Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Muhammad Yusuf
NIM S10029
ii
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, karena berkat rahmat Allah dan
petunjuk-petunjuknya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penanganan Kejang Demam
Menggunakan Audio Visual Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu
Dengan Anak Riwayat Kejang Demam Dalam penyusunan skripsi ini penulis
menyadari bahwa tanpa dorongan, bimbingan dan motivasi-motivasi dari berbagai
pihak niscaya penulis tidak akan mampu menulis skripsi ini dengan baik. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1.
Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si., selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta, yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
2.
Ibu Ns. Wahyu Rima Agustin, M.Kep., selaku ketua Program studi S-1
Keperawatan, yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada semua
mahasiswanya.
3.
Ibu Ns. Happy Indri Hapsari, M.Kep., selaku pembimbing I, yang telah
memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran,
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4.
Ibu Ns. Anita Istiningtyas, M.Kep., selaku pembimbing II, yang telah
memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran,
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5.
iv
6.
Bapak dan ibu dosen dan staf kepegawaian STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan segenap ilmu dan pengalamannya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7.
Kedua orang tua atas doa dan dukungan, baik moril maupun materiil selama
mengikuti pendidikan.
8.
9.
10. Semua pihak, yang tanpa mengurangi rasa terima kasih tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Tiada kata yang pantas penulis sampaikan kepada semuanya, kecuali ucapan
terimakasih yang tak terhngga serta iringan doa semoga amal baiknya
mendapatkan balasan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, 12 Juni 2014
Muhammad Yusuf
NIM S10029
DAFTAR ISI
vi
24
25
26
26
28
30
32
34
37
38
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden
44
45
46
46
47
vii
48
49
51
52
53
BAB VI PENUTUP
6.1. Simpulan
54
6.2. Saran
55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Keaslian penelitian
Tabel 3.1
Rancangan penelitian
Tabel 3.2
Definisi operasional
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Kerangka teori
Gambar 2.2
Kerangka konsep
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Jadwal penelitian
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lembar oponent
Lampiran 8
Lembar audience
Lampiran 9
xi
xii
Muhammad Yusuf
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penanganan Kejang Demam
Menggunakan Audio Visual Terhadap Tingkat Pengetahuan
Dan Sikap Ibu dengan Anak Riwayat
Kejang Demam
ABSTRAK
Kejang demam adalah peningkatan suhu tubuh diatas normal lebih dari
380C dan dapat berdampak serius seperti defisit neurologi, epilepsi, retardasi
mental dan gangguan perilaku. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pemberian pendidikan kesehatan tentang penanganan kejang demam
menggunakan audio visual terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu dengan
anak riwayat kejang.
Penelitian ini menggunakan metode quasy experiment non randomized
pretest-posttest with control group design. Sampel penelitian berjumlah 30
responden ibu dengan anak riwayat kejang demam. Penelitian ini menggunakan
uji marginal homogeneity dan mc nemar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan
dengan p value 0,001 dan sikap dengan p value 0,012. Pendidikan kesehatan
menggunakan audio visual dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu
dengan anak riwayat kejang demam karena menampilkan gerak, gambar dan suara
sehingga lebih menarik dan tidak monoton.
Kata Kunci: pendidikan kesehatan, audiovisual, pengetahuan, sikap, kejang
demam
Daftar Pustaka : 42 (2003-2012)
xiii
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
transier pada anak-anak yang terjadi bersamaan dengan demam. Keadaan ini
merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering dijumpai pada
anak-anak dan menyerang sekitar 4% anak. Anak laki-laki lebih sering
menderita kejang demam dengan insiden sekitar dua kali lipat dibandingkan
anak perempuan. Sekitar 30% sampai 40% anak-anak mengalami satu kali
kekambuhan (Wong 2009).
Angka kejadian kejang demam di Amerika Serikat dan di Eropa Barat
pada tahun 2004 berkisar antara 3%-4% (Brough dkk 2008). Angka kejadian
di Asia pada tahun 2004 dari seluruh kejang, 20% anak mengalami kejang
demam kompleks (Karimzadeh dalam Wardani 2012). Balita di Indonesia
16% diantaranya mengalami gangguan saraf dan otak seperti kejang-kejang,
gangguan pendengaran, kepala membesar dan lain-lain. (Depkes RI 2006).
Kejang demam sangat berhubungan dengan usia, hampir tidak pernah
ditemukan sebelum usia 6 bulan dan setelah 6 tahun (Hull 2008). Faktor
keturunan adalah salah satu faktor terbesar terjadinya kejang demam pada
anak (Wardani 2012). Kejang demam berulang terjadi pada 50% anak yang
menderita kejang demam pada usia kurang dari 1 tahun dan dapat
berkembang menjadi epilepsi (Behrman 2010). Risiko epilepsi dapat terjadi
setelah satu atau lebih kejang jenis apapun adalah 2% dan menjadi 4% bila
kejang berkepanjangan (Hull2008). Kejang demam dapat berdampak serius
seperti defisit neurologik, epilepsi, retradasi mental, atau perubahan perilaku
(Wong 2009). Penatalaksanaan pada anak saat mengalami kejang salah
satunya memposisikan miring dan tengadahkan kepala agar jalan nafas tetap
terjaga (Meadow 2005).
Pencegahan kejang demam pada anak sangat tergantung pada peran
orang tua khususnya ibu. Hasil penelitian penelitian terdahulu menunjukkan
bahwa 80% orang tua mempunyai fobia demam. Demam pada anak akan
membuat orang tua bingung karena anak cenderung rewel dan tidak bisa tidur
(Karnia 2007).
Hasil penelitian lain menunjukkan 57% orang tua takut saat anaknya
mengalami demam dan beranggapan anak akan mengalami kejang demam
(Tarigan, Chairul, & Syamsidah 2007). Orang tua memerlukan informasi
yang menenangkan mereka bahwa kejang demam bukan merupakan keadaan
yang sifatnya berbahaya dan anak tidak akan meninggal dunia pada saat
mengalami kejang demam. Pendidikan kesehatan mengenai cara melindungi
anak terhadap ancaman bahaya dan mengamati dengan tepat apa yang terjadi
pada anak selama kejang demam perlu dilakukan agar orang tua tidak panik
dan kebingungan (Wong 2009). Tingkat pengetahuan orang tua yang berbeda
dapat mempengaruhi pencegahan kejang demam pada anak saat anak
kesehatan
melalui
media
modul
lebih
efektif
Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian pendidikan kesehatan tentang penanganan kejang demam
menggunakan media audio visual terhadap tingkat pengetahuan dan sikap
pada orang tua di Desa Kandngsapi Kecamataan Jenar Kabupatean
Sragen.
1.4.2
penelitian
dapat
diaplikasikan
oleh
perawat
dalam
1.4.3
1.4.4
1.4.5
Metode
Hasil
Desain penelitian
menggunakan
quasi
experimental
dengan
rancangan
pretest-posttest
design
with
comparison
group.
Terdapat perbedaan
efek
penyuluhan
kesehatan
menggunakan
media cetak dengan
media audio visual
terhadap
peningkatan
pengetahuan
pasien tuberculosis.
Nama
Judul
Metode
Hasil
Nurr
setiawati
dewi
Pengaruh
pendidikan
kesehatan
terhadap
perubahan
pengetahuan dan
sikap
dalam
pencegahan
HIV/AIDS pada
pekerja
seks
komersial
Desain penelitian
menggunakan
quasi experiment
with
control
group.
Pendidikan
kesehatan sangat
efektif
untuk
meningkatkan
pengetahuan dan
sikap .
Tarigan,
Chairul,
Syamsidah
Pengetahuan,
sikap
dan
perilaku orang
tua
tentang
demam
dan
pentingnya
edukasi
oleh
dokter
Penelitian
ini
bersifat
deskriptif yang
menggambarkan
tentang
perilaku, sikap
orang
tua
terhadap demam
serta
perlunya edukasi
dari dokter
Kecemasan yang
berlebihan
dari
orangtua
disebabkan karena
edukasi
mereka
tentang
demam
tidak
memadai. Begitu
juga penanganan
dokter
terhadap
demam
pada anak sangat
bervariasi.
Diperlukan suatu
standar
edukasi
tentang
demam
untuk
dokter
dan
orangtua.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat bayi atau
anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat yang terjadi
pada suhu pada suhu lebih dari 380C (Pudiastuti 2011). Kejang
demam jarang terjadi setelah anak usia 5 tahun, anak laki-laki sering
menderita kejang demam dengan insiden sekitar dua kali lipat lebih
sering dibandingkan danak permpuan (Wong 2009)
Setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda-beda. Anak
dengan ambang kejang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 380C,
tetapi pada anak dengan ambang yang tinggi kejang baru akan terjadi
pada suhu 400C atau bahkan lebih. Kejang demam sering terjadi pada
anak dengan ambang kejang rendah (Sodikin 2012).
2.1.1.2
Klasifikasi
Kejang demam dibagi menjadi dua jenis, yaitu; kejang demam
komplek dan kejang demam sederhana. Kejang demam komplek
adalah kejang demam yang berlangsung selama lebih dari 15 menit
dan berulang dalam waktu singkat. Kejang demam sederhana adalah
kejang demam berlangsung kurang dari 15 menit dan tidak berulang
dalam 24 jam.
2.1.1.3
2.1.1.4
2.1.1.5
2.1.1.6
Penatalaksanaan
1.
Keperawatan
a. Saat serangan terjadi perhatikan jalan nafas, jika jalan nafas
tertutup segera buka jalan nafas.
10
Medis
a. Jika kejang berlanjut dapat diberikan diazepam melalui IV
(Intra Vena),IM (Intra Muskular) atau rektal.
(Sodikin 2012).
2.1.1.7
11
Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang
melakukan
penginderaan
terhadap
suatu
objek
tertentu.
pendengaran,
penciuman,
rasa
dan
raba
(Notoatmodjo 2003)
2. Tingkat pengetahuan
a.
Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat memori yang telah ada
sebelumnya.
b.
Memahami
Memahami artinya suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara
benar
tentang
yang
diketahui
dan
dapat
12
c.
Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.
d.
Analisis
Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan atau materi
atau suatu objek kedalam komponen komponen tetapi
masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu dengan yang lainnya.
e.
Sintesis
Sintesis adalah menunjukkan suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian dari
keseluruhan yang baru.
f.
Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
menilaian terhadap suatu objek tertentu.
(Notoatmodjo 2003).
13
formal
maupun
informal,
ahli
agama,
14
15
1) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada
disekitar
manusia
dan
dapat
berpengaruh
pada
2.1.2.2
Sikap
1. Pengertian
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek (Wawan & Dewi 2011).
2. Komponen Sikap
a. Komponen kognitif
Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu
pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan
stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat
16
disamakan
penanganan
terutama
apabila
menyangkut
yang
mungkin
mengubah
sikap
seseorang.
c. Komponen konatif
Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai
dengan
sikap
yang
dimiliki
oleh
seseorang
yang
17
c. Menghargai
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih
dengan segala risiko adalah yang mempunyai sikap paling
tinggi.
4. Faktor yang mempengaruhi sikap
a. Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap
seseorang, lingkungan yang baik akan membentuk perilaku
yang baik sementaran lingkungan yang buruk akan
membentuk perilaku yang buruk. Contoh dari lingkungan
yaitu: rumah, pekerjaan, media, tradisi dan lain-lain.
b. Pengalaman
sangat
peristiwa-peristiwa
mempengaruhi
sangat
sikap
mempengaruhi
seseorang,
pola
pikir
18
Pengertian
Pendidikan kesehatan adalah suatuproses untuk memampukan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan sehingga
mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo 2005).
2.1.3.2
Metode
1. Metode perorangan
Metode perorangan bersifat individu digunakan untuk membina
perlaku baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada
suatu perubahan perilaku.
2. Metode kelompok
Metode kelompok dibedakan menjadi dua yaitu kelompok besar
dan kelompok kecil. Kelompok besar adalah apabila peserta
penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Kelompok kecil adalah
apabila peserta kurang dari 15 orang.
3. Metode massa
Metode massa adalah metode yang penyampaian pesan ditujukan
kepada masyarakat umum dan tidak membedakan umur, jenis
kelamin, pekerjaan, status sosial, tingkat pendidikan dan
sebagainya.
(Notoatmodjo 2003)
19
2.1.3.3
dan
alat
bantu
yang
tidak
diproyeksikan
(Notoatmodjo 2012).
2. Alat bantu dengar (audio aids)
Alat bantu dengar adalah alat yang membantu untuk
menstimulasi indra pendengar pada waktu proses penyampaian
bahan pendidikan/pengajaran, misalnya piringan hitam, radio, pita
suara dan lain-lain (Notoatmodjo 2012).
3. Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids)
Alat bantu audio visual adalah alat yang digunakan oleh
petugas dalam menyampaikan bahan, materi atau pesan kesehatan
melalui alat bantu lihat-dengar, seperti televisi, video cassette dan
DVD. Indra yang paling banyak menyalurkan pengetahuan
kedalam otak adalah mata. Kurang lebih 75%-87% pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata sedangkan 13%-25% lainnya
tersalur melalui indra yang lain (Notoatmodjo 2012).
Media audio visual dapat merangsang hasil belajar yang
lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali
(Rahmawati,
Toto
&
ira
2007).
Pendidikan
kesehatan
20
mempermudah
penerimaan
informasi
oleh
21
Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan medis
dengan
media
audiovisual
Dengan
media
visual aids
dengan
media
audio aids
Dampak
1. Defisitt
neurologik
2. Epilepsi
3. Retradasi
mental
Pendidikan kesehatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pendidikan
Pekerjaan
Umur
Budaya
Lingkungan
Pengalaman
Informasi
Pengetahuan
orang tua
Sikap Orang
tua
22
Variabel independen
Pendidikan kesehatan media
audio visual
Variabel dependen
Sikap orang tua
dengan anak riwayat
kejang demam
Variabel perancu
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Umur
23
2.4
Hipotesis Penelitian
H0 : Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang kejang demam
menggunakan media audio visual terhadap tingkat pengetahuan dan
sikap orang tua dengan anak riwayat kejang demam.
Ha : Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang kejang demam
menggunakan media audio visual terhadap tingkat pengetahuan dan
sikap orang tua dengan anak riwayat kejang demam.
BAB III
METODOLOGI
Pre-test
Perlakuan
Post-test
OX-A
OX-B
Keterangan:
A
: Kelompok perlakuan
: Kelompok kontrol
: Tidak
mendapatkan
perlakuan
pendidikaan
24
kesehatan
25
Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Nursalam 2011). Sampel pada penelitian ini adalah orang tua
dengan anak riwayat kejang demam di Desa Kandangsapi, Kecamatan
Jenar, Kabupaten Sragen dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
1. Mampu berbahasa Indonesia
2. Orang tua dengan anak riwayat kejang demam usia <5 tahun
Kriteria eksklusi orang tua dengan anak riwayat kejang demam dengan:
1. Mengalami gangguan penglihatan dan pendengaran
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik non probability
sampling dengan jenis sampel jenuh yaitu penentuan sampel dengan
mengambil semua anggota populasi sebagai sampel. Lima belas sampel
untuk kelompok kontrol dan lima belas sampel kelompok perlakuan,
pemilihan sampel disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang
telah dibuat.
26
Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar,
Kabupaten Sragen.
3.3.2
Waktu penelitian
Penelitian dilakukan selama 1 bulan, pengambilan data dilakukan pada
tanggal 14 April 2014 sampai dengan tanggal 14 Mei 2014.
27
Variabel
Definisi
Alat
ukur
Variabel dependen
Tingkat
Hasil dari orang tua Kuesio
pengetahuan
menjawab kuesioner.
ner
Sikap
Indikator
Skala data
Penilaian
Ordinal
dilakukan
dengan
cara
jumlah jawaban
benar
dibagi
jumlah
soal
dikali 100.
Baik : >76
Cukup: 56-75
Kurang: <56
Pre test
Nominal
Perlakuan
1. Sikap positif
>37,26
2. Sikap negatif
<37,26
Kontrol
1. Sikap positif
>36,73
2. Sikap negatif
<36,73
Post test
Perlakuan
1. Sikap positif
>47,93
2. Sikap negatif
<47,93
Kontrol
1. Sikap positif
>37,06
2. Sikap negatif
<37,06
Variabel
Perancu
Pendidikan,
1. Tidak
sekolah
2. SD
3. SMP
4. SMA
5. Perguruan
tinggi
Ordinal
28
Variabel
Pekerjaan
Umur
Alat
Indikator
Skala data
ukur
Kesibukan
yang kuesion 1. Pegawai/
Nominal
dilakukan orang tua er
karyawan
yang dilakukan setiap
2. Wiraswasta
hari.
3. Ibu
rumah
tangga
Usia
responden Kuesio 1. 19 tahun- 23 Ordinal
tahun
dihitung berdasarkan ner
2. 24 tahun- 27
ulang tahun terakhir
tahum
yang telah dijalani
3. 28 tahun- 31
saat penelitian
tahun
Definisi
Alat penelitian
Alat penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar
kuesioner pengetahuan dan sikap yang dibuat oleh peneliti dan alat bantu
audio visual seperti laptop dan speaker aktif untuk kelompok perlakuan
dan untuk kelompok kontrol menggunakan lembar kuesioner yang dibuat
oleh peneliti dan leaflet. Kuesioner pengetahuan berisi 13 pertanyaan,
pernyataan positif dengan jumlah 10 dan negatif 3. Pernyataan positif
diberikan nilai 1 jika benar dan 0 jika salah, sedangkan pernyataan negatif
diberikan nilai 1 jika salah dan nilai 0 jika benar. Pertanyaan valid adalah
soal nomor 1, 2, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 14, 18, 19 dan 20. Kuesioner sikap
berisi pernyataan positif semua dengan jumlah pernyataan sebanyak 14
pernyataan valid yaitu nomor 1, 2, 4, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 16, 18, 19, dan
20.
29
3.5.2
30
Validitas
Uji validitas menggunakan rumus Pearson product moment, setelah itu
diuji dengan menggunakan uji t dan baru dilihat penafsiran dari indeks
korelasi. Untuk t = 0,05 derajat kebebasan. Jika nilai t hitung > t tabel
berarti valid dan jika t hitung < t tabel maka tidak valid (Hidayat 2007).Uji
validitas dilakukan di Desa Dawung Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen
dengan menggunakan 30 responden.
Rumus Pearson product moment:
koefisien korelasi
= jumlah responden
31
3.6.2
Reliabilitas
Reliabilitas digunakan untuk mengukur apakah alat ukur dapat digunakan
atau tidak. Uji reliabilitas yang digunakan adalah Cronbachs alpha. Uji
Cronbachs alpha dapat digunakan pada tes yang respon terhadap item
yang diberi skor dikotomi (skor 0 atau 1) maupun terhadap item skor
bukan dikotomi (misal skor 1 sampai 4) (Azwar 2012). Kuesioner
dianggap reliabel apabila nilai alpha 0,7 (Priyanto 2012).
Rumus Cronbachs Alpha :
Keterangan:
= Reliabilitas instrumen
= banyaknya soal
= Varian total
32
Coding
Coding yaitu kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam
pemberian kode di buat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku
(code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu
kode dari suatu variabel. Kode diberikan pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontol (Hidayat 2007). Tingkat pengetahuan diberkan kode 1
jika baik, 2 jika cukup dan 3 jika kurang, sedangkan untuk sikap diberikan
kode 1 jika sikap positif dan 2 jika sikap negatif.
33
3.7.4
34
Prinsip manfaat
1. Bebas dari penderitaan
penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan
kepada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.
35
36
3.8.3
Prinsip keadilan
1. Hak jaga kerahasiaannya (right to privacy)
subjek mempunyai hakuntuk meminta bahwa data yang diberikan
harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan
rahasia (confidentiality).
2. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)
Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan
sesudah keikutsertaanya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi
apabila ternyata mereka tdak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden
Karakteristik responden meliputi umur, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan
dan sikap. Variabel pengetahuan, sikap, pendidikan, pekerjaan dan umur
dijelaskan menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran presentase atau
proporsi.
Tabel 4.1 Distribusi responden menurut umur
Variabel
Kontrol
(n=15)
Perlakuan
(n=15)
Total
(n=30)
19-23 Tahun
13,3
6,7
10
24-27 tahun
46,7
6,0
16
53,3
18-31 Tahun
40,0
33,3
11
36,7
Total
15
100
15
100
30
100
Umur
Sebagian besar rerata umur responden adalah 24-27 tahun yaitu sebanyak
53,3%.
37
38
39
\Tabel 4.3 Pengetahuan dan sikap ibu dalam penatalaksanaan kejang demam
sebelum dilakukan pendidikan kesehatan pada kelompok perlakuan dan kontrol
Kontrol
Perlakuan
Variabel
P Value
F
%
F
%
Pengetahuan
Baik
0
0
2
13,3
Cukup
5
33,3
10
66,7
0,998
Kurang
10
66,7
3
20
Total
15
100
15
100
Sikap
Positif
7
46,7
5
66,7
0,608
Negatif
8
53,3
10
33,3
15
100
15
100
40
4.2.2
Tabel 4.4 Pengetahuan dan sikap ibu dalam penatalaksanaan kejang demam
setelah dilakukan pendidikan kesehatan pada kelompok perlakuan dan kontrol
Kontrol
Perlakuan
Variabel
P Value
F
%
F
%
Pengetahuan
Baik
0
0
14
93,3
Cukup
6
40
1
6,7
0,398
Kurang
9
60
0
0
Total
15
100
15
100
Sikap
Positif
9
60
14
93,3
0,400
Negatif
6
40
1
6,7
Total
15
100
15
100
41
4.2.3
Tabel 4.5 Distribusi perbedaan pengetahuan ibu tentang penanganan anak dengan
kejang demam pada kelompok perlakuan
Pengetahuan
sesudah
pendidikan kesehatan
Total
P
Baik
Cukup Kurang
2
0
0
2
Pengetahuan
sebelum Baik
pendidikan kesehatan
Cukup 10
0
0
10
0,001
Kurang 2
1
0
3
Total
14
1
0
15
pendidikan
kesehatan
adalah
baik.
Hasl
uji
statistik
Tabel 4.6 Distribusi perbedaan sikap ibu tentang penanganan anak dengan
kejang demam pada kelompok perlakuan
Sikap sesudah
pendidikan kesehatan Total P
Positif
Negatif
Sikap sebelum pendidikan
Positif
4
1
5
kesehatan
0,012
Negatif 10
0
10
Total
14
1
15
Hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata sikap responden sebelum
diberikan pendidikan kesehatan adalah negatif sedangkan rata-rata setelah
dilalukan pendidikan kesehatan adalah positif. Hasil uji statistik
menggunakan uji mc nemar didapatkan p=0,012 (p<0,05) yang berarti
42
Tabel 4.8 Distribusi perbedaan sikap ibu tentang penanganan anak dengan
kejang demam pada kelompok kontrol
Sikap
sesudah
pendidikan kesehatan
Total P
Positif
Negatif
Sikap sebelum pendidikan
Positif
5
2
7
kesehatan
1,000
Negatif 1
7
8
Total
6
9
15
43
BAB V
PEMBAHASAN
Usia
Sebagian besar usia ibu di Desa Kandangsapi Kecamatan Jenar
Kabupaten
Sragen
adalah
24-27
tahun.
Usia
seseorang
akan
Pendidikan
Hasil analisa yang didapat sebagian besar
ibu di Desa
44
45
Pekerjaan
Hasil analisa yang didapat sebagian besar
ibu di Desa
5.2 Perbedaan
46
5.3 Perbedaan sikap ibu tentang penanganan kejang demam sebelum dilakukan
pendidikan kesehatan
Hasil analisa sikap sebelum dilakukan pendidikan kesehatan diketahui
bahwa nilai p value 0,608 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan sikap
pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Ini berarti bahwa terdapat
kesamaan sikap antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Faktorfaktor yang dapat mempengaruhi sikap kedua kelompok adalah pengalaman,
pendidikan, pekerjaan, usia dan informasi yang didapatkan ibu sehingga
berpengaruh pada sikap (Tjandra 2004; Wawan & Dewi 2011).
47
dari beberapa faktor seperti informasi yang didapatkan bisa dari media massa
dan elektronik atau informasi yang diterima dari tenaga kesehatan (Tjandra
2004). Banyak media elektronik dengan harga murah dan menyediakan fitur
internet yang bisa diakses oleh siapapun sehingga mendapatkan informasi
yang dibutuhan. Selain itu acara televisi seperti talk show dengan mengundang
pakar yang bisa dilihat dipedesaan maupun perkotaan sehingga informasi
dapat disampaikan dengan mudah tanpa harus mengeluarkan biaya lebih
.
5.5 Perbedaan sikap ibu tentang penanganan kejang demam setelah dilakukan
pendidikan kesehatan
Perbedaan sikap antara kelompok kontrol dan pengetahuan diketahui p
value 0,400 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan sikap antara
kelompok kontrol dan perlakuan. Faktor yang mempengaruhi sikap kedua
kelompok adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap
penting, pengaruh kebudayaan, media massa, agama, dan faktor emosional
dan pendidikan non formal maupun formal (Azwar 2011, Tjandra 2004).
Tidak semua informasi dapat mempengaruhi sikap. Informasi yang dapat
mempengaruhi sikap sangat tergantung pada isi, sumber, dan media informasi
yang bersangkutan. Dilihat dari segi isi informasi, bahwa informasi yang
menumbuhkan dan mengembangkan sikap adalah berisi pesan yang bersifat
persuasif. Dalam pengertian, pesan yang disampaikan dalam proses
komunikasi haruslah memiliki kemampuan untuk mempengaruhi keyakinan
sasaran didik (Simamora 2009).
48
49
antusiasme
msyarakat
untuk
mendapatkan
informasi
(Kumboyono 2011).
Pemilhan audiovisual sebagai media pendidikan kesehatan dapat diterima
dengan baik oleh responden, media ini menampilkan gerak, gambar dan suara
sehingga lebih menarik dan tidak monoton. Penelitian yang mendukung
menunjukkan
terdapat
perbedaan
menggunakan
filpchart
dan
antara
pemutaran
metode
video
ceramah
dalam
dengan
meningkatkan
pengetahuan dan sikap terhadap IMD (Zulkarnain dkk 2009). Penelitian lain
yang mendukung adalah terdapat pengaruh pemberian pendidikan kesehatan
dengan media audio visual terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam
penatalaksanaan balita dengan diare (Kapti 2010).
5.7 Perbedaan sikap ibu tentang penanganan kejang demam kelompok perlakuan
Kelompok perlakuan memiliki rata-rata sikap negatif sebelum dilakukan
pendidikan kesehatan yaitu sebesar 66,7% dan 93,3% setelah diberikan
pendidikan kesehatan. Perbedaan sikap ibu sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan meningkat 26,6%. Peningkatan sikap ini menunjukkan
adanya perbedaan yang bermakna sikap ibu tentang penanganan kejang
demam pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan p value 0,012(p<0,05).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati
(2007) yang menggunakan media video sebagai media penyuluhan kesehatan.
50
51
60%
menarik,
sedangkan
kelompok
media
audio
visual
lebih
52
(Ilmas
2011).
5.9 Perbedaan sikap ibu tentang penanganan kejang demam kelompok kontrol
Kelompok perlakuan memiliki rata-rata sikap positif sebelum dilakukan
pendidikan kesehatan yaitu sebesar 46,7% dan 60% setelah diberikan
pendidikan kesehatan. Perbedaan sikap ibu sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan meningkat 13,3%. Peningkatan sikap ini menunjukkan
tidak ada perbedaan yang bermakna sikap ibu tentang penanganan kejang
demam pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan p value 1,000 (p<0,05). Peningkatan sikap pada kelompok kontrol
lebih sedikit dibangingkan peningkatan sikap pada kelompok perlakuan. Hal
ini dipengaruhi dengan penggunaan media. Penggunaan media leaflet dirasa
kurang menarik karena tidak mempunyai efek visual dan cenderung
membosankan. Seseorang
belajar
sangat
sedikit
ketika
mereka
mendengarkan atau melihat saja, tetapi mereka belajar sedikit lebih ketika
melihat dan mendengar apa yang mereka harus pelajari (Efendi&makhfudli
2009).
Selain itu leaflet merupakan cara yang tidak memadai dalam mendorong
perubahan prilaku atau sikap. Leaflet dapat menimbulkan kesadaran akan
53
Keterbatasan penelitian
Kesulitan
pada
penelitian
ini
terletak
pada
pengumpulan
data.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendatangi responden satu per satu
dengan jumlah sebanyak 30 responden. Hal itu dikarenakan luasnya wilayah
yang diteliti oleh peneliti dan kesibukan masing-masing responden sehingga
tidak mungkin untuk di kumpulkan dalam satu tempat. Penelitian selanjutnya
bisa mengambil responden di rumah sakit sehingga tidak menyulitkan peneliti.
Kelemahan pada responden adalah kurang kondusifnya lingkungan ruangan.
Hal ini dikarenakan rumah responden tidak memiliki ruangan khusus untuk
dilakukan pendidikan kesehatan menggunakan audio visual sehingga
penyampaian pendidikan kesehatan kurang maksimal.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
6.1.1
Karakteristik usia ibu dengan anak riwayat kejang demam berusia 27-24
tahun sebagan besar peerjaan ibu dengan anak riwayat kejang demam
adalah swasta dan rata-rata tingkat pendidikan ibu dengan anak riwayat
kejang demam adalah SMA.
6.1.2
6.1.3
6.1.4
54
55
6.2 Saran
6.2.1
Masyarakat
Masyarakat
dapat
memberikan
gambaran
dan
mengaplikasikan
Pelayanan kesehatan
Perawat, tim medis dan tenaga kesehatan lain dapat menggunakan media
penyuluhan kesehatan berupa audiovisual dalam kegiatan pendidikan
kesehatan dalam upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu
serta meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak baik di tingkat
puskesmas maupun Rumah Sakit.
6.2.3
Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dimasukkan dalam materi tentang media
pendidikan
kesehatan
sehingga
meningkatkan
praktikum
tentang
Peneliti lain
Penelitian ini dapat dikembangkan oleh peneliti lain dengan mengubah
metode penelitian. Misalnya membandingkan efektifitas pendidikan
kesehatan dengan menggunakan audio visual dan pendidikan kesehatan
dengan demonstrasi, sehingga masyarakat tidak hanya melihat dan
mendengarkan tetapi juga dapat mempraktekkannya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, RE & RM, Kliegman 2010, Nelson esensi pediatri edisi 4, EGC,
Jakarta.
Brough, H dkk 2008, Rujukan cepat pediatric & Kesehatan anak, EGC, Jakarta.
Dahlan, M.S 2008, Statistik untuk kedokteran dan kesehatan edisi 5, Salemba
medika, Jakarta.
Depkes 2006, 16 persen balita di indonesia alami gangguan perkembangan saraf,
diakses 11 Novenber 2013 < http://www.depkes.go.id/index.php.>.
Dewi, NS 2008,Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan pengetahuan
dan sikap dalam mencegah HIV/AIDS pada pekerja seks komersial,
Media Ners, Vol. 2, No. 1, Hal 15-22, diakses 12 Desember 2013,
<http://ejournal.undip.ac.id/index.php/medianers/article>.
Efendi, F & Makhfudli, Keperawatan kesehatan komunitas, Salemba Medika,
Jakarta
Gibney, M.J dkk 2009, Gizi kesehatan msayarakat, EGC, Jakarta.
Herjajulianti, E dkk 2003, Pendidikan kesehatan gigi, EGC, Jakarta.
Hidayat 2007, Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data, Salemba
medika, Jakarta.
Hull, D & Joohnston DI 2008, Dasar-dasar pediatri.edisi 3, EGC, Jakarta.
Ilmas, T.H.A 2011. Kesesuaian media promosi kesehatan penyakit tropis
demam berdarah oleh dinas kesehatan surabaya, Jurnal Promkes,vol.1.
No.2.
Indonesiatvshow 2013, dr oz indonesia eps pertolongan kejang demam anak.
Video, diakses 1 maret 2014, http://www.youtube.com/watch?v=uY0HCjfl6Rk.
Karnia, N 2007,Penatalaksanaan demam pada anak, diseminarkan pada siang
klinik penanganan kejang pada anak, Bandung, 12 Februari 2007, diakses
http://pustaka.unpad.ac.id/wp20
November
2013
content/uploads/2010/02
Kapti, E.R 2010,efektifitas audiovisual sebagai media penyuluhan Kesehatan
terhadap peningkatan pengetahuan dan Sikap ibu dalam tatalaksana balita
dengan diare Di dua rumah sakit kota malang, tesis, Universitas Indonesia,
Depok.
Kumboyono 2011, Perbedaan Efek Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media
Cetak dengan media Audio Visual terhadap Peningkatan Pengetahuan
Pasien Tuberkulosis, Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Vol. 7,
No.
1,
Hal
9-25.
diakses
25
November
2013
<
http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/>.
Meadow, R & Simon Nl 2005, Lecture notes pediatrika, Erlangga, Jakarta.
Mubarak, W.I 2007, Promosi Kesehatan, Graha ilmu, Yogyakarta.
Notoatmodjo, S 2003, Ilmu kesehatan masyarakat, Rineka cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, S 2005, Promosi kesehatan teori dan aplikasi, Rineka cipta,
Jakarta.
Notoatmodjo, S 2012, Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan, Rineka cipta,
Jakarta.
Nursalam 2011, Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan
pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan, Salemba
medika, Jakarta.
Priyatno, D 2012, Belajar praktis analisis parametrik dan non parametrik dengan
spss, Penerbit gava media, Yogyakarta.
Pudiastuti, RD 2011, Waspasai penyakit pada anak, Indeks, Jakarta.
Purnama, Y, Eddy F, Nanan S 2008, Pengaruh pengetahuan terhadap sikap ibu
mengenai imunisasi ulang difteri-tetanus, Sari Pediatri, Vol.10, No. 2,
Hal. 117-121.
Putriani, Nasria 2010 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja
tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Mojogedang, Skripsi,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Rahmawati, I, Toto S, Ira P 2007, Pengaruh penyuluhan dengan audio visual
terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu balita gizi
kurangdan buruk di kabupaten kotawaringi barat propinsi kalimantan
tengah,Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol. 4, No.2, Hal. 66-77.
Riandita, A 2012, Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang demam
dengan pengelolaan demam pada anak, Jurnal Medika Muda, diakeses
15 November 2013 <http://eprints.undip.ac.id/37333/>.
Saubers, N 2011, Semua yang harus anda ketahui p3k, palmall, Yogyakarta.
Saifudin, A 2011. Sikap manusia:teori dan pengukurannya (Edisi 2),Pustaka
pelajar, Yogyakarta.
Sifuddin, A 2012, Reliabilitas dan validitas edisi 4, Pustaka belajar, Yogyakarta.
Saryono, Mekar D.A 2012, Metodologi penelitian kualitatif kuantitatif dalam
bidang kesehatan, Noha Medika, Yogyakarta.
Simamora, H.R 2009, Buku ajar pendidikan dalam keperawatan, EGC, Jakarta.
Sodikin