Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Rico Fernando T.
B.1411097
Siti Dita Aditianingsih B.1410880
Afrilia Nurfitiani
B.1410998
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................1
II. PEMBAHASAN.................................................................................................2
2.1 Daun Stevia dan Kandungannya....................................................................2
2.2 Proses Pengolahan Pemanis Stevia................................................................3
2.4 Fitokimia Daun Stevia....................................................................................6
2.5 Karakteristik Daun Stevia..............................................................................7
2.6 Kegunaan dan Keunggulan Pemanis Daun Stevia.........................................9
2.7 Perbandingan Pemanis Stevia dan Pemanis Sintetis....................................10
III. KESIMPULAN...............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11
I.
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Konsumsi gula di Indonesia dapat dikatakan cukup tinggi, karena hampir
semua makanan menggunakan bahan tersebut untuk mengolah makanan.
Konsumsi gula yang tinggi ini dapat berakibat pada penyakit diabetes mellitus
karena asupan gula yang tinggi mengakibatkan pankreas bekerja keras
memproduksi insulin yang digunakan tubuh untuk menormalkan kadar gula dalam
darah. Namun pada akhirnya, pankreas akan kelelahan sehingga produksi insulin
akan menurun dan tidak mampu menormalkan kadar gula dalam darah. Pada
akhirnya kadar gula dalam darah menjadi tinggi dan menimbulkan penyakit
diabetes mellitus.
Penderita diabetes mellitus, obesitas, dan orang yang sedang diet gula sangat
membutuhkan pemanis sintesis sebagai pengganti gula karena nilai kalorinya yang
rendah dan sulit dicerna tubuh. Industri makanan maupun minuman juga telah
banyak yang menggunakan pemanis sintesis untuk menggantikan gula tebu karena
faktor ekonomi. Pemanis sintesis memiliki harga yang lebih murah daripada gula
tebu, memiliki tigkat kemanisan yang jauh lebih tinggi, diproduksi melalui
rekayasa kimia sehingga dapat diproduksi dengan jumlah yang tinggi tanpa
memperhatikan faktor lahan perkebunan. Namun pemanis sintesis sangat
berbahaya bagi kesehatan karena dapat menyebabkan kanker jika dikonsumsi
dalam jangka waktu yang lama (karsinogenik), tidak aman bagi ibu hamil atau
menyusui, atau bagi penderita fenilketonuria (aspartame mengandung asam
amino fenilalanin), sehingga diperlukan pemanis dengan nilai kalori rendah dan
aman bagi kesehatan, salah satunya yaitu stevia.
Pemanis stevia berasal dari tumbuhan dan diperoleh melalui ekstraksi daun
stevia, sehingga penggunaanya lebih aman. Keunggulan stevia yaitu tidak
menyebabkan kanker (non karsinogenik), karies gigi, dapat mencegah obesitas,
menurunkan tekanan darah tinggi, dan kandungan kalori yang rendah dengan
tingkat kemanisan yang jauh lebih tinggi daripada gula tebu yaitu 300 kali lebih
manis. Keunggulan lainnya yaitu pembudidayaan stevia yang mudah,
pertumbuhannya yang relatif tidak lama yaitu tiga hingga empat bulan, dan
mengandung vitamin, protein, kalsium dan lain-lain yang bermanfaat bagi tubuh.
Oleh karena itu pemanis stevia dapat menjadi alternatif yang berpotensial untuk
menggantikan pemanis sintesis.
I.2 Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
II.
PEMBAHASAN
Ekstraksi
(T: 100 OC, t: 30 menit
Penyaringan
Pemurnian
Spray Dryer
Finish product
Gambar 1 Diagram alir proses ekstraksi daun Stevia rebaudiana (Bertoni)
Tahap awal dalam pengolahan pemanis stevia adalah pencucian. Daun stevia
yang telah dipetik dan disortasi dicuci terlebih dahulu sebelum dikeringkan.
Tujuannya adalah menghilangkan kotoran yang menempel pada permukaan daun,
seperti pasir, debu, dan tanah. Setelah pencucian, tahap selanjutnya adlah
pengecilan ukuran. Pengecilan ukuran dilakukan dengan menggunakan blender
kering atau dapat juga menggunakan mortar, kemudian dilakukan penyeragaman
ukuran menggunakan saringan mesh (40-80 mesh). Pengecilan ukuran sangat
penting peranannya karena dengan direduksinya ukuran maka luas permukaan
bahan per satuan berat menjadi luas dan kontak yang terjadi dengan pelarut akan
semakin efisien (Herdimas dan Wahono 2014).
sampai titik jenuh tertentu. Semakin lama waktu ekstraksi maka akan memberikan
kesempatan untuk bersentuhan antara bahan dengan pelarut semakin besar
sehingga komponen bioaktif dalam larutan akan meningkat hingga mencapai titik
jenuhnya (Herdimas dan Warhono 2014). Herdimas dan Warhono (2014)
menyatakan suhu ekstraksi terbaik adalah pada suhu 100OC dengan waktu
ekstraksi selama 30 menit.
Perbandingan jumlah pelarut dengan bahan berpengaruh terhadap efisiensi
ekstraksi tetapi jumlah yang berlebihan tidak akan mengekstrak lebih banyak.
Pada jumlah tertentu, pelarut dapat bekerja secara optimal. Semakin besar
perbandingan air dengan bubuk stevia maka kadar stevioside pada sari stevia
semakin kecil, hal ini dikarenakan semakin besar perbandingan air pelarut yang
ditambahkan maka semakin besar fraksi air sehingga kadar stevioside dalam
larutan mengalami penurunan. Herdimas dan Warhono (2014) menyatakan kadar
stevioside dan total gula terbesar terdapat pada perbandingan air dengan bahan
sebesar 1:30 (b/v). Setelah proses selesai, campuran disaring menggunakan kertas
saring atau kain saring untuk memisahkan filtrat dengan residu.
Filtrat yang diperoleh berwarna coklat kemerahan sampai hijau kehitaman.
Warna ini diperkirakan berasal dari senyawa bukan gula yang terkandung pada
daun stevia, seperti klorofil, alkaloid, tanin, steroid, flavonoid dan makromolekul
yang larut dalam air (Erliza dan Fifi 2010). Cramer dan Ikan (1986) di dalam
Erliza dan Fifi (2010) menyatakan bahwa daun tanaman stevia rebaudiana
mengandung campuran dari diterpen, triterpen, tanin, stigmasterol, minyak yang
mudah menguap dan delapan senyawa manis diterpen glikosida. Delapan
glikosida diterpen yang menyebabkan daun tersebut terasa manis, yaitu steviosida,
steviolbiosida, rebaudiosida A E dan dulkosida A. Selain itu juga stevia
mengandung protein, karbohidrat, fosfor, besi, kalsium, potasium, sodium,
flavonoid, zinc (Seng), vitamin C dan vitamin A (Elkins 1997) di dalam Erliza dan
Fifi 2010).
Proses pemurnian pada ekstrak gula stevia bertujuan untuk menghilangkan
dan memisahkan senyawa glikosida dengan senyawa pengotor yang
mempengaruhi penampakan dan sifat organoleptik gula dari ekstrak daun stevia.
Pemurnian gula stevia umumnya dilakukan menggunakan proses pertukaran ion,
kromatografi, fixed-bed reaktor menggunakan zeolite atau adsorben (Mantovaneli
et al., 2004 di dalam Erliza dan Fifi 2010). Proses tersebut cukup kompleks dan
menggunakan banyak bahan kimia dan menghasilkan residu, sehingga perlu
dilakukan modifikasi proses yang dapat mengurangi penggunaan bahan kimia dan
residu. Proses membran filtrasi dapat memisahkan kotoran bukan gula dari larutan
stevia tanpa menggunakan bahan kimia. Membran filtrasi merupakan proses
pemisahan yang dipacu oleh tekanan dengan tujuan untuk memisahkan
komponen-komponen dalam suatu campuran secara selektif melalui fasa antara
(membran) sehingga menghasilkan aliran konsentrat (retentat) dari aliran filtrat
(permeat). Pemurnian dengan metode membran filtrasi didasarkan pada persen
kerjernihan. Semakin tinggi persen kejernihan (%T), maka semakin banyak
kotoran-kotoran yang tersaring oleh membran (Erliza dan Fifi 2010). Setelah
proses pemurnian, ekstrak dikeringkan dengan menggunakan spray dryer.
Pengeringan dengan spray dryer bertujuan mengubah ekstrak stevia menjadi
serbuk stevia. Pada spray dryer, ekstrak stevia yang akan dikeringkan
dihamburkan dengan menggunakan nozzle membentuk butiran-butiran partikel
5
difermentasi oleh bakteri mulut sehingga tidak dapat menghasilkan asam yang
dapat merusak gigi (Raini dan Isnawati 2011). Oleh karena itu, pemanis stevia
memiliki sifat tooth friendly. Penggunaan pemanis stevia pada industri pangan
sangat luas. Pemanis stevia bersifat stabil pada suhu tinggi pH antara 3 9
(Herdimas dan Wahono 2014). Selain itu, pemanis stevia tidak menimbulkan rasa
pahit. Rasa pahit pada yang disebabkan oleh senyawa tanin dan flavonoid telah
dipisahkan memalui proses pemurnia sehingga stevia tidak menimbulkan rasa
pahit pada produk akhirnya.
Tanaman Stevia dapat tumbuh pada daerah dengan suhu 9-430C. Tanaman
ini tidak tahan dengan suhu dingin dan tidak akan tumbuh pada daerah dengan
suhu dibawah 90C. Suhu optimal untuk pertumbuhan cepat adalah 20-240C.
Daun stevia berisi glycoside yang mempunyai rasa manis tapi tidak
menghasilkan kalori. Stevioside dan rebaudioside merupakan konstituen utama
dari glycoside dengan gabungan dari molekul gula yang berbeda seperti yang
terdapat pada tanaman stevia. Glycoside yang digunakan secara komersial
dinamakan stevioside yang memberikan rasa manis 250 300 kali dari gula. Daun
stevia selain mengandung pemanis glycoside (stevioside, rebauside, dan
dulcosida) juga mengandung protein, fiber, karbohidrat, fosfor, kalium, kalsium,
magnesium, natrium, besi, vitamin A, vitamin C, dan juga minyak
Rasa manis pada stevia disebabkan karena dua komponen yaitu stevioside (3
10% berat kering daun) dan rebaudioside (1 3%) yang dapat dinaikkan 250
kali manisnya dari sukrosa. Stevioside mempunyai keunggulan dibandingkan
pemanis buatan lainnya, yaitu stabil pada suhu tinggi (100C), range pH 3 9,
dan tidak menimbulkan warna gelap pada waktu pemasakan. Gula stevia
berbentuk kristal dengan besar kristal antara 0,8-1,2 mm, memiliki titik leleh196198oC dengan pH 5-6 dan densitas 1,43-1,67 gr/ml (Buchori, L 2007)
Daun stevia mengandung paling sedikit delapan senyawa glikosida steviol,
yang kadarnya bervariasi. Diantara senyawa-senyawa tersebut kadar stevioside
dan rebaudioside a paling banyak yang terkandung dalam daun. Bervariasianya
kadar glikosida dalam daun stevia karena adanya enzim enzim glikotransferase.
Daun stevia juga memiliki kandungan asam amino essensial dan non essensial,
berikut tabel kandungan asam amino essensial dan non essensial :
Asam Amino
Essensial
Argininin
Lisin
Histidin
Fenil alanin
Leusin
Metionin
Valin
Treonin
Isolisin
Total
Kadar
(mg/100 g berat
kering)
0,45
0,70
1,13
0,77
0,98
1,45
0,64
1,13
0,42
7,67
Kadar
(mg/100 g berat kering)
Aspartat
Serin
Glutamic
Prolin
Glisin
Alanin
Sistein
Tirosin
0,37
0,46
0,42
0,17
0,25
0,56
0,40
1,08
Total
3,72
Tabel 2 Kandungan Asam Amino Essensial dan Non Essensial Daun Stevia
Jenis-jenis asam amino essensial yang memiliki kadar tinggi dalam daun
stevia adalah histidin, metionin, dan treonin yaitu lebih dari 1 mg/100 g berat
kering, sedangkan kadar jenia asam non essensial tertinggi adalah tirosin (Djajadi
2014).
dan usia, tetapi kurang cocok bagi penderita diabetes. Oleh karena itu, diciptakan
pemanis yang dapat digunakan untuk penderita diabetes, yaitu pemanis sintesis.
Penggunaan pemanis sintesis pada awalnya ditujukan bagi penderita diabetes,
tetapi penggunaannya semakin meluas pada berbagai produk pangan. Namun,
penggunaan pemanis sintesis perlu diwaspadai karena dalam jumlah berlebihan
akan menimbulkan efek samping yang merugikan kesehatan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa beberapa jenis pemanis buatan berpotensi menyebabkan
tumor, keruskan organ, dan bersifat karsinogenik (Utomo et al 2012). Pemanis
sintesis yang telah diketahui bersifat karsinogenik dan merusak organ tubuh, yaitu
siklamat dan sakarin. Tidak seperti pemanis sintesis, pemanis alami tidak bersifat
karsinogenik dan tidak merusak organ tubuh, tetapi pemakaiannya berlebih dapat
menimbulkan masalah kegemukan dan diabetes. Salah satu alternatif pemanis
yang memiliki sifat tidak menaikkan kadar gula darah, tetapi tidak bersifat
karsinogenik adalah pemanis dari daun stevia. Stevia merupakan pemanis alami
tidak berkalori (natural non-caloric sweetener). Tidak seperti pemanis sintesis,
stevia tidak menimbulkan masalah kesehatan dan tidak bersifat karsinogenik.
Beberapa pemanis sintesis menunuukkan dapat menyebabkan tumor dan
bersifat karsinogenik sehingga penggunaanya dibatasi (ADI). Pemanis siklamat
misalnya hasil metabolisme dalam tubuh akan menghasilkan senyawa
sikloheksamina merupakan senyawa karsinogenik. Eskresinya memalui urine
dapat merangsang pertumbuhan tumor. Selain itu, siklamat dapat menyebabkan
atropi, yaitu terjadinya pengecilan testicular dan kerusakan kromosom Cahyadi
2006). Pemanis buatan dalam darah dapat menyebabkan kerusakan berbagai organ
termasuk organ hati. Hal ini diakibatkan oleh kemampuan pemanis buatan untuk
membentuk radikal bebas dalam tubuh serta menurunkan kemampuan antioksidan
sehingga dengan sendirinya akan terjadi stres oksidatif. Selain itu, dari berbagai
penelitian diketahui bahwa pemanis buatan secara langsung dapat menimbulkan
terjadinya gangguan dalam proses biokimia normal sistem hepatobilier dan juga
dapat menyebabkan nekrosis sel hati (Santosa 2005 di dalam Utomo et al 2012).
Utomo et al (2012) di dalam penelitiannya menyatakan bahwa natrium
sakarin yang diberikan dalam dosis tunggal memiliki sifat retensi atau tersisa
dalam organ tubuh mencit. Kalau diberi dosis terus menerus atau dosis berulang,
natrium sakarin yang tersisa mengalami akumulasi. Natrium sakarin yang
tertimbun dalam organ akan bersifat racun terhadap organ tersebut, akibatnya
organ akan mengalami kerusakan bahkan dapat menimbulkan tumor. Selain
natrium sakarin, pemanis buatan lain yang menimbulkan masalah kesehatan
adalah siklamat. Sebesar 0.1-8% dari total siklamat yang masuk ke dalam tubuh
manusia diubah menjadi sikloheksilamin, namun berbeda tiap individu untuk
jumlah yang diekskresikan (dapat mencapai 60% dari total yang masuk kedalam
tubuh) (Buss et al 1992 di dalam Utomo 2012). Sebagian siklamat yang tidak
diabsorbsi tubuh akan dikonversi oleh mikroflora gastrointestinal menjadi
sikloheksilamin yang dapat diabsorbsi oleh usus (Drasar et al 1972 Utomo 2012 ).
Penelitian yang dilakukan oleh Bauchinger et al (1970) di dalam Utomo 2012,
menunjukkan bahwa konsumsi siklamat secara rutin dalam jangka panjang
mengakibatkan terjadinya aberasi kromosomal pada limfosit dan kandung kemih.
Aberasi kromosom disebabkan oleh adanya interaksi antara sikloheksilamin dan
protein regulator gen kanker (Dick et al 1974 di dalam Utomo 2012).
10
III.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
A, M Djaeni., A, Prasetyaningrum., dan A, Mahayana. 2012. Pengeringan
Karaginan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii Pada Spray Dryer
Menggunakan Udara yang Didehumidifikasi dengan Zeolit Alam Tinjauan:
Kualitas Produk dan Efisiensi Energi. Jurnal Kimia Pangan. Vol. 8 (2): 2834.
Buchori, L. 2007. Pembuatan Gula Non Karsinogenik Non Kalori dari Daun
Stevia. Jurnal Reaktor. Vol. 11(2): 57-60.
Dian Y, Bambang S, dan Rini Y. 2014. Pengaruh Lama Ekstraksi Dan Konsentrasi
Pelarut Etanol Terhadap Sifat Fisika-Kimia Ekstrak Daun Stevia (Stevia
Rebaudiana Bertoni M.) Dengan Metode Microwave Assisted Extraction
(Mae). Jurnal Bioproses Komoditas Tropis. Vol.2 (1)
Djajadi. 2014. Pengembangan Tanaman Pemanis Stevia reaudiana (Bertoni) di
Indonesia. Jurnal Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat. Vol. 13 (1): 2533.
EFSA. 2010. Scientific Opinion On The Safety Of Steviol Glycosides
For The Proposed Uses As A Food Additive. EFSA Journal Vol
8 (4) : 1537
Erliza N dan Fifi I. 2010. Ultrafiltrasi Aliran Silang Untuk Pemurnian Gula
Stevia. Jurnal Teknologi Pertanian.
11
12