You are on page 1of 8

FORMULASI SEDIAAN EKSTRAK ETANOL BIJI KAKAO

(Theobroma cacao L.) SEBAGAI KANDIDAT NATURAL ANTIOXIDANT MELALUI


TEKNOLOGI MIKROENKAPSULASI DENGAN METODE SPRAY-DRYING
Dewi Purwaningsih1), Whyllies Agung A.B1), Ireno Megaputera1)
1)
Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar
Email: dewy.licious@yahoo.co.id

Abstract
A research concerning microencapsulation of cacao beans extract by spray drying method with
maltodextrin and gum arabic as coating material had been done. The research was aimed to obtain
microcapsule formula of cacao bean extract with the best physical characteristic as a natural
antioxidant candidate. Microcapsules were prepared by the spray-drying method with a concentration
ratio of coating (maltodextrin : gum arabic) and extract. The results showed that the morphology of the
microcapsules are spherical concave shaped irregularly. Size distribution shows an average diameter
of each of the four formula are the formula I (337 m), II (356 m), III (354 m), IV (371 m), V (383
m) and the formula VI (356 m). Results of quantitative analysis showed that the concentration of total
polyphenols (equivalent gallat acid) that trapped in the microcapsules with entrapment efficiency of
each are formula I (11.38%), II (11.39%), III (13.77%), IV (10.14%), V (9.59%) and VI (8.80%). The
conclusion of this study is the preparation of microcapsules with cacao bean extract with spray-drying
method of the sixth formula has good physical characteristics, with the highest entrapment efficiency in
this study is the formula III as well as the highest percentage of dissolution in the 60th minutes.

Keyword: Microencapsulation, Cacao Bean Extract, Spray-Drying Method


paling banyak dikonsumsi, secara signifikan
jumlahnya lebih rendah yaitu 1,7-8,4 mg/g pada
dark chocolate dan lebih rendah lagi pada
susu coklat sekitar 0,7-5 mg/g. Dreosti (2000)
melaporkan bahwa 60% dari total fenolik pada
biji kakao mentah adalah monomer flavanol
(epikatekhin dan katekhin) dan oligomer
procyanidin
(dimer
hingga
decamer).
Komponen senyawa ini dilaporkan menjadi
kandidat yang berpotensi sebagai perlawanan
terhadap radikal bebas yang berbahaya bagi
tubuh.
Kapasitas antioksidan pada biji kakao lebih
tinggi bila dibandingkan dengan anggur, teh
hijau, dan teh hitam (Lee, Kim, Lee,& Lee,
2003). Arts et al, melaporkan bahwa kakao
mengandung katekhin (kelompok senyawa
flavan-3-ol) pada konsentrasi rata-rata 0,535
mg/g atau 4 kali lipat dari kandungan pada teh
(139 mg/L). Menurut penelitian yang dilakukan
Wan. et al (2001) bahwa flavonoid menghambat
oksidasi LDL dan mengurangi tendensi
trombotik secara in vitro. Hasil dari studi
Ruzaidi et al, menunjukkan bahwa ekstrak
polifenol kakao memiliki potensial sebagai
hypoglycaemic agent.

1. PENDAHULUAN
Kakao merupakan salah satu komoditas
ekspor yang mampu memberikan kontribusi di
dalam upaya peningkatan devisa Indonesia.
Komoditas kakao menempati peringkat ke tiga
ekspor sektor perkebunan dalam menyumbang
devisa negara. Iklim dan kontur tanah Indonesia
(terutama di Sulawesi dan Sumatera) sangat
sesuai untuk pengembangan tanaman kakao
(Suryani, 2007). Jenis tanaman kakao yang
diusahakan sebagian besar adalah jenis kakao
lindak dengan sentra produksi utama adalah
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan
Sulawesi Tengah (Kom. Persaingan usaha,
2005).
Biji
kakao
(Theobroma
cacao)
mengandung senyawa flavonoid seperti
katekin, prosianidin, dan antosianidin yang
dapat
berfungsi
sebagai
antioksidan
(Hammerstone, Lazarus, & Schmitz, 2000).
Menurut Kim & Keeney, Biji kakao memiliki
kandungan fenolik yang tinggi yaitu antara 1218% (berat kering) pada biji yang tidak
difermentasi. Sedangkan, kandungan polifenol
dalam chocolate sebagai produk kakao yang

Produk kakao pada umumnya yang beredar


seperti dark chocolate, milk chocolate berasal
dari biji kakao yang telah difermentasi.
Fermentasi dari biji kakao segar, meskipun
dilakukan untuk memperoleh aroma khas
kakao, ternyata cenderung mengurangi jumlah
kandungan senyawa polifenol tersebut.
Temperatur yang tinggi dan lamanya waktu
pemanggangan akan mengurangi jumlah
polifenol pada kakao. Degradasi tersebut terjadi
Kekurangan dari ekstrak polifenol biji
kakao memiliki rasa yang sangat sepat dan
pahit, sehingga penggunaannya pada makanan
atau dalam pengobatan oral kurang diterima
dari segi rasa oleh konsumen, maka untuk
mengatasi
kelemahan
tersebut
dapat
dikembangkan sistem pemberian secara
enkapsulasi (Munin, 2011).
Mikroenkapsulasi adalah suatu proses
dimana bahan-bahan padat, cairan bahkan gas
pun dapat dijadikan kapsul (encapsulated)
dengan ukuran partikel mikroskopik, dengan
membentuk salutan tipis wall (dinding) sekitar
bahan yang akan dijadikan kapsul (Ansel,2007).
Pembentukan mikrokapsul dengan metode
semprot-kering (Spray-drying) terjadi ketika
larutan atau suspensi yang mengandung bahan
aktif diatomisasi atau disemprotkan pada ruang
pengering, dan mikropartikel yang terbentuk
sebagai droplet atomisasi dikeringkan dengan
gas pembawa yang dipanaskan (Munin, 2011).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis
berinisiatif untuk melakukan penelitian
mengenai formulasi sediaan ekstrak etanol biji
kakao (Theobroma cacao) sebagai kandidat
natural
antioxidant
melalui
teknologi
mikroenkapsulasi dengan metode SprayDrying.

baik
secara
oksidasi
enzimatis
dan
nonenzimatis yang terjadi selama proses
pabrikasi (Wollgast, 2000). Oleh karena itu,
produk kakao yang beredar memiliki kadar
polifenol yang cukup rendah. Salah satu cara
diversifikasi untuk memperoleh kadar polifenol
yang tinggi dari kakao yaitu dengan melakukan
ekstraksi dari biji kakao yang tidak difermentasi
kemudian dibuat menjadi berbagai bentuk
sediaan.
yang baik sebagai kandidat natural antioxidant
melalui teknologi mikroenkapsulasi.
Kegunaaan
1. Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan sumbangan teori ilmiah
mengenai pemanfaatan senyawa bahan
alam yang berasal dari biji kakao
(Theobroma cacao) sebagai antioksidan
alami
2. Sebagai landasan selanjutnya untuk
pengembangan formulasi sediaan dari
senyawa bahan alam dalam upaya
pengobatan
2. METODE
Alat dan Bahan yang digunakan
Alat
yang
digunakan
spray-dryer
(LabPlant), kain saring, mesin penghalus
(blender), alat uji disolusi (Erweka DT4), pH
meter (Jenway 3010), neraca analitik
(Sartorius), sieve analyzer (Retsch), fruit
dehydrator (Metrowealth), Mikroskop Optik,
rotavapor (Ika RV 10 basic), homogenizer
(Ultra TuraxT50 Ikawerve), cawan petri,
piknometer,
Spektrofotometer
UV-Vis
(Shimadzu UV-1800), Scanning Electron
Microscopy (Vega3 Tescan), Fine Coater
(Quantum) dan alat-alat gelas yang umum
digunakan di laboratorium.
Bahan yang digunakan adalah biji kakao
(Theobroma cacao L.) yang diperoleh dari
kabupaten Enrekang-Sulawesi Selatan, air
suling, aseton, etanol 70% (OneMed), nheksan, gom arab (Brataco), maltodextrin,
etanol p.a (Merck), parafin cair, asam gallat
(Sigma), reagen Folin-ciocalteau (Sigma),
Na2CO3 dan bahan untuk evaluasi sediaan.
.
Metode Kerja
Ekstraksi Biji Kakao
Sampel biji yang telah kering
ditimbang lalu dimasukkan ke dalam labu alas

Perumusan Masalah
Apakah teknologi mikroenkapsulasi dapat
menghasilkan sediaan mikrokapsul dari ekstrak
etanol biji kakao (Theobroma cacao) dengan
karakter fisik yang baik berdasarkan variasi
perbandingan konsentrasi inti dan konsentrasi
penyalut yang digunakan menggunakan metode
Semprot-kering (Spray-Drying)?
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menghasilkan sediaan ekstrak etanol biji kakao
(Theobroma cacao) dengan karakteristik fisik

bulat dan ditambah dengan pelarut n-heksan,


diekstraksi dengan metode refluks selama 3-4
jam, lalu disaring. Filtrat yang diperoleh
dikumpulkan kemudian diuapkan dengan
menggunakan rotavapor sampai diperoleh
ekstrak n-heksan (lemak kakao) dan ampas.
Ampas ditambahkan etanol 70% dengan
perbandingan sampel:pelarut = 1:5 kemudian
dimaserasi selama 3-5 hari. Hasil maserasi
dikumpulkan
kemudian
diuapkan
menggunakan rotavapor hingga diperoleh
ekstrak etanol biji kakao. Ekstrak tersebut lalu
dimasukkan ke dalam eksikator. (Lewerissa,
2011)

logam emas menggunakan fine coater


(Quantum), di bawah vakum dan sampel diuji
dengan scanning electron microscopy (Vega3
Tescan).
Sieve analysis
Distribusi ukuran partikel dievaluasi
menggunakan sieve shaker (Sieving Machine,
Retsch, Germany). Suatu seri dari lima ayakan
standar analyzer dengan no ayakan 20, 40, 60
dan 80 yang disusun secara menurun dari
ukuran lubang ayakan yang paling besar. Lima
gram mikrokapsul ditempatkan dalam ayakan
dan mesin pengayak dijalankan selama 10
menit. Masing-masing fraksi dalam ayakan
ditimbang, dan dilakukan tiga kali tiap formula.

Mikroenkapsulasi
Ekstrak
Biji
Kakao
(Sugindro, 2008)
Pembuatan mikrokapsul dilakukan
dengan variasi konsentrasi enkapsulan dan
perbandingan ekstrak biji kakao dengan
enkapsulan dengan menggunakan metode
Spray drying. Enkapsulan yang digunakan
adalah maltodextrin dan gom arab.
Metode spray drying yang digunakan,
diadopsi dari metode Sugindro et al. (2008)
yang
telah
dimodifikasi. Bahan-bahan
enkapsulan disuspensikan dalam aquadest
dengan
konsentrasi
20%,
kemudian
ditambahkan ekstrak biji kakao dan direhidrasi
pada suhu 10-12oC selama 12 jam. Campuran
dihomogenasikan dengan homogenizer pada
kecepatan 5000 rpm selama 5 menit.
Selanjutnya, campuran dikeringkan dengan
spray dryer, dengan suhu inlet 160-180 oC dan
suhu outlet 70-80 oC.

Penentuan kandungan polifenol


Mikrokapsulas digerus dan dilarutkan
dalam metanol dalam labu takar. Sisa dinding
mikrokapsul yang tidak larut dipisahkan dengan
penyaringan. Filtrat yang diperoleh diukur
serapannya dengan spektrofotometer UV
dengan pereaksi Folin-Ciocalteau dengan
standar baku asam gallat dan kandungan biji
kakao dalam mikrokapsul dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan dari kurva
kalibrasi asam gallat dalam air.
Uji disolusi secara in vitro
Pada evaluasi ini ditentukan profil disolusi dari
ekstrak biji kakao maupun mikrokapsul biji
kakao menggunakan alat disolusi tipe 2
(dayung) dalam volume medium 900 ml pada
suhu 370,50C, dengan kecepatan putaran
pengaduk adalah 100 rpm. Pengambilan alikot
dilakukan pada menit ke- 15, 30, 45, 60, 90,
120, 150, 180, 240, 300, dan 360. Sampel
dianalisa
menggunakan
metode
spektrofotometri UV .

Evaluasi Sediaan
Scanning electron microscopy
Bentuk dan morfologi permukaan
mikrokapsul diamati dengan scanning electron
microscopy. Mikrokapsul di coating dengan
Tabel 1. Formula Mikrokapsul

Kode Formula
F-1
F-2
F-3
F-4
F-5
F-6

%
15

20

Penyalut/Enkapsulan
Gom Arab : Maltodekstrin
1:1
2:3
3:2
1:1
2:3
3:2

Ekstrak

3%

yang baik dalam emulsifier serta membentuk


lapisan film, maka kondisi ekstrak tetap dapat
dipertahankan.
Hasil pengamatan dengan menggunakan
Scanning Electron Microscopy (SEM),
menunjukkan morfologi mikrokapsul yang
berbentuk bulat namun tidak spheris sempurna
atau cekung di permukaannya untuk tiap
formula.
Pada
keseluruhan
formula,
mikrokapsul yang diperoleh memiliki bentuk
yang beragam dengan permukaan mikrokapsul
yang halus. Hasil Scanning Electron
Microscopy lebih jelas dapat dilihat pada
gambar 2.
Melalui proses Spray-Drying, terjadi
penguapan pelarut, sehingga matriks yang telah
menjerap air, kehilangan kandungan air.
Akibatnya terbentuk cekungan pada permukaan
luar mikrokapsul. Hal ini umum terjadi polimer
penyalut yang berasal dari polisakarida. Hal ini
terkait dengan sifat polisakarida dengan berat
molekul gula yang tinggi. Semakin besar berat
molekul gulanya, maka kemampuan polimer itu
untuk berfungsi

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Tahap awal yang dilakukan pada penelitian
ini adalah mengekstraksi biji kakao,
dikarenakan kandungan lemaknya yang tinggi
maka proses ekstraksi biji kakao dilakukan
dengan 2 tahap yaitu tahap pertama ekstraksi
dengan pelarut heksan untuk mengurangi kadar
lemaknya kemudian tahap kedua ekstraksi
dengan menggunakan pelarut etanol 70%.
Rendamen ekstrak yang diperoleh dari proses
ekstraksi adalah 11,76 %b/b.
Metode spray-drying dapat digunakan
untuk bahan dengan kestabilan fisik yang cukup
rendah oleh karena terbentuknya lapisan film
yang mengelilingi droplet dan pemanasan
droplet hanya terjadi dalam beberapa detik saja
sehingga suhu pemanasan di luar droplet tidak
merusak material inti. Pada penelitian ini,
digunakan penyalut maltodekstrin dan gom arab
sebagai
matriks
pembentuk
dinding
mikrokapsul. Jaringan matriks ini penting
dalam sistem dinding, sehingga walaupun
kekentalan emulsi cenderung menurun, dengan
sifat jaringan matriks maltodekstrin yang baik
dalam sistem dinding dan juga sifat gom arab

Gambar 1. Mikrokapsul yang Diperoleh Menggunakan Metode Spray-Drying. (A) Formula I; (B) Formula II; (C)
Formula III; (D) Formula IV; (E) Formula V; (F) Formula VI

Gambar 3. Histogram ketebalan dinding

Diameter (m)

sebagai plasticizer suatu bahan dapat mencegah


penyusutan volume suatu partikel. Sifat
plasticizer suatu bahan dapat mencegah
penyusutan volume suatu partikel.

400.00

F-1

380.00

F-2

360.00

F-3

340.00

F-4

320.00

F-5

300.00
F-1 F-2 F-3 F-4 F-5 F-6

F-6

Gambar 4. Histogram diameter

Proses identifikasi kandungan polifenol


secara kualitatif pada mikrokapsul dengan
penambahan pereaksi FeCl3 memperlihatkan
perubahan warna filtrat menjadi hijau biru
dengan penambahan pereaksi FeCl3 yang
menandakan positif mengandung senyawa
polifenol, perubahan warna terjadi karena
polifenol dapat mereduksi besi (III) menjadi
besi (II). Hasil uji identifikasi warna dapat
dilihat pada gambar 5.
Hasil penentuan kandungan polifenol
menunjukkan bahwa dalam mikrokapsul
mengandung polifenol total (setara asam gallat)
masing-masing tiap formula adalah formula I
sebanyak 2,39 %b/b, formula II sebanyak 2,40
%b/b, formula III sebanyak 2,9 %b/b, formula
IV sebanyak 2,13 %b/b, formula V sebanyak
2,02 %b/b dan formula VI sebanyak 1,85 %b/b
serta kadar polifenol total pada ekstrak
sebanyak 21,04%b/b. Hasil selengkapnya dapat
dilihat pada tabel 2.

Gambar 2. Hasil SEM mikrokapsul ekstrak


biji kakao

Ketebalan Dinding (m)

Distribusi ukuran partikel dari keempat


formula berada dalam kisaran 337 sampai 383
mikrometer dengan diameter rata-rata untuk
keenam formula masing-masing adalah formula
I (337 m), II (356 m), III (354 m), IV (371
m), V (383 m) dan formula VI (356 m).
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
diameter mikrokapsul dari semua formula
berada dalam rentang ukuran mikrokapsul yaitu
1-1000 m sesuai dengan pustaka. Ketebalan
dinding mikrokapsul berdasarkan hasil
perhitungan dari keenam formula masingmasing adalah formula I (54 m), II (57 m), III
(57 m), IV (60 m), V (62 m) dan VI (57
m).
65

F-1

60

F-2
F-3

55

F-4

50

Gambar

F-5

45
F-1 F-2 F-3 F-4 F-5 F-6

F-6

Perhitungan efisiensi penjerapan dilakukan


dengan membandingkan kadar polifenol total

5.

(A)
(B)
Hasil Uji kualitatif Polifenol
Menggunakan
FeCl3
pada
(A)Ekstrak; (B) Mikrokapsul

yang terkandung dalam tiap gram mikrokapsul


terhadap kadar polifenol total yang terkandung

dalam tiap gram ekstrak biji kakao. Hasil


perhitungan efisiensi penjerapan dari keempat
formula mikrokapsul berada dalam kisaran 813% dengan persentase rata-rata untuk masingmasing formula adalah formula I (11,38%),

formula II (11,39%), formula III (13,77%)


formula IV (10,14%), formula V (9,59%) dan
formula VI (8,80%).

Tabel 2. Kadar Polifenol dalam Ekstrak Biji Kakao dan Tiap Formula Mikrokapsul

Formula
Ekstrak
rata-rata
FI
rata-rata
F II
rata-rata
F III
rata-rata
F IV
rata-rata
FV
rata-rata
F VI
rata-rata

Serapan
0,810
0,816
0,843
0,823
0,667
0,673
0,680
0,673
0,668
0,675
0,679
0,674
0,768
0,808
0,814
0,797
0,607
0,610
0,612
0,610
0,576
0,582
0,586
0,581
0,538
0,541
0,544
0,541

Kandungan Polifenol
(g/ml)
20,671
20,843
21,616
21,044
16,577
16,749
16,950
16,759
16,606
16,806
16,921
16,778
19,469
20,614
20,786
20,290
14,860
14,946
15,003
14,936
13,972
14,144
14,259
14,125
12,884
12,970
13,056
12,970

Uji disolusi pada sediaan mikrokapsul


bertujuan untuk mengukur dan mengetahui
jumlah zat aktif yang terlarut dalam media cair
yang diketahui volumenya pada suatu waktu
tertentu menggunakan alat tertentu sehingga
dapat digunakan untuk meramalkan kecepatan
terlepasnya obat dari sediaan. Uji disolusi

%b/b
20,67
20,84
21,62
21,04
2,37
2,39
2,42
2,39
2,37
2,40
2,42
2,40
2,78
2,94
2,97
2,90
2,12
2,14
2,14
2,13
2,00
2,02
2,04
2,02
1,84
1,85
1,87
1,85

% Penjerapan

11,25
11,37
11,51
11,38
11,27
11,41
11,49
11,39
13,22
13,99
14,11
13,77
10,09
10,15
10,18
10,14
9,49
9,60
9,68
9,59
8,75
8,80
8,86
8,80

dilakukan pada media dapar pH 7,4 selama 6


jam dengan pengambilan sampel sebanyak 11
kali yaitu pada menit ke- 15, 30, 45, 60, 90, 120,
150, 180, 240, 300, dan 360. Pengujian disolusi
hanya dilakukan pada formula yang memiliki
efisiensi penjerapan tertinggi yaitu formula III.

Dreosti, I. E. 2000. Antioxidant polyphenols in


tea, cocoa and wine. di dalam Othman et
al, Antioxidant capacity and phenolic
content of cocoa beans. Malaysia: Food
Chemistry. Hal 1523-1530.
Hammerstone, J.F., Lazarus, S.A., & Schmitz,
H.H. 2000. Procyanidin content and
variation in some commonly consumed
foods. Journal Nutrition, 130; 2086S2092S
Kim, H., & Keeney, P. G. 1984. (-) Epicatechin
content in fermented and unfermented
cocoa beans. Journal of Agricultural and
Food Chemistry, 47, 36933701.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha. 2009.
Bacground Paper Kajian Industri dan
Perdagangan Kakao data dari Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Departemen Pertanian, 2005. pp. 2
Lee Kw, Kim, Y.J., Lee, H.J., Lee, C.Y., (2003).
Cocoa has more phenolic phytochemical
and a hinger antioxidant capacity than teas
and red wine. Journal Agricultural Food
Chemistry, 51; 7292-7295.
Lewerissa, M D. Efek Ekstrak Biji Kakao
Terhadap Aktivitas Imunoglobulin M
(IgM) dan Imunoglobulin G (IgG) pada
kelinci (Oryctolagus cuniculus). Skripsi.
Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
Makassar. 2011. pp. 26-27.

% Terdisolusi

80
60
40

20
0
0

100

200

300

400

waktu (menit)
Gambar 6. Grafik persen terdisolusi dalam dapar pH
7,4

Hasil pengujian disolusi menunjukkan


bahwa persentase kadar polifenol yang
terdisolusi semakin meningkat seiring dengan
peningkatan waktu perlakuan disolusi dengan
kadar puncak pada menit ke-60 kemudian
menurun pada menit ke-90 dan mengalami
peningkatan kembali pada menit-150. Hal ini
terjadi karena pada sediaan mikrokapsul,
pelepasan obat terjadi secara difusi yang pada
prinsipnya ialah terjadinya perpindahan obat
melalui bahan penghalang atau matriks.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
disimpulkan :
1. Ekstrak biji kakao dapat diformulasi
menjadi bentuk sediaan mikrokapsul
dengan menggunakan metode SprayDrying.
2. Keenam formula mikrokapsul yang
dihasilkan berbentuk bulat cekung
(beragam) dengan diameter berada dalam
kisaran 337-383 m. Mikrokapsul yang
memiliki efisiensi penjerapan tertinggi pada
penelitian ini adalah formula III, dengan
persentase disolusi tertinggi pada menit ke60.

Munin, Aude & Florence Edwards-Lvy. 2011.


Encapsulation of Natural Polyphenolic
Compounds;
a
Review.
France:
Pharmaceutical Journal ISSN 1999-4923.
Hal 793-829
Ruzaidi, A., I. Amin , A.G. Nawalyah , H.
Muhajir , M.B.S. Pauliena & M.S.
Muskinah.
2007.
Hypoglycaemic
Properties
of
Malaysian
Cocoa
(Theobroma Cacao) Polyphenols Extract.
Malaysia: Universiti Putra Malaysia. Hal
1-21.
Sugindro, Etik Mardliyati, & Joshita
Djajadisastra. 2008. Pembuatan Dan
Mikroenkapsulasi Ekstrak Etanol Biji
Jinten Hitam Pahit (Nigella Sativa Linn.)
di dalam Majalah Ilmu Kefarmasian Vol.
V, No. 2. Hal 57 - 66
Suryani, Dinie & Zulfebriansyah. 2007.
Komoditas Kakao: Potret dan Peluang
Pembiayaan di dalam Economic Review
No.210. pp.1

5. REFERENSI
Ansel H C. 2007. Pengantar Bentuk Sediaan
Farmasi. Terjemahan dari Introduction to
Pharmaceutical Dosage Forms oleh
Farida Ibrahim. Hal: 293-294
Arts IC, Hollman PC, Kromhout D. 1999.
Chocolate as a source of tea flavonoids.
di dalam Wan et al, Effects of cocoa
powder and dark chocolate on LDL
oxidative
susceptibility
and
prostaglandin concentrations in humans.
USA: Am J Clin Nutr. Hal 596-602

Wan,Ying., Joe A Vinson, Terry D Etherton,


John Proch, Sheryl A Lazarus, & Penny M
Kris-Etherton. 2001. Effects of cocoa
powder and dark chocolate on LDL
oxidative susceptibility and prostaglandin
concentrations in humans. USA: Am J
Clin Nutr 2001. Hal 596602

Wollgast, J.; Anklam, E. Review on


polyphenols di dalam Theobroma cacao:
Changes in composition during the
manufacture
of
chocolate
and
methodology for identification and
quantification. Food Res. Int. 2000, Hal
423-447.

You might also like