Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
Perempuan, 62 tahun, alamat Malalayang 1, pekerjaan pegawai negeri sipil,
agama Kristen Protestan, masuk rumah sakit 12 Juli 2015, jam 10.00 WITA dengan
keluhan utama nyeri pinggang. Pasien mengeluh nyeri pinggang dirasakan 5 jam
sebelum masuk rumah sakit (SMRS), nyeri semakin dirasakan menghebat dan nyeri
menjalar ke daerah perut. Pasien merasa nyeri ulu hati 2 hari SMRS disertai muntah,
frekuensi 4-5 kali, isi cairan putih bercampur makanan dengan volume 600 ml.
Demam sumer-sumer sejak 1 hari SMRS disertai menggigil. Pasien juga merasakan
lemah badan dan pusing. Buang air besar dan buang air kecil biasa. Riwayat
hipertensi 5 tahun lalu, pasien rutin minum obat sejak 1 tahun (minum micardis 80
mg). Riwayat masuk rumah sakit 35 tahun lalu karena infeksi ginjal, dirawat selama 2
minggu.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak sakit sedang dengan kesadaran
kompos mentis. Tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 104x/menit, regular, respirasi
24x/menit, suhu badan 36,3oC. Berat badan 65 kg, tinggi badan 160 cm, IMT
28kg/m2. Pada pemeriksaan kepala ditemukan konjungtiva tidak tampak anemis,
sklera tidak tampak ikterik, pupil built isokor, reflex cahaya ada dan normal. Faring
tidak hiperemis. Pada leher tekanan vena jugularis 5+0 cmH2O, trakea letak tengah
dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Pada pemeriksaan dada simetris
kanan dengan kiri, pemeriksaan paru dari inspeksi didapatkan pergerakan kiri sama
dengan kanan. Palpasi didapatkan stem fremitus kiri sama dengan kanan. Perkusi
terdengar sonor kiri sama dengan kanan. Suara pernapasan pada auskultasi vesikuler,
tidak ada rhonki dan tidak ada wheezing. Pada pemeriksaan jantung, iktus kordis
tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada ruang antar iga V linea
midklavikula sinistra. Batas jantung kanan pada ruang iga IV linea parasternalis
dekstra. Pada auskultasi curah jantung 90x/menit, regular, terdengar suara jantung
pertama dan kedua normal, tidak ada bising. Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi
cembung, lemas, bising usus dalam batas normal, teraba lemas, didapatkan nyeri
tekan epigastrium, hati dan limfa tidak teraba. Pemeriksaan balotemen ginjal tidak
130/70 mmHg, Nadi 68x/menit, respirasi 20x/menit, suhu badan 36,4oC. Pada
pemeriksan fisik didapatkan nyeri tekan epigastrium dan nyeri ketok CVA sinistra.
Hasil pemeriksaan urinalisa lengkap didapatkan warna kuning, jernih, eritrosit 3-4
LPB, leukosit 4-5 LPB epitel 30-40 LBP, berat jenis 1015, PH 5, leukosit positif,
nitrit positif, protein negatif, glukosa normal, keton negatif, darah/eritrosit ++.
Diagnosa pasien adalah PNA sinistra, hipertensi grade I, sindroma dispepsia.
Pemberian ranitidin injeksi distop dan diganti dengan omeprazole injeksi 40 mg satu
kali sehari dan terapi lain dilanjutkan.
Pada perawatan hari kelima nyeri pinggang mulai berkurang. Keadaan umum
tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis. Tekanan darah 150/100 mmHg, Nadi
68x/menit, respirasi 20x/menit, suhu badan 37,2oC. Pada pemeriksan fisik didapatkan
nyeri tekan epigastrium dan nyeri ketok CVA sinistra. Diagnosa pasien adalah PNA
sinistra, hipertensi grade II, sindroma dispepsia. Pemberian terapi micardis dinaikan
dosis menjadi 80 mg diberikan sekali pada pagi hari
Pada perawatan hari kedelapan pasien mengeluh mual dan bab cair 3 kali.
Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis. Tekanan darah
150/90 mmHg, Nadi 89 x/menit, respirasi 20x/menit, suhu badan 36,8 oC. Pada
pemeriksan fisik didapatkan nyeri tekan epigastrium dan nyeri ketok CVA sinistra.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 10540/uL, eritrosit, 4,80x106,
hemoglobin 13,4 g/dL, hematokrit 39,9%, trombosit 252.000/uL, MCH 28 pg,
MCHC 34 g/dL, MCV 83 fl, DDR negatif. Diagnosa pasien adalah PNA sinistra,
hipertensi terkontrol, sindroma dispepsia dan GEA ec susp infeksi bakterial. Pasien
ditambahkan new diatabs tablet diberikan sehari tiga kali sekali minum dua tablet.
Pasien direncanakan pemeriksaan feses analisa.
Pada perawatan hari kesembilan pasien sudah tidak ada keluhan. Tekanan
darah 160/100 mmHg, Nadi 68x/menit, respirasi 20x/menit, suhu badan 37,2 oC.
Diagnosa PNA sinistra, hipertensi grade II, sindroma dispepsia, post GEA ec susp
infeksi bakterial . Pasien ditambahan amlodipine 5 mg sehari sekali pada malam hari
dan terapi lain dilanjutkan.
Pada perawatan hari kesepuluh sudah tidak ada keluhan. Keadaan umum
tampak baik, kesadaran compos mentis. Tanda vital tekanan darah 120/90 mmHg,
Nadi 72 x/menit, respirasi 19x/menit, suhu badan 37,0 oC. Diagnosa PNA sinistra,
hipertensi terkontrol, sindroma dispepsia, dan post GEA. Pasien diberikan terapi
ciprofloxacin 500 mg dua kali sehari, micardis 80 mg sekali sehari pada pagi hari,
amlodipin 5 mg sekali sehari pada malam hari, antasida sirup dua sendok makan tiga
kali sehari, omeprazole tablet 20 mg dua kali sehari, metoclorpamid tablet diberikan
tiga kali sehari jika perlu. Pasien direncanakan rawat jalan dan kontrol ke poli ginjal
hipertensi.
PEMBAHASAN
Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan
infeksi bakteri. Angka kejadian pielonefritis yaitu 280 kasus per 100.000 perempuan
dengan rentang umur 18 sampai 49 tahun. Insiden Perempuan sekitar lima kali lebih
banyak dibandingkan pria dirawat di rumah sakit dengan jumlah 11,7 : 2,4 rawat inap
per 10.000 kasus. Sebanyak 7% pasien memerlukan perawatan di rumah sakit.1,6
Patogenesis bakteriuri asimtomatik menjadi bakteriuri simtomatik dengan
presentasi klinis ISK tergantung dari patogenesitas bakteri dan status pasien sendiri
(host). Peranan patogenisitas bakeri yaitu dimana sejumlah flora saluran cerna
termasuk Escherichia coli diduga terkait dengan etiologi ISK. Penelitian melaporkan
lebih dari 170 serotipe O (antigen) E.coli yang pathogen. Patogenesitias E.coli terkait
dengan bagian permukaan sel polisakarida dari lipopolisakarin (LPG). Hanya IG
serotype dari 170 serotipe O/E. coli yang berhasil di isolasi rutin dari pasien ISK
klinis, diduga strain E.coli ini mempunyai patogenisitias khusus. Peneletian intensif
berhasil menentukan faktor virulensi E.coli dikenal sebagai virulensi determinalis.
Bakteri pathogen dari urin dapat menyebabkan presentasi klinis ISK tergantung juga
dari faktor lainnya seperti perlengketan mukosa oleh bakteri, faktor virulensi, dan
laboratorium
yang
dapat
dilakukan
untuk
menunjang
lapangan pandang besar pada urin yang di sentrifus. Infeksi saluran kemih dapat
dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak > 10 per mikroliter urin atau > 10.000 per
ml urin. Pada umumnya disebabkan oleh mikroorganisme yaitu Escherichia coli yang
paling sering diisolasi dari pasien dengan infeksi simtomatik maupun asimtomatik,
mikroorganisme lainnya yang sering ditemuka seperti Proteus spp (33% ISK anak
laki-laki berusia 5 tahun), Klebsiella spp, dan Stafilokokus dengan koagulase negatif
dan infeksi yang disebabkan Pseudomonas spp dan mikroorganisme lainnya seperti
Stafilokokus jarang dijumpai kecuali pasca kateterisasi. Semua pasien yang diduga
pielonefritis akut harus kultur urin dan uji resistensi antimikroba sebagai pedoman
penyesuaian regimen antimikroba awal (jika tidak ada perbaikan) dan pemilihan
terapi oral untuk pasien yang dirawat dengan terapi intravena. 9,10 Pada kasus
pemeriksaan urinalisa ditemukan eritrosit 3-4 LPB, leukosit 4-5 LPB epitel 30-40
LBP, berat jenis 1015, PH 5, leukosit negatif, nitrit positif, protein negatif, glukosa
normal, keton negatif, darah/eritrosit ++ dan telah direncanakan dilakukan kultur
urin.
Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan rawat inap untuk
memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit 48 jam. Pada
tahun 2010, the Infectious Diseases Society of America mengeluarkan pedoman
pengobatan sistitis dan pielonefritis akut tanpa komplikasi pada wanita. Pedoman ini
mencakup rekomendasi untuk regimen antimikroba pada pasien dengan pielonefritis
akut. Fluorokuinolon adalah golongan antimikroba yang biasanya dipakai dalam
masyarakat dimana prevalensi resistensi E. coli dimasyarakat adalah sekitar 10%.
Jika prevalensi resistensi fluorokuinolon pada organisme tidak melebihi 10%, pasien
tidak memerlukan rawat inap dapat diobati dengan ciprofloxacin oral 500 mg dua kali
per hari selama tujuh hari atau fluorokuinolon oral sehari sekali seperti ciprofloxacin
1.000 mg selama tujuh hari atau levofloxacin 750 mg selama lima hari. Ini dapat
diberikan dengan atau tanpa dosis intravena awal yang sesuai misalnya 400 mg
ciprofloxacin atau 500 mg levofloxacin. Dosis intravena awal yang tepat pada pasien
yang mengalami mual atau muntah. 10,11 Pada kasus ini telah diberikan ciprofloxacin
400 mg injeksi dua kali sehari selama 10 hari dan didapatkan perbaikan gejala.
Prognosis pielonefritis baik (penyembuhan 100%) bila memperlihatkan
penyembuhan klinik maupun bakteriologi terhadap antibiotika. Bila faktor-faktor
predisposisi tidak diketahui atau berat dan sulit dikoreksi maka sekitar 40% dari
pasien menjadi kronik.8 Pada pasien ini prognosis baik karena berespon dengan
pengobatan.
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg
sistolik dan/atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolic pada seseorang yang tidak
sedang makan obat antihipertensi. Klasifikasi menurut Joint National Committee VII
yaitu normal jika tekanan darah sistolik <120 mmHg dan diastolik <80 mmHg, prehipertensi jika tekanan darah sistolik 120-139 mmHg atau diastolik 80-89 mmHg,
hipertensi grade I jika tekanan darah sistolik 140-159 mmHg atau diastolik 90-99
mmHg dan hipertensi grade II jika tekanan darah sistolik 160 mmHg atau diastolik
100 mmHg. Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah yang
dilakukan minimal dua kali tiap kunjungan pada dua kali kunjungan atau lebih
dengan menggunakan cuff yang meliputi minimal 80% lengan atas pada pasien
dengan posisi duduk dan telah beristirahat 5 menit. Terapi yang diberikan yaitu
modifikasi gaya hidup, obat inisial dipilih berdasarkan hipertensi tanpa compelling
indication dimana pada hipertensi grade I dapat diberikan diuretik dan hipertensi
grade II dapat diberikan kombinasi 2 obat kemudian hipertensi tanpa compelling
indication.12.
perawatan diberikan micardis 80 mg sekali sehari pada pagi hari dan amlodipin 5 mg
sekali sehari pada malam hari
KESIMPULAN
Telah dilaporkan sebuah kasus pielonefritis akut sinistra disertai dengan
hipertensi dan sindroma dispepsia pada seorang perempuan 62 tahun. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis didapatkan nyeri pinggang yang menjalar ke
daerah perut, nyeri ulu hati disertai muntah, demam, dan lemah badan disertai pusing.
pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok kostovertebra sinistra, pemeriksaan
laboratorium didapatkan leukositosis, pemeriksaan urinalisa, leukosit dan nitrit
positif. Prognosis pada pasien dubia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sukandar E. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Dalam: Sudoyo AW,
Setiyobadi, Alwi I, Simadibrata M, Setiati, editor. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Ed. VI. Jilid II. Jakarta: Interna publishing;2006. H. 2129-37.
2. Ramakrishnan K, Scheid DC. Diagnosis and Management of Acute
Pyelonephritis in Adults. American Family Phisician. 2005;5:933-42.
3. Nicolle LE. Uncomplicated Urinary Tract Infection in Adults IncludingUnco
mplicated Pyelonephritis. Urol Clin N Am 2008;35:1-12. Wein, Kavoussi,
Novick, et al. Campbell-Walsh Urology Tenth Edition, 2012.
4. Wright KD,and Odle TG. Pyelonephritis. The Gale Encyclopedia of
Medicine. Detroit: Gale. 2006;4:3113-5.
5. Gupta K, Trautner BW. Urinary tract infection, pyelonephritis, and prostatitis.
Dalam: Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, et al,
editor. Harrisons Internal Medicine. 18th ed. Philadelphia: McGraw Hill;
2012.
6. Hooton TM, Gupta K. Acute uncomplicated cystitis and pyelonephritis in
women. International Clinical Prectice Guidelines for the Treatment of Acute
Uncomplicated Cystitis and Pyelonephritis in Women. Clin Infect Dis.
2011;52:103-7.
7. Joseph TD, et al. Pharmacotherapy: A PathophysiologicApproach. Ed. 18.
2011.
8. Warren JW, Abrutyn E, Hebel JR, et al. Guidelines for Antimicrobial
Treatment
of
Uncomplicated
Acute
Bacterial
Cystitis
and
Acute
10
11