Professional Documents
Culture Documents
Pertemuan Keenam
Pengaruh Faktor Politis pada Standar Akuntansi
NAMA KELOMPOK 5
Petrus Kakadir (01)
Ni Luh Putu Fivetina Wulan Ade Arika (02)
Ida Ayu Agung Emawati (03)
Ni Wayan Jessy Janawati (07)
Anak Agung Istri Agung Mahadewi (09)
Ni Putu Ayu Sekarini Tirtha Negari (13)
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAGAN/SKEMA BAHASAN.......................................................................................iii
PEMBAHASAN
Pengaruh Faktor Politis pada Standar Akuntansi............................................................1
A. Pengaruh Lobi pada Standar Akuntansi...................................................................2
B. Pengertian dan Contoh Konsekuensi Ekonomis Standar Akuntansi
Pengertian Konsekuensi Ekonomis.........................................................................3
Konsekuensi Ekonomis SFAS 8..............................................................................4
Review SFAS 52......................................................................................................5
Kritik SFAS 8 dan SFAS 52.....................................................................................5
Contoh Konsekuensi Ekonomis Standar Akuntansi................................................6
SIMPULAN....................................................................................................................8
REFERENSI...................................................................................................................9
ii
BAGAN/SKEMA BAHASAN
KONSEKUENSI EKONOMIS
PADA STANDAR
AKUNTANSI
PENGERTIAN
CONTOH
Economic Consequences
adalah salah satu konsep
yang menegaskan (selain
teori efisiensi market
hipotesis) dimana pilihan
kebijakan akuntansi akan
mempengaruhi nilai
perusahaan
iii
PEMBAHASAN
Pengaruh Faktor Politis pada Standar Akuntansi
Proses pembentukan standar akuntansi sering disebut dengan standar setting process.
Pembuatan standar akuntansi tidak lepas dari proses politik. Dalam penyusunan sebuah
standar, terkait banyak pihak dengan berbagai latar belakang, motivasi, dan memiliki
kepentingan yang berbeda-beda baik itu dari pemerintah, swasta, ataupun profesi akuntan itu
sendiri terhadap pembuatan standar akuntansi. Dengan begitu unsur politik dapat berperan
dalam penyusunan suatu stanadar.
Menurut Zaff (2002) dalam jurnal Helmy, yang dinamakan sebagai proses politik adalah
pembelaan atau pertimbangan self-interested dari pembuatan standar mengenai aspek yang
mungkin diasosiasikan dalam istilah economic consequess. Dalam bukunya yang berjudul
the rise of Economic Consequences Zaff mengartiakan konsekuensi ekonomi sebagai ...
the impact of accounting report on the decision making behavior of business, goverment,
unions, investor, and creditor.
Selain itu Scroeder & Clark (1995: 13) juga menjelaskan dalam jurnal Helmy:
Akuntansi sebenarnya terbentuk dari fenomena ekonomi dari perkembangan berbagai entitas
ekonomi yang ada, sehingga pembentukan standar akuntansi bukanlah suatu proses yang
berjalan serta-merta, namun sangat memperhatikan aspek konsekuensi ekonomi yang
diakibatkannya. Oleh karenanya apabila proses penyusunan standar penuh dengan tekanan
dari berbagai pihak yang berkepentingan, bukanlah suatu hal yang mengejutkan karena
adanya aspek economic consequences
Proses penyusunan standar bukanlah suatu proses yang berjalan serta-merta, dan standarstandar akuntansi tidaklah murni dari teori, tetapi proses penyusunan akuntansi dibentuk
dengan memperhatikan aspek konsekuensi ekonomi. Pembuatan ekonomi yanhg melaui
proses politik bisa beraakibat kepada pandangan masyarakat terhadap standar akuntansi
sebagai permainan politik saja dengan kepentingan masing-masning didalamnya. Sehingga
perlu kehati-hatian dalam proses pembuatannya agar tidak berdampak negatif di pandangan
masyarakat. Misalnya dalam pembuata standar oleh FASB, pihak-pihak yang mempengaruhi
FASB dalam penyusunan standar akuntansi (Gambar 1), Jurnal dari Putra Astika yaitu:
1. FASB
2. Business entitis, yaitu perusahaan yang menyusun laporan keuangan
3. CPAs and accounting firms
4. Preparers, misalanya Financial Executives Institute
1
adalah rendah (hanya 12,88 % tanggapan yang diakomodasi), namun jika dilihat dari
masing-masing PSAK hasilnya bervariasi yaitu tidak berpengaruh pada PSAK 08 dan
PSAK 38, berpengaruh rendah pada PSAK 51 dan berpengaruh sedang pada PSAK 57.
Hasil penelitian selanjutnya menunjukkan kelompok yang paling banyak
memberikan tanggapan adalah KAP bukan pembuat laporan keuangan, hal tersebut
diduga karena adanya pandangan pelaku bisnis bahwa standar merupakan tanggung
jawab IAI. Kemudian melalui uji beda proporsi ditemukan tidak terdapat perbedaan
pengaruh antar konstituen, hal ini tidak konsisten dengan the Interest Group Theory.
Selanjutnya tidak ditemukan juga perbedaan pengaruh antara tanggapan yang bersifat
substantif dan yang bersifat bahasa. Namun perbedaan pengaruh ditemukan antar standar
yang berarti pengaruh lobi konstituen tergantung dari standarnya.
Beberapa keterbatasan penelitian diantaranya :
1. Penggunaan tanggapan tertulis sebagai ukuran lobi padahal lobi yang sebenarnya
lebih sering dilakukan lewat jalur non formal.
2. Tanggapan dipandang sebagai suara atau vote yang berarti cenderung tidak
memperhatikan substansi.
3. Kekurangan data mengenai tanggapan konstituen atas eksposure draft.
3. Review SFAS 52
Sebagai hasil dari penyebarluasan fokus yang sama dengan yang ditimbulkan oleh
manajemen Massey-Ferguson, FASB memutuskan di tahun 1979 untuk menguji
ulang akuntansi untuk translasi mata uang asing. Hasilnya adalah SFAS 52, yang
dikeluarkan pada Desember 1981. Terdapat beragam metode translasi yang
diperlukan dalam SFAS 52. Tahap pertama adalah pembukuan laporan keuangan
asing dalam mata uang lokalnya. Dalam tahap kedua, laporan keuangan ini
ditranslasikan ke dalam pembukuan mata uang fungsional menggunaka metode
temporal (kecuali mata uang lokal adalah mata uang fungsional). Dalam tahap
ketiga, laporan mata uang fungsional ditranslasikan (kecuali mata uang
fungsionalnya adalah dollar US) ke dollar US mengunakan metode tarif sekarang.
Ingat bahwa penyesuaian translasi yang muncul dalam dua kasus pengecualian operasi asing yang terintegrasi dan ekonomi inflasi tinggi harus dimasukkan dalam
pendapatan bersih kini dalam SFAS 52, seperti dalam SFAS 8.
4. Kritik SFAS 8 dan SFAS 52
Menurut SFAS 52, tujuan dasar translasi mata uang asing adalah untuk
menyediakan informasi yang secara umum cocok dengan dampak ekonomi yang
diharapkan dari perubahan tarif pada arus kas dan ekuitas perusahaan. Tujuan ini
dirasa masuk akal dan konsisten dengan SFAS 1 dalam Kerangka Konseptual
FASB. Karena itu, kita akan menggunakannya sebagai dasar untuk kritik kita.
SFAS 52 juga mengacu pada kritik pervasif bahwa translasi dalam SFAS 8 tidak
mencerminkan kenyataan yang mendasari operasi asing. Tentunya, MasseyFerguson akan setuju degan kritik ini. Namun, kita akan berargumen bahwa SFAS
8 konsisten dengan teori paritas daya beli dan pada tingkat yang lebih rendah,
dengan teori paritas tingkat bunga pada perubahan tarif pertukaran. Kadang, sulit
untuk melihat SFAS 52 konsisten dengan kedua teori ini.
Dampak yang dihasilkan dalam SFAS 8 adalah tidak ada kerugian atau keuntungan
pada aktiva nonmoneter yang dicatat dalam SFAS 8 ketika tarif pertukaran asing
berubah karena aktiva tersebut ditranslasikan pada tarif historis. Jadi, SFAS 8
konsisten dengan teori paritas daya beli, paling tidak berhubungan dengan aktiva
nonmoneter.
Hal ini juga dianggap bahwa SFAS 8 konsisten dengan teori paritas tingkat bunga,
paling tidak sejauh konsentrasi pada kewajiban bersih moneter. Dalam paritas
tingkat bunga, nilai mata uang asing akan melemah dalam pasar pertukaran asing
5
jika tingkat bunga ekonomi asing akan turun relatif terhadap tingkat bunga di
negara lain. Tingkat bunga yang lebih rendah pada ekonomi asing berarti bahwa
perusahaan yang dikonsolidasi dapat membayar kembali kewajiban bersih
moneternya dan meminjam kembali pada tingkat bunga yang lebih rendah; yaitu,
perusahaan tersebut mendapat keuntungan (asumsikan tak ada penalti untuk
pembiayaan ulang). Karena itu, pemasukan keuntungan dan kerugian translasi pada
kewajiban bersih moneter dalam SFAS 8 juga dianggap konsisten dengan teori
paritas tingkat bunga.
Karena teori paritas tingkat bunga tidak membuat hubungan langsung antara
tingkat harga dalam ekonomi asing dan tarif pertukaran, maka sulit untuk menilai
apakah hal ini konsisten dengan translasi SFAS 8 pada aktiva nonmoneter pada
tarif historis.
5. Contoh Konsekuensi Ekonomis Standar Akuntansi
Stephen A. Zeff, seorang tokoh akuntansi yang paling persuasif berkaitan dengan
konsekuensi ekonomi, mengenalkan konsep ini dalam artikelnya tahun 1978 yang
berjudul The Rise of Economic Consequences. Zeff (1978) mendefinisikan
economic consequences sebagai dampak laporan akuntansi terhadap perilaku
pengambilan keputusan bisnis, pemerintah, dan kreditor. Esensi definisi tersebut
adalah bahwa laporan akuntansi dapat mempengaruhi (affect) keputusan nyata oleh
manajer dan pihak lain, tidak hanya sekedar menggambarkan (reflecting) hasil
keputusan yang dibuat. Zeff mendokumentasikan beberapa contoh di Amerika
Serikat dimana bisnis, asosiasi industri, dan pemerintah mencoba mempengaruhi,
atau telah mempengaruhi, standar akuntansi yang disusun oleh Accounting
Principles Board (APB) dan pendahulunya the Committee on Accounting
Procedure (CAP).
Economic consequences adalah konsep yang menyatakan bahwa, walaupun
bertentangan dengan implikasi teori pasar modal efisien, pilihan kebijakan
akuntansi dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Walaupun dengan implikasi
kebijakan teori pasar modal efisien, tampak bahwa pilihan kebijakan akuntansi
memiliki konsekuensi ekonomi bagi pamakai laporan keuangan, walaupun tidak
secara langsung mempengaruhi aliran kas perusahaan.
Esensi dari economic consequences adalah bahwa kebijakan akuntansi dan
perubahan kebijakan akuntansi tersebut merupakan suatu permasalahan (matter),
terutama permasalahan bagi manajemen. Akan tetapi, apabila hal tersebut
6
Theory/PAT)
adalah
penjelasan
terhadap
adanya
economic
consequences.
SIMPULAN
Standar akuntansi tidak lepas dari kerangka konseptual. Sebelum pembuatan standar
akuntansi dibuatlah telebih dahulu kerangka konseptual yang dimana kerangka tersebut
menjadi dasar atau pedoman pembutan stanadar akuntansi. Walaupun dimasing-masing
kerangka konseptual baik itu FASB atau IASB menempatkan objective by financial reporting
(tujuan pelaporan) pada hierarki teratas, tetapi pada praktiknya banyak hal-hal yang
mempengaruhi pembuatan standar akuntansi. Kondisi politik di negara tersebutlah menjadi
faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan standar akuntansi. Setiap negara mempunyai
kondisi yang berbeda-beda sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan standar
akuntansi yang sama. Proses lobi pun turut serta dalam pembuatan standar akuntansi karena
dalam penyusunan sebuah standar, terkait banyak pihak dengan berbagai latar belakang,
motivasi, dan memiliki kepentingan yang berbeda-beda baik itu dari pemerintah, swasta,
ataupun profesi akuntan itu sendiri terhadap pembuatan standar akuntansi.
Economic Consequences adalah salah satu konsep yang menegaskan (selain teori
efisiensi market hipotesis) dimana pilihan kebijakan akuntansi akan mempengaruhi nilai
perusahaan. Contohnya di Amerika Serikat, dimana bisnis, asosiasi industri, dan pemerintah
mencoba mempengaruhi, atau telah mempengaruhi, standar akuntansi yang disusun oleh
Accounting Principles Board (APB) dan pendahulunya the Committee on Accounting
Procedure (CAP).
REFERENSI
Adam, Helmi. Konsekuensi Ekonomi Dan Proses Politik Dalam Penyusunan Standar
Akuntansi, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (IQTISHODUNA), 2006.
https://www.scribd.com/doc/240179775/Pengaruh-Lobi-Pada-Standar-Akuntansi#download
(diakses pada 13 Oktober 2015)
http://msa15.blogspot.co.id/2012/02/konsekuensi-ekonomi.html
(diakses pada 13 Oktober 2015)
https://www.academia.edu/7289207/FAKTORFAKTOR_YANG_MEMPENGARUHI_PEMBUATAN_STANDAR_AKUNTANSI_FEBRI
NA_NASTITI_RIDHA_11312116
(diakses pada 13 Oktober 2015)