You are on page 1of 18

LAPORAN PENDAHULUAN TINEA CORPORIS

DI BALAI PENGOBATAN KULIT, KELAMIN DAN KOSMETIK


PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

CI LAHAN

CI ISTITUSI

ANDI USMIANTI
NIM : 70900115057

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2015

BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Dermatofit

adalah

Jamur

yang

menginfeksi

jaringan

keratin, yaitu, epidermis kulit, rambut dan kuku. Mereka tidak


menyerang

subkutan

atau

jaringan

dalam.

Infeksi

yang

disebabkan oleh dermatofit diistilahkan dermatophytoses, kurap


atau

tinea.

Mereka

diklasifikasikan

dalam

tiga

genera

Epidermophyton, Microsporum dan Trichophyton.


Trichophyton violaceum adalah anthropophilic, dermatofit
kosmopolitan. Ini terutama menyebabkan Tinea capitis dan
kurang umum tinea corporis dan tinea unguium. Tinea corporis
adalah infeksi kulit gundul. Kami menyajikan dua kasus tinea
corporis karena T. violaceum pada anak-anak. Kedua disajikan
dengan lesi yang mempengaruhi wajah. Infeksi kulit akibat T.
violaceum adalah langka dan juga penting karena transmissibility
mereka dalam keluarga dan masyarakat.
Tinea korporis adalah infeksi jamur dermatofita pada kulit
halus (glaborous skin) di daerah muka, badan, lengan, dan
glutea.
Infeksi jamur, seperti tinea corporis, yang biasa terlihat di
pegulat. Tonsurans Trichophyton rubrum dan Trichophyton adalah
dermatofit umum terlibat dalam tinea corporis. Tinea gladiatorum
mengacu transmisi infeksi dermatofit dari dekat kulit ke-kulit
atlet. Di antara pegulat, tinea corporis gladiatorum sering muncul
sebagai didefinisikan dengan baik, plak eritematosa, bersisik
yang nyata pada kepala, leher, dan lengan, yang merupakan

distribusi konsisten dengan bidang kontak kulit-ke-kulit di gulat.


Telah dilaporkan bahwa T. tonsurans menyebabkan wabah lebih
dari tinea corporis di pegulat siswa dari T. rubrum. Infeksi jamur
sering dapat mendiskualifikasi atau mencegah pegulat dari
bersaing dalam pertandingan dan oleh karena itu, lembaga yang
cepat terapi diperlukan. Kedua terapi antijamur topikal dan oral
telah diusulkan dan digunakan dengan sukses, namun, agen
terapi yang optimal dan durasi penggunaan masih tetap tidak
menentu saat ini. Terlepas dari itu, terapi antijamur tidak harus
ditunda karena Penularan infeksi dermatofit dan juga dampak
bahwa

memiliki

infeksi

jamur

dapat

menimbulkan

status

kompetisi pegulat.
B. Etiologi
Penyebab

tersering

penyakit

ini

adalah

T.

Rubrum

dan

T.

Mentagrophytes.
C. Patofisiologi
Dermatofit menginvasi area yang lingkungannya hangat,
lembab kondusif untukproliferal/ jamur. Jamur dapat melepaskan
keratineses dan enzim lainnya untuk menyerang lebih dalam dari
stratum korneum walaupun biasanya kedalaman infeksi terbatas
pada epidermis. Mereka umumnya tidak menyerang secara
mendalam kulittermasuk aktifasi faktor seruminhibisi dan leokosit
PMN.
Setelah masa inkubasi 1-3 minggu, dermatofit menyerang
prifer dalam pola sentrifugal. Respon perlawanan terhadap
infeksi, maka terjadi peningkatan proliferasi sel epidermis. Hal ini

memberikan manifestasi pertahanan persial kulit baru yang sehat


pada bagian dalam sel.
D. Tanda dan gejala
Bentuk klinik biasanya berupa lesi yang terdiri atas
bermacam macam efloresensi kulit, berbatas tegas dengan
konfigurasi anular, arsinar, atau polisiklik. Bagian tapi lebih aktif
dengan tanda peradangan yang lebih jelas. Daerah sentral
biasanya menipis dan terjadi penyembuhan, sementara di tepi
lesi makin meluas ke parifer. Kadang kadang bagian tengahnya
tidak menyembuh, tetapi tetap meninggi dan tertutup skuama
sehingga terjadi bercak yang besar.
Tinea korporis yang menahunditandai dengan sifat kronik.
Lesi tidak menunjukan sifat kronik. Lesi tidak menunjukan tanda
tanda radang yang akut. Kelainan ini biasa terjadi pada bagian
tubuh dan tidak jarang bersama sama dengan tinea kruris.
Bentuk krinik yang disebabkan oleh T. Rubrum kadang kadang
terlihat bersama sama denganntinea tinea unguium
E. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
Diagnosis

ditegakkberdasarkan

gambaran

klinik

dan

lokalisasinya, serta pemeriksaan kerokan kulit denganmikroskop


langsun dengan larutan KOH 10-20% untuk melihat hifa atau
sporta jamur
F. Komplikasi
Infeksi bakteri sekunder pada kulit

G. Penatalaksanaan
Pengobatan sistematik berupa griseofulvin dosis 500mg
sehari selama 3-4 minggu dapat juga ketokonazol 100mg sehari
selama dua minggu; pengobatan topikal dengan salep whitfeld
masi lebih cukup naik hasilnya. Dapat juga diberikan tolnaftar, tol
siklat, haloprogin, siklopiroksolamin, derivat azol dan naftifn HCI.
H. Prognosis
Umumnya baik bila diobati dengan adekuat.

BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Lakukan pengkajian pada indentitas klien dan isi identitasnya yang
meliputi nama, jenis kelamin, suku, tanggal lahir, alamat,
agama, dan tanggal pengkajian
2. Keluhan utama

Pada anamnesis biasanya di keluhkan gatal pada area lesi dan ada
riwayat kurangnya higenis perawatan kulit harian dan adanya
riwayat kontak pada orang lain yang menderita tinea korporis.
3. Riwayat keluhan penyakit
a. Riwayat keluhan utama
Pada kasus tinea korporis umumnya klien datang dengan keluhan
utama gatal pada kulit halus (glaborous skin) terutama
saat berkeringat atau cuaca panas dan gerah.
b. Riwayat keluhan sekarang
Klien mulai merasa gatal yang datang hampir disetiap waktu dan
kemudian pada bagian yang terinfeksi akan tampak lesi
bulat atau lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritems,
skuma , kadang-kadang dengan vasikel dan papul di tepi.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama.
Etiologi tinea korporis adalah Dermatofita adalah golongan
jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur
ini mempunyai sifat mencernakan keratin. Dermatofita
termasuk kelas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam 3
genus,

yaitu

Epidermophyton.

Microsporum,
Walaupun

Trichophyton,

semua

dermatofita

dan
bisa

menyebabkan tinea corporis, penyebab yang paling umum


adalah T. rubrum, T. mentagrophytes, T. canis dan T.
tonsurans. Maka pada klien dengan penyakit tinea korporis
ada kemungkinan penyakit bisa muncul kembali apabila
klien tidak menjaga kebersihan diri dan lingkungannya.
d. Riwayat kesehatan keluarga

Kaji riwayat kesehatan keluarga karena penularan dapat juga


terjadi melalui kontak langsung dengan individu yang
terinfeksi

atau

mengandung

tidak

jamur,

langsung
misalnya

melalui
handuk,

benda
lantai

yang
kamar

mandi, tempat tidur, dan lain-lain.


4. Keadaan Umum
Kesadaran compos mentis, kemudian dikaji juga apakah klien paham
tentang penyakitnya.
5. Kebutuhan Dasar
a. Rasa nyaman nyeri
Suhu umumnya normal
Kaji nyeri, skala nyeri 1-3 (ringan), 4-6 (sedang), 7-10
(berat).
b. Nutrisi
Tidak ada gangguan pada krbiasaan makan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi.
c. Kebersihan perorangan
1) Kulit
Lakukan inspeksi pada kulit klien dengan memperhatikan
warna kulit, perubahan warna kulit. Lakukan palpasi
untuk memeriksa temperatur, kelembaban, tekstur, dan
elastisitas. Melakukan observasu untuk mengetahui
apakah ada gejala lain yang berhubungan dengan lesi
misalnnya gatal. Kaji kronologi terjadinya lesi.
2) Kuku
Observasi warna kuku klien, kebersihan kuku dan apakah
kukunya panjang atau pendek.
3) Rambut

Kaji kebiasaan mandi, mencuci rambut, kebersihan badan dan


rambut. Pada klien dengan tinea korporis kebersihan
sangat penting karena dermatofit menginvasi area yang
lingkungannya

hangat dan lembab kondusif untuk

jamur.
d. Cairan
Kaji elastisitas kulit apakah elastis atau tidak, apakah lembab
atau tidak.
e. Aktivitas dan latihan
Kaji

aktivitas

dan

latihan,

klien

dengan

penyakit

scabies

mengalami gatal yang bisa mengganggu aktivitas.


f. Eliminasi
Kaji eliminasi BAB dan BAK. Tinea corporis pada umumnya tidak
mengganggu proses BAB dan BAK.
g. Oksigenasi
Kaji

pernafasan.

Tinea

corporis

pada

umumnya

tidak

mengganggu proses pernafasan.


h. Tidur dan istirahat
Kaji

pola

tidurnya.

Klien

dengan

tinra

korporis

umumnya

mengalami gangguan pola tidur karena rasa gatal, terlebih


pada malam hari karena aktivitas jamur lebih tinggi pada
suhu yang lembab dan panas.
i. Seksualitas
Kaji hubungan seksualitasnya apakah terganggu atau tidak
karena adanya rasa gatal.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pruritas berhubungan dengan lesi kulit

2. Kerusakan integritas kulit berhubunga dengan perubahan


fungsi barier kulit
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan
status kesehatan

C. Intervensi
1. Nyeri dan pruritas berhubungan dengan lesi kulit
Diagnosa
Keperawatan/Masalah
Kolaborasi
Nyeri
dan
pruritas
berhubungan dengan lesi
kulit (kerusakan jaringan)
DS :
Laporan secara verbal
DO :
Posisi
untuk
menahan
nyeri
Tingkah laku berhati-hati
Gangguan
tidur
(mata
sayu, tampak capek, sulit
atau
gerakan
kacau,
menyeringai)
Terfokus pada diri sendiri
Fokus
menyempit
(penurunan
persepsi
waktu, kerusakan proses
berpikir,
penurunan
interaksi dengan orang
dan lingkungan)
Tingkah
laku
distraksi,
contoh
:
jalan-jalan,

Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC :
Pain level
Pain control
Comfort level
Setelah dilakukan tindakan
selama..... rasa gatal hilang
dengan kriteria hasil :
Mampu mengontrol nyeri
(tahu
penyebab
nyeri,
mampu
menggunakan
tekhnik
nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri
berkurang
dengan
menggunakan manajemen
nyeri
Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang

Intervensi
NIC :
Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
Bantu pasienndan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang tekhnik non
farmakologi: napas dada,
relaksasi, distraksi, kompres
hangat/dingin

menemui
orang
lain
dan/atau
aktivitas,
aktivitas berulang-ulang)

Respon autonom (seperti


diaphoresis,
perubahan
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
Perubahan
autonomic
dalam tonus otot (mungkin
dalam rentang dari lemah
ke kaku)
Tingkah
laku
ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis,
waspada,
iritabel, nafas panjang/
berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

Tanda vital dalam rentang


normal
Tidak mengalami gangguan
tidur

Berikan analgetik untuk


mengurangi nyeri
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan
berkurang dan antispasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali

2. Kerusakan integritas kulit berhubunga dengan perubahan fungsi barier kulit


Diagnosa
Keperawatan/Masalah
Kolaborasi
Kerusakan integritas kuli
Berhubungan dengan :
Eksternal:
Hipertermia
atau
hipotermia
Substansi kimia
Kelembaban
Faktor
mekanik
(misalnya : alat yang
dapatmenimbulkan
luka,
tekanan,
restraint)
Immobilitas fisik
Radasi

Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC:
Tissue integrity : Skin and
mucous membranes
Wound healing : Primer dan
skunder
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
selama....
kerusakan integritas kulit
pasien
teratasi
dengan
kriteria hasil:
Integritas kulit yang
baik
bisa
dipertahankan
(sensasi,
elastistas,
temperatur,
hidrasi,

Intervensi
NIC: Pressure Management
anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian
longgar
hindari kerutan pada
tempat tidur
jaga kebersihan kulit
agar tetap bersih dan
kering
monilisasi pasien ( ubah
posisi pasien) setiao dua
jam sekali
monitor kulit akan
adanya kemerahan

Usia yang ekstrim


Kelembaban kulit
Obat obatan
Internal:
Perubahan
status
metabolik
Tonjolan tulang
Defisit imunologi
Berhubungan dengan
perkembangan
Perubahan sensasi
Perubahan
status
nutrisi
(obesitas,
kekurasan)
Perubahan
status
cairan
Perubahan pigmentasi
Perubahan sirkulasi
Perubahan
turgor
(elastistas kulit)
DO:
Gangguna pada bagian
tubuh
Kerusakan
lapisan
(Dermis)
Gangguan permukaan
kulit (Epidermis)

pigmentasi)
Perfusi jaringan baik
Tidak ada luka/lesi
pada kulit
Menunjukan
pemahaman
dalam
proses pernaikan kulit
dan
mencegahnya
terjadinya
sedera
berulang
Mampu
melindungi
kulit
dan
mempertahankan
kelembapan kulit dan
perawatan alami
Menunjukan
terjadinya
proses
penyembuhan luka

oleskan lotion atau


minyak/baby oil pada
daerah yang tertekan
monitor aktivitasi dan
mobilisasi pasien
monitor status nutrisi
pasien
memandikan pasien
dengan sabun dan air
hangat
kaji lingkungan dan
peralatan yang
menyebabkan tekanan
Observasi luka: lokasi,
dimensi, kedalaman
luka, karakteristik,
warna cairan, granulasi,
jaringan nekrotik, tanda
tanda infeksi lokal,
formasi traktus
Ajarkan pada kluarga
tentang luka dan cara
perawatan luka
Kolaburasi ahli gizi
pemberian diae TKTP,
vitamin
Cegah kontaminasi
feses dan urin

Lakukan tehnik
perawatan luka dengan
steril
Berikan posisi yang
mengurangi tekanan
pada luka

3. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan


Diagnosa
Keperawatan/Masalah
Kolaborasi
Ansietas
berhubungan
dengan
ancaman
atau
perubahan
status
kesehatan:
Terpajan toksin
Hubungan
keluarga/hereditas
Transmisi
dan
penularan interperson
Krisis
situasi
dan
maturasi
Stres
Penyalahgunaan zat
Ancaman kematian
Ancaman
atau
perubahan pada status
peran, fungsi peran,
lingkungan,
status
kesehatan,
status
ekonomi, atau pola
interaksi
Ancaman
terhadap
konsep diri

Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC:
Tingkat
Asnsietas:
keparahan
manifestasi
kekhawatiran, ketegangan,
atau perasaan tidak tenang
yang muncul dari sumber
yang
tidak
dapat
diidentifikasi.
Pengendalian
diri
terhadap
Ansietas:
Tindakan personal untuk
menhilangkan
atau
mengurangi
perasaan
khawatir,
tegang,
atau
perasaan
tidak
tenang
akibat sumber yang tidak
dapat diidentifikasi.
Konsentrasi: kemampuan
untuk fokus pada stimulus
tertentu
Koping: tindakan personal
untuk mengatasi stresor
yang membebani sumbersumber individu.

Intervensi
NIC:
Bimbingan antisipasi:
mempersiapkan pasien
menghadapi kemungkinan
krisi perkembangan dan/atau
situasional
Penurunan Ansietas:
Meminimalkan kekhawatiran,
ketakutan, prasangka, atau
perasaaan tidak tenang yang
berhubungan dengan sumber
bahaya yang diantisipasi dan
tidak jelas
Teknik menenangkan diri:
Meredakan kecemasan pada
pasien yang mengalami
distres akut
Peningkatan koping:
membantu pasien untuk
beradaptasi dengan presepsi
stresor, perubahan, atau
ancaman yang menghambat
pemenuhan tuntutan dan
peran hidup

Konflik
yang
disadari tentang
dan tujuan hidup
esensial
Kebutuhan yang
terpenuhi

tidak
nilai
yang
tidak

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan
selama....
kerusakan integritas kulit
pasien
teratasi
dengan
kriteria hasil:
Ansietas
berkurang,
dibuktikan oleh bukti
tingkat
ansietas
hanya ringan sampai
sedang, dan selalu
menunjukan
pengendalian
diri
terhadap
ansietas,
Konsentrasi,
dan
koping
Menunjukan
pengendalian
diri
terhadap
ansietas,
yang dibuktikan oleh
indikator
sebagai
berikut (sebutkan 1-5:
detik pernah, jarang,
kadang
kadang,
sering atau selalu):
a) Merencanakan
strategi
koping
untuk
situasi
penuh tekanan
b) Mempertahankan
performa peran

Dukungan emosi:
Memberikan penenangan,
penerimaan, dan
bantuan/dukungan selama
masa stres

c) Memantau
distorsi
persepsi sensorsi

DAFTAR PUSTAKA
Haber., Richard dan Alin Kurian. Tinea Corporis
Gladiatorum

Presenting

as

Majocchi

Granuloma.

2011.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3262549/ (26 Oktober


2015, pukul 00.21)
Harahap, Marwali. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Hipokrates, 2000.
Muttaqin, Arif. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.
Jakarta: Salemba Medika, 2013.
Siregar. Penyakit Jamur Kulit. Jakarta: EGC, 2004.
Smriti., dkk. Tinea corporis due to Trichophyton violaceum: A report
of two cases.
Volume.,

Issue.,

Page

596-598,

2015.

http://www.ijmm.org/article.asp?issn=02550857;year=2015;volume=33;issue=4;spage=596;epage=598;aulas
t=Smriti (26 Oktober 2015, pukul 00.21)
Wilkinson, Judith dan Nancy R. Ahern. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC, 2011.

You might also like