Professional Documents
Culture Documents
(Metode) 25-49-1-SM
(Metode) 25-49-1-SM
Abstract
A research concerning microencapsulation of cacao beans extract by spray drying method with
maltodextrin and gum arabic as coating material had been done. The research was aimed to obtain
microcapsule formula of cacao bean extract with the best physical characteristic as a natural
antioxidant candidate. Microcapsules were prepared by the spray-drying method with a concentration
ratio of coating (maltodextrin : gum arabic) and extract. The results showed that the morphology of the
microcapsules are spherical concave shaped irregularly. Size distribution shows an average diameter
of each of the four formula are the formula I (337 m), II (356 m), III (354 m), IV (371 m), V (383
m) and the formula VI (356 m). Results of quantitative analysis showed that the concentration of total
polyphenols (equivalent gallat acid) that trapped in the microcapsules with entrapment efficiency of
each are formula I (11.38%), II (11.39%), III (13.77%), IV (10.14%), V (9.59%) and VI (8.80%). The
conclusion of this study is the preparation of microcapsules with cacao bean extract with spray-drying
method of the sixth formula has good physical characteristics, with the highest entrapment efficiency in
this study is the formula III as well as the highest percentage of dissolution in the 60th minutes.
1. PENDAHULUAN
Kakao merupakan salah satu komoditas
ekspor yang mampu memberikan kontribusi di
dalam upaya peningkatan devisa Indonesia.
Komoditas kakao menempati peringkat ke tiga
ekspor sektor perkebunan dalam menyumbang
devisa negara. Iklim dan kontur tanah Indonesia
(terutama di Sulawesi dan Sumatera) sangat
sesuai untuk pengembangan tanaman kakao
(Suryani, 2007). Jenis tanaman kakao yang
diusahakan sebagian besar adalah jenis kakao
lindak dengan sentra produksi utama adalah
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan
Sulawesi Tengah (Kom. Persaingan usaha,
2005).
Biji
kakao
(Theobroma
cacao)
mengandung senyawa flavonoid seperti
katekin, prosianidin, dan antosianidin yang
dapat
berfungsi
sebagai
antioksidan
(Hammerstone, Lazarus, & Schmitz, 2000).
Menurut Kim & Keeney, Biji kakao memiliki
kandungan fenolik yang tinggi yaitu antara 1218% (berat kering) pada biji yang tidak
difermentasi. Sedangkan, kandungan polifenol
dalam chocolate sebagai produk kakao yang
baik
secara
oksidasi
enzimatis
dan
nonenzimatis yang terjadi selama proses
pabrikasi (Wollgast, 2000). Oleh karena itu,
produk kakao yang beredar memiliki kadar
polifenol yang cukup rendah. Salah satu cara
diversifikasi untuk memperoleh kadar polifenol
yang tinggi dari kakao yaitu dengan melakukan
ekstraksi dari biji kakao yang tidak difermentasi
kemudian dibuat menjadi berbagai bentuk
sediaan.
yang baik sebagai kandidat natural antioxidant
melalui teknologi mikroenkapsulasi.
Kegunaaan
1. Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan sumbangan teori ilmiah
mengenai pemanfaatan senyawa bahan
alam yang berasal dari biji kakao
(Theobroma cacao) sebagai antioksidan
alami
2. Sebagai landasan selanjutnya untuk
pengembangan formulasi sediaan dari
senyawa bahan alam dalam upaya
pengobatan
2. METODE
Alat dan Bahan yang digunakan
Alat
yang
digunakan
spray-dryer
(LabPlant), kain saring, mesin penghalus
(blender), alat uji disolusi (Erweka DT4), pH
meter (Jenway 3010), neraca analitik
(Sartorius), sieve analyzer (Retsch), fruit
dehydrator (Metrowealth), Mikroskop Optik,
rotavapor (Ika RV 10 basic), homogenizer
(Ultra TuraxT50 Ikawerve), cawan petri,
piknometer,
Spektrofotometer
UV-Vis
(Shimadzu UV-1800), Scanning Electron
Microscopy (Vega3 Tescan), Fine Coater
(Quantum) dan alat-alat gelas yang umum
digunakan di laboratorium.
Bahan yang digunakan adalah biji kakao
(Theobroma cacao L.) yang diperoleh dari
kabupaten Enrekang-Sulawesi Selatan, air
suling, aseton, etanol 70% (OneMed), nheksan, gom arab (Brataco), maltodextrin,
etanol p.a (Merck), parafin cair, asam gallat
(Sigma), reagen Folin-ciocalteau (Sigma),
Na2CO3 dan bahan untuk evaluasi sediaan.
.
Metode Kerja
Ekstraksi Biji Kakao
Sampel biji yang telah kering
ditimbang lalu dimasukkan ke dalam labu alas
Perumusan Masalah
Apakah teknologi mikroenkapsulasi dapat
menghasilkan sediaan mikrokapsul dari ekstrak
etanol biji kakao (Theobroma cacao) dengan
karakter fisik yang baik berdasarkan variasi
perbandingan konsentrasi inti dan konsentrasi
penyalut yang digunakan menggunakan metode
Semprot-kering (Spray-Drying)?
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menghasilkan sediaan ekstrak etanol biji kakao
(Theobroma cacao) dengan karakteristik fisik
Mikroenkapsulasi
Ekstrak
Biji
Kakao
(Sugindro, 2008)
Pembuatan mikrokapsul dilakukan
dengan variasi konsentrasi enkapsulan dan
perbandingan ekstrak biji kakao dengan
enkapsulan dengan menggunakan metode
Spray drying. Enkapsulan yang digunakan
adalah maltodextrin dan gom arab.
Metode spray drying yang digunakan,
diadopsi dari metode Sugindro et al. (2008)
yang
telah
dimodifikasi. Bahan-bahan
enkapsulan disuspensikan dalam aquadest
dengan
konsentrasi
20%,
kemudian
ditambahkan ekstrak biji kakao dan direhidrasi
pada suhu 10-12oC selama 12 jam. Campuran
dihomogenasikan dengan homogenizer pada
kecepatan 5000 rpm selama 5 menit.
Selanjutnya, campuran dikeringkan dengan
spray dryer, dengan suhu inlet 160-180 oC dan
suhu outlet 70-80 oC.
Evaluasi Sediaan
Scanning electron microscopy
Bentuk dan morfologi permukaan
mikrokapsul diamati dengan scanning electron
microscopy. Mikrokapsul di coating dengan
Tabel 1. Formula Mikrokapsul
Kode Formula
F-1
F-2
F-3
F-4
F-5
F-6
%
15
20
Penyalut/Enkapsulan
Gom Arab : Maltodekstrin
1:1
2:3
3:2
1:1
2:3
3:2
Ekstrak
3%
Gambar 1. Mikrokapsul yang Diperoleh Menggunakan Metode Spray-Drying. (A) Formula I; (B) Formula II; (C)
Formula III; (D) Formula IV; (E) Formula V; (F) Formula VI
Diameter (m)
400.00
F-1
380.00
F-2
360.00
F-3
340.00
F-4
320.00
F-5
300.00
F-1 F-2 F-3 F-4 F-5 F-6
F-6
F-1
60
F-2
F-3
55
F-4
50
Gambar
F-5
45
F-1 F-2 F-3 F-4 F-5 F-6
F-6
5.
(A)
(B)
Hasil Uji kualitatif Polifenol
Menggunakan
FeCl3
pada
(A)Ekstrak; (B) Mikrokapsul
Tabel 2. Kadar Polifenol dalam Ekstrak Biji Kakao dan Tiap Formula Mikrokapsul
Formula
Ekstrak
rata-rata
FI
rata-rata
F II
rata-rata
F III
rata-rata
F IV
rata-rata
FV
rata-rata
F VI
rata-rata
Serapan
0,810
0,816
0,843
0,823
0,667
0,673
0,680
0,673
0,668
0,675
0,679
0,674
0,768
0,808
0,814
0,797
0,607
0,610
0,612
0,610
0,576
0,582
0,586
0,581
0,538
0,541
0,544
0,541
Kandungan Polifenol
(g/ml)
20,671
20,843
21,616
21,044
16,577
16,749
16,950
16,759
16,606
16,806
16,921
16,778
19,469
20,614
20,786
20,290
14,860
14,946
15,003
14,936
13,972
14,144
14,259
14,125
12,884
12,970
13,056
12,970
%b/b
20,67
20,84
21,62
21,04
2,37
2,39
2,42
2,39
2,37
2,40
2,42
2,40
2,78
2,94
2,97
2,90
2,12
2,14
2,14
2,13
2,00
2,02
2,04
2,02
1,84
1,85
1,87
1,85
% Penjerapan
11,25
11,37
11,51
11,38
11,27
11,41
11,49
11,39
13,22
13,99
14,11
13,77
10,09
10,15
10,18
10,14
9,49
9,60
9,68
9,59
8,75
8,80
8,86
8,80
% Terdisolusi
80
60
40
20
0
0
100
200
300
400
waktu (menit)
Gambar 6. Grafik persen terdisolusi dalam dapar pH
7,4
5. REFERENSI
Ansel H C. 2007. Pengantar Bentuk Sediaan
Farmasi. Terjemahan dari Introduction to
Pharmaceutical Dosage Forms oleh
Farida Ibrahim. Hal: 293-294
Arts IC, Hollman PC, Kromhout D. 1999.
Chocolate as a source of tea flavonoids.
di dalam Wan et al, Effects of cocoa
powder and dark chocolate on LDL
oxidative
susceptibility
and
prostaglandin concentrations in humans.
USA: Am J Clin Nutr. Hal 596-602