You are on page 1of 23

Bab I

Pendahuluan

I.1

Latar Belakang
Arkeologi berasal dari bahasa Yunani archaeo yang berarti
kuna dan logos yang berarti ilmu. Nama arkeologi adalah ilmu
sejarah kebudayaan material yang mempelajari kebudayaan (manusia)
masa lalu melalu kajian sistematis atas data bendawi yang
ditinggalkan.
Arkeologi dipandang sebagai ilmu yang merupakan himpunan
berbagai teori serta mengacu ke berbagai minat, yaitu sains, ilmu-ilmu
sosial dan humaniora.
Tujuan arkeologi sangat beragam diantaranya bertujuan untuk
memahami budaya manusia, maka ilmu ini termasuk dalam kelompok
ilmu humaniora. Secara khusus arkeologi mempelajari budaya masa
silam yang sudah berusia tua, baik pada masa prasejarah (sebelum
mengenal tulisan), maupun pada masa sejarah (ketika terdapat buktibukti tertulis).
Kegiatan manusia masa lalu telah meninggalkan sejumlah jejak
yang kelak dapat menjadi objek wisata man made resources. Sisa
sisa kebudayaan manusia masa lalu tersebut oleh para pakar arkeologi
sering digunakan untuk merekonstruksi kehidupan manusia masa lalu.
Arkeologi memiliki beberapa manfaat, yang pertama untuk
pembangunan di bidang pendidikan, yaitu untuk memperkokoh jati
diri, kebanggan dan nasionalisme melalui pendidikan sejarah kejayaan,
dan keluhuran bangsa pada masa lalu. Kedua, bagi pembangunan di
bidang ilmu pengetahuan, yaitu untuk melengkapi sejarah kejayaan
bangsa dan nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa pada masa lalu.
Ketiga, untuk pembangunan di bidang pariwisata, yaitu menggali dan
menyajikan berbagai macam peninggalan-peninggalan masa lalu untuk
dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata budaya.
1

Dari pengertian dan manfaat arkeologi di atas, tak dapat kita


pungkiri bahwa arkeologi sangat erat kaitannya dengan kebudayaan
masa lalu. Karena bergantung pada benda-benda peninggalan masa
lalu, maka arkeologi sangat membutuhkan kelestarian benda-benda
tersebut sebagai sumber data.
Seperti yang kita ketahui, Maluku dengan ciri khas cengkeh dan
pala, memiliki daya tarik tersendiri bagi bangsa asing diantaranya
Portugis, Belanda dan Jepang. Tetapi sumber data mengenai
keberadaan Portugis di Maluku tidak sebanding dengan Belanda dan
Jepang. Masih banyak informasi yang belum diketahui oleh
pemerintah daerah mengenai asal mula peninggalan bangsa Portugis.
Sebagian besar peninggalan-peninggalan Portugis dianggap sebagai
peninggalan Belanda dan Jepang. Keberadaan objek sejarah yang
masih belum diketahui itu pun ternyata dapat membawa keuntungan
bagi pendapatan daerah lewat pariwisata.
Oleh karena itu, kami memutuskan untuk membahas persoalan
tersebut sebagai bahan kajian dalam karya tulis.

I.2

Tujuan
Adapun Tujuan penulisan ini :

Mengetahui peninggalan-peninggalan bersejarah pada zaman


pemerintahan Portugis
Mengenal lebih dalam sejarah Kota Ambon

Memanfaatkan peninggalan-peninggalan bersejarah sebagai


objek pariwisata
Menambah pemasukan APBD Maluku lewat pemanfaatan
peninggalan bersejarah

I.3

Manfaat
2

Adapun Manfaat penulisan ini terbagi atas:


1. Manfaat Akademis
Penulisan ini diharapkan memberikan kontribusi pikir bagi
upaya pengembangan nilai-nilai arkeologi pada siswa SMA Negeri
1 Ambon dalam mengembangkan ilmu ilmu sosial, terutama
dalam kaitan dengan pelestarian dan pemanfaatan peninggalan
bersejarah masayarakat Maluku serta konstruksi kebudayaan
nasional secara menyeluruh.
2. Manfaat Praktis
Penulisan ini diharapkan:
Dapat
membuat
Masyarakat

menyadari

pentingnya

peninggalan bersejarah
Memperkaya proses pengembangan arkeologi yang dimiliki
masyarakat pada aras lokal (baca: Masyarakat Setempat) dan

upaya pengembangan wacana publik


Menjadi inspirasi bagi para arkeolog muda untuk terus mencari
dan melestarikan peninggalan bersejarah yang belum diketahui

I.4

Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan adalah tinjauan pustaka. Dengan
metode ini, kami dapat memperoleh buku-buku yang dapat membantu
kami dalam penyusunan karya tulis.

I.5

Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka yang akankami
bahas adalah Bagaimana Peranan Arkeologi dalam Pelestarian dan
Pemanfaatan Peninggalan Bersejarah

Bab II
Kerangka Teori

2.1

Landasan Teori
a. Pengertian Arkeologi dan Hubungannya dengan Ilmu Lain
Salah satu segi dari pengembangan ilmu pengetahuan adalah
pengembangan teori. Penulisan Sejarah Kebudayaan dalam skala
apapun, tidak akan dapat dilakukan jika tidak ada data nyata mengenai
tinggalan-tinggalan dari budaya masa lalu. Dalam menggarap setiap
masalah ilmiah, arkeologi perlu membuat suatu paparan dan penilaian
terlebih dahulu mengenai state of art.

Arkeologi adalah disiplin ilmu yang tujuannya adalah untuk


mengungkapkan kehidupan manusia masa lalu melalu kajian atas
tinggalan-tinggalan kebendaanya. Arkeologi sebenarnya memiliki
pengertian yang sangat luas. Berikut ini merupakan pengertian
arkeologi menurut beberapa para ahli:
1. Menurut Whitten dan Hunter (dalam Kasnowihardjo, 2001),
arkeologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan aktivitasnya
di masa lampau berdasarkan sisa-sisa kehidupan yang didapatkan
secara sistematis, baik yang ditemukan di atas maupun di bawah
permukaan tanah.
2. Arkeologi menurut Haviland (1985; 14) adalah cabang antropologi
budaya yang mempelajari benda-benda dengan maksud untuk
menggambarkan

3. Menurut

Ihromi

dan

menerangkan

(1994;

7)

perilaku

Arkeologi

manusia.

adalah

usaha

merekonstruksikan dan menyusun kembali cara hidup sehari-hari


dan adat-istiadat dari bangsa-bangsa masa prasejarah, serta
menelusuri perubahan kebudayaan dan mengajukan keterangan
tentang kemungkinan sebab dari perubahan kebudayaan itu.
4. Menurut Adya Grahita Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari
kebudayaan manusia dari penemuan kembali, dokumentasi, dan
analisa dari peninggalan berupa benda yang di buat oleh manusia
dan data dari lingkungan sekitar termasuk arsitektur, artefak (bendabenda yang dibuat oleh manusia), biofak (sisa-sisa dari makhluk
hidup selain manusia), sisa-sisa manusia (berupa fosil manusia), dan
keadaanlingkungan(Landscape).
5. Menurut Bray and Trump ( 1970 ), Arkeologi adalah ilmu yang
mempelajari kehidupan manusia masa lampau berdasarkan sisa-sisa
5

hasil kegiatan yang ditinggalkan, termasuk sisa-sisa manusianya itu


sendiri.
6. Menurut Rober J. Braidwood, seperti yang disebutkan dalam
bukunya yang berjudul Archaeologists and What They Do,
Arkeologi adalah suatu ilmu yang mempelajari artefak-artefak dan
tingkah laku manusia dengan tujuan untuk mengetahui seluruh cara
hidupnya. Dengan definisi ini maka seorang arkeolog memusatkan
perhatian pada benda-benda buatan manusia dalam usahanya
merekonstruksi

cxara

hidup

manusia

masa

lampau.

7. Menurut Martin ( 1975 ) dan Joukowsky ( 1980 ), Arkeologi adalah


ilmu yang mempelajari peninggalan peninggalan manusia di masa
lampau secara sistematis dan metodis, pengetahuan yang diperoleh
selanjutnya dapat digunakan untuk menggambarkan masa lampau,
merekonstruksi

kehidupan

manusia

di

masa

lampau,

dan

mengetahui terjadinya proses budaya


Sedangkan menurut kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia, arkeologi
adalah ilmu tentang khidupan dan kebudayaan zaman kuno berdasarkan
benda-benda peninggalannya seperti patung-patung dan perkakas rumah
tangga.
Arkeologi tidak berdiri sendiri melainkan memiliki mitra
berupa ilmu-ilmu yang lain1. Sejumlah disiplin ilmu lain seringkali
membantu arkeologi memecahkan permasalah peninggalan suatu benda
bersejarah. Misalnya sebuah disiplin ilmu lain yang membantu
arkeologi ialah Filologi. Ilmu ini mempelajari naskah-naskah sastra
lama untuk mengetahui kandungan isi, tujuan penulisan da1n siapa
yang menulisnya (Budaya Indonesia Kajian Arkeologi seni dan sejarah,

2006:18-20). Hubungan arkeologi dengan Filologi yaitu bagiannya


yang mempelajari naskah sebagai artefak.
Arkeologi merupakan ilmu yang mempelajari benda-benda
peninggalan masa lalu. Namun, bukan berarti semua benda masa lalu
menjadi obyek yang dipelajari dalam arkeologi. Benda masa lalu yang
dipelajari adalah benda yang memiliki nilai bersejarah. Kalau dalam
ukuran tahun, berarti lebih dari 50 tahun. Selain itu, benda itu juga
harus punya nilai untuk menjelaskan apa yang terjadi di masa lalu:
Misalnya peninggalan sebuah benteng oleh bangsa asing yang pernah
menjajah daerah tersebut. Jadi, bukan hanya harta karun benda yang
bernilai dalam ilmu arkeologi. Benteng-benteng yang tidak diketahui
letaknya, itu juga penting. Karena benteng tersebut dapat memberikan
banyak manfaat bagi kita.

____________________
1

Disajikan sebagai ceramah umum pada PIAMI (Pertemuan Ilmiah


Arkeologi Mahasiswa se-Indonesia) IX, di Graha Wisata, Taman Mini
Indonesia Indah, Jakarta, 10 Juni 2002
b. Warisan Budaya

Warisan budaya yang tangible, yaitu yang dapat disentuh, berupa


benda konkret, yang merupakan hasil buatan manusia, dan dibuat untuk
memenuhi kebutuhan tertentu. Namun, pada khususnya terdapat pula
contoh di mana suatu benda alami, tidak diberi pengerjaan apapun oleh
tangan manusia, menjadi warisan budaya juga karena pada masa
berfungsinya benda tersebut diberi makna budaya oleh manusia.
Bagaimanapun, suatu benda budaya yang bersifat tangible itu, karena
sifat budayanya itu tentu mempunyai juga sesuatu atau sejumlah aspek
intangible (takbenda, tak dapat diraba) yang melekat padanya.

Aspek-aspek intangible atau takbenda itu2 dapat berkenaan dengan :


1. konsep mengenai benda itu sendiri;
2. perlambangan yang diwujudkan melalui benda itu;
3. kebermaknaan dalam kaitan dengan fungsi atau kegunaannya;
4. isi pesan yang terkandung di dalamnya, khususnya apabila
terdapat tulisan padanya;
5. teknologi untuk membuatnya; ataupun
6. pola tingkah laku yang terkait dengan pemanfaatannya.
Contoh : benteng, bangunan yang dibuat untuk pertahanan terhadap
musuh
___________
2

Dalam masyarakat kadang-kadang masih terdapat kesalahan dalam


mengartikan dengan tepat istilah tangible dan intangible itu. misalnya, ada dokumen
tertentu yang mengartikan tangible = berwujud, dan intangible = tak berwujud.
Padahal, aspek budaya yang intangible itu memang dapat bersifat abstrak, seperti
konsep dan nilai, dapat pula bersifat konkret, tetapi tak dapat dipegang, seperti musik,
tari, upacara, dan lain-lain. Suatu pergelaran yang nyata, umumnya juga mempunyai
benuk dan struktur tertentu, tak dapat dikatakan tak berwujud

c. Pengertian dan Fungsi benteng sebagai warisan sejarah di


Indonesia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, benteng ialah
bangunan tempat berlindung (dari serangan musuh) atau dinding
(tembok) untuk menahan serangan. Benteng juga merupakan bangunan
untuk keperluan militer yang dibangun untuk pertahanan sewaktu
dalam peperangan. Benteng sudah dibangun oleh umat manusia sejak
8

ribuan tahun yang lalu dalam berbagai bentuk dan pada akhirnya
berkembang menjadi bentuk yang sangat kompleks.
Benteng-benteng saat ini memiliki nilai yang tinggi karena
merupakan Warisan Sejarah dan Budaya milik bersama dari beberapa
negara bahkan juga termasuk Indonesia. Beberapa benteng di Indonesia
dalam kondisi yang terpelihara dan dimanfaatkan dengan cukup baik,
tapi lebih banyak jumlah benteng yang terbengkalai dan dalam kondisi
memprihatinkan. Padahal, benteng merupakan salah satu benda cagar
budaya yang perlu dilestarikan. Dalam dunia pariwisata istilah objek
wisata mempunyai pengertian sebagai sesuatu yang menjadi daya tarik
bagi seseorang atau calon wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah
tujuan wisata.
Terdapat lebih dari 275 benteng pertahanan yang tersebar di
seluruh Indonesia, baik di pulau-pulau besar hingga di kepualuan
terkecil menjadi saksi perjalanan sejarah yang luar biasa, memiliki
kondisi fisik yang beraneka ragam. Sebagai contoh benteng besar
Victoria yang masih memiliki kondisi cukup baik, berdiri kokoh dan
menjadi landmark kota yang sangat penting.
Mengingat fungsinya sebagai bangunan pertahanan sekaligus
untuk kegiatan perdagangan, maka benteng harus memperhatikan
elemen-elemen dalam seni arsitektur militer. Selain itu penting untuk
membuat rencana ruang-ruang untuk para pedagang, kantor, gudang
untuk persediaan barang, gereja (tempat ibadah), rumah sakit dan tentu
saja barak-barak bagi tentara, gudang amunisi, membuat benteng
menjadi sebuah bangunan yang merupakan sebuah kompleks atau kota
kecil dengan berbagai fasilitas untuk komunitas di dalamnya. Bahkan
dapat dikatakan sebuah pemukiman dari peradaban barat dalam sebuah
lingkungan dengan iklim tropis timur.

2.2

Hipotesa
Masih banyak peninggalan dari bangsa Portugis di Maluku yang

belum diketahui oleh masyarakat luas. Padahal peninggalan tersebut


dapat dimanfaatkan sebagai objek pariwisata dan membantu pemerintah
dalam menambah APBD Maluku. Di sinilah peran dari Arkeologi
sangat dibutuhkan dalam membantu dan membangun karakteristik
sebuah daerah lewat peninggalan tersebut.

Bab III
ISI

3.1

Sumber data
a.

Sumber Data

10

Data Sekunder

: berupa buku-buku yang berkaitan dengan

penulisan karya tulis dimaksud.

3.2

Analisis dan Pembahasan


a. Arkeologi dan perkembangannya di Indonesia
Salah satu segi dari pengembangan ilmu pengetahuan adalah
pengembangan teori. Dalam arkeologi berlaku juga teori-teori yang
berkembang dalam ilmu-ilmu sosial dan budaya yang pada umumnya
dijadikan sebagai pengarah interpretasi atas himpunan-himpunan
datanya. Salah satu teori dasar adalah mengenai proses pembentukan
kebudayaan yang digolongkan dalam dua teori : a) teori idealistik
menyatakan bahwa kebudayaan yang berintikan sistem gagasan
terbentuk karena terdapat kompetensi manusia dalam konseptualisasi
dan

dengan

struktur

konsep-konsep

itu

membentuk

serta

mengembangkan kebudayaan, sebaliknya. b) teori materialistik


menyatakan bahwa pada dasarnya manusia dihadapkan.
Di Indonesia perkembangan arkeologi dimulai dari lembagalembaga yang bergerak di bidang kebudayaan. Sebagai salah satu
komponen penegak kebudayaan bangsa maka arkeologi harus
menentukan langkah-langkah yang menguntungkan bagi kehidupan
bangsa kita. Benda-benda masa lalu yang ditemukan oleh arkeolog
sebenarnya membawa keuntungan bukan hanya sekarang tapi untuk
masa yang akan datang.
Arkeologi adalah ilmu sejarah kebudayaan material yang
mempelajari kebudayaan (manusia) masa lalu melalui kajian sistematis
atas data bendawi yang ditinggalkan. Arkeologi mempelajari
kehidupan budaya masa lalu berdasarkan bukti-bukti penemuan artefak
dan fosil. Dengan kata lain, arkeologi merupakan salah satu jembatan
penghubung antara masa lalu dengan masa sekarang.
Masa sekarang adalah endapan masa lalu sekaligus proyeksi
masa depan. Selalu ada keterkaitan antara masa lalu, masa kini dan
masa

depan.

Ketiganya

merupakan

garis

lurus

yang

saling
11

mempengaruhi dan mengisi. Seperti kata orang Kota tanpa


bangunan tua bagai manusia tanpa ingatan.
b. Kedatangan Bangsa Asing ke Indonesia
Indonesia adalah salah satu negara yang sangat unik di dunia.
Suatu negara kepulauan dengan beraneka ragam kekayaan alam,
berbagai produk agrikultur iklim tropis dan tanah yang sangat subur,
telah dikenal dan banyak menarik minat berbagai bangsa-bangasa di
seluruh belahan dunia.
Pada sekitar awal abad ke-16, begitu banyak bangsa-bangsa
asing datang ke Indonesia dan mengeksplorasi kekayaan alam kita.
Rempah-rempah, kayu dan barang tambang adalah salah satu dari
berbagai komoditi yang menarik pada masa itu. Untuk sejumlah alasan
beberapa bangsa asing tersebut berupaya untuk mempertahankan
kedudukannya dan memonopoli usaha dagang di Indonesia. Portugis,
Belanda dan Jepang sebagai negara-negara yang pernah singgah ke
Indonesia, membangun kubu-kubu pertahanan atau benteng dalam
upaya mempertahankan keamanan mereka dalam berdagang. Bentengbenteng saat ini memiliki nilai yang tinggi karena merupakan Warisan
Sejarah dan Budaya milik bersama dari beberapa negara yang telah
disebutkan di atas dan bahkan juga termasuk Indonesia. Beberapa
benteng di Indonesia dalam kondisi yang terpelihara dan dimanfaatkan
dengan cukup baik, tapi lebih banyak jumlah benteng yang
terbengkalai dan dalam kondisi memprihatinkan.
Hal ini juga terjadi di Kota Ambon. Ambon yang kaya akan
hasil alamnya pernah mengalami penjajahan yang begitu luar biasa
oleh bangsa asing. Begitu banyak peninggalan yang masih
terbengkalai bahkan belum diketahui.
c. Masuknya Portugis di Maluku
Ambon yang oleh orang Portugis disebut Amboina, oleh
masyarakat setempat disebut Ambon, termasuk salah satu kepulauan

12

Sunda. Letaknya pada pusat kawasan Moluxe (Maluku), 320 mil arah
ke timur dari Batavia yaitu ibukota Belanda di Pulau Jawa besar
dengan koordinat antara 30 dan 40 LS dan 1450BT dari Canarien.
Amboina terbentuk oleh dua buah pulau yang

menjadi satu oleh

sebuah tanah genting yang sempit di desa Baguala. Bagian yang


terbesar disebut pesisir Hitu yang sebagian besar dihuni oleh penduduk
yang beragama Islam dan bagian yang lebih kecil berada di bagian
selatan yang dinamakan Leitimor yang seluruh penduduknya beragama
Kristen.
Bangsa Portugis di bawah pimpinan Fransisco Serravo
dengan delapan anak buahnya terdampar di Pulau Nusapenyu*(1512)
lalu berhasil sampai di ujung barat pantai wilayah Hitu dekat Asilulu.
________________________________________________________
Catatan:*Nusapenyu adalah beberapa pulau kecil yang datar, yang dari jauh tidak
terlihat. Terletak tepat pada rute pelayaran dari jawa ke Banda 25 mil sebelah
selatan menenggara dari pulau Ambon terbagi atas dua kelompok yang terhubung
melalui terumbu karang nama Nuusapinyo diambil dari bahasa Melayu yang berarti
Kepulauan Penyu. Kepulauan ini tidak berpenghuni dan terdapat banyak penyu.

Karena penerimaan yang baik, kapalkapal Portugis yang menyinggahi


pantai itu memutuskan untuk menunggu angin yang memungkinkan
mereka pulang ke Malaka. Menurut sumber Belanda rakyat setempat
memberikan kepada mereka suatu tempat kediaman di dekat muara
sungai Pikapoli (Rikapolij).
Tetapi hubungan tersebut tidak berjalan dengan baik karena
sebagian penduduk Hitu yang beragama islam tidak menyukai Portugis
yang beragama Kristen Katolik dan mereka berusaha juga untuk
menguasai cengkih yang berada disana. Sementara itu kapal Portugis
yang memasuki teluk amboina berhasil menjalin persahabatan yang
lebih baik dengan penduduk Hative yang saat itu belum beragama.
Menyadari hal itu orang Hitu berusaha membujuk Portugis tetapi
Portugis mengetahui bahwa mereka sudah tidak dikehendaki di Hitu
maka mereka meninggalkan daerah tersebut.
Dengan seorang penunjuk jalan asal Hukunalo, mereka pindah
ke suatu tempat (Tanjung Manis) dan tetap berada kawasan teluk

13

Amboina sampai armada Portugis dibawah pimpinan Jacobus Lupius


Asevedius mendarat di Ambon.
d. Pertahanan Portugis di Maluku (Pembangunan Benteng)
Ketika Anthonius Calvarus memegang pemerintahan Portugis
di Ternate ternyata kehadiran orang-orang asing di Maluku sudah
bertambah

sehingga

mengganggu

perdagangan

cengkih

yang

dilakukan Portugis. Oleh sebab itu, kapten Jacobus Lupius Asevedius


diperintahkan berlayar menuju Amboina dengan tujuan untuk
mengusir orang-orang asing yang berada di Ambon. Armada ini tiba di
Amboina pada tahun 1538. Dengan paksa pertama tama mereka
merebut Mamala yang sebelumnya merupakan salah satu pusat
kekuatan mereka. Kemudian seluruh pesisir Hitu. Portugis terus
mendesak sampai ke Teluk Ambon di mana mereka berhasil
menemukan orang-orang Portugis yang sedang mengembara melarikan
diri dari pesisir Hitu. Orang orang tersebut adalah orang Portugis
yang di bawah pimpinan Gocalo Pereira Marramaque. Mereka
sebelumnya berlayar ke Ternate, tetapi angkatan lautnya begitu
dilemahkan, sehingga dia berarah ke Filipina (1567) tetapi
perjalanannya gagal. Akhirnya tahun 1568 ia tiba di Ambon dan
kemudian pada tahun 1569 ia mulai membangun benteng. Menurut
pandangannya tempat terbaik untuk benteng itu adalah Hila di pantai
Hitu utara dengan tujuan untuk mengawasi kampung pemberontak.
Marramaque meninggal pada tahun 1572, tetapi sebelum itu
ia mengangkat Joavo da Silva sebagai laksamana dan Sancho de
Vazconcello sebagai kapten dari benteng. Da Silva menganggap situasi
Portugis begitu jelek dan mengusulkan untuk meninggalkan Ambon.
Namun, Vazconcello mempertahankan dengan gigih bahwa ia tidak
boleh dan tidak akan pernah mengkhianati orang-orang Kristen di
Ambon dengan meninggalkan mereka begitu saja. Rempah-rempah
bukan satu-satunya kepentingan. Akhirnya da Silva menyatakan bahwa
ia sendiri akan berlayar ke Malaka untuk menyusun suatu eskader
14

bantuan. Ia menyerahkan seluruh pimpinan ke de Vazconcello untuk


membangun benteng baru.
Demikian de Vazconcello tinggal di Ambon dengan 100
laskar Portugis dan beberapa kapal. Ia segera membangun suatu kubu
sementara di pantai sebelah Leitimor dari teluknya, di seberang dari
tanjung Martafons yang membagi teluk itu bagian dalam dan luar. Di
daerah Galala. Karena benteng tersebut digunakan untuk menampung
para pelarian yang kampungnya sudah dihancurkan maka muncullah
istilah orang-orang merdeka atau yang disebut maredheyka(dalam
buku Valentijn). Kemudian dia membangun lagi sebuah benteng ke
selatan

dari

kubu

(UritetuPortugis

sementara

tadi.

Di

RodenbergBelanda).

daerah

Batu

Merah

Selama

tiga

tahun

Vazconcello dia tinggal di benteng ini. Dari sini, ia mengarahkan


serangan membalas Haruku Utara, Seram Selatan, Banda serta Saparua
dan di sini ia mempertahankan diri melawan ekspedisi-ekspedisi
sekutu Ternate. Diantaranya ia sudah mencita-citakan pembangunan
benteng yang lebih kuat dan permanen di Ambon, lebih-lebih oleh
karena situasi dari benteng Portugis di Ternate semakin gawat. Karena
letaknya

yang

tidak

begitu

strategis,

ia

memutuskan

untuk

memindahkan letak benteng tersebut. Tempat ini terlalu dekat dengan


suatu barisan bukit sehingga tidak dapat melindunginya dari belakang
dan menciptakan kesempatan bagi musuh untuk menghampiri benteng
secara terssembunyi. Sedikit ke selatan, di tempat hutan sagu yang
oleh Rumphius diberi nama Honipopu, terletak dataran pantai yang
lebih luas. Inilah tempat yang dipilih Vazconcello.
Dimulai dengan pembangunan tempat api untuk membat
kapur, mengumpulkan batu-batu dan kemudian meletakkan dasar
untuk benteng baru. Baru saja pekerjaan ini mulai berlangsung,
benteng ternate direbut oleh Baab-Ullah, yang menolak untuk
mengembalikannya sebelum pembunuh ayahnya diserahkan. Raja
muda di Goa menyerah dan mengirim kapten Diogo Lopes de
Mesquita. Tetapi orang-orang Jepara merebut kapal yang sedang
15

berlabuh di pangkalan mereka dan membunuh semua anak buahnya


termasuk de Mesquita. Benteng Ternate runtuh pada akhir Desember
1575 dan tidak lama sesudahnya Baab-Ullah mengirim suatu utusan ke
Ambon yang melaporkan bahwa pembangunan benteng yang baru
sudah cukup maju. Selain itu, mereka mempunyai berita sebuah kapal
Portugis yang berlabuh di Ambon sampai 15 Juli 1576 yang anak
buahnya

membantu

untuk

menyelesaikkan

pembangunan.

Diberitahukan pula bahwa 4 bulan sesudah diletakkan dasar, para


laskar dapat pindah ke bangunan baru. Namun peletakkan dasar ini
dimulai 2 kali, sebab Vazconcello dengan mendadak harus
mengumpulkan pasukannya untuk menaklukkan sejumlah kampong
yang memihak kepada Ternate. Pekerjaan pun ditunda beberapa bulan.
Tidak dapat diragukan bahwa tempat benteng itu dibangun
adalah cikal bakal kota Ambon sekarang. Tidak ada berita mengenai
diletakkannya batu pertama seperti di Ternate (24 Juni 1522) dan
Tidore (6 Januari 1578). Satu-satunya berita ialah bahwaproses itu
dimulai akhir 1575 dan bahwa benteng itu dapat diduduki sekita Juni
atau Juli 1576. Bahkan diberitahukan bahwa gedung ini diselesaikan
tahun 1588. Nama yang diberikan rakyat kepada benteng ini ialah
Benteng Kota Laha yang dalam bahasa Portugis Nossa Senhora
da Annuciada. Sesudah perebutan oleh orang-orang Belanda di
bawah pimpinan Steven van der Haghen pada tahun 1605 namanya
menjadi Kasteel Victoria.

16

Gambar 1. PETA KOTA AMBON PADA ZAMAN PENJAJAHAN PORTUGIS

17

e. Peranan arkeologi dalam pembantukan jati diri suatu bangsa


Dari uraian di atas, tak dapat kita pungkiri bahwa masih
banyak peninggalan dari bangsa asing yang belum diketahui. Jati diri
suatu bangsa, dalam skala adalah sesuatu yang sekaligus ditentukan
oleh dua hal, yaitu a) warisan budaya yang berupa hasil hasil
penciptaan di masa lalu dan b) hasil-hasil daya cipta di masa kini yang
didorong, aktual dari zaman sekarang. Bagian yang berupa warisan
masa lalu itulah yang antara lain merupakan bahan-bahan kajian
arkeologi.
Arkeologi menumbuhkan apresiasi dan penghargaan terhadap
peninggalan sejarah, sebagai bukti peradaban bangsa di masa lampau.
Menyikapi pentingnya nilai sejarah dan budaya yang dimilikinya,
benteng-benteng sebagai benda cagar budaya haruslah dikonservasi. Di
sinilah peranan arkeologi sangat bermanfaat dalam penemuan
bersejarah. Arkeologi sebagai jembatan antara masa lalu dan masa
sekarang memiliki manfaat yang sangat besar.
f. Benteng sebagai objek yang harus dilestarikan masyarakat
Benteng-benteng yang sebenarnya masih bisa dimanfaatkan
dan dilestarikan, membutuhkan peran arkeologi untuk mengetahui asal
mula keberadaannya pada masa itu. Berdasarkan kumpulan data,
ternyata ada dua buah benteng yang keberadaannya hingga saat ini
tidak banyak diketahui oleh masyarakat luas. Letak benteng tersebut
berada di daerah Galala dan Batu Merah, dengan fungsi yang sama
yaitu sebagai pertahanan dan pengawasan terhadap musuh. Dari sinilah
dibutuhkan bantuan arkeologi untuk mengkaji lebih lanjut tentang
peranan benteng sebagai suatu peninggalan bersejarah serta tanggung
jawab masyarakat dan pemerintah terhadap pelestarian peninggalan
tersebut.
Dalam hal ini kesadaran masyarakat akan nilai bangunan dan
kawasan

bersejarah

sangat

diperlukan.

Kehancuran

sebuah

peninggalan bersejarah merupakan urusan sebuah bangsa. Apalagi di


18

zaman yang sudah mengalami kemajuan IPTEK yang begitu pesat


mengakibatkan masyarakat cenderung bersikap acuh tak acuh.
Padahal, peninggalan bersejarah merupakan suatu komponen yang
penting bagi kita untuk mengetahui asal usul atau perkembangan dari
masa ke masa.
Apa yang diharapkan masyarakat dari arkeologi sebenarnya
sangat bergantung pada apa yang ditawarkan oleh arkeologi. Yang
dimaksud dengan masyarakat dalam hal ini adalah keseluruhan
himpunan manusia (Indonesia) yang diikat oleh kesatuan sejarah dan
budaya. Dalam proses pemugaran maupun pemanfaatan bentengbenteng tersebut di masa yang akan datang melibatkan berbagai
komponen. Kata masyarakat ini tidak harus dilihat sebagai antonim
dari pemerintah yang selama ini menjadi salah kaprah. Golongan
golongan dalam masyarakat Indonesia dapat dipilah menurut besar kecil
penghayatannya terhadap arkeologi atau hasil-hasil kajian arkeologi.
Misalnya: Organisasi pelestarian, ahli-ahli dalam bidangnya. Golongan
lain dalam masyarakat yang secara tidak langsung mendalami hasilhasil kajian arkeologi adalah para pengajar dan pelajar di sekolahsekolah, dengan tujuan mengisi pengetahuannya mengenai sejarah dan
kebudayaan bangsa. Karena penelitian-penelitian sejarah dari waktu ke
waktu mendapatkan temuan baru maka buku-buku pelajaran sejarah dan
kebudayaan pun harus ditinjau ulang.
Selain itu mengembangkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya arti benteng (yang berlokasi di Galala dan Batu Merah) dan
lingkungan sekitarnya sangatlah bermanfaat.

g. Pemanfaatan dan Pelestarian Benteng Sebagai Objek Pariwisata


Berdasarkan tujuan pokok dan utama dari Pusat Penelitian
Arkeologi (Nasional) adalah menyelenggarakan penelitian di bidang
19

ilmu arkeologi maka, tolak ukur keberhasilannya yaitu, pada jumlah


dan kualitas penelitian yang berhasil dilaksanakan. Baik oleh jajaran
penelitinya sendiri maupun bekerjasama dengan pihak-pihak perguruan
tinggi atau lembaga-lembaga ilmiah lain yang bersifat nasional dan
internasional. Pada akhirnya hal ini akan menjadi sebuah kerja sama
yang menguntungkan dan mendukung antara pemerintah, para ahli dan
masyarakat dalam membuat sebuah program dan kegiatan pemugaran
yang berkualitas di masa yang akan datang. Karena penggunaan
benteng untuk fungsi baru di masa yang akan datang tidak hanya
berpengaruh secara spiritual namun terlebih-lebih diharapkan dapat
memiliki dampak positif terhadap pengembangan ekonomi masyarakat
daerah. Hal ini didasarkan pada UU No.5 Tahun 1992 tentang bendabenda arkeologi.
Dengan pelestarian dan perbaikan kerusakan terhadap
arsitekturnya tanpa menghilangkan ciri khas benteng, maka dapat
dimanfaatkan sebagai objek pariwisata yang membawa keuntungan
besar. Sesuai dengan UU No.9/1990 tentang Kepariwisataan, UU
No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PP 6/2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Temuan-temuan ilmiah yang amat penting untuk menjawab
berbagai pertanyaan sejarah dan budaya Indonesia kiranya perlu
dimasyarakatkan secara luas. Upaya seperti itu perlu disertai kesadaran
akan pentingnya benda bersejarah. Perlindungan berarti menjaga
kelestariannya. Dalam situasi-situasi tertentu kita memang dihadapkan
pada suatu dilema apabila tuntutan pewarisan sejarah dan budaya
berhadap-hadapan dengan kepentingan ekonomi. Dalam kasus benteng
ini misalnya, kebutuhan lahan pemukiman bisa saja dilihat sebagai
ancaman bagi kelestarian peninggalan sejarah dan budaya masa lalu.
Atau sebaliknya, kegiatan arkeologi dapat dilihat sebagai ancaman.
Dalam situasi-situasi seperti inilah pemerintah (pada tingkat manapun)

20

harus dapat bertindak untuk mencari upaya pemecahan agar kedua


kepentingan tidak dikorbankan.
Pemanfaatan yang dapat diambil bukan hanya menjadikannya
suatu sumber belajar bagi kalangan yang lebih luas daripada mahasiswa
jurusan

arkeologi

saja.

Murid-murid

sekolah

apabila

dibawa

berdarmawisata ke tempat seperti ini disertai penjelasan yang menarik


juga akan menumbuhkan ketertarikan kepada sejarahnya sendiri.
Disamping pemanfaatan untuk pendidikan, benteng-benteng seperti ini
juga dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata. Dalam hal itu upaya
penggalakan pariwisata perlu sekaligus didampingi upaya-upaya
pelestarian dan perlindungan.
Para insan pariwisata terutama pada pemandu dapat
memanfaatkan berbagai hasil penelitian para ahli arkeologi. Hasil-hasil
penelitian itu harus dikemas dalam bentuk sajian yang menarik dan
mempesona atau dapat memberikan daya tarik yang sangat kuat. Sebab
tanpa upaya-upaya semacam itu benda-benda cagar budaya akan tetap
bisu tidak dapat berbicara perannya dalam masa lalu sehingga
parawisatawanpun tidak dapat berwisata ke masa lalu.
Hasil survei mengatakan bahwa 35.71% APBD diperoleh dari
pengembangan kekayaan daerah yang dipisahkan. Hal ini menunjukkan
bahwa Pariwisata juga memiliki peranan penting dalam pembangunan
daerah. Untuk itulah, pemanfaatan dan pelestarian peninggalanpeninggalan bersejarah sangat penting.

Bab IV
Penutup

21

4.1

Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
Indonesia memiliki banyak aset peninggalan bersejarah yang
memiliki nilai budaya luhur yang tinggi. Salah satunya Ambon. Bekas
jajahan Portugis ini tak disangka memiliki banyak sekali peninggalan
yang masih dapat dijadikan objek pariwisata. Antara lain di desa Batu
Merah dan daerah Galala. Tak disangka bahwa masih ada peninggalan
Portugis di daerah tersebut. Padahal peninggalan tersebut bisa saja
dijadikan salah satu objek pariwisata dan membantu pemerintah dalam
menambah APBD Maluku. Di sinilah peran dari Arkeologi sangat
dibutuhkan dalam membantu dan membangun karakteristik sebuah
daerah lewat peninggalan tersebut. Selain itu, arkeologi merupakan
upaya pewarisan pengalaman sejarah yang menjadi cerminan bagi
generasi muda. Namun, tanggung jawab pengolahan dan pelestarian
benda-benda bersejarah tidak hanya berpusat pada arkeolog, arsitek,
pemerintah, tetapi semua komponen masyarakat

4.2

Saran
Diperlukan tindakan konkrit dari pemerintah untuk pemugaran
peninggalan bersejarah tanpa menghilangkan ciri khasnya.
Masyarakat harus menyadari perannya sebagai salah satu
komponen dalam sejarah
Arkeologi hendaknya menjadi sebuah jalan bagi generasi muda
untuk mencari dan menemukan yang telah hilang

22

23

You might also like