You are on page 1of 8

LAPORAN PRAKTIKUM PROPERTI MATERIAL

MODUL II.4
PEMERIKSAAN BAHAN LEWAT SARINGAN NO.200

KELOMPOK R10
Anisa Wulandari

1404533314

Masrul Wisma Wijaya1406533296


Naufal Maulana

1406533270

Nobel Telambanua

1406603402

Tanggal Praktikum

: 25 Oktober 2015

Asisten Praktikum

: Feny Acelia Silaban

Tanggal disetujui

: 2 November 2015

Nilai

Paraf Asisten

LABORATORIUM STRUKTUR DAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2015

PEMERIKSAAN BAHAN LEWAT SARINGAN NO.


200
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksud untuk menentukan jumlah bahan yang terdapat dalam
agregat lewat saringan no. 200 dengan cara pencucian.
B. PERALATAN
1. Saringan no. 16 dan no. 200
2. Wadah pencucian benda uji berkapasitas cukup besar sehingga pada waktu
diguncang-guncang benda uji dan atau air pencuci tidak tumpah.
3. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai [100 5]oC.
4. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh.
5. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.

C. BAHAN
1. Berat contoh agregat kering minimum tergantung pada ukuran agregat maksimum
sesuai tabel 2.2.
2. Persiapan benda uji
a. Memasukkan contoh agregat lebih kurang 1,25 kali berat benda uji ke dalam
talam, keringkan dalam oven dengan suhu 100 5 oC sampai berat tetap.
b. Menyiapkan benda uji dengan berat [w1] sesuai tabel 2.2
UKURAN AGREGAT MAKSIMUM
(mm)
(inci)
2,36
No. 8
1,18
No. 4
9,5

19,1

38,1
1

BERAT CONTOH KERING MINIMUM


(gram)
100
500
2000
2500
5000

Tabel 2.1. Berat contoh agregat kering


minimum

D. PROSEDUR
1. Memasukkan benda uji ke dalam wadah, dan memberi air pencuci secukupnya
sehingga benda uji terendam.
2. Mengguncang-guncangkan wadah dan menuangkan air cucian ke dalam susunan
saringan no. 16 dan no. 200. Pada waktu menuangkan air cucian, usahakan agar
bahan-bahan yang kasar tidak ikut tertuang.
3. Memasukkan air pencuci baru, dan mengulangi pekerjaan [2] sampai air cucian
menjadi jernih.
4. Mengembalikan semua bahan yang tertahan di saringan no. 16 dan no. 200 ke
dalam wadah; kemudian memasukkan seluruh bahan tersebut ke dalam talam yang
2

telah diketahui beratnya [w2] dan mengeringkannya dalam oven dengan suhu [110
5] oC sampai berat tetap.
5. Setelah kering, menimbang dan mencatat beratnya [w3].
6. Menghitung berat bahan kering tersebut [w4 = w3 w2].

E. PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN


Data percobaan:
w1 = 500 gram
w4 = 484 gram (w4 = w3 w2)

Jumlah bahan lewat saringan no. 200 =


=

w 1w 4
x 100
w1
500 gram484 gram
x 100
500 gram

3,2%

w1w4
500461
100 =
100 =7,8
w4
500
Keterangan:
w1 = Berat benda uji semula [gram]
w2 = Berat wadah yang di oven [gram]
w3 = Berat kering wadah dan benda uji setalah dioven [gram]
w4 = Berat bahan tertahan saringan no. 200 [gram]

F. ANALISIS

1. Analisis Percobaan
Percobaan pemeriksaan bahan lewat saringan no.200 ini bertujuan untuk
menentukan jumblah bahan yang terdapat dalam agregat lewat saringan no.200
dengan cara pencucian. Oleh karena itu, peralatan yang digunakan pada percobaan
ini adalah saringan no.16 dan no.200. Yang dimaksud dengan saringan dengan
no.16 adalah setiap 1 inci2 luas saringan memiliki sebanyak 16 lubang, sementara
saringan no.200 adalah saringan yang setip 1 inci2 luas saringan memiliki 200
lubang. Meskipun percobaan ini bertujuan untuk menentukan bahan yang lewat
saringan no.200 namun saringan no.16 tetap dipergunakan demi menunjang
keakuratan dari hasil saringan.

Apabila pada proses penyaringan langsung


3

digunakan saringan no.200 dikhawatirkan agregat-agregat yang lebih besar akan


mendorong agregat-agregat yang seharusnya tidak lolos saringan no.200. Oleh
karena itu saringan no.16 tetap digunakan agar menyaring agregat besar tersebut
sehingga tidak mendorong agregat yang seharusnya tidak lolos. Peralatan lainnya
adalah wadah pencucian benda yang berkapasitas cukup besar agar saat
diguncang-guncang benda uji dan air tidak akan tumpah. . Oven yang dilengkapi
dengan pengatur suhu dengan temperatur hingga [110 5] . Timbangan dengan
ketelitian 0,1% berat contoh serta talam berkapasitas cukup besar untuk
mengeringkan contoh agregat.
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan benda uji berupa agregat halus
yang sudah dikeringkan dengan oven sebanyak 500 gram. Praktikan sebelumnya
telah menyiapkan bahan percobaan dengan meng-oven agregat halus yang
digunakan 1 hari sebelumnya.

Praktikan memulai percobaan ini dengan

menimbang berat wadah lalu memasukan agregat halus yang telah di oven
sebanyak 500 gram. Setelah itu praktikan menyusun saringan dengan susunan
no.16 berada di atas dan no.200 dibawahnya serta dialasi dengan talam dibagian
paling bawah. Hal ini dimaksudkan agar hasil saringan lebih akurat. Setelah itu,
agregat dituangkan ke dalam saringan seiring dengan air yang dialirkan ke dalam
saringan. Kemudian saringan diguncang-guncang sembari agregat tersebut dicuci.
Hal ini dimaksudkan agar bahan-bahan yang lolos dari saringan no.200 bisa
keluar. Setelah itu, praktikan mengulangi proses pencucian dan pengguncangan
beberapa kali sampai air pencucui menjadi jernih. Apabila air cucian sudah jernih
berarti sudah tidak ada lagi bahan saringan no.200 yang bisa keluar.
Setelah memastikan air cucian agregat sudah jernih, praktikan mengembalikan
agregat yang tertahan di sarignan no.16 dan no.200 ke dalam talam yang berbeda
yang beratnya sudah diketahui sebelumnya. Setelah itu, talam-talam tersebut
dimasukkan ke dalam oven selama kurang lebih 24 jam. Hal ini bertujuan agar
agregat menjadi kering sehingga data yang diambil menjadi lebih akurat.
Setelah menunggu proses pemanasan selama 24 jam, praktikan mengeluarkan
talam berisi agregat yang sudah kering kemudian menimbangnya. Berat agregat
yang dimaksud adalah berat agregat murni yang telah dikurangi dengan berat
talam. Data berat agregat ini sangat berperan dalam percobaan untuk mengetahui

kadar agregat yang keluar dari saringan no.200 . Bahan agregat yang berhasil
keluar dari saringan no.200 adalah debu.
2. Analisa Hasil
Berdasarkan percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan, jumlah bahan
agregat yang lolos dari saringan no.200 adalah sebesar 3,2%. Nilai yang
didapatkan ini tidak jauh berbeda dari standar yang tercantum di dalam SNI 034142-1996, yakni maksimal sekitar 3 %. Hal ini berarti bahwa agregat yang
diamati dalam percobaan ini kadang lumpur/debunya sudah sedikit, sehingga
apabila dijadikan sebagai bahan komponen penyusun beton, agregat halus ini bisa
membuat kualitas beton menjadi baik. Kadar lumpur/debu dalam agregat halus
harus sekecil mungkin karena mempengaruhi void dari beton karena apabila
agregat yang kadar debunya besar ketika dicampur dengan bahan penyusun beton
lainnya seperti air maka debu tersebut akan larut dengan air sehingga akan
memperbesar rongga yang ada di dalam beton. Selain itu, akibat yang ditimbulkan
dari terlalu besarnya kadar lumpur debu pada pembuatan beton antara lain,
berkurangnya kekuatan konstruksi beton sehingga membuat beton mengering
secara tiba-tiba dan kemudian menyebabkan kekuatan pengikat menjadi lemah.
Sementaa itu, berdasarkan standar dari ASTM C117-04, kadar lumpur/debu yang
baik yang terdapat di dalam agregat halus berkisar antara 3-8%. Mengacu pada
standar tersebut, terbukti bahwa agregat yang diamati oleh praktikan baik untuk
dijadikan bahan penyusun beton.
3. Analisis Kesalahan
Terdapat beberapa kesalahan saat percobaan yang mungkin praktikan lakukan
sehingga data yang didapat tidak begitu akurat dan berbeda dari standar yang telah
ditetapkan. Praktikan menggolongkan kesalahan-kesalahan tersebut menjadi 3 tipe
kesalahan yaitu: Kesalahan alat, kesalahan paralaks, dan kesalahan praktikan.
i.

Kesalahan Alat
Kesalahan alat mungkin

dapat

terjadi

pada

percobaan

namun

kemungkinannya sangat kecil sehingga praktikan berasumsi bahwa tidak


ada kesalahan yang disebabkan oleh alat percobaan.
ii.

Kesalahan Paralaks

Kesalahan yang berasal dari paralaks memiliki kemungkin yang besar


untuk terjadi dalam suatu percobaan bila alat ukur yang digunakan adalah
alat ukur analog. Namun pada percobaan ini alat ukur yang digunakan
adalah alat ukur digital sehingga berat bisa dipastikan secara spesifik yang
kemungkinan besar tidak adanya kesalahan paralaks pada percobaan ini.
iii.

Kesalahan Praktikan
Kesalahan yang berasal dari praktikan biasanya adalah kesalahan yang
memili kemungkinan paling besar terjadi pada sebuah percobaan. Pada
percobaan ini ada beberapat kesalahan yang mungkin praktikan lakukan,
antara lain :
Waktu oven yang ditetapkan oleh praktikan kurang dari 24 jam. Hal
ini dapat mengakibatkan kondisi dari agregat yang belum
sepenuhnya kering yang menyebabkan data hasil tidak akurat.

Air pencuci yang belum sepeuhnya jernih. Hal ini berarti masih
terdapat kandungan lumpur/debu di dalam agregat yang diamati.
Apabila hal ini terjadi dapat mengakibatkan kurang akuratnya data
lumpur yang keluar dari saringan no.200 yang dapat pula
mempengaruhi campuran beton yang berdampak pada kekuatan

beton.
Semprotan air selang terlalu kencang dalam mencuci agregat
sehingga mengakibatkan sejumlah agregat yang seharusnya

tertahan menjadi ikut lolos akibat tertekan semprotan air.


Jumlah agregat yang ikut keluar dari saringan akibat semprotan
dari air selang yang terlalu kencang maupun akibat dari agregat
yang menempel pada tangan praktikan saat pencucian yang dapat

mengurangi berat dari agregat.


Pengguncangan yang dilakukan praktikan kurang baik. Akibatnya
masih terdaoat beberapa bahan tertahan di saringan no.200.

G. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan beberapa hal
terkait pemeriksaan bahan yang lewat saringan no.200, antara lain

Berat bahan yang tertahan di saringan no.200 adalah 484 gram sedangkan

berat awal bahan adalah 500 gram.


Kadar bahan yang lolos di saringan no.200 adalah sebesar 3,2%. Standar kadar
yang lolos di saringan no. 200 berdasarkan SNI 03-4142-1996 adalah
maksimal sebesar 3%. Sedangkan standar menurut ASTM C117-04 sebesar
3%-8%. Hal ini berarti bahwa bahan agregat yang diamati kadar lumpurnya

sudah sedikit.
Persentase bahan yang tertahan saringan no.200 adalah 38 % yang
menunjukkan bahwa tingkat agregat tersebut sudah cukup baik dijadikan
komponen penyusun beton mengandung banyak agregat halus yang berukuran

kecil yang mampu mengisi rongga rongga di dalam beton.


Pencucian atau pemeriksaan agregat lewat saringan no.200 ini mencegah

jumlah lumpur yang berlebihan pada agregat halus.


Bahan agregat yang praktikan amati sudah sedikit mengandung lumpur
sehingga kualitasnya baik untuk diajdikan sebagai bahan pembuatan beton

atau mortar.
Semakin banyak kadar lumpur yang terdapat pada agregat halus menandakan
semakin buruk kualitas agregat halus tersebut.

H. REFERENSI
American Society for Testing and Materials. Standards Test Method for
Materials finer than 75-m (No.200) Sieve in Mineral Aggregates by

Washing, No. ASTM C 117-04. Annual Book of ASTM Standards, Vol 04.02.
Badan Standarisasi Nasional. Metode pengujian jumlah bahan dalam agregat
yang lolos saringan nomor 200 (0,075 mm), SNI 03-4142-1996.

I. DOKUMENTASI

Gambar. 1. Proses Gambar. 2. Bahan agregat


Penyaringan agregat
yang telah disaring
menggunakan saringan
no.200 dan no.16

Gambar. 3. Saringan no.16


dan saringan no.200

You might also like