You are on page 1of 57

Optimasi Alat Produksi

Setan Tambang

OPTIMALISASI PRODUKSI ALAT BERAT

1. Pendahuluan
Peralatan produksi pada operasi penambangan merupakan salah satu
sarana yang vital untuk menunjang target produksi akhir yang telah ditentukan
oleh manajemen perusahaan. Penggunaannya tidak saja terkonsentrasi pada
proses penambangan baik tambang terbuka maupun bawah tanah, tetapi juga
diperlukan untuk proses penunjang penambangan, antara lain:
(1) Pemeliharaan jalan-jalan tambang dan
(2) Penataan areal reklamasi pasca penambangan.
Peralatan produksi penambangan mungkin dapat didefinisikan sebagai
alat-alat mekanis yang ekonomis bila digunakan untuk menghasilkan suatu bahan
galian (bijih), batubara dan bahan galian industri. Dari definisi tersebut tersirat dua
hal utama, yaitu alat bertenaga mekanis atau alat berat dan harus ekonomis.
Pertimbangan menggunakan alat berat adalah sebagai berikut:

Berhadapan dengan material atau bahan galian yang secara alami


mempunyai sifat fisik dan mekanik relatif keras, sehingga diperlukan tenaga
mesin cukup kuat,

Untuk mengimbangi target produksi yang besar diperlukan alat yang


berkapasitas besar pula dan alat berat adalah jawabannya.
Di samping itu peralatan harus bernilai ekonomis tinggi karena biaya

investasinya cukup besar. Walaupun terdapat alat berat yang dioperasikan tidak
langsung untuk penggalian bijih atau batubara (non-produksi), misalnya untuk
perawatan jalan, pemindahan overburden atau reklamasi; namun semua kegiatan
tersebut harus dilaksanakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
Biaya yang diperlukan untuk penggalian non-produksi merupakan salah satu
komponen biaya produksi yang diperhitungkan untuk menentukan marginal price
of finished product.
1

Optimasi Alat Produksi

Setan Tambang

Ditinjau dari fungsinya, peralatan produksi dapat diklasifikasikan sebagai:


(1) alat gali isi,
(2) alat angkut, dan
(3) alat bantu.
Alat gali-isi adalah alat produksi untuk menggali dan mengisikan material
hasil galiannya ke alat angkut. Contoh alat gali-isi antara lain power shovel,
backhoe, dragline, front-end loader, claimshell, bucket wheel excavator (BWE),
Bucket Chain Excavator (BCE) dan sebagainya. Alat angkut adalah alat-alat
produksi untuk mengangkut material menuju proses berikutnya. Contoh alat
angkut antara lain truck, lori lokomotif, belt conveyor, pipa lumpur (slurry),
scrapper dan sebagainya. Khusus untuk scrapper, alat produksi ini dirancang
sebagai penggali sekaligus mengangkutnya. Sedangkan alat bantu maksudnya
adalah alat-alat berat yang digunakan untuk membantu kelancaran produksi.
Walaupun mungkin di antara alat-alat bantu tersebut terdapat pula yang diarahkan
untuk memproduksi material. Contoh alat-alat bantu antara lain bulldozer, ripper,
grader, lubrication truck, water truck, fuel truck dan sebagainya.
Peralatan produksi tambang bawah tanah pada prinsipnya sama dengan
tambang hanya ukuran unitnya lebih kecil karena disesuaikan dengan ruang kerja
yang terbatas di bawah tanah dan lebih praktis. Beberapa contoh antara lain
sebagai berikut :

Alat pemotong lapisan batubara bawah tanah disebut continuous miner baik
yang digunakan pada sistem longwall, shortwall maupun room and pillar.
Contohnya alat pemotong lapisan batubara antara lain; shearer dan plow
(plough).

Alat gali isi hasil peledakan bawah tanah adalah Load-Haul-Dump (LHD),
overshotloader, slusher (scrapper) dan sebagainya.

Alat angkut digunakan truck berdimensi kecil, belt conveyor, chain conveyor,
lori-lokomotif (train) dan lain-lain.

Di samping itu terdapat peralatan produksi lain yang berfungsi sebagai


penyangga, yaitu hydraulic support dan perangkat derek (cage).
2

Optimasi Alat Produksi

Setan Tambang

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan di dalam memilih alat berat antara
lain:

Jenis material, digolongkan ke dalam material lepas, sedang dan kompak

Altitude, mempengaruhi terhadap kerja mesin, karena semakin tinggi altitude


tekanan udara semakin berkurang. Dari pengalaman diketahui tenaga mesin
diesel akan kerkuran 3% setiap kenaikan 1000 feet, yang menyebabkan
penurunan volume produksi/jam dan akan menambah ongkos gali per satuan
volume.

Kapasitas, berkaitan dengan jumlah alat yang akan digunakan untuk


memenuhi target produksi. Semakin besar kapasitas alat, semakin sedikit
jumlah alat yang dibutuhkan untuk mengejar terget.

Sistem penambangan, pada operasi tambang bawah tanah digunakan


peralatan yang lebih kecil daripada tambang terbuka.

Medan kerja, kadang sulit dijamah oleh alat angkut dan muat konvensional,
tetapi lebih ekonomis digunakan cara lain, misalnya lori gantung, pipa lumpur,
belt conveyor, dll.

Ketersediaan dana, biasanya cenderung mengurangi target produksi. Namun


persediaan dana ini bisa diatasi dengan mempetimbangkan pinjaman dari
bank dibandingkan dengan keuntungan yang bakal diraih.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut di atas, diharapkan dapat


memilih alat berat yang sesuai baik ditinjau dari aspek teknis maupun
ekonomisnya.
2. Elemen Elemen Produksi
Produksi adalah laju material yang dapat dipindahkan per satuan waktu
(biasanya per jam). Untuk memperoleh angka produksi ada 4 parameter yang
harus diperhitungkan, yaitu (1) kapasitas alat, (2) tenaga kendaraan atau alat
(3) waktu edar (cycle time) dan (4) efisiensi kerja. Umumnya pemindahan
material dihitung berdasarkan volume (m 3 atau cuyd); sedangkan pada tambang
bijih biasanya dinyatakan dalam ton. Mengetahui prinsip-prinsip elemen produksi
3

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

penting artinya, karena tidak diinginkan adanya kesalahan estimasi produksi alatalat berat.
2.1. Kapasitas Alat
Kapasitas alat adalah jumlah material yang diisi, dimuat atau diangkut
oleh suatu alat berat. Pabrik pembuat alat berat akan memberikan spesifikasi unit
alat termasuk kapasitas teoritisnya. Kapasitas alat berkaitan erat dengan jenis
material yang diisi atau dimuat, baik berupa tanah maupun batu lepas. Dengan
demikian karakteristik material harus difahami betul agar di dalam mengestimasi
kapasitas alat sebenarnya tidak meleset.
Dalam perhitungan perencanaan, jumlah material umumnya dinyatakan
dengan volume aslinya di tempat (bank / insitu), walaupun yang diangkut atau
dimuat sebenarnya adalah material yang sudah lepas (loose). Oleh sebab itu
perubahan material dari kondisi asli (bank) menjadi lepas (loose) merupakan
bagian dari perhitungan tersebut.
2.1.1. Volume Material
Dikenal

ada

tiga

bentuk

volume

material

yang

mempengaruhi

perhitungan pemindahannya, yaitu dinyatakan dalam Bank Cubic Meter (BCM),


Loose Cubic Meter (LCM) dan Compacted Cubic Meter (CCM). Perubahan ini
terjadi karena adanya perbedaan densitas akibat penggalian atau pemadatan dari
densitas aslinya. BCM adalah volume material pada kondisi aslinya di tempat
(insitu) yang belum terganggu. LCM adalah volume material yang sudah lepas
akibat penggalian, sehingga volumenya akan mengembang dengan berat tetap
sama. CCM adalah volume material yang mengalami pemadatan kembali setelah
penggalian, sehingga volumenya akan lebih kecil dibanding volume aslinya
dengan berat tetap sama. Untuk mengestimasi produksi, maka hubungan antara
ketiga jenis volume material tersebut harus difahami.
2.1. 2. Pemberaian (Swell)
Adalah prosentase pemberaian volume material dari volume asli yang
dapat mengakibatkan bertambahnya jumlah material yang harus dipindahkan dari
kedudukan aslinya. Ketika digali, material akan lepas dan terberai sedemikian
rupa dan tidak akan kembali ke bentuk semula. Pemberaian tejadi karena
4

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

terbentuk rongga-rongga udara di antara partikel-partikel material lepas tersebut.


Misalnya, satu kubik material pada kondisi asli (bank) setelah digali volumenya
mengembang atau bertambah 30%, artinya volume bertambah 1.3 kali volume
aslinya, namun beratnya tetap sama sebelum dan sesudah digali. Rumus-rumus
yang berkaitan dengan pemberaian material sebagai berikut:
Volume lepas untuk berat tertentu
% berai =

-1

(2.1)

Volume asli untuk berat yang sama


Faktor berai (Swell Factor) = Volume Bank / Volume Loose

(2.2)

Volume lepas (loose)


Volume Asli (bank) =

(2.3)
(1 + % berai)

Volume lepas (loose) = volume asli x (1 + % berai)

(2.4)

Contoh :
(1). Apabila material memberai 20%, berapa LCM yang akan dipindahkan
untuk 1000 BCM? * Loose = 1000 x (1 + 0,20) = 1200 LCM
(2) Berapa BCM yang harus diperhitungkan pada rencana peledakan bila
target produksi adalah 1000 LCM dengan % swell = 25%.

Bank = 1000/(1+0,25) = 800 BCM.

2.1.3. Faktor Muat (Load Factor)


Pada saat material sebanyak 1 BCM dimuatkan ke dalam sebuah mangkok
(bucket), material, yang dapat terangkat oleh mangkok tersebut akan kurang dari
1 BCM karena sepanjang proses penggalian terjadi pengurangan akibat adanya
pemberaian. Faktor muatnya sebagai berikut:
100%
LF

(2.5)
100% + % berai

Jadi untuk mengestimasi muatan pada kondisi BCM, kapasitas mangkok pada
5

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

LCM harus dikalikan dengan LF.


Muatan (BCM) = Muatan (LCM) x LF

(2.6)

Tabel 2.1. Memperlihatkan harga LF untuk berbagai jenis material.


Penciutan material (shrinkage) merupakan perbandingan antara volume material
yang telah dipadatkan dengan kondisi bank disebut juga Shrinkage Factor (SF).
SF =

CCM / BCM

(2.7)

Contoh :
Konstruksi jalan raya memerlukan tanah kering yang dipadatkan hingga harga SF
= 0,80 yang jumlahnya 8.000 CCM. Tanah tersebut mempunyai % berai = 23%.
Alat angkut yang dipakai berkapasitas 10,7 LCM (rata bak) atau 15 LCM
(munjunga). Berapa BCM yang diperlukan dan berapa kali pemindahan muatan
tersebut (jumlah per siklusnya).
a.

BCM = CCM/SF = 8.000 / 0,80 = 10.000 BCM

b.

LF

= 1 / (1 + 0,23)

= 0,81

Muatan (BCM) = kapasitas (LCM) x LF = 15 x 0,8 = 12,2 BCM


Jumlah siklus total = 10.000 / 12,2 = 820 kali
2.1.4. Densitas Material (Material Density)
Densitas adalah berat per unit volume dari suatu material, yang nilainya berbeda
karena dipengaruhi oleh sifat-sifat fisiknya, antara lain; ukuran partikel, kandungan
air, pori-pori dan kondisi fisik lainnya. Material yang padat akan mempunyai berat
yang lebih besar per volume yang sama dibanding material yang tidak padat.
Berat, Kg (lbs)
Densitas =

. (2.8)
Volume, m3 (yd3)

Densitas material tentunya akan berubah akibat adanya penggalian, yaitu dari
kondisi bank ke loose. Pada kondisi loose, densitas material akan berkurang (per
volume sama) dibanding densitas pada kondisi bank karena adanya pori udara.
Untuk mengkonversi densitas material dari bank ke loose digunakan rumus, sbb:
6

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

Kg/BCM
(1 + % berat) =

(2.9)
Kg/LCM

2.1.5. Faktor Isi (Fill Factor)


Adalah prosentase volume yang sesuai atau sesungguhnya dapat diisikan ke
dalam bak truck atau mangkok dibandingkan dengan kapasitas teoritisnya. Suatu
bak truck mempunyai faktor isi 87%, artinya 13% volume bak tersebut tidak terisi.
Mangkok loader, backhoe, dragline dsb., biasanya memiliki faktor isi lebih dari
100% karena dapat diisi munjung (heaped).
Contoh:
Sebuah mangkok berkapasitas 10,7 m 3 (munjung 2 : 1) mempunyai faktor isi
105% saat dioperasikan pada sandstone yang mempunyai densitas 2,45 ton/BCM
(= 2.450 kg/BCM) dan 35% pemberaian (swell).
a. Berapa densitas material lepas?
b. Berapa volume yang dapat diisikan ke dalam mangkok?
c. Berapa muatan mangkok per trip dalam BCM?
Jawab:
a. densitas material lepas = (densitas/BCM) / (1 + % berai) = 2.450 / (1 +
0,35) = 1.850 kg / LCM
b. Volume bucket (LCM) = 10,7 x 105 % = 11,20 LCM
c. Berat / trip = volume x densitas (kg/LCM) = 11,2 LCM x 1815 kg/LCM
= 20,328 kg ~ 10 ton
Volume muatan (BCM) = berat/densitas = 20.328 / 2450 = 8,30 BCM

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

Tabel 2.1
Densitas Dan Faktor Muat Beberapa Material

2.2 Tenaga Kendaraan (Alat)


Di dalam memimilih suatu alat untuk pekerjaan penggalian material, bijih, atau
overburden harus dipertimbangkan tenaga kendaraan yang mampu mengatasi
medan kerja. Medan kerja yang dimaksud adalah kondisi jalan; misalnya basah,
kering, mendaki, menurun, banyak tikungan dan sebagainya yang mempengaruhi
laju kendaraan pada saat bermuatan maupun kosong.
Tiga jenis tenaga yang menjadi bahan pertimbangan dalam pembelian suatu alat
8

Optimasi Alat Produksi

Setan Tambang

berat :
1.

Tenaga Diperlukan (power required)

2.

Tenaga Tersedia (power available)

3.

Tenaga Terpakai (power useable).

2.2.1 Tenaga Diperlukan (TP)


Tenaga yang diperlukan (TP) adalah tenaga total atau Total Resistance yang
muncul dari kondisi jalan atau medan kerja yang telah digambarkan diatas yang
diekspresikan dalam bentuk Tahanan Guling (TG) atau Roller Resistance dan
Tahanan Miring (TM) atau Grade Resistance. Tahanan Total (TT) merupakan
penjumlahan TG dan TM tersebut, jadi :
TT = TG + TM

(2.10)
Tahanan Guling (TG) adalah gaya yang harus diatasi kendaraan agar dapat
bergerak dipermukaan tanah. Sejumlah gaya mempengaruhi harga TG dan yang
terpenting adalah Gesekan Internal (GI) atau Internal Friction, Lenturan Ban (LB)
atau Tire Flexing dan Penetrasi Ban (PB) atau Tire Penetration. Tahanan Guling
dapat dirumuskan sebagai berikut :
TG = GI + LB + PB

(2.11)

Gesekan Internal (GI) adalah ukuran tahanan dari komponen-komponen


penggerak mesin mulai dari putaran roda gila sampai final drive pada sistem
poros roda.

Lenturan Ban (LB) diperhitungkan sebagai tahanan pada saat kembangan ban
mengeliat akibat perubahan kondisi permukaan jalan. Bila kendaraan
terpelihara dengan baik, harga GI dan LB seharusnya konstan, yaitu 20 kg/ton
berat kendaraan (40 lb/ton). Dengan mengabaikan faktor-faktor lain, 20 kg
akan selalu diperlukan untuk mendorong dan menarik atau mengangkut setiap
ton Berat Kendaraan Gross (BKG) atau Gross Vehicle Weight.

Penetrasi Ban (PB) akan menambah TG yang besarnya 15 kg/ton


kendaraan (30 lb/ton) atau identik dengan kemiringan jalan mendki efektif 1,5%
setiap penetrasi ban 25 mm (1 inchi)
9

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

Tahanan guling (TG) diekspresikan dalam kg/ton (lb/ton) atau prosentase


kemiringan efektif karena kedua parameter tersebut akan mempengaruhi tenaga
mesin dan hubungan keduanya seperti pada persamaan berikut:
10 kg/ton TG (20 lb/ton TG) = 1% Kemiringan Efektif

(2.12)

contoh :
(1) Sebuah wheel loader memindahkan tanah penutup basah dari timbunan
pada kondisi jalan dengan TG = 50 kg/ton. Berapa TG tersebut bila
dinyatakan dalam Prosen Kemiringan?
Jawab:
50 kg/ton
% TG =

=5
10 kg/ton/1%

(2) sebuah wheel-type tracktor bekerja sekitar dragline di mana penetrasi


rodanya 250 mm. berapa TG tersebut bila dinyatakan dalam kg/ton dan
Persen Kemiringan?
Jawab:
Gunakan persamaan (2.11) di mana GI + LB = 20 kg/ton
15 kg/ton
TG = 20 kg/ton + (penetrasi ban x

= 170 ton
25 mm

konversi dari kg/ton ke % miring gunakan persamaan (2.12) :


% miring = 170 kg/ton/1% = 17; atau kemiringan = 17%
Kondisi tanah sangat bervariasi, sementara harga faktor Tahanan Guling terbatas,
namun sebagai pegangan dapatlah digunakan harga faktor TG seperti pada Tabel
2.2.

10

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

Tabel 2.2.
Faktor Faktor Tahanan Guling (TG) [10 kg/ton = 1%]
Kondisi Jalan

Kg/ton

Lb/ton

% Miring
Efektif

Sangat keras, sangat rata tanpa penetrasi


ban akibat beban kendaraan
Kerqs, rata dan mulus, permukaan jalan
sedikit dan licin, sedikit lentur akibat beban
kendaraan, secara teratur dibasahi.
Jalan kotor, kembangan ban
karena

beban,

jalan

40

33

70

3,5

50

100

75

150

7,5

dapat

membekas pada permukaan jalan, ban


lentur

20

dirawat

seperlunya, tidak berair, penetrasi antara 25


mm 50 mm
Kembangan

ban

membekas

pada

permukaan jalan yang lunak, sering dilewati,


tidak pernah dirawat, tanpa penguatan,

penetrasi ban antara 100 mm 150 mm


Catatan: Ukuran dan tekanan ban mempengaruhi TG, namun di atas cukup
memuaskan sebagai estimasi awal
Efek TG terhadap kendaraan dengan tipe penarik rantai (track type) diabaikan.
Meskipun

terjadi

penetrasi

akibat

beban

yang

dibawanya,

tetapi

kecil

pengaruhnya. Bahkan bila bergerak pada kondisi jalan yang tidak berarti apa-apa.
Tahanan Miring (TM), adalah gaya gravitasi yang harus diatasi oleh kendaraan
pada saat bergerak naik (+) atau turun (-). Harga TM harus diperhitungkan baik
pada kendaraan ban karet amaupun rantai. Umumnya kemiringan dinyatakan
dalam persen (%). Dikatakan kemiringan 1% apabila jarak vertikal 1 m (1 ft) untuk
horizontal 100 m (100 ft). Gambar 2.1 memperlihatkan perbandingan satuan
kemiringan dalam prosen dan derajad.

11

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

Gambar 2.1.
Perbandingan satuan kemiringan
Telah disinggung bahwa Tahanan Total merupakan penjumlahan dari M dan TM
(lihat persamaan 2.10). Tenaga yang diperlukan (TP) diperoleh dari perkalian TT
dengan Berat Kendaraan Gross (BKG), jadi:
TP = TT kglton x BKG (ton)

(2.11a)

TP =IT C16) x BKG (ton)

(2.131)

Contoh:
Sebuah loader dengan ban karet bergerak pada jenjang yang memiliki Tahanan
Guling 170 kgIton atau identik dengan 17% Kemiringan Efektif Apabila jenjang
tersebut rata alau Tahanan Miring = OV6, berapa Tenaga Diperlukan (TP) untuk
menggerakkan berat loader dan muatannya sebesar 31,752 ton ?
Jawaban: Gunakan Persamaan (2.13. a) alau (2.13. b)
TP = 170 kgIton x 31,752 ton
= 5.398 kg ~ 5400 kg
atau
TP = 17%x 31,752 ton
= 5,398 ton ~ 5400 kg
12

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

2.2.2. Tenaga Tersedia (TS)


Setelah Tenaga Diperlukan(TP) diketahui, langkah berikutnya adalah
mencari

Tenaga

Tersedia

(TS).

Tenaga

yang

tersedia

menggambarkan

kemampuan suatu alat agar dapat bergerak dipermukaan jalan yang dilaluinya.
Dalam hal ini tersirat bahwa kendaraan harus mampu mengatasi hambatan di
sepanjang jalan tersebut. Dengan demikian harga TS merupakan fungsi dari berat
kendaraan, kecepatan, dan Tahanan Total di sepanjang jalan agar mesin mampu
menarik seluruh beban kendaraan. Kemampuan mesin untuk menarik seluruh
-beban kendaraan melalui permukaan ban atau rantai disebut Rimpull atau
Drawbar Pul- Rimpull adalah istilah-kekuatan mesin yang diberikan pada
kendaraan dengan ban karet; sedangkan Drawbar Pull untuk kendaraan dengan
penarik rantai (track), misalnya bulldozer, track- type loader, dan sebagainya.
Untuk mempermudah estimasi kekuatan mesin yang diperlukan dan
kecepatan gerak kendaraan pada kondisi jalan tertentu dapat digunakan
spesifikasi alat yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya. Berikut ini diberikan dua
contoh grafik Drawbar Pull atau Rimpull lawan kecepatan kendaraan buatan
Caterpillar, yaitu bulldozer atau track-type tractor tipe D IO N (Gambar 2.2)
danTruck tipe 777C (Gambar 2.3).

13

Optimasi Alat Produksi

Setan Tambang

Gambar 2.2
Drawbar Pull Lawan Kecepatan (Bulldozer tipe D10N buatan Caterpillar)

Gambar 2.3
Rimpull Lawan Kecepatan (Truck Tipe 777c Buatan Caterpillar)
14

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

Kedua Gambar tersebut memperlihatkan tenaga atau kekuatan mesin pada gigi
tertentu, untuk memperoleh kecepatan yang optimal. Misalnya, bulldozer DION
pada Gambar 2.2 akan memerlukan tenaga sekitar 37.140 kg (81,700 lb) agar
bergerak secara efisien pada gigi-1 dengan kecepatan 2,75 km/jam (1.7 mph).
Sedangkan untuk truck 777C dan Gambar 2.3 harus diperhitungkan berat
kendaraan total atau gross weight (BKG) dan Tahanan Total atau Total
Resistance. Tenaga biasanya diekspresikan dalam Tenaga Kuda atau Horse
Power (HP). Hubungan antara HP dengan BKG, Rimpull, Total Tahanan dan
kecepatan yang dilukiskan secara grafis pada Gambar 2.2 dan 2.3 dirumuskan
sebagai berikut:
BKG (kg) x TT x Kecepatan (km / jam)

(2.14.a)

HP =
273.75
atau
BKG (kg) x TT x Kecepatan (mph)

(2.141)

HP =
375
Contoh :
Berapa tenaga yang tersedia dan kecepatan truck 777C dengan berat kendaraan
gross 120. 000 kg (264, 000 lb) dan Total Resistance 8% ?
Jawaban : Lihat Gambar 2.3 dan gunakan persamaan (2.14).

Tarik garis vertikal ke bawah dari angka 120. 000 kg dan berpotongan
dengan garis diagonal Total Resistance 8% di titik A.

Tarik garis horisontal dari A yang akan memotong peringkat gigi di titik B
dan tenaga yang tersedia atau Rimpull yang efisien di titik C. Hasilnya adalah
Peringkat gigi-4 dan Rimpull 10. 000 kg (= 100. 000 W = 22,050 lb).

Dari titik B tarik garis vertikal ke bawah akan diketahui kecepatan bergerak
truck di titik D, yaitu sekitar 20 km / jam (13 mph).

Gunakan persamaan (2.14. a) atau (2.14. b) untuk menghitung HP.


HP

120.000kg 0,08 20km/jam


273,75

700

atau
HP

264.000 0.08 13mph


375

700

15

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

Faktor yang akan mempengaruhi Tenaga Tersedia adalah altitude atau ketinggian
dari permukaan laut. Seiring dengan bertambahnya altitude, kerapatan udara akan
berkurang. Di atas 900 m (3,000 ft) kehilangan oksigen akan mengurangi tenaga
mesin (Horse Power) secara signifikan. Sebagai patokan dapat diambil bahwa
tenaga mesin penggerak atau 1HP akan berkurang sekitar 3% untuk setiap
kenaikan 300 m (1.000 ft), kecuali 300 m (1.000 ft) pertama.
Contoh:
Sebuah motor Grader bertenaga penggerak 150 HP (112 kg) bekerja pada
ketinggian 3. 000 m (9. 000 ft). Berapa HP sesungguhnya yang pada ketinggian
tersebut ?
Jawaban:
HP pada ketinggian di permukaan laut (normal)
Kemerosotan HP karena ketinggian
3% 150 3.000 300

300

= 150

= 40,5

HP efektif pada ketinggian 3. 000 m

109,5

2.2.3. Tenaga Terpakai (M)


Tenaga yang dapat dipakai (TK) dipengaruhi oleh Koefisien Traksi (K7), yaitu
perbandingan antara gaya tarik atau dorong (tractive force) kendaraan dengan
berat total kendaraan yang diterima oleh roda atau rantai penggerak sebelum slip.
Misalnya, apabila berat kendaraan total yang diterima roda penggerak 36.300 kg
dan roda mulai slip pada gaya tarik 18.100 kg, maka Koefisien Traksi (KT) untuk
permukaan jalan adalah 0,50. Dengan demikian Koefisien Traksi dipengaruhi oleh:

bentuk kembangan ban atau bentuk susunan rantai, dan

kondisi permukaan jalan, yaitu basah, kering, keras dan halus.

Pada kondisi permukaan jalan tertentu, makin besar berat kendaraan total
diterima roda atau rantai penggerak, maka Rimpull atau DraWbar Pull yang
diberikan mesin harus besar pula untuk mengusahakan agar kendaraan tidak slip.
16

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

Sampai batas Rimpull maksimum dan kendaraan tetap slip, maka cara lain yang
harus ditempuh adalah memperbaiki kondisi permukaan jalan. Memperbaiki
kondisi permukaan jalan berarti meningkatkan harga KT. Dari pengalaman di
lapangan diperoleh harga KT jenis-jenis permukaan jalan secara empiris seperti
terlihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3
Harga Kt Rata-Rata Beberapa Jenis Jalan
Jenis Jalan
Beton
Tanah lempung kering
Tanah lempung basah
Tanah lempung kasar
Pasir kering
Pasir basah
Tanah di kuari
Berbatu lepas dan tak keras
Tanah keras
Tanahlepas

Ban karet
0,90
0,55
0,45
0,40
0,20
0,40
0,65
0,35
0,55
0,45

Rantai (track)
0,45
0,90
0,70
0,70
0,30
0,50
0,55
0,50
0,90
0,60

Beberapa contoh di bawah ini melukiskan kemungkinan terjadinya slip atau tidak
pada suatu kendaraan yang bergerak pada kondisi jalan tertentu.
(1). Berapa Tenaga Terpakai (TK) untuk bulldozer yang beratnya 22.700 kg
bekerja pada tanah lempung basah ?
Jawaban:
Dari Tabel 2.3 diperoleh harga KT tanah lempung basah = 0, 70 Jadi: TK = 0,
70 x 22.700 = 15.700 kg

(2). Sebuah kendaraan mempunyai herat 20. 000 kg dan seluruhnya diterima oleh
roda penggerak. Kendaraan tersebut bergerak di atas permukaan jalan
lempung kering dengan kemiringan. 5% dan Tahanan Guling 50 kg/ton.
Periksa apakah kendaraan tersebut akan slip atau tidak!!
Jawaban:
17

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

Dari Tabel 2.3 diperoleh harga KT tanah lempung kering = 0, 55 TK =


0, 55 x 20.000 = 11.000 kg.

Tenaga Diperlukan (TP) untuk mengatasi Tahanan Guling dan


Tahanan Miring adalah:
- TP untuk mengatasi TG = 20 ton x 50 kglton =
- TP untuk mengatarsi TM (persamaan 2.12)

1. 000 kg

20 ton x 10 kgltonll % x 5 % 1. 000 kg


Total TP 2. 000 kg

1.000 kg
2.000 kg

Karena TK > TP, maka kendaraan tidak akan selip.

(3). Kendaraan yang sama dengan No. (2) bergerak di atas permukaan jalan pasir
kering dan hanya 50% berat total kendaraan diterima oleh roda penggerak.
Kemiringan jalan 5% dan Tahanan Guling pasir kering sekitar 125 kg/ton.
Periksa apakah kendaraan tersebut sekarang akan slip atau tidak
Jawaban:

Dari Tabel 2.3 diperoleh harga KT tanah lempung kering = 0,20 TK = 0, 20


x 0, 50 x 20.000 = 2.000 kg.

Tenaga Diperlukan (TP) untuk mengatasi Tahanan Guling dan Tahanan


Miring adalah:
- TP untuk mengatasi TG = 20 ton x 125 kgIton

= 2.500 kg

- TP untuk mengatasi TM (persamaan 2.12)

20 ton x 10 kgltonll % x 5% 1. 000 kg


Total TP

= 1.000 kg
= 3.500 kg

Karena TK < TP, maka kendaraan akan selip.

2.3. Waktu Edar


Waktu edar atau cycle time maksudnya adalah waktu yang diperlukan alat
mulai darl aktifitas pengisian atau pemuatan (loading), pengangkutan (hauling)
untuk truck dan sejenisnya atau swing untuk backhoe dan Power shovel,
pengosongan (dumping), kembali kosong, dan mempersiapkan posisi (manuver)
untuk diisi atau dimuat. Di samping aktifitas-aktifitas tersebut terdapat pula waktu
18

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

menunggu (delay) bila terjadi antrian untuk mengisi atau dimuat. Istilah pengisian
dan pemuatan dibedakan dalam hal alat yang digunakan untuk menghindari
kerancuan. Istilah pengisian diterapkan pada unit alat yang dapat mengisi material
sendiri yang umumnya memiliki mangkok atau bucket, misaInya loader, power
shovel, backhoe, scraper, BWE dan alat lain yang sejenis. Sedangkan istilah
pemuatan diterapkan pada unit alat yang tidak dapat mengisi material sendiri yang
umumnya memiliki bak (tray), misalnya truck, lori, belt conveyor dan sebagainya.
Komponen waktu edar untuk alat dorong, misalnya bulldozer dan grader, adalah
waktu dorong material sampai jarak tertentu, waktu kembali mundur, manuver
sampai siap dorong lagi.
Jarak angkut atau dorong untuk berbagai alat berat berbeda sesuai dengan
sifat perbedaannya. Biasanya setiap produsen alat berat menerbitkan Buku
Panduan (Manual Book) pengoperasian alat, termasuk informasi tentang jarak
angkut/dorong yang efisien (lihat Tabel 2.4).

Tabel 2.4
Jarak Angkut/Dorong Alat Berat (Buatan Caterpillar)
Waktu edar terdiri dari dua jenis, yaitu waktu tetap (fixed time) dan waktu variabel
(variable time); jadi waktu. edar total adalah penjumlahan waktu, tetap dan waktu
variabel. Yang termasuk ke dalam waktu tetap adalah waktu pengisian atau
pemuatan termasuk manuver dan menunggu, waktu pengosongan muatan, waktu
membelok dan waktu mengganti gigi dan percepatan; sedangkan yang tergolong
waktu variabel adalah waktu mengangkut muatan dan waktu kembali kosong.
Untuk mengestimasi waktu variabel dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
19

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

(1) langsung mengambil data di lapangan,


(2) tidak langsung atau menghitung secara grafis.
Pengambilan data langsung di lapangan biasanya dilakukan untuk tujuan evaluasi
rutin atau penelitian terhadap kinerja alat berat yang sedang beroperasi.
Perbedaan ini perlu dilakukan karena suatu kenyataannya bahwa semua alat
berat akan menurun kinerjanya akibat pengoperasian yang terus menerus,
walaupun perawatan rutin telah dilakukan. Berdasarkan kinerja tersebut dapat
dibandingkan kualitas suatu alat berat yang sejenis dari berbagai merk dan
diestimasi umur pakainya. Pada saat ini unit-unit alat berat, terutama truck, telah
dilengkapi dengan perangkat elektronik yang dapat merekam data waktu edarnya
sendiri selama alat tersebut beroperasi. Data tersebut disalin ke dalam disket
untuk dianalisis di kantor dan dihitung efisiensi dan efektifitasnya.
Mengestimasi waktu variabel secara graflis yaitu menggunakan graflk kinerja
mesin alat berat yang diterbitkan oleh pembuat alat tersebut. Cara ini sangat
berguna

sebagai

estimasi

awal

kinerja

alat

berat

pada

saat

akan

menginvestasinya. Grafik kinerja mesin alat berat melukiskan kemampuan mesin


(rimpull) yang dikorelasikan dengan kinerja pengereman (brake performance) dan
kemampuan waktu tempuh.
Gambar 2.4 memperlihatkan hubungan antara rimpull dengan berat alat, Tahanan
Total (TT), peringkat gigi dan kecepatan truck tipe 789 buatan Caterpillar. Gambar
2.5 - 2.9 adalah grafik (kurva) kinerja pengereman atau perlambatan untuk
mengestimasi kecepatannya pada saat alat bergerak turun. Gambar 2.10-2.11
adalah graflk waktu tempuh truck tipe tersebut pada saat bermuatan dan kosong.

20

Optimasi Alat Produksi

Setan Tambang

Gambar2.4
Rimpull Lawan Kecepatan Truck Tipe 789 Cat

Gambar 2.5
Kurva Perlambatan Truck 789 Cat Pada Jalan Miring Menerus

21

Optimasi Alat Produksi

Setan Tambang

Gambar 2.6
Kurva Perlambatan Truck 789 Cat Pada Jarak Miring 450 M

Gambar 2.7
Kurva Perlambatan Truck 789 Pada Jarak Miring 600 M

Gambar 2.8
Kurva Perlambatan Truck 789 Cat Pada Jarak Miring 900 M
22

Optimasi Alat Produksi

Setan Tambang

Gambar 2.9
Kurva Perlambatan Pada Jarak Miring 1.500 M

Gambar 2.8
Kurva Waktu Tempuh Truck 789 Cat Saat Bermuatan

Gambar 2.11
Kurva Waktu Tempuh Truck 789 Cat Saat Kosong
23

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

Contoh:
Truck tipe 789 Cat direncanakan beroperasi di tambang batubara untuk
mengangkut muatan (batubara atau overburden) seberat 250 ton maks. Truck
tersebut bergerak di atas jalan tanah keras yang kondisinya terawat baik dengan
Tahanan Guling 5%. Segmen jalan dari areal pemuatan terbagi dalam 1. 000 m
mendatar, 900 m turun dengan kemiringan ]2Yo, 600 m mendaki 8% dan segmen
jalan terakhir mendatar 700 m. Bila waktu tetap (pemuatan, pengosongan dan
manuver) rata- rata diketahui 1,40 menit, berapa estimasi waktu edar truck
tersebut dan berapa pula jumlah siklus perjam?
Jawaban:
(1). Bermuatan
Segmen jalan- 1 jarak = 1.000 m, mendatar
Total Tahanan = 5% + 0% = 5%
Dari Gambar 2. 10 diperoleh waktu tempuh = 2,50 Menit.
Segmen jalan-2.- jarak 900 m, menurun 12% (- 12%)
Total Tahanan = 5% - 12% ~ -7% (kemiringan efektif).
Dari Gambar 2.8 diperoleh bahwa untuk berat 250 ton dengan TT= * - 7%
(kemiringan efektif diperoleh kecepatan sekitar 41km/ jam dengan
menggunakan gigi- 5. Jadi waktu tempuh untuk 900 m dihitung sbb:
60 x 900
Waktu tempuh =

= 1,32 menit
41 x 1000

Segmen jalan- 3: jarak 600 m, mendaki 8%


Total Tahanan = 5% + 8% = 13%
Dari Gambar 2. 10 diperoleh waktu tempuh = 3,65 menit.

Segmen jalan-4: jarak = 700 m, mendatar.


Total Tahanan = 5% + 0% = 5%
Dari Gambar 2. 10 diperoleh waktu tempuh = 1,65 menit.

Jadi total waktu angkut muatan = 9,12 menit.


24

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

(2). Kembali Kosong

Segmen jalan-4: jarak = 700 m, mendatar.


Total Tahanan = 5% + 0% = 5%
Dari Gambar 2. 11 diperoleh waktu tempuh 0,90 menit.

Segmen jalan-3: jarak 600 m, menurun 8% 8%)


Total Tahanan = 5% - 8% = -3% (kemiringan efektif).
Dari Gambar 2.7 diperoleh bahwa untuk berat kosong (122 ton) dengan IT=
- 3% (kemiringan efektij) diperoleh kecepatan sekitar 55 km/Jam dengan
menggunakan gigi- 6, namun karena jarak tempuhnya pendek, maka
kemungkinan dengan kecepatan sekitar 40 km / jam (asumsi) truck sudah
mencapai segmen jalan berikutnya. Jadi waktu tempuh untuk 600 m
dihitung sbb:
60 x 600
Waktu tempuh =

= 0,90 menit
40x 1000

Segmen jalan-2: jarak 900 m, mendaki 12%


Total Tahanan = 5% + 12% = 17%. Karena pada Gambar 2. 11 tidak ada
TT = 17%, maka gunakan Gambar 2.4 untuk mencari kecepatan dengan
berat truck kosong (122 ton). Dari gambar tersebut diperoleh bahwa truck
dapat bergerak menggunakan gigi-3 dengan kecepatan sekitar 11, 50 km/
jam.
60 x 900
Waktu tempuh =

= 4,69 menit
11,50x 1000

Segmen jalan-1jarak = 1.000 m, mendatar.


Total Tahanan = 5% + 0% = 5%
Dari Gambar 2. 11 diperoleh waktu tempuh = 1,25 menit.
Jadi total waktu kembali kosong = 7,74 menit.

(3). Estimasi Waktu Edar Total

Waktu Tetap

Waktu Variabel:

= 1,40 menit
- Angkut Muatan

= 9,12 menit
25

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

- Kembali Kosong
Waktu Edar Total

= 7,74 menit
= 18,26 menit

(4). Jumlah Siklus Atau Edar Perjam


60 menit/jam
Jumlah siklus

= 3,28 3 siklus (kali) / jam

=
18,26 menit

2.4. EFISIENSI KERJA


Efisiensi kerja merupakan elemen produksi yang harus diperhitungkan di dalam
upaya mendapatkan harga produksi alat per satuan waktu yang akurat. Sebagian
besar harga efisiensi kerja diarahkan terhadap operator, yaitu orang yang
menjalankan atau mengoperasikan unit alat. Walaupun demikian, apabila ternyata
efisiensi kerjanya rendah belum tentu penyebabnya adalah kemalasan operator
yang bersangkutan.
Mungkin ada penyebab lain yang tidak dapat dihindari, antara lain cuaca,
kerusakan mendadak, kabut dan lain-lain. Untuk meningkatkan efisiensi kerja
operator kadang-kadang perlu semacam perangsang atau bonus yang mendidik
dari perusahaan dengan harapan operator dapat mempertinggi etos kerja, lebih
bertanggung jawab dan termotivasi.
Perbedaan mekanik untuk perawatan alat tidak dapat dimasukkan sebagai
penyebab berkurangnya efisiensi kerja operator, karena perbedaan perawatan alat
(maintenance) harus, sudah terjadwal untuk masuk bengkel (workshop). Oleh
sebab itu untuk memperoleh harga efisiensi kerja operator yang mewakili perlu
diberikan batas-batas pekerjaan dan itu semua harus difahami oleh seluruh
jajaran karyawan operational maupun mekanik. Tabel 2.5 mungkin dapat dipakai
sebagai acuan untuk membatasi porsi pekerjaan operational dan mekanik.
Mungkin setiap perusahaan memberikan definisi yang berbeda tentang pengertian
waktu tertunda, terhenti dan sebagainya; namun tabel tersebut dapatlah kirannya
disesuaikan dengan kondisi di lapangan masing-masing.
Tabel 2.5
Parameter Pengukuran Efisiensi Kerja
26

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

Terjadwal (Scheduled); S
Tersedia (Available) ; A
Perawatan (Maintenance); M
Jalan (Operation); O
Perbaikan
Terhenti (Idle);
Perawatan
Kerja
Tertunda
Mendadak;
I
Terjadwal; SM
(Working); W
(Delayed); D
UM
Kerja lancar
Mengisi BBM
Diminta
Waktu
Waktu
Ganti Bit

standby

Peledakan

Tak

ada Tunggu suku

Mengatur

Alat operator

cadang

berkala

Lain-lain

Ganti olie

Berat

perbaikan

Makan&

Menunggu

alat istirahat

muat

Rapat

Menunggu truck

Hujan

Pengawasan

kabut

rutin

Lain-lain

perbaikan
Perawatan

Ganti filter
Pelumasan
lebat,

Lain-lain

Semprot lub. Bor


Pelumasan
Manuver alat
Pengecekan awal
sebelum jalan
Membersihkan
sreen
Batu

macet

crusher,

di

corong,

dll.
Rol

conveyor

lepas
Lain-lain
Dari tabel 2.5 dapat diukur tingkat efisiensi kerja operator yang lebih teliti karena
pengelompokkan penyebab alat berhenti dibuat atas dasar kondisi sebenarnya
dna yang lebih penting pengelompokkan tersebut telah disepakati dan difahami
oleh seluruh karyawan. Dengan demikian dapat dibuat tiga ukuran efisiensi
menggunakan data waktu dalam tabel 2.5, yaitu :

27

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

(1)

Efektifitas (effectiveness) artinya jam kerja efektif selama waktu yang


disediakan untuk operasi, persamaannya adalah :
E = (W / O) x 100%

(2)

Ketersediaan fisik (physical atau machanical availability) adalah ukuran


sehat tidaknya alat untuk beroperasi, rumusnya adalah :
PA = (A / S) x 100%

(3)

Utilitas (utulity) adalah alat yang sehat terpaksa tidak dioperasikan karena
beberapa sebab, misalnya hujan lebat, rapat, kecelakaan tambang dan lainU = (W / O) x 100%

lain (lihat tabel 2.5), persamaannya adalah :

(4)

Efisiensi kerja optimum merupakan perkalian antara E, PA dan U, jadi :


Eff.Opt =E x PA x U

Dengan demikian efisiensi kerja optimum merupakan ekspresi dari kinerja alat
maupun operatornya. Pihak manajemen perusahaan dapat menilai tiga hal dari
persamaan di atas, yaitu : (1) kinerja operator dengan hanya melihat harga
efektifitas kerjanya (E), (2) kinerja alat dengan melihat harga ketersediaan fisik
alat (PA) dan (3) peristiwa lain yang tidak dapat dihindarkan dan mempengaruhi
operasi (U). tabel 2.6 memperlihatkan contoh log-kinerja suatu alat berat yang
dicatat setiap hari. Berdasarkan data tersebut dapat diambil keputusan harga
efisiensi kerja yang nantinya diambil untuk menghitung produksi alat berat. Tabel
2.6 dapat dilengkapi dengan kolom keterangan, nama unit alat, nama operator
dan sebagainya sesuai keperluan, sehingga penampilannya lebih informatif.

28

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

Tabel 2.6
Contoh Log-Kinerja Alat Berat
Jam tersedia (B-C)
Tgl

Operasi
Kerja
Rusak
Tehenti
terjadw al mendadak
Tertunda
(Idle)
Kerja
(Delay)

Efisiensi Kerja, %
Efektif itas
(E)

Ketersediaan
Fisik (PA)

Utilitas
(UA)

Optimum

F = B-CD-E

G=
F/(E+F)

H=
(D+E+F)/B

I = (E+F)/
(D+E+F)

J=
(GxHxI)

1-Jul-00

16

4.00

3.00

9.00

75.00

100.00

75.00

56.25

2-Jul-00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

3-Jul-00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

4-Jul-00

16

1.00

4.00

11.00

73.33

100.00

93.75

68.75

5-Jul-00

16

2.00

1.00

13.00

92.86

100.00

87.50

81.25

6-Jul-00

16

5.00

4.00

7.00

63.64

100.00

68.75

43.75

7-Jul-00

15

2.00

3.00

10.00

76.92

100.00

86.67

66.67

8-Jul-00

16

0.00

5.00

7.00

58.33

75.00

100.00

43.75

9-Jul-00

16

1.50

4.00

10.50

72.41

100.00

90.63

65.63

10-Jul-00

16

0.00

5.00

11.00

68.75

100.00

100.00

68.75

11-Jul-00

16

0.00

3.00

13.00

81.25

100.00

100.00

81.25

12-Jul-00

16

0.00

2.00

12.00

85.71

87.50

100.00

75.00

13-Jul-00

16

2.00

2.00

12.00

85.71

100.00

87.50

75.00

14-Jul-00

15

4.00

2.00

9.00

81.82

100.00

73.33

60.00

15-Jul-00

16

0.00

3.00

13.00

81.25

100.00

100.00

81.25

16-Jul-00

16

0.00

4.00

12.00

75.00

100.00

100.00

75.00

17-Jul-00

16

0.00

2.25

13.75

85.94

100.00

100.00

85.94

18-Jul-00

16

0.00

3.00

13.00

81.25

100.00

100.00

81.25

19-Jul-00

16

0.00

3.00

13.00

81.25

100.00

100.00

81.25

20-Jul-00

16

0.00

3.00

13.00

81.25

100.00

100.00

81.25

21-Jul-00

15

0.00

4.00

11.00

73.33

100.00

100.00

73.33

22-Jul-00

16

0.00

2.00

14.00

87.50

100.00

100.00

87.50

23-Jul-00

16

1.5

0.00

2.00

12.50

86.21

90.63

100.00

78.13

24-Jul-00

16

2.00

3.00

11.00

78.57

100.00

87.50

68.75

25-Jul-00

16

0.00

4.00

12.00

75.00

100.00

100.00

75.00

26-Jul-00

16

0.00

3.00

13.00

81.25

100.00

100.00

81.25

27-Jul-00

16

3.00

4.00

9.00

69.23

100.00

81.25

56.25

28-Jul-00

15

2.00

3.00

10.00

76.92

100.00

86.67

66.67

29-Jul-00

16

2.00

3.00

10.00

76.92

93.75

86.67

62.50

30-Jul-00

16

0.00

4.00

12.00

75.00

100.00

100.00

75.00

31-Jul-00

16

2.00

5.00

5.00

50.00

75.00

83.33

31.25

Total

460

12.5

32.5

93.25

321.75

77.53

97.28

92.74

69.95

3. Estimasi Produksi Alat


Pentingnya mengestimasi produksi alat berat karena ada kaitannya
dengan target produksi yang harus dicapai oleh perusahaan. Interaksi antara
target produksi dengan produksi per unit alat berat akanmenentukan jumlah alat
yang harus dibeli sesuai dengan kapasitas, jenis material yang akan ditangani dan
tingkat kemudahan pengoperasian serta perawatannya. Pada sisi lain, pemilihan
kapasitas alat berat harus disesuaikan dengan kondisi lapangan, lingkungan, jalan
masuk tambang, dan sebagainya. Disamping itu, dengan bertambahnya jam
operasi alat akan mengurangi kemampuannya yang pada akhirnya akan
menurunkan kinerja alat, sehingga biaya operasi dan perawatan akan meningkat.
29

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

Untuk mengetahui perhitungan produksi alat tersebut.


Secara umum perhitungan untuk memperkirakan produksi alat berat dapat
dirumuskan sebagai berikut :
P E x

Di mana :

I x H
C

(3.1)

= Produksi alat, m3/jam atau ton/jam

= Efisiensi kerja, menit/jam

= Faktor Berai (swell factor)

= Kapasitas alat, m3 atau ton (dapat juga diartikan sebagai


ukuran mangkok atau bak)

= Waktu edar, menit

Pada dasarnya hampir semua produksi alat berat dapat dihitung dengan
persamaan (3.1) walaupun mungkin terdapat sedikit modifikasi karena sifat
pemakaian alat yang spesifiki. Dari persamaan (3.1) terlihat bahwa elemenelemen produksi yang sudah diuraikan pada Bab II merupakan parameter pokok.
Apabila diketahui terget produksi per jam sebesar Tp, maka jumlah alat yang
diperlukan (n) adalah:

n = Tp / P

(3.2)
Hal yang menarik untuk difahami lebih mendalam adalah sistem pemuatanpengangkutan loader (shovel) dan truck, karena penambangan terbuka di
Indonesia, baik tambang bijih, quarry maupun batubara, lebih banyak menerapkan
sistem tersebut. Oleh sebab itu mengestimasi produksi truck-loader dan membuat
keseimbanagn jumlah armada truck dengan alat muatnya mendapat perhatian
yang mendalam untuk menghindari waktu tunggu terlalu lama, baik truck maupun
alat muatnya.
3.1 Produksi Dan Armada Truck
Dump truck yang digunakan untuk operasi penambangan berbeda dengan truck
biasa, baik dalam bentuk, kapasitas maupun tenaganya dan umumnya disebut
Off-Highway Truck. Truck tersebut diklasifikasikan kedalam tiga tipe, yaitu : (1)
30

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

conventional rear dump truck, (2) tractor trailer, bottom, side, dan rear dump, serta
(3) integral bottom dump seperti terlihat gambar 3.1.
Produksi dan jumlah armada truck yang diperlukan dipengaruhi banyak faktor,
yaitu : rencana penambangan, kondisi jalan, alat angkut, target produksi, kinerja
dan waktu edar truck, metoda operasi, keseimbangan truck-loader dan
availabilitas

serta

utilitas

truck-loader.

Metoda

yang

digunakan

untuk

mengestimasi dan mengevaluasi pun bervariasi dari yang sederhana sampai


simulasi komputer yang kompleks. Seperti telah disinggung di atas bahwa
evaluasi truck-loader dititikberatkan untuk mengeliminir waktu tunggu truck
maupun alat muatnya.

Gambar 3.1
Tipe-Tipe Off-Highway Truck
Berikut ini diperlihatkan kasus produksi truck berkapasitas 109 ton dengan
simulasi jam operasinya dan jumlah truck menjadi lambat seiring dengan
bertamabahnya jumlah truck dalam satu armada (lihat Tabel 3.1). penyebab
lambatnya waktu edar tersebut disebabkan karena perputaran truck yang saling
mempengaruhi satu dengan lainnya, sehingga dapat mengakibatkan munculnya
waktu tunggu. Jadi, untuk alat muat yang tetap jumlahnya, apabila alat angkutnya
ditambah pada armada tersebut, maka waktu tunggunya pun bertambah pula
yang mengakibatkan waktu edar semakin lama.

Tabel 3.1
Waktu Edar Truck Kapasitas Nyata 109 Ton
31

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

Jumlah

truck

per

armada
Siklus waktu truck :
- Manuver dan pemuatan
- Angkut muatan
- Belok dan perngosongan
- Kembali kosong
- Tunggu dimuat
- Tunda dll
Total

3,20
7,50
0,60
4,00
0
0,50
15,80

3,20
7,50
0,60
4,00
0
0,50
15,80

3,20
7,00
0,60
4,50
0
0,50
16,25

3,20
7,00
0,60
4,50
0
0,50
16,95

3,20
7,00
0,60
4,50
0
0,50
18,20

3,20
7,00
0,60
4,50
0
0,50
20,20

3.1.1 Keseimbangan truck dan alat muat


Untuk menghitung jumlah truck, disamping berdasarkan target seperti pada
persamaan (3.2), dapat pula dihitung berdasarkan data waktu edar tanpa
komponen waktu tunggu. Jadi rumusnya adalah :
NT

dimana

Tct
Ttl

(3.3)

NT

= Jumlah Truck

Ttc

= Total waktu edar truck teoritis tanpa waktu tunggu

Ttl

= Waktu pemuatan termasuk manuver truck

Perlu dicatat bahwa harga Ttl adalah lama waktu sebuah truck dimuati material
termasuk manuver atau spoting time truck agar siap diisi. Jadi, Ttl adalah waktu
edar alat muat ditambah waktu manuver atau spoting time truck. Contohnya data
pada tabel 3.1, secara teoritis jumlah truck yang dibutuhkan adalah 15,80/3,2 =
4,94 atau 5 unit, yaitu diperoleh sejumlah truck per armada yang tidak dimiliki
waktu tunggu.
Keseimbangan atau sinkronisasi kerja antara truck dengan alat muat, misalnya
power

shovel

atau

loader,

dapat

diukur

dengan

menggunakan

Faktor

Keseimbangan atau Match Factor (MF) yang dirumuskan sebagai berikut :


MF

nH CtL
nL CtH

(3.4)

dimana nH, nL, CtH dan CtL masing-masing adalah jumlah alat angkut, jumlah alat
muat, waktu edar alat angkut dan waktu edar alat muat. Dari persamaan (3.4)
akan muncul tiga kemungkinan, yaitu :
32

Optimasi Alat Produksi

Setan Tambang

MF = 1 Jumlah alat angkut dan alat muat seimbang atau sinkron, hampir
dipastikan tidak ada waktu tunggu. Alat muat dan angkut sama-sama
sibuk.
MF < 1 Jumlah alat angkut kurang, akibatnya alat muat banyak menunggu,
sementara alat angkut sibuk.
MF > 1 Jumlah alat angkut lebih, sehingga muncul waktu tunggu dimuat untuk
alat angkut, sementara alat muat sibuk.
Untuk mendapatkan MF = 1 memang tidak mudah, namun harga MF ini
hendaknya diupayakan mendekati angka satu dengan melakukan berbagai
percobaan dan dengan mempertimbangkan target produksi yang telah ditetapkan
perusahaan.
3.1.2. Mengukur probabilitas
Waktu operasi nyata sebuah truck ditandai dengan aktifitas pemuatan. Angkut
muatan, pengosongan muatan, kembali kosong, tunggu dimuat dan waktu tunda
lainnya. Probabilitas ketersediaan sebuah truck untuk beroperasi adalah
kemungkinan selalu tersedianya sebuah truck pada setiap waktu tertentu di dalam
batas waktu yang telah dijadwalkan sebelumnya. Artinya, di dalam batas waktu
yang telah dijadwalkan selalu terdapat sebuah truck beroperasi tanpa terjadi
waktu menunggu.
Dengan demikian probabilitas (P) dapat di tentukan sebagai berikut :

Waktu Operasi Tersedia


Waktu Operasi Terjadwal

(3.5)

Contoh kasus C tabel 3.2 terlihat bahwa Waktu Operasi Terjadwal diestimasi
mencapai 144 jam, tetapi pada kenyataannya setelah berulang kali beroperasi
waktu yang tersedia adalah 138,33 jam, jadi probabilitas sebuah truck beroperasi
adalah 1338,33/144 = 0,9606 atau 96 %.
Apabila ketersediaan (availabilitas) sebuah truck tertentu untuk beroperasi bebas
33

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

dari ketersediaan truck lainnya dalam armada, maka probabilitas sejumlah truck
lainnya (k truck) ditentukan sebagai berikut :

Pk p k (1 p )n k C n k

(3.6)

dimana : Pk = Probabilitas truck sisa sejumlah k truck,


p

= Probabilitas ketersediaan sebuah truck,

= jumlah total truck dalam armada,

C nk

n!
k! ( n k )!

Contohnya pada kasus C, probabilitas sebuah truck 0,9606 dari total 5 unit truck
per

armada,

maka

probabilitas

ketersediaan

truck

sisanya

dihitung

menggunakan persamaan (3.6) sebagai berikut :


P 4 0,9606 1 0,9606
4

5 4

5 4 3 2 1
4 3 2 1 1

0,1677 16,77 %

Jadi, tingkat ketersediaan (availabilitas) empat truck untuk beroperasi adalah


116,77 % dari waktu operasi terjadwal.
3.1.3 Contoh Kasus Truck-Loader
Akan dianalisis empat kasus, yaitu A, B, C dan D, untuk mengoptimalkan kinerja
truck-loader sesuai dengan target produksi dan jadwal kerja yang telah ditetapkan.
Target produksi adalah10.000 ton per shiftt. Distribusi waktu terjadwaal untuk truck
tanpa waktu standby seperti terlihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Distribusi Waktu Terjadwal Truck
(Tanpa waktu stanby)
Kasus
Terjadwal, shiftt/minggu
Operasi
Perawatan

B
5
10

C
5
10

D
20
21

20
21

Distribusi waktu, jam/minggu


Waktu Operasi Terjadwal
34

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

- Terhenti
- Operasi aktif
- Tertunda, waktu tetap
Subtotal
PM terjadwal
Perbaikan Terjadwal
Perbaikan Mendadak
Standby
Total

1,50
29,50
5,00
36,00
1,50
2,50
0,00
0,00
40,00

1,50
29,50
5,00
36,00
1,50
2,50
0,00
0,00
40,00

6,00
118,00
20,00
144,00
6,00
10,00
0,00
0,00
160,00

6,00
118,00
20,00
144,00
6,00
10,00
0,00
0,00
160,00

Setelah beroperasi ternyata terdapat penyimpangan waktu dari yang telah


dijadwalkan semula yang hasilnya seperti terlihat pada Tabel 3.3.
Waktu operasi yang tersedia untuk kasus A,B,C dan D masing-masing adalah
34,58,33,28,138,33 dan 119, 17 jam, sehingga apabila dibandingkan dengan yang
dijadwalkan (Tabel 3,2) akan diperoleh probabilitas ketersediaan sebuah truck
beroperasi 0,9606, 0,9244, 0,9606 dan 0,8276. bahkan pada Tabel 3.2 tidak
dijadwalkan perbaikan mendadak pada masing-masing kasus yang menyebabkan
berkurangnya waktu operasi tersedia per minggu.
Setelah mengetahui distribusi ketersediaan waktu operasi sebuah truck per
minggu, selanjutnya akan diestimasi produksi satu armada truck yang terdiri dari 5
unit truck masing-masing berkapasitas 109 ton. Waktu edar sebuah truck dalam
armada tersebut seperti terlihat pada Tabel 3.1, yaitu 18, 20 menit. Hasil
perhitungan terlihat pada Tabel 3.4

Tabel 3.3
Distribusi Waktu Nyata Truck
(Tanpa Waktu Standby)

35

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

* R1 = Ratio jam perawatan total dengan jam operasi aktif


R2 = Ratio jam perbaikan mendadak dengan jam perawatan total
Tabel 3.4
Produksi Armada Truck

Cara menghitung produksi armada truck pada Tabel 3.4 sebagai berikut:
Ambil contoh kasus C:
36

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

Jam Operasi Aktif/Shift

Siklus truck/jam operasi aktif

Produksi sebuah truck, ton/jam operasi aktif

Produksi armada truck berdasarkan seluruh truck:


- ton/jam operasi aktif

= 60 / 18,20 = 3,297 siklus/jam


= 3,297x100=359,37 ton

= 5 x 359,37

- ton/jam operasi tersedia

= 113,36 / 20 = 5,67jam

= 1796,85 ton

= (28,34/34,58) x 1796,85 = 1472,60 ton

- ton/jam operasi terjadwal

= (28,34/36) x 1796,85

= 1414,52 ton

- ton/shift

= 5,667 x 1796,85

= 10.184,54 ton

Produksi armada truck berdasarkan probabilitas 0,9606:


Dihitung menggunakan persamaan 3.6 dan hasilnya seperti terlihat pada Tabel
3.5.
Tabel 3.5
Produksi Armada Truck Dengan
Probabilitas 0,9606 (Kasus C)

Cara menghitung produksi armada brdasarkan probabilitas sbb:

Pk, dihitung menggunakan persamaan 3.6

Produksi, ton/jam operasi tersedia; hitung sesuai jumlah truck (k)


dengan data waktu edar pada Tabel 3.1 ikut urutan perhitungannya seperti
pada Tabel 3.4

Produksi, ton/jam operasi terjadwal; merupakan hasil perkalian antara


Pk dengan produksi dalam ton/jam operasi tersedia.

Ton/shift; hasil perkalian 36/5 dengan produksi dalam ton/jam operasi


terjadwal.
37

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

Dari hasil perhitungan armada truck per shift, kusus A atau C nampaknya dapat
target produksi yang ditetapkan, yaitu 10.000 ton/shift. Jumlah 5 truck per armada
dapat dilayani oleh 1 unit loader atau shovel dengan waktu edar pemuatan seperti
pada Tabel 3.1 produksi tersebut diperoleh dengan probabilitas ketersediaan
sebuahtruck 0,9606. probabilitas ketersediaan operasi truck dapat berkurang atau
bertambah pada jam operasi aktif yang dikurangi dengan jam tertunda, jam
terhenti, kerusakan mendadak, dan lain-lain. Oleh sebab itu untuk mendaptkan
probabilitas yang akurat perlu dilakukan pengambilan data berulang kali agar
hasilnya cukup mewakili. Disamping itu waktu untuk standby truck belum
diperhitungkan. Pada kenyataannya waktu standby kemungkinan ada ketika
terjadi halangan operasi akibat alam, misalnya hujan deras, kabut, longsor dan
sebagainya, atau waktu dihentikan oleh managemen karena suatu sebab,
misalnya rapat karyawan, kecelakaan tambang, dan lain-lain.
3.2. Produksi Scraper
Unit penarik scraper atau tractor-scraper mempunyai rantai (track) atau ban karet
untuk menarik scrapernya. Sedangkan scraper yang umumnya selalu memakai
roda karet dihubungkan dengan unit penariknya melalui suatu alat penggantung.
Terdapat dua jenis unit penarik scraper ditinjau dari poros atau as rodanya, yaitu
mempunyai poros roda tunggal dan ganda. Akhir-akhir ini poros rod atunggal lebih
popular dibandingkan yang ganda. Gambar 3.2 dan 3.3 masing-masing
memperlihatkan beberapa tipe traktor scraper yang sering terlihat pada operasi
penambangan dan model bak, apron dan pendorong material (ejector).
Untuk memperoleh ilustrasi tentang perhitungan produksi scraper, berikut ini
diberikan contoh dengan data sebagai berikut :
1. Material
Jenis material
Densitas material

= tanah lepas
= 1.780 kg/m3 (bank)
= 1.424 kg/m3 (loose)

Faktor Berai

= 0,80

2. Scraper
Jenis scraper

= Conventional single engine


38

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

Kapasitas bak

= 23, 7 m3 (bank)

Berat beban rata-rata

= 34.020 kg (data pabrik)

Berat beban aktual = 23, 7 x 1.780 x 0, 80


= 33.750 Kg
3. Alat pendorong
Jenis

= Track dozer, 343 Kw

Jumlah pendorong = 1 unit


Berat

= 58.740 kg

Pola dorong

= Back-track loading

4. Ditribusi waktu opeasi


Waktu operasi terjadwal

= 10 shift/minggu

Waktu operasi aktif

= 5,50 jam/shift

Material yang harus dipindahkan = 3.680 m3/shift

39

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

Gambar 3.2
Tipe-tipe Traktor Scaper
3.3 Power Shovel
Tenaga penggerak power Shovel bisa diesel, listrik, atau uap. Yang sering dipakai
sekarang power shovel bertenaga listrik dengan kebutuhan tenaga 11 kV sampai
dengan 35 kV. Seluruh badan power shovel disangga oleh sepasang crawlers.
Caterpillar mengeluarkan seri produk shovel yang dinamakan Hydraulic excavator
( back hoe), dimana

yang membedakan keduanya adalah cara penggalian

materialnya (liaht gambar 3.3 dan 3.4). Kapasitas alat ini dengan mangkoknya
(bucket atau dipper). Power shovel kecil berukuran kecil dengan kapasitas
40

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

mangkok - 2 cuyd; ukuran sedang 2 8 cuyd dan berukuran besar 8 35 cuyd.


Bahkan untuk stripping lapisan over burden batubara kapasitas mangkok bisa
mencapai 180 cuyd. (1 cuyd = 0,7646 m3).

Gambar 3.3
Bentuk Bak (Bowl), Apron Dan Ejector Pada Scraper
Kapasitas power shovel tergantung pada keadaan material (lunak atau keras).
Keadaan lapangan (misalnya tinggi lereng yang digali), efesiensi alat angkut dan
pengalaman operator. Tabel 3.6 memperlihatkan beberapa kapasitas mengkok
powwer shovel dan estimasi kapasitas pengisian tanah dan batuan per jam.
Contoh perhitungan produktivitas power shovel diperlihatkan pada tabel 3.7
Tabel 3.6
Kapasitas Power Shovel
Kapasitas

Diisi tanah

Diisi batuan

( cuyd)
8
9
10
15
25

(cuyd/jam)
600-825
680-930
750-1025
1140-1550
1900-2500

(cuyd/jam)
640-875
725-1000
800-1100
1200-1650
2000-2700

41

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

Tabel 3.7
Contoh Perhitungan Produksi Power Shovel Berkapasitas Mangkok 13 Cum
Densitas Material (insitu)
Densitas Material (loose)
Faktor Berai
Ukuran Mangkok
Faktor Pengisian (estimasi)
Waktu edar (rata-rata)
Effesiensi kerja dan Availibitas
Produksi shovel

24,0
1,83
76,25
13
0,85
28
83
2157,92

ton/m3
ton/m3
%
m3
Detik
%
Ton

0,83 x0,85 x13 x1,83 x3600

28

Apabila yang termuat ke truck hanya 85 % ( misalnya), maka:


Produksi shovel nyata

1834,23

Ton

42

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

Gambar 3.4
Sketsa Hydrulic Shovel

Gambar 3.5
Backhoe Memuat Material Ke Truck3
3.4 Dragline
Seperti halnya power shovel, tenaga penggerak berupa listrik, diesel, dan uap
.sekarang ini yang sering dipakai adalah dengan menggunakan tenaga listrik (11
kV 35 kV). Seluruh badan dragline disangga oleh sepasang crawlers atau lebih.
Alat ini bekerja dengan posisi diatas material yang akan sangat efektif untuk
penggalian dan pemindahan material lunak atau hasil peledakan.
Kapasitas dragline diukur dari mangkoknya (bucket/dipper). Dragline kecil
berukuran kecil dengan kapasitas mangkok - 2 cuyd; ukuran sedang 2 8 cuyd
dan berukuran besar 8 35 cuyd. Bahkan untuk stripping lapisan over burden
batubara kapasitas mangkok bisa mencapai 130 cuyd. (1 cuyd = 0,7646 m 3). Tabel
3.8 memperlihatkan batas kapasitas walking dragline (lihat gambar 3.6) perbulan
unutk mengupas lapisan overburden batubara dan tabel 3.9 adalah contoh
perhitunganproduksi dragline per tahun.
Tabel 3.8
Kapasitas Walking Dragline
Kapasitas
Produksi per bulan, (x 1000)
Cuyd
cum
cuyd
cum
14
11
300-400
229-306
35
27
650-800
497-612
40
31
750-950
573-726
43

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

60
85
100
130

46
65
76
99

1000-1300
1600-2000
1900-2400
2400-3000

765-994
1223-1529
1453-1835
1835-2294

Tabel 3.9
Contoh Perhitungan Produksi Dragline
Laju Produksi
Faktor Berai

0,8

Faktor Pengisian
Faktor Mangkok
Kapasi tas mangkok
Produksi / siklus
Waktu edar
Efesiensi kerja
Jam operasi
Siklus / jam operasi
Produksi / Jam operasi
Produksi per tahun
Total jam operasi / tahun
Availibitas dragline
Jam operasi / tahun
Produksi dragline / tahun

(0,8 x 0,9)
(0,72 x 49,70)
(0,83 x 60)
(49,80 x 1,00)
(49,80 x 35,78)

(7104,00 x 0,90)
(1782,04 x 6393,60)

0,9
0,72
49,7m3
35,78bcm
1menit
0,83
49,8mnt/jam
49,8siklus/jam
1.782,04bcm/jam
7104
0,9
6.393,60jam/tahun
11.393.671,40bcm/tahun

Gambar 3.6
Bagan Bagian Walking Dragline

44

Optimasi Alat Produksi

Setan Tambang

3.5 Bucket Wheel Excavator

BWE dirancang untuk penambangan kontiyu, khususnya tambang batubara. Pada


awal pembuatannya, kemampuan penggalian Bwe terbatas hanya pada jenis
material lunak, misalnya batubara, material lepas atau overburden yang lunak.
Saat ini kemampuan gali (digability) BWE sudah meningkat kebatuan yang agak
keras dimana shovel tidak mampu menggalinya. Caranya yaitu dengan
melengkapi setiap ujung mangkok menggunakan gigi (teeth) terbuat dari
manganese steel dan putaran roda mangkoknya dipercepat. Bukan hal yang tidak
mungkin bahwa suatu saat nanti pemanfaatan BWE sebagai alat gaji dapat
digantikan peranan peledak.

Keuntungan penggalian menggunakan BWE adalah :


Jenjang bias lebar (mengikuti panjang boom-nya) dan lebih menjamin

kestabilan kemiringan pit,

Memberikan ruang yang luas untuk alat-alat lain untuk manuver

Dapat meningkatkan efisiensi shovel bila lapisan overburden lunak


digali terlebih duluoleh BWE,
Dengan makin lebarnya jenjang overburden terbuka, berarti semakin

banyak pula batubara yang tersingkap,

Rehabilitasi top soil overburden lebih mudah, cepat dan murah

Memudahkan selective mining lapisan batubara

Memiliki kemampuan menggali material di atas atau di bawah posisi


level kerja.

Beberapa kelemahan BWE adalah :


Tidak mampu menggali material yang keras yang framentasinya

besar,

Tidak efisien dipakai menggali lapisan bercampuran bongkah atau


terdapat akar-akar tanaman,
45

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

Tidak dapat diterapkan pada penggalian berselang-seling sangat


rapat antara lapisan keras denganlunak,

Biaya relative tidak efisien bila diterapkan pada tambang skala kecil,

Tergolong sebagai alat yang special, oleh sebab itu menjadi tidak
fleksibel penggunaannya.

Secara teoritis, kapasitas BWE akan tergantung pada dimensi galian permangkok
(kedalaman, lebar, panjang), kecepatan putar dan jumlah mangkok. Dat kapasitas
teoritis BWE dari beberapa perusahaan di beberapa Negara, termasuk Indonesia,
yaitu PTBA di Sumatera Selatan, diunjukan oleh table 3.10.
Tabel 3.10
Produksi Bucket Wheel Excavator

Cara penggalian menggunakan BWE bias Terrace Cut atau Drooping Cut seperti
terlihat pada gambar 3.7, sedangkan Sketa BWE terlihat pada gambar 3.9.

Gambar 3.7
Cara Penggalian Bwe
46

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

3.6.Bucket Chain Excavator


Prinsip penggalian material menggunakan BCE mirip dengan BWE, yaitu
menggunakan beberapa mangkok. Bedanya antara lain : mangkok-mangkok
tersebut tersusun membentang sepanjang rantai pengangkatnya seperti halnya
pad kapal keruk. Walaupun BCE tidak cocok digunakan pada penambangan yang
selektif (selectif mining), namun masih tetap pada posisi yang tidak tertandingi di
beberapa lapangan teknologi penambangan. Misalnya, penambangan batubara
(grown coal) di Jerman yang menghendaki penggalian berlapisan penutup
(overburden) secara cepat, ternyata lebih ekonomis memilih BCE dibandingkan
alat lain. Sistem BCE yang digunakan memiliki kapasitas dan kapabilitas sebagai
berikut :
Kapasitas output

: 5000 m3/jam

Volume mangkok

: 3 m3/mangkok

Berat total unit

: 3500 kg

Tinggi pengalian total (kedalaman) : 60 m


BCE akan lebih efektif digunakan untuk menggali material pasir, lempung atau
penggalian material bawah air, misalnya memperdalam kanal atau saluran,
kolamtailing, dan sebagainya. Kecepatan putar (v) rantai pengikat mangkok
tergantung jenis material nya, yaitu :
V = 0,40 0,70 m/det : material dari bawah air
V 1,60 m/det

: material kering

V = 1,36 m/det

: standard

V = 0,10 m/det

: saat perawatan/percobaan

Pola penggalian BCE dipengaruhi oleh ruang gerak unitnya dan terdiri dari dua
cara, yaitu :

Pemotongan paralel (lihat gambar 3.8.a)


47

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

Pemotongan tipe kipas (lihat gambar 3.8.b)

Cara pemotongan parallel artinya proses penggalian selalu sejajar dengan


deposite dan menjamin sudut kemiringan serta kedalaman penggalian konstan
sepanjang rantai pengikat mangkok. Dengan cara ini memungkinkan penggalian
yang menerus sesuai arah kemajuan penambangan. Karena seluruh unit selalu
bergerak setiap saat sesuai dengan ketebalan penggaliannya, maka perawatan
terhadap rel track penarik seluruh unit harus mendapat perhatian yang intensif.
Dengan cara pemotongan tipe kipas, langkah ,pertama adalah meletakkan rantai
pengikat mangkok horizontal kemudian mulai dilakukan pemotongan deposite
selebar satu blok kerja. Penurunan rantai pengikat mangkok dihentikan apabila
sudut kemiringan optimumnya sudah tercapai. Dengan demikian panjang
pemotongan selalu bertambah di dalam suatu blok, yaitu bergerak dari sepanjang
L1 sampai LL (lihat gambar 3.8.b)

Gambar 3.8
Cara Penggalian BCE
Kualitas aplikasi BCE untuk penambangan hanya dapat dibandingkan dengan
BWE (lihat table 3.11). dari table 3.11 dapat disimpulkan beberapa hal penting ,
antara lan : (1) BCE sagat cocok untuk diterapakan pada material lunak danlepas,
misalnya peat, brown coal, pasir dan lempung, apabila penambnag harus
dilakukan pada kedalaman tertentu, (2) BCE dapat diaplikasikan untuk penggalian
48

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

ba wah air sementara BWE tidak mungkin, dan (3) BCE tidak dapat dilakukan
selective mining. Keuntungan dan kelemahan penggunaanya dapat diuraikan
sbb :
Keuntungan penggalian menggunakan BCE :

Dapat dipakai pad operasi pemotongan yang dalam dan tinggi secara
aman,

Homogenitas material tergali langsung terlihat sepanjang mangkok,

Sangat memungkinkan penggalian di bawah air Kecepatan putar dan


elastisitas rantai pengikat mangkok yang rendah dapat mengurangi bahaya
atau kecelakan dibandingkan putaran bersusun mangkok pada BWE.

Diperoleh kapasitas isian mangkok yang baik karena prosesnya


berlangsung sepanjang kedalaman pengisian tesebut. Factor penmgisian
selalu lebih dari 100%

Dapat membuang lapisan penutup dengan baik ketika menekspos mineral


berharga pada operasi penggalian yang dalam.

Diperoleh batas pemotong yang bersih.

Kelemahan penggalian menggunakan BCE :

Banyak suku cadang yang cepat aus, misalnya: sprocket, sambungan


rantai, rantai dsb.

Sulit melakukan selective mining, kalau pun mungkin hanya dapat


dilaksanakan pada ketinggian yang terbatas.

Hampir 33% dari kapasitas terpasang diperlukan untuk mengatasi


ketahanan energi yang diperlukan.
Tabel 3.11
Perbandingan Operasional BCE Dan BWE

49

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

Kriteria
Kedalaman opersi pemotongan

BCE
Sangat cocok

BWE
Korang cocok

Kemungkinan pengalian di bawah air

++

--

Homogenitas selama operasi

++

--

Penambangan

--

++

++

--

--

++

Selective mining
Kecocokan

untuk

pekerjaan

pemotongan
dan penimbunan
Kecocokan untuk pekerjaan blok

Gambar 3.9
Ilustrasi Bucket Wheel Excavator

50

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

Gambar 3.10
Ilustrasi Bucket Chain Excavator

3.6 Bulldozer
Sebagai alat Bantu biasanya bulldozer digunakan untuk beberapa pekerjaan,
antara lain:

Land clearing

Membantu pengusapan overburden,

Membuat konstruksi jalan tambang dan pemeliharaannya,

Pembuatan jenjang dan mempersiapkan loading area,

Meratakan material buangan atau overburden di lokasi waste dump,

Mendorong material ke dalam hopper,

Membantu menyebarkan tanah humus di lokasi reklamasi,

Mendorong scraper,

Membantu pemasangan pipa-pipa, kabel listrik, conveyor, dsb.

Total siklus waktu dozer adalah penjumlahan dari waktu pemotongan, transport
atau dorong, penyebaran, kembali mundur, manuver dan waktu tunda. Produksi
Dozer, dengan asumsi availabilitas dan utilitas 100%, dapat dihitung sebagai
51

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

berikut:

Pd

60 Ld Fs
C td

(3.7)
Dimana:

Pd = Produksi dozer pada jam kerja aktif,bcm/jam


Ld = Kapasitas blade, lcm
Fs = Faktor berai material, %
Ctd = Waktu edar rata-rata, menit

Produksi dozer umumnya volume bank material yang digali, tetapi muatan blade
dan volume material yang disebarkan, dibuang, atau ditumpuk dalam bentuk
volume loose. Kemampuan dorong dozer sangat terbatas, 110 m, dibandingkan
unit-unit produksi lainnya (Tabel 2.4)

Gambar 3.11
Illustrasi Bulldozer
3.8

Ripper
52

Optimasi Alat Produksi

Setan Tambang

Bulldozer (crawler dozers) dapat dilengkapi dengan ripper di bagian belakangnya.


Ripper berfungsi untuk merobek lapisan material, baik batuan relative lunak,
batubara atau material lainnya. Pada kondisi tertentu ripper sangat membantu
produksi, di mana hasil robekannya dapat langsung dimuat atau diangkut ke
proses berikutnya. Dengan demikian ripper dapat menggantikan peledakan,
terutama dikerjakan pada batuan relatife lunak.
Produksi ripper tergantung pada rippabilitas material, tractor dan jumlah ripper,
teknik dan prosedur serta pengalaman operator. Produksi ripper biasanya
dinyatakan dalam Bcm/jam. Berdasarkan pada waktu edar ripper dengan asumsi
availabilitas dan utilitas 100%, maka produksi ripper dapat dihitung sebagai berikut
:

Pr

Dimana:

60 L w p
Ctr

Pr

= Produksi pripper pada jam kerja aktif,bcm/jam

= Kapasitas blade, lcm

= Spasi rip (jarak antara dua lajur galian ripper), m

= Waktu edar rata-rata, menit

Cd

= Waktu edar rata-rata ripper, menit.

(3.8)

Tingkat ripabilitas material dapat diestimasikan berdasarkan kecepatan gelobang


seismic. Kecepatan rambat gelombang seismic dipengaruhi oleh densitas
material, struktur geologi, dan kandungan air. Batuan dengan densitas tinggi, tidak
banyak retakan dan kandungan airnya sedikit (baik sebagai inherent moisture
maupun yang terdapat di dalam retakan) akan memperlihatkan perambatan
gelombang seismic yang tinggi. Untuk jenis material sepaerti ini akan sulit sekali
digaruk menggunakan ripper, sehingga untuk memberaikannya harus dilakukan
peledakan. Sebaliknya, suatu material mempunyai ripabilitas tinggi (mudah
digaruk) bila densitasnya rendah, banyak retakan atau patahan kandungan airnya
tinggi. Caterpillar membuat diagram tentang ripabilitas berbagai jenis material
53

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

yang dapat digaruk oleh tipe-tipe ripper buatannya (lihat Gambar 3.13). diagram
tersebut dapat membantu estimasi apakah material yang dihadapi dapat atau
tidak digaruk.

Gambar 3.12
Ilistrasi Ripper

Gambar3.13
Ripabilitas Berbagai jenis Material

54

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

4. Penutup
Mengoptimalkan produksi alat berat pada hakekatnya merupakan penggabungan
antara

pengalaman

di

lapangan

menjadi

bagian

yang

penting

untuk

diperhitungkan karena adanya perbedaan kondisi material dan lingkungan antara


lokasi penambangan yang satu dengan yang lainnya. Justru salah satu
pertimbangan memilih alat berat adalah lokasi penambangan tersebut yang
meliputi altitude, tingkat kemudahan masuk areal tambang, kondisi sosial
masyarakat, jenis material penutup bahan galian berharga, pepohonan asli dan
sebagainya.
Sebenarnya optimalisasi produksi tidak saja ditinjau dari aspek teknis, tetapi harus
pula mempertimbangkan aspek ekonominya. Sasaran akhir dari optimalisasi biaya
produksi pada tingkat yang wajar untuk meraih target. Ketika suatu alat tidak lagi
ekonomis dioperasikan, misalnya sudah terlalu tua atau tidak sesuai dengan
kondisi operasional, tidak ada salahnya untuk dijual atau dilelang.
Kepedulian produsen alat terhadap konsumen pun tidak kalah pentingnya dalam
konteks memberikan informasi teknis yang jelas tentang produk yang dibeli
konsomennya. Pelayanan purna jual tidak boleh diabaikan dan hubungan bisnis
harus selalu terjalin teris-menerus serta sudi mendengar keluhan konsumen,
sehingga konsumen merasa puas dan terlayani.

55

Optimasi Alat Produksi

Setan Tambang

Daftar Pustaka

1. Anon., 1981, Handbook of Earthmoving, Caterpillar Tractor Co. Peoria, Illinois,


pp 3 13.
2. Anon., 1983, Handbook of Ripping, Caterpillar Tractor Co., Peoria, Illinois, pp 2
- 21.
3. Anon., 1992, Caterpillar Performance Handbook, Caterpillar Inc., Peoria,
Illinois.
4. Aiken G., 1973, Continuous Methods, SME Mining Engineering Handbook,
A.B. Cummins and I.A. Given (Ed), Society of Mining Engineers of the
American Institute of Mining, Metallurgical and Petroleum Engineers,
Inc., New York, pp. 17 47; 17 57.
5. Aiken G., and Gunnet J.W, 1989, Overburden Removal, Surface Mining 2 nd
Edition, B.A. Kennedy (Ed), Society of Mining, Metallurgy and
Exploration Inc., New York, pp. 584 - 619.
6. Boulter G.W, 1973, Excavation and Loading, Excavation and Loading A.B.
Cummings and I.A. Given (Ed), Society of Mining Engineers of the
American Institute of Mining, Metallurgical and Petroleum Engineers,
Inc., New York, pp. 17 31; 17 47.
7. Hays R.M, 1989, Dozer, Surface Mining 2 nd Edition, B.A. Kennedy (Ed),
Society of Mining, Metallurgy and Exploration Inc., Colorado, pp. 709 714.
8. Hays R.M, 1989, Scapper, Surface Mining 2 nd Edition, B.A. Kennedy (Ed),
Society of Mining, Metallurgy and Exploration Inc., Colorado, pp. 709 714.
9. Hays R.M, 1989, Truck, Surface Mining 2nd Edition, B.A. Kennedy (Ed),
Society of Mining, Metallurgy and Exploration Inc., Colorado, pp. 672 686.
10. Maschek, C and Schmits, T., 1987, Design Elements and Application Potential
of Bucket Chain Excavators, Continuous Surface Mining, T.S.
Golosinski and F.G. Boehm (Eds), Trans Tech Publications, Alberta,
Canada, pp. 269 275.
11. Schachtschneider, H and Seliger, E., 1987, Bucket Wheel Excavators for
56

Setan Tambang

Optimasi Alat Produksi

Varrying

Mining

Conditions,

Continuous

Surface

Mining,

T.S.

Golosinski and F.G. Boehm (Eds), Trans Tech Publications, Alberta,


Canada, pp. 199 - 208.

57

You might also like