Professional Documents
Culture Documents
AQIDAH AKHLAK
Kelompok 9
Irvan Arfian Maulana (2014710450002)
Ryan Aji Kusuma
(2014710250003)
Vani Okta W
(2014710450020)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, yang Maha menentukan setiap detail takdir
sekaligus menetapkan segala hikmah disebaliknya. Semata-mata demi kebaikan
dan keadilan pada hamba-hamba-Nya. Shalawat dan salam semoga terlimpah
kepada manusia terbaik sepanjang sejarah manusia, sang khatamul anbiya,
Muhammad Al-Musthafa, beserta keluarga, sahabat dan seluruh umat yang
senantiasa istiqamah menapaki risalahnya yang paripurna, hingga akhir zaman.
Bersyukurlah, sepahit apapun kondisi kami, masih selalu diberikan kesempatan
dan kesehatan untuk mengerjakan dan menyelesaikan penulisan tugas makalah
ini.
Dapat kami selesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari dukungan berbagi
pihak terutama Dosen pembimbing mata kuliah Aqidah Akhlak, oleh karena itu
kami mengucapkan banyak terima kasih atas bimbingannya.
Akhirnya, besar harapan kami agar makalah ini dapat bermanfaat memberikan
informasi, gambaran, dan dapat berguna bagi pembelajaran di dunia. Amin ya
rabbal alamin.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3 Metode Pengumpulan Data ........................................................ 2
1.4 Tujuan ........................................................................................ 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sumber Aqidah .......................................................................... 3
2.2 Tingkatan Aqidah ....................................................................... 10
2.3 Kedudukan dan Urgensi Aqidah ................................................ 11
2.4 Fungsi Aqidah............................................................................. 16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 18
BAB I
PENDAHULUAN
dikaitkan
dengan
pengertian
terminologinya,
seperti
yang
2)
3)
4)
BAB II
PEMBAHASAN
Artimya :
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya
kami benar-benar memeliharanya. (Q.S. Al-Hijr, 15 : 9)
Al-Quran adalah firman Allah yang diwahyukan kepada Rasulullah
sholallahu alaihi wassalam melalui perantara Jibril. Di dalamnya, Allah
telah menjelaskan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh hamba-Nya
sebagai bekal kehidupan di dunia maupun di akhirat. Ia merupakan
petunjuk bagi orang-orang yang diberi petunjuk, pedoman hidup bagi
orang yang beriman, dan obat bagi jiwa-jiwa yang terluka. Keagungan
lainnya adalah tidak akan pernah ditemui kekurangan dan celaan di dalam
Al-Quran, sebagaimana dalam firman-Nya :
Artinya :
Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang
benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-Nya dan
Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Al Anam,
6 : 115)
Al Imam Asy Syatibi mengatakan bahwa sesungguhnya Allah telah
menurunkan syariat ini kepada Rasul-Nya yang di dalamnya terdapat
penjelasan atas segala sesuatu yang dibutuhkan manusia tentang kewajiban
dan peribadatan yang dipikulkan di atas pundaknya, termasuk di dalamnya
perkara akidah. Allah menurunkan Al-Quran sebagai sumber hukum
akidah karena Dia tahu kebutuhan manusia sebagai seorang hamba yang
diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Bahkan jika dicermati, akan
ditemui banyak ayat dalam Al-Quran yang menjelaskan tentang akidah,
baik secara tersurat maupun secara tersirat. Oleh karena itu, menjadi hal
yang wajib jika kita mengetahui dan memahami akidah yang bersumber
dari Al-Quran karena kitab mulia ini merupakan penjelasan langsung dari
Rabb manusia, yang haq dan tidak pernah sirna ditelan masa.
2. As Sunnah
Seperti halnya Al Quran, As Sunnah adalah satu jenis wahyu yang datang
dari Allah subhanahu wataala walaupun lafadznya bukan dari Allah tetapi
maknanya datang dari-Nya. Hal ini dapat diketahui dari firman Allah :
Artinya :
Dan dia (Muhammad) tidak berkata berdasarkan hawa nafsu, ia tidak
lain kecuali wahyu yang diwahyukan. (Q.S. An Najm, 53: 3-4)
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam juga bersabda :
Tulislah, Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak keluar
darinya kecuali kebenaran sambil menunjuk ke lidahnya. (Riwayat Abu
Dawud)
Yang menjadi persoalan kemudian adalah kebingungan yang terjadi di
tengah umat karena begitu banyaknya hadits lemah yang dianggap kuat
dan sebaliknya, hadits yang shohih terkadang diabaikan, bahkan tidak
jarang beberapa kata mutiara yang bukan berasal dari Rasulullah
shalallahu alaihi wassalam dinisbatkan kepada beliau. Hal ini tidak lepas
dari usaha penyimpangan yang dilakukan oleh musuh-musuh Allah untuk
mendapatkan keuntungan yang sedikit. Kekuatan As Sunnah dalam
menetapkan syariat, termasuk perkara akidah ditegaskan dalam banyak
ayat Al-Quran, diantaranya firman Allah yang artinya :
Dan apa yang diberikan Rasul kepada kalian maka terimalah dan apa
yang ia larang maka tinggalkanlah. (Q.S. Al Hasyr, 15 : 7)
Dan firman-Nya yang artinya :
Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul.
(Q.S. An Nisaa, 4 : 59)
Firman Allah tersebut menunjukkan bahwa tidak ada pilihan lain bagi
seorang muslim untuk tidak menaati Al-Quran dan As Sunnah.
Artinya :
. . .
1. Shiraathal Mustaqiim (jalan yang lurus) adalah bagi pengikut wahyu Allah seperti
yang difirmankan-Nya :
Artinya :
Maka berpegang teguhlah kepada yang telah diwahyukan kepadamu.
Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus. (Q.S. Az-Zukhruf,
43 : 43)
Imam Ibnu Katsir berkata pada tahsir ayat ini: Yaitu, peganglah AlQuran yang diturunkan ke dalam hatimu, karena sesungguhnya ia adalah
al-haq, dan apa yang ditunjukkan olehnya adalah al-haq, yang membawa
kepada jalan Allah yang lurus, yang menhantarkan menuju surga-surga
penuh kenikmatan dan kebaikan yang kekal abadi.
Oleh karena kitab Allah adalah kebenaran, maka dengannya Allah
mengeluarkan manusia dari berbagai macam kegelapan menuju cahaya.
Kegelapan kekafiran, bidah, maksiat, kebodohan, dan kelalaian, menuju
cahaya iman, sunnah, ketaatan, ilmu, dan dzikir. Seperti Firman Allah
yang artinya :
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab
yang menerangkan. Dengan Kitab itulah Allah menunjuki orang-orang
yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab
itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada
cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka
ke jalan yang lurus. (Q.S. Al-Maidah, 5: 15-16)
2. Mengikuti wahyu Allah cukup bagi orang-orang yang beriman, seperti pada
Firman Allah berikut :
10
. . .
Artinya :
...Dan
Kami
turunkan
kepadamu
Al-Kitab
(Al-Qur'an)
untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira
bagi orang-orang yang berserah diri. (Q.S. Al- Nahl, 16 : 89)
Imam Ibnu katsir berkata pada tafsir ayat ini: Sesungguhnya al-Quran
memuat segala ilmu yang bermanfaat, memuat berita yang telah terjadi
dan ilmu yang akan terjadi, dan memuat segala yang halal dan yang haram,
dan segala yang dibutuhkan oleh menusia di dalam urusan dunia mereka,
agama, kehidupan, dan akhirat. Dan petunjuk terhadap hati, serta rahmat
dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.
Karena petunjuk Al-Quran dan As-Sunnah telah lengkap, agama ini telah
sempurna, maka merupakan perkara wajar, bahkan wajib untuk
mencukupkan diri denagn agama ini, tanpa mengikuti selainnya.
Berikut dalil- dalil yang berisikan tentang larangan mengikuti selain wahyu
Allah SWT :
1. Al-Qurn Surat Al-ARaf ayat 3
Artinya :
Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu
mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil
pelajaran (daripadanya). (Q.S. Al-Araf, 7 : 3)
Imam Ibnu Katsir berkata pada tafsir ayat ini: (Ikutilah apa yang diturunkan
kepada Rabbmu) yaitu: ikutilah peninggalan-peninggalan nabi yang ummi,
11
yang datang kepada kamu membawa kitab (Al-Quran) yang telah diturunkan
kepada kamu dari Penguasa dan Pemilik segala sesuatu. (Dan janganlah kamu
mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya) yaitu janganlah kamu keluar dari
apa yang dibawa oleh rasul kepada kamu menuju selain-Nya, sehingga kamu
menyimpang dari hukum Allah menuju hukum selain-Nya.
Setelah kita mengetahui keterangan di atas, maka kita dapatkan banyak di
antara umat Islam yang terjerumus ke dalam bidah atau terpengaruh
pemikiran bidah, berpedoman terhadap hal-hal yang tidak dibenarkan oleh
agama.
Sebagian mereka menjadikan akal dan logika sebagai sumber aqidah dan
hukum. Mereka menempatkan akal manusia yang terbatas di atas wahyu
Allah, sehingga mereka meninggalkan wahyu dengan alasan logika dan akal.
Padahal, wahyu adalah kebenaran mutlak sedangkan akal manusia terbatas.
2. Al-Quran Surat Fushshilat Ayat 42
Artinya :
Kebatilan tidak datang kepadanya (Al-Quran) baik dari depan maupun
dari belakang. (Al-Quran) diturunkan dari (Rabb) Yang Maha Bijaksana
lagi Maha Terpuji. (Q.S. Fushshilat, 41 : 42)
Dengan tegas Allah menyetakan bahwa kitab-Nya tidak didatangi oleh
kebatilan, baik disaat diturunkannya, atau sesudahnya. Kebathilan maknanya
adalah kedustaan atau kesia-siaan. Kemudian akal siapa yang dipakai ukuran
untuk menolak wahyu? Jika akal orang kafir, seperti Iblis, Firaun, Abu
Lahab, atau Abu jahal, maka wajar mereka menolak wahyu, karena memang
mereka orang-orang kafir. Namun, jika yang dipakai adalah akal Abu Bakar,
Umar bin Khoththob, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, pastilah akal
mereka ini menerima wahyu, meyakininya dengan tanpa keraguan.
12
13
Artinya:
Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi
sebelummu, bahwa jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka
sungguh amalmu akan hancur, dan kamu benar-benar akan termasuk orangorang yang merugi. (Q.S. az-Zumar, 39 : 65)
14
Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul
mendahulukan dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum
aspek yang lainnya. Rasulullah saw berdakwah dan mengajarkan Islam
pertama kali di kota Makkah dengan menanamkan nilai-nilai aqidah atau
keimanan, dalam rentang waktu yang cukup panjang, yaitu selama kurang
lebih tiga belas tahun. Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin yang
merupakan minoritas di Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat
berat. Ujian berat itu kemudian terbukti menjadikan keimanan mereka sangat
kuat, sehingga menjadi basis atau landasan yang kokoh bagi perjalanan
perjuangan Islam selanjutnya. Sedangkan pengajaran dan penegakan hukumhukum syariat dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu yang lebih
singkat, yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi pelajaran
bagi kita mengenai betapa penting dan teramat pokoknya aqidah atau
keimanan dalam ajaran Islam.
2.3.2 Urgensi (kepentingan) Aqidah Islam
1. Membebaskan manusia dari penghambaan kepada selain Allah
Seseorang yang beraqidah Islam hanya menyembah dan tunduk kepada
Allah, menjauhi segala bentuk ketundukan dan penghambaan kepada
selain Alla, karena yang berhak disembah dan diberi ketundukan mutlak
hanyalah Allah Swt.
Seseorang yang beraqidah Islam meyakini bahwa Yang Mahakuasa
hanyalah Allah Swt, Yang Berkuasa untuk mendatangkan kebaikan dan
yang berkuasa untuk menghilangkan keburukan. Allah berfirman:
Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka
tidak ada yang menghilangkannya melainkan dia sendiri. dan jika dia
mendatangkan kebaikan kepadamu, maka dia Maha Kuasa atas tiap-tiap
sesuatu. (Q.S. Al-Anam, 6 : 17)
15
manusia-manusia
yang
memiliki
16
negeri
akhirat,
dan
janganlah
kamu
melupakan
17
18
yang
menyimpang,
seperti
bidah,
khurafat,
dan
penyelewengan-penyelewengan lainya.
4. Akidah islam berfungsi untuk menetapkan seseorang sebagai muslim atau
non muslim.
Hubungan Aqidah dengan semua ibadah seperti yang telah disebutkan dalam
fungsi aqidah di atas adalah, semua ibadah yang kita lakukan tidak akan ada
gunanya jika tidak dilandasi dengan aqidah yang kuat dan kokoh. Ibarat
sebuah bangunan, tidak ada gunanya kita membangun bangunan yang megah
jika pondasi yang kita bangun tidak kokoh, pastinya bangunan itu akan roboh.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sumber aqidah islam adalah Al-Quran dan As Sunnah artinya informasi apa
saja yang wajib diyakini hanya diperoleh melalui Al-Quran dan As Sunnah.
Al-Quran memberikan penjelasan kepada manusia tentang segala sesuatu.
Sedangkan akal fikiran bukanlah merupakan sumber aqidah, dia hanya
berfungsi untuk memahami nash-nash (teks) yang terdapat dalam kedua
sumber tersebut dan mencoba membuktikan secara ilmiah kebenaran yang
disampaikan oleh Al-Quran dan As Sunnah (jika diperlukan). Itupun harus
didasari oleh semua kesadaran bahwa kemampuan akal manusia sangat
terbatas.
Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat
suatu bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain,
seperti ibadah dan akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah
yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh.
Tidak usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar menahan atau
menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur
berantakan.
Hubungan Aqidah dengan semua ibadah yang kita lakukan tidak akan ada
gunanya jika tidak dilandasi dengan aqidah yang kuat dan kokoh. Ibarat
sebuah bangunan, tidak ada gunanya kita membangun bangunan yang megah
jika pondasi yang kita bangun tidak kokoh, pastinya bangunan itu akan roboh.
20
DAFTAR PUSTAKA
Azyumardi, Azra ddk. 2002. Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi
Umum. Depak.
http://a2hk.blogspot.com/2013/05/sumber-aqidah-islam.html
http://iqbalinformatikaumi.blogspot.com/2012/12/tingkatan-iman-dan-aqidah.html
http://nayawati.blogspot.com/2009/11/1-pengertian-dan-fungsi-aqidahhubungan.html
http://gunturgunawan81.blogspot.com/2013/10/pengertian-dan-kedudukanaqidah-dalam.html
http://ertikahuda.weebly.com/4/post/2012/5/kedudukan-aqidah-dalam-islam.html
21