You are on page 1of 4

Q = (ti te) T A

C. KOEFISIEN HANTARAN KALOR ()


Koefisien hantaran kalor untuk berbagai material dapat kita tentukan berdasarkan
percobaan percobaan. Semakin besar , semakin jelek pula isolasi kalor.

PENGARUH UDARA
D. DAYA TAHAN KALOR
Nilai-nilai dari berbagai material tidak menunjukan kesamaan. Pada umumnya
logam merupakan pengantar kalor yang baik, sedangkan bahan-bahan yang berisi
banyak udara pada umumnya merupakan pengantar-pengantar kalor yang kurang
baik.
Koefisien hantaran kalor menunjukkan berapa banyak kalor menembus material
tertentu yang tebalnya satu meter persegi, setiap derajat celcius dan setiap detik.
Pada umumnya ketebalan 1 m tidak ditemukan dalam kontruksi-kontruksi kita.
Sebuah dinding dari batu bata misalnya hanya mempunyai ketebalan 220mm.
Karenanya hantaran kalor kita tentukan dengan jalan membagi satu meter persegi
dari dinding ini per derajat celcius dan per detik oleh tebal d dalam meter
TEMBUSAN KALOR DAN DAYA TAHAN KALOR
Satuan /d kita sebut juga koefisien tembus kalor suatu lapisan dan ini kita tandai
dengan huruf besar (lambda). Kebalikan dari koefisien tembus kalor ini adalah

dan ini kita namai daya tahan kalor suatu lapisan yang kita tandai dengan R.
Pengertian daya tahan kalor digunakan dalam lembaran NEN 1068 untuk
mengemukakan persyaratan-persyaratan termis yang ditentukan bagi berbagai
kontruksi.
Jika kita berurusan dengan suatu kotnruksi yang dibuat dari beberapa lapisan kita
dapat menemukan daya tahan kalor setiap lapisan.

CONTOH 1
Kontruksi dibuat dari satu lapisan.
Hitunglah daya tahan kalor R bagi suatu dinding luar yang dibuat dari beton tidak
bertulang yang tebalnya 200mm (sm= 2400 kg

kg
m3

Pemecahannya: kita cari dalam tabel dibawah kolom II 2,21 w/m.

R=

0,20
2,21

CONTOH 2
Kontruksi dibuat dari beberapa lapisan

= 0,091

m .
W

. Maka

Hitunglah daya tahan kalor R bagi suatu dinding luar, dari luar ke dalam dibuat dari
lapisan-lapisan berikut:
a. Dinding setengah bata, dibuat dari batu-bata abu-abu (hardgrauw) 105 mm;
b. Celah udara 50mm;
c. Batu beton sel setebal 100mm: 700 kg/m;
d. Lapisan plesteran kapur setebal 10mm.
Ketentuan Ra:
Tebal = 0,105 m; = 1,16
Ra=

0,105
1,16

= 0,091

m.
W

Ketentuan Rb:
Untuk celah udara kita tidak menggunakan formula

, karena formula ini hanya

berlaku untuk udara yang sepenuhnya tidak bergerak. NEN 1068 menentukan
untuk celah vertikal pada ketebalan lapisan udara yang sedikitnya 20mm, bagi R
celah suatu nilai, 0,172.
Jadi :
Rb = 0,172

m .
W

Ketentuan Rc:
Tebal = 0,10 m; = 0,23
Rc=

d 0,10
=
0,23

= 435

m.
W

Ketentuan Rd:
Tebal = 0,01 m; = 0,70
Rc=

0,01
0,70

= 0,014

m.
W

R= 0,091 + 0,172 + 0,435 + 0,014 = 0,712

m.
W

PERALIHAN KALOR DAN DAYA TAHAN PERALIHAN KALOR


E. Koefisien peralihan kalor
Sebelum kalor beralih dari udara ke suatu konstruksi dinding, lantai atau atap,
terlebih dulu ia harus melewati suatu lapisan udara tipis dan peristiwa seperti ini
terjadi pula sewaktu kalor, ke luar lagi dari konstruksi termaksud. Sama halnya
seperti pada pengertian koefisien tembus kalor bagi suatu lapisan material, di sini
kita memakai pengertian koefisien peralihan kalor bagi suatu lapisan udara.
Kebalikannya:

kita namai daya tahan peralihan kalor suatu lapisan udara.

Daya tahan peralihan kalor suatu lapisan udara akan menjadi lebih besar apabila
lapisan ini berukuran lebih tebal. Karena biasanya laju udara di sisi luar sebuah

dinding atau atap lebih kuat daripada di dalam. Dengan demikian daya tahan
perkalian kalor di dalam ruangan akan lebih besar daripada di luar.

JUMLAH DAYA TAHAN KALOR


F. Penghitungan jumlah tembusan kalor
Untuk menghitung jumlah keseluruhan kalor, yang menembus suatu konstruksi, kita
menggunakan pengertian jumlah daya tahan kalor dalam (Rt)
Rc=

1
i

+R+

1
u

m.
W

Dalam mana:

1
i
R
1
u

= daya tahan peralihan kalor di sisi dalam suatu konstruksi;


= daya tahan kalor yang dimiliki konstruksi;
= daya tahan peralihan kalor di sisi luar kontruksi.

BILANGAN K

1
kita namai jumlah koefisien transmisi kalor (= disebut juga nilai
Rt
K). Ini di kemukakan dalam W/m
Kebalikannya

Jadi bilangan k adalah jumlah watt yang per m menembus suatu konstruksi dan
pada selisih suhu udara 1 antara sisi dalam dan sisi luar.
PERSYARATAN-PERSYARATAN BAGI DAYA TAHAN KALOR (BERDASARKAN NEN 1068)
DAN NORMA-NORMA UNTUK MENGHITUNG NILAI ISOLASI SUATU BANGUNAN
(BERDASARKAN NPR 5068)
a. PERSYARATAN-PERSYARATAN BAGI DAYA TAHAN KALOR BERBAGAI KONSTRUKSI
Ada tiga tahapan kualitas : sedang cukup baik
Pada kenyataan sedang adalah kurang mencukupi, namun karena di Negeri
Belanda orang dianjurkan untuk sedapat mungkin menekan biaya
pembangunan, norma tersebut ditetapkan sebagai sebuah ketentuan minimal.
Pada akhirnya sebuah rumah yang diisolasi secara tidak baik akan terbukti yang
paling mahal, karena suatu pengisolasian yang baik akan berarti suatu
penghematan yang berarti, dalam kaitannya dengan biaya penghangatan dan
pemelirahaan. Bahwa masa pada setiap m juga turut pengaruh. Kepada apa
yang disebut kontruksi-kontruksi berat, persyaratan persyaratan yang
dikenakan adalah lebih ringan ketimbang yang dikenakan kepada apa yang
disebut konstruksi-konstruksi kelas ringan. Penyebabnya adalah bahwa
konstruksi-konstruksi berat mempunyai kemampuan lebih tinggi untuk

menghimpun kalor. Walaupun karenanya jenis konstruksi-konstruksi ini


memerlukan waktu lebih lama untuk mencapai suhu yang semester mereka
dapat lebih lama menyimpan kalor.
b. KETENTUAN DAYA TAHAN KALOR BAGI SUATU KONSTRUKSI
Setelah adanya contoh-contoh yang kami berikan, penghitungan daya tahan
kalor tentu tidak akan menimbulkan kesulitan lagi. Untuk mengurangi pekerjaan
menghitung, daya tahan kalor bagi konstruksi-konstruksi dinding, lantai dan atap
ditunjukkan dalam gambar-gambar, demikian pula ke dalam kelas yang mana
konstruksi-konstruksi ini digolongkan.
c. MENGHITUNG NILAI ISOLASI SUATU BANGUNAN
Agar sebuah bangunan yang sedang direncanakan dapat diketahui nilai
isolasinya terhadap kalor, diberlakukanlah koefisien rata-rata transmisi kalor dari
sebuah bangunan (k) dan indeks isolasi termis dari sebuah bangunan (It)

INDEKS ISOLASI KALOR


Untuk menghitung nilai k terlebih dahulu kita harus mengetahui nilai-nilai k dari
konstruksi-konstruksi yang berbatasan dengan udara luar seperti dindingdinding, jensela-jendela, atap-atap dan lantai-lantai.
Ternyata nilai k bergantung kepada ;
a. Persiapan-persiapan pengisolasian di dalam sebuah bangunan : semakin baik
persiapan-persiapan ini, semakin rendah nilai k;
b. Koefisien jumlah permukaan yang hilang dalam sebuah bangunan dan isi
bangunan (Ao/V): semakin besar nilai ini semakin rendah nilai k.
Untuk menghitung indeks isolasi termis (It) telah direncanakan suatu formula
sedemikian rupa sehingga, pada persiapan-persiapan pengisolasian yang sama
dan yang tidak bergantung kepada bentuk atau besar suatu bangunan, kita
selalu akan menemukan nilai yang sama.

You might also like