You are on page 1of 9

Mata Kuliah Filsafat Ilmu I

SARANA BERPIKIR ILMIAH

SARANA BERPIKIR ILMIAH


Berpikir ilmiah adalah berpikir yang logis dan empiris.
Berpikir ilmiah adalah akal yang menggabungkan induksi dan

deduksi
Jadi berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu
kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus
ditempuh.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
Sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan
pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmu.
Tujuan
mempelajari metode ilmiah adalah untuk
memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara
baik.

PERANAN BAHASA DALAM


BERPIKIR ILMIAH
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai

dalam seluruh proses berpikir ilmiah.


Ciri-ciri bahasa ilmiah diantaranya:
1. Informatif: mengungkapkan informasi/ pengetahuan.
2. Reproduktif: pembicara menyampaikan informasi yang sama
dengan informasi yang diterima oleh pendengar.
3. Intersubjektif: ungkapan yang dipakai mengandung makna
yang sama bagi para pemakainya.
4. Antiseptik: bahwa bahasa ilmiah itu objektif dan tidak
memuat unsur emotif.

Bahasa bersifat kabur karena arti yang dikandung tidak

jelas dan tidak eksak sehingga suatu pengertian harus


dijelaskan panjang lebar, bertele-tele dan tidak
komunikatif.
Bahasa bersifat kabur karena sering berputar-putar

(sirkular) dalam dalam mempergunakan


terutama dalam memberikan definisi.

kata-kata

Matematika

sebagai bahasa dapat menyampaikan


informasi yang jelas, singkat dan tepat serta ekonomis
kata-kata.

Suatu rumus yang singkat, jika ditulis dengan bahasa

verbal memerlukan kata-kata yang panjang dan makin


besar peluang terjadinya salah informasi.

MATEMATIKA SARANA
DEDUKTIF

Pada tahap kuantitatif dilakukan pengukuran terhadap

obyek yang sedang dikaji sehingga hubungan sebab


akibat dapat ditentukan secara eksak.
Matematika
menemukan
pengetahuan
baru
berdasarkan premis-premis tertentu yang merupakan
konsekuensi pernyataan sebelumnya.
Matematika digunakan sebagai sarana berpikir
deduktif dengan mengambil kesimpulan berdasarkan
premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan.

Matematika berfungsi sebagai alat berpikir logis (Ludwig

Wittgenstein, 1972).
Matematika merupakan pengetahuan yang disusun secara

konsisten berdasarkan logika deduktif (Bertrand Russell


dan Alfred Whitehead, 1910).
Matematika merupakan pengetahuan yang bersifat rasional

yang kebenarannya tidak bergantung kepada pembuktian


secara empiris.

STATISTIKA SARANA BERPIKIR INDUKTIF


Ilmu adalah pengetahuan yang telah teruji kebenarannya.

Semua pernyataan ilmiah bersifat faktual sehingga dapat


diuji dengan panca indera.
Pengujian empiris merupakan salah satu mata rantai dalam
metoda ilmiah yang membedakan ilmu dari pengetahuan lain.
Pengujian merupakan proses pengumpulan fakta yang
relevan dengan hipotesis, sehingga sekiranya hipotesis
didukung fakta empiris, maka hipotesis tersebut diterima
kebenarannya.
Pengujian mengharuskan untuk menarik kesimpulan yang
bersifat umum dari kasus-kasus individual atau penarikan
secara induktif.

KARAKTERISTIK BERPIKIR INDUKTIF


Kesimpulan induktif hanya mempunyai peluang untuk benar,

maka meskipun premis-premisnya benar dan prosedur


penarikannya sah, kesimpulannya belum tentu benar..
Tingkat ketelitian kesimpulan induktif tergantung pada
besarnya contoh yang diambil dan makin besar contoh yang
diambil akan makin tinggi pula tingkat ketelitiannya.
Statistika mampu mengetahui hubungan kausalita antara
dua faktor terjadi secara kebetulan atau bersifat empiris.
Pengamatan sepintas memberikan kesan adanya hubungan
kausalita beberapa faktor dan setelah diteliti bersifat
kebetulan. Statistika berfungsi meningkatkan ketelitian
dalam menarik kesimpulan.

TERIMA KASIH
Wassalamualaikum wa rahmatullah wa barakaatuh

You might also like