Professional Documents
Culture Documents
Makalah ini disusun untuk memenuhi ujian akhir semester Mata Kuliah
Pemodelan Matematika
Oleh:
Lusia Agustina
Mega Kuntum Khaira
Meila Nadya
Mella Aprilliani
Muhamad Sidik Hariyanto
Mukti Widodo
Rizka Annisa Fitri
Sharah Annisa
(3125122000)
(3125121973)
(3125120209)
(3125120211)
(3125121991)
(3125121993)
(3125121987)
(3125121988)
Judul
Lusia Agustina, Mega Kuntum Khaira, Meila Nadya, Mella Apriliani, Muhamad Sidik
Hariyanto, Mukti Widodo, Rizka Annisa Fitri, Sharah Annisa
ABSTRAK
Kemacetan merupakan salah satu permasalahan terbesar di ibukota. Penyebab kemacetan pun
bermacam-macam, diantaranya adalah volume kendaraan yang melebihi kapasitas dan tidak sesuai dengan
lama waktu nyala lampu lalu lintas, sehingga terjadi penumpukan kendaraan seperti yang terjadi ada
persimpangan Stasiun Jatinegara. Untuk mengatasi masalah ini, maka dibuatlah suatu model matematika
yang berdasarkan pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) dan Metode Webster. Sehingga hasil yang
didapatkan adalah
2.
Tinjauan pustaka
Sinyal Lalu Lintas
Menurut MKJI (1997) alasan digunakannya sinyal lalu lintas pada simpang adalah:
a. Untuk menghindari kemacetan simpang akibat adanya konflik arus lalu lintas,
sehingga terjamin bahwa suatu kapasitas tertentu dapat dipertahankan bahkan selama
lalu lintas jam puncak.
b. Untuk memberi kesempatan pada kendaraan dan/atau pejalan kaki dari jalan
simpang (kecil) untuk memotong jalan utama.
c. Untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas akibat tabrakan antara kendaraan
dari arah yang berlawanan.
Volume
Volume adalah jumlah kendaraan yang melawati suatu titik atau pada suatu ruas jalan dalam
waktu yang lama tanpa membedakan arah dan lajur segmen jalan selama selang waktu
tertentu yang dapat diekspresikan dalam tahunan, harian, jam-an atau sub jam. Volume lalu
lintas yang satu jam dikenal dengan istilah rate of flow atau nilai arus. Untuk mendapatkan
nilai arus, suatu segmen jalan yang terdiri dari banyak tipe kendaraan maka semua tipe-tipe
kendaraan tersebut harus dikonversi ke dalam satuan mobil penumpang (smp). Konversi
3.
kendaraan ke dalam satuan smp diperlukan angka factor ekivalen untuk berbagai jenis
kendaraan yaitu factor ekivalen mobil penumpang( emp).
Kapasitas
Menurut MKJI (1997), kapasitas adalah arus lalu lintas maksimum/minimum yang dapat
dipertahankan (tetap) pada suatu bagian jalan dalam kondisi tertentu, misalnya: rencana
geometric, lingkungan, komposisi lalu lintas dan sebagainya. Kapasitas lengan simpangan
dipengaruhi oleh tiga factor, yaitu:
1. Nilai arus jenuh
2. Waktu hijau efektif
3. Waktu siklus
Arus jenuh adalah kapasitas mulut persimpangan dalam satuan smp/jam. Masing-masing
persimpangan mempunyai nilai arus jenuh yang berbeda sangat terpengaruh dengan situasi
kondisi setempat. [Wikibook]
Arus dasar jenuh untuk pelepasan tanpa halangan:
Co 600W
4.
III.
1.
Co 600 yW
Dimana:
W
: Lebar mulut pelepas simpang
y
: Faktor penyesuaian persimpangan
Kapasitas ruas jalan dipengaruhi oleh dua factor, yaitu:
a. Ada atau tidaknya pembatas jalan (median). Jika terdapat median maka kapasitas
dihitung terpisah untuk setiap arah. Jikatanpa pembatas jalan maka kapasitas
dihitung untuk kedua arah.
b. Lokasi ruas jalan. Urban (perkotaan) memperhitungkan FCcs yaitu factor
koreksi akibat ukuran kota (jumlah penduduk). Interurban (rural) tidak
memperhitungkan FCcs.
Persamaan umum untuk menhitung kapasitas jalan menurut MKJI 1997 adalah:
Kapasitas jalan untuk perkotaan:
C Co FCw FCsp FCsf FCcs (smp/jam)
Kapasitas jalan untuk interurban:
C Co FCw FCsp FCsf (smp/jam)
Dimana:
C
: Kapasitas ruas jalan (smp/jam)
Co
: Kapasitas dasar (smp/jam)
FCw
: Faktor koreksi kapasitas untuk lebar jalan
FCsp : Faktor koreksi kapasitas akibat pembagian arah
FCsf
: Faktor koreksi kapasitas akibat gangguan samping
FCcs
: Faktor koreksi akibat ukuran kota (jumlah penduduk)
Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan (ds) adalah perbandingan antara arus total sesungguhnya (Qtot) dengan
kapasitas sesungguhnya (C). Nilai derajat kejenuhan suatu ruas jalan bervariasi dari 0-1.
Pembahasan
Kondisi awal
Berikut kondisi awal persimpangan stasiun jatinegara
Keterangan:
1. A dan B berjalan bersamaan
2. Pada detik ke 23,A berhenti dan B tetap berjalan. F dan B berjalan bersamaan.
3. Saat F berjalalan, E juga berjalan tanpa rambu dan lampu lalu lintas.
4. B, E dan F berhenti. G, H dan D berjalan bersamaan. C juga berjalan tanpu rambu dan lampu
lalu lintas.
5.G, H, D, dan C berhenti. A dan B kembali berjalan.
Setelah dilakukan pengamatan pada persimpangan stasiun jatinegara, terjadi kesalahan dalam
pengaturan lampu lalu lintas dan tidak adanya pengaturan lampu lalu lintas pada jalur C dan
beberapa pengendara yang melanggar rambu lalu lintas di jalur G. Saat A berjalan, ada beberapa
pelanggar di jalur F yang juga berjalan dikarenakan kendaraan yang melaju pada jalur A sangat
sedikit. Dari permasalahan yang ada, maka akan dibuat solusi untuk memperbaiki sistem
pengaturan lampu lalu lintas dan mengoptimalkan lampu lalu lintas.
2. Penambahan Asumsi
Berikut adalah beberapa asumsi yang dibuat untuk mendukung terbentuknya simulasi model ini:
1. Jalur A dialihkan mengikuti jalur B dan putar balik ke arah jatinegara lalu belok kiri kea rah
D. I Panjaitan.
2. Jalur C dialihkan mengikuti jalur D putar balik ke arah jatinegara
3. Penyajian Data
Salah satu data yang diperoleh dari lapangan ialah data lebar jalan :
Tabel Data Lebar Ruas Jalan
Lengan Simpang WA WMASUK WLTOR WKELUAR
Bekasi
3,7
3,2
1,8
4,7
Jatinegara
4,8
3,2
1,6
4,8
Di Panjaitan
4,5
1,5
Pisangan Baru
1,5
1,5
1,5
Selain itu, data lain yang dibutuhkan ialah data arus lalu lintas simpang. Data arus lalu lintas
akan menunjukkan kondisi simpang tersebut. Data ini digunakan untuk menentukan perilaku
lalu lintas pada simpang tersebut.
Data arus lalu lintas kendaraan pada simpang yaitu :
I.
Dari Arah
Jatinegara
Dari Arah
DIP
Dari Arah
Pisangan
Baru
210
110
210
130
230
130
343
343
343
MC
97
LV
32
HV
MC
90
LV
27
HV
MC
80
LV
14
HV
II.
Dari
Arah
Jatinegar
a
Dari
Arah DIP
Dari
Arah
Pisangan
Baru
214
237
115
237
158
135
257
135
375
375
375
375
LV
51
HV
13
MC
112
LV
41
HV
MC
121
LV
49
HV
MC
51
LV
HV
III.
Dari
Arah
Jatinegar
a
103
143
200
160
306
306
LV
60
HV
13
MC
105
LV
60
HV
18
Dari
Arah DIP
Dari
Arah
Pisangan
Baru
148
143
155
160
306
306
MC
138
LV
52
HV
16
MC
71
LV
10
HV
Selain itu, data lain yang juga penting dalam analisis ini adalah data tentang kondisi
lingkungan. Data ini meliputi data demogafi Kota Jakarta, hambatan samping, jarak kendaraan,
dan intensitas angkot berhenti. Berdasarkan BPS Provinsi DKI Jakarta (2014), jumlah penduduk
Kota Jakarta pada tahun 2014 mencapai 12,7 juta jiwa. Adapun hambatan samping dan intensitas
angkot berhenti pada simpang yang ditinjau termasuk tinggi karena posisinya yang berdekatan
dengan stasiun kereta api Jatinegara dan pasar Jatinegara..
4. Analisis Simpang
A. Kondisi Arus Lalu Lintas
Data arus lalu lintas yang didapatkan dari observasi yang dilakukan berbentuk jumlah
kendaraan dalam satu jam, namun dalam perhiungan data digunakan data observasi yang
berbentuk smp/jam (smp : satuan masa penumpang. Arus lalu lintas di dalam bentuk
smp/jam bagi masing-masing jenis kendaraan untuk kondisi terlindung dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel Hasil Perhitungan Total Arus Lalu Lintas Bekasi
PAGI
SIANG MALAM
MC
329,4
224,6
291,6
LV
1238
489
705
HV
204,1
161,2
197,6
TOTAL
1771,5
874,8
1194,2
Tabel Hasil Perhitungan Total Arus Lalu Lintas Jatinegara
PAGI
SIANG MALAM
MC
203,6
215
247
LV
335
393
705
HV
67,6
98,8
274,3
TOTAL
606,2
706,8
1226,3
Tabel Hasil Perhitungan Total Arus Lalu Lintas DI Panjaitan
PAGI
SIANG MALAM
MC
188,8
232,2
324,6
LV
283
470
611
HV
40,3
74,1
244,4
TOTAL
512,1
776,3
1180
Tabel Hasil Perhitungan Total Arus Lalu Lintas Pisangan Baru
PAGI
SIANG MALAM
MC
167,8
97,8
167
LV
146
76
117
HV
13
11,7
14,3
TOTAL
326,8
185,5
298,3
Keterangan :
MC : Motor Cycle
LV : Light Vehicle
HV : Heavy Vehicle
Pada tabel di atas, masing-masing jenis kendaraan dibuat ekivalen dengan cara mengalikan
banyak kendaraan per jam dengan emp (Ekivalensi Mobil Penumpang). Karena sebagaimana
dalam analisis ruas, maka dalam perhitungan simpang dengan metode apapun, kendaraan yang ada
harus dikonversi terhadap satuan mobil penumpang (smp). Nilai faktor smp pada persimpangan
adalah :
No
1
2
3
Jenis Kendaraan
Kendaraan Ringan
(LV)
Kendaraan Berat
(HV)
Sepeda Motor (MC)
1,3
1,3
0,2
0,4
Karena simpang yang diobservasi merupakan pendekat dengan tipe terlindung, maka digunakan
emp tipe terlindung pada perhitungan.
Setelah melakukan perhitungan terhadap data, didapatkan :
Tabel Perhitungan W Efektif (WE)
WA
WMASUK+WLTOR
WA*(1+PLTOR)-WLTOR
WE
BEKASI
3,7
3,067123906
3,067123906
JATINEGARA
4,8
4,8
4,378225008
4,378225008
11,04715876
DI PANJAITAN
PERIO
DS
DT
6
1,5
PR
1
0,719371
0,505109
0,510759
DT PISANGAN
DG
DE
PAGI
SIANG
MALA
M
1,485
0,896
BEKASI
5331,7
83,78
JATINEGARA
34,296
35,729
PANJAITAN
93,429
120,992
BARU
44,96
32,62
4
4
38,3
36,6
2,073
2163,28
241,662
64,859
77,40
69
Keterangan
DS
: Derajat Kejenuhan
DT
: Tundaan Lalu Lintas
DG
: Tundaan Geometrik
D
: Tundaan Simpang
Tabel Panjang Antrian (QL)
BEKASI
JATINEGARA
DI PANJAITAN
PISANGAN
BARU
PAGI
SIANG
MALAM
81726,32
522,3526
3333,302
496
527
218
0
0
1002,998
402
0
329,0298
359,1840
118
92
214,6027
0
294,2213
788
756
Pada tabel perhitungan derajat jenuh, terlihat bahwa walaupun sudah dilakukan asumsi perbaikan,
nilai derajat kejenuhan masih tinggi, DS>1. Hai ini menunjukkan bahwa simpang tersebut sudah
lewat jenuh. Ketersediaan ruang untuk kendaraan lebih sedikit dibandingkan keterbutuhan ruang
jalan. Bahkan periode malam hari nilainya mencapai 2,073 yang mngakibatkan tundaan simpang
sangat tinggi.
IV.
1.
2.
3.
V.
1.
2.
Kesimpulan
Persimpangan Stasiun Jatinegara memiliki derajat kejenuhan yang tinggi melebihi standar
yang dianjurkan oleh MKJI yaitu 0,75. Dari hasil analisis diperoleh nilai derajat
kejenuhan 1,485 pada periode pagi, 0,896 pada periode siang, dan 2,073 pada periode
malam hari.
Tundaan persimpangan Stasiun Jatinegara juga tinggi. Diperoleh bersarnya nilai tundaan
untuk pagi hari, siang hari, dan malam hari masing-masing 38,3 detik, 36,6 detik, dan 69
detik pada malam hari.
Panjang antrian yang terjadi dalam satu jam pada persimpangan Stasiun Jatinegara juga
tinggi.
Saran
Sebaiknya dilakukan pelebaran jalan pada ruas Pisangan Baru
Siklus lampu hijau dan merah sebaiknya ditinjau ulang untuk semua ruas, karena adanya
ketimpangan antara siklus lampu hijau pada pagi, siang, dan malam hari. Keadaan
kendaraan terpadat terjadi pada malam hari, namun lampu hijau pada malam hari kurang
dari kali banyak lampu hijau pada pagi hari.