analisis Kesling (Diagnostic Setup)

Definisi:
Analisis kesling merupakan cara untuk menggambarkan bagaimana
mengatasi masalah ruang dalam tiga dimensi, yaitu dengan melepaskan gigi dari
tulang basal model dan menempatkannya kembali ke dalam kedudukan yang lebih
baik.
Fungsi:

sebagai suatu pertolongan praktis yang dapat dipakai untuk menentukan


diagnosis, rencana perawatan maupun prognosis perawatan suatu kasus

secara individual
Karena cara ini mampu untuk mendiagnosis, maka disebut diagnostic

setup model
model yang telah disusun kembali dalam lengkung gigi tersebutjuga
merupakan gambaran suatu hasil perawatan maka disebut juga prognosis

setup model.
Prosedur:
model kasus RA-RB disiapkan
memfiksasi
model
pada

okludator

yang

sesuai,

dengan

membuatkedudukan basis dari model sejajar dengan bidang oklusal


(model RB). Bidang oklusal dengan bidang mandibula sebaiknya

membentuk sudut rata-rata 15


kemudian dimulai memotong/memisahkan gigi-gigi dari model tersebut
pada aproksimal kontaknya dengan suatu pisau/gergaji, caranya:
- membuat lubang dengan gergaji 3mm di atasgingival margin
-

(fornix) antara gigi 11 dan 21


dari lubang ini dibuat irisan arah horisontalkanan-kiri sampai M1
dibuat irisan vertikal pada aproksimal M2-M1
diberi tanda masing-masing gigi agar tidak keliru
dibuat irisan vertikal pada setiap aproksimal
masing-masing gigi dipisahkan
menyusun kembali gigi-gigi tersebut dalam lengkung yang

dikehendaki dengan perantaraan wax


Pada saat penyusunan kembali, analisis sefalometri digunakan untuk

memperkirakan letak dan angulasi gigi insisif.


Untuk menjaga agar gigitan tidak berubah, dibuat gigitan lilin dalam
keadaan oklusi sentrik dan pemotongan tidak dilakukan pada seluruh gigi.

Diagnostic setup akan memperlihatkan jumlah ruang yang tersedia dan


yang tersisa sehingga dapat membantu dalam memilih gigi mana yang
akan diekstraksi serta bagaimana pergerakan gigi untuk menutup ruang
tersebut.

Modifikasi Cara Kesling


Prosedur:

hasil cetakan yg belum diisi gips disiapkan


mengisi cetakan dengan gips 3 mm dr gingival margin
wax ditunggu hingga keras kemudiandiisi lagi dengan gips, tunggu,

cetakan dilepaskan
masing-masing gigi dipisahkan dengan terlebih dulu model difiksasi pada
okludator dan diberi tanda serta dipisahkan arah vertikal pada aproksimal

kontaknya
menyusun kembali gigi sesuai lengkung yang dikehendaki dengan cara
yang sama, untuk kasus:
o RB normal : RA mengikuti RB
o RA normal: RB mengikuti RA
o RA & RB tidak normal: tentukan RB lebih dulu

f. Metode Thompson and Brodie


Tujuan:
menentukan lokasi (daerah) sebab-sebab terjadinya deep overbite
Deep overbite: suatu kelainan gigi dimana tutup menutup (over lapping)
gigi-gigi depan atas bawah sangat dalam menurut arah bidang vertikal
Normal overbite: rata-ratainsisif sentral RA menutupi = 1/3 panjang
mahkota insisif sentral RB, normalnya adalah = 2 - 4 mm
Dapat terjadi pada ketiga klas maloklusi Angle: kelas I, II, III
Keadaan ini sangat tidak menguntungkan untuk kesehatan gigi geligi
tersebut dan perlu diketahui bagaimana pengaruhnya pada gigi anak-anak.
Beberapa hubungan yang mungkin terjadi :
o Deep overbite
o Palatal bite / Closed bite

o Shallow bite
o Edge to edge bite
o Cross bite = reversed bite
o Open bite
Deep overbite dapat disebabkan:
a). Dental:
-

Supra oklusi gigi-gigi anterior

Infra oklusi gigi-gigi posterior

Kombinasi supraoklusi dan infraoklusi

Inklinasi lingual gigi-gigi P dan M

b). Skeletal:
- Ramus mandibula yang panjang
- Sudut gonion yang tajam
- Pertumbuhan procesus alveolaris yang berlebihan
c). Kombinasi

Analisis deep overbite dapat dipelajari dari:


1). Cetakan model gigi-gigi penderita
2). Foto profil penderita
3). Langsung dari penderita
4). Dengan sefalometri radiografik

1). Mempelajari model gigi-gigi penderita


o Sempurna tidaknya kalsifikasi dilihat adanya benjolan yang tidak
sempurna rata pada model, pada palatum, prosesus alveolaris, dan lain-lain
o Adanya benjolan berarti kalsifikasi tidak sempurna
o Adanya gingiva tebal.
o Kurva Von Spee yang tajam
2). Dari foto profil penderita
o Jika Nasion SNA > 43%, maka SNA ke Mentum lebih pendek, berarti
ada infraklusi gigi-gigi posterior

o Jika NA SNA < 43% maka SNA ke Mentum lebih panjang, berarti ada
supraoklusi gigi-gigi anterior.
3). Langsung dari penderita
jika ada keragu-raguan deep overbite disebabkan oleh karena infraoklusi
gigi-gigi bukal (P dan M) saja atau bersama-sama dengan supraoklusi gigigigi anterior
Prosedur:
mengambil sepotong stenz (wax) yang dilunakkan
meletakkan stenz tersebut di atas permukaan oklusal P dan M salah satu
rahang kanan atau kiri
penderita disuruh menggigit stenz sehingga kedudukan profil muka
penderita pada keseimbangan: NA - SNA = 43% NA Mentum
setelah stenz keras dilihat pada regio anteriornya:
o Jika deep overbite sama sekali hilang, sedang stenz masih tebal berarti
terdapat infraoklusi gigi-gigi P dan M
o Jika deep overbite masih ada, sedang stenz tergigit habis berarti adanya
supraoklusi gigi-gigi anterior
o Jika deep overbite masih ada, sedang stenz masih ada ketebalan, hal ini
berarti ada kombinasi keadaan tersebut di atas
4). Dari mempelajari sefalometri radiografik

Cara yang baik untuk menentukan deep overbite yang bersifat skeletal
type, dimana akan terlihat:

Frankfurt Mandibulair Plane Angle kecil

Panjang Ramus Mandibula lebih panjang

Sudut gonion tajam

Pertumbuhan ke arah vertikal dan bagian muka kurang

Pada keadaan normal dalam keadaan physiologic rest position (istirahat)


proporsi muka pada ukuran vertikal : Nasion ke Spina Nasalis Anterior
(SNA) = 43% dari jumlah panjang Nasion ke Mentum (Gnathion)

Ukuran ini sangat penting untuk mengetahui prognosis dari deep overbite
yaitu koreksinya ditujukan pada elevasi (ekstrusi) gigi-gigi bukal dan atau
depresi (intrusi) gigi-gigi anterior

Prognosa:
1. Dental: baik
2. Skeletal: tidak menguntungkan
3. Deep overbite karena kalsifikasi yang buruk dari alveolaris dan basal bone
biasanya buruk

You might also like