Professional Documents
Culture Documents
Di susun oleh :
Nama : Nurdianae
Nim : Po.62.24.2.13.130
Adalah seluruh janin telah di lahirkan dengan lengkap, uterus lebih kecil dari
umur kehamilan dan cavum uteri kosong
e. Missed abortion
Adalah keadaan di mana janin telah mati sebelum minggu ke-20 tetapi tertanam
di dalam rahim selama beberapa minggu setelah janin mati
f. Abortus habitualis
Adalah abortus yang berulang dan berturut-turut terjadi ,sekurang-kurangnya 3x
berturut-turut(Feryanto 2012:41-42).
Tanda dan Gejala Abortus
Gejala Dini
1. Tidak enak badan ; merasa lemas atau tidak fit seperti hari-hari sebelumnya
2. Perut tidak nyaman, kepala pusing atau terasa limbung
3. Mimisan
Gejala Umum
1. Ibu hamil kehilangan tanda-tanda kehamilan,seperti tegangnya payudara di
sertai pusing dan tubuh terasa loyo
2. Nyeri di bagian tengah perut dan bertambah parah dan berlanjut lebih dari
sehari
sangat.
3. Pendarahan yang cukup banyak,seperti saat menstruasi atau dalam satu
jam bisa menghabiskan lebih dari dua pembalut.
4. Ibu mengeluarkan gumpalan berwarna merah muda atau ke abu-abuan dari
vagina.
5. Punya riwayat keguguran dan saaat hamil sekarang mengalami pendarahan
atau kejang atau kedua-duanya
1. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus ialah sebai berikut:
a. Kelainan Kromosom
Kromosom adalah komponen mikrokopis dari setiap sel dalam tubuh yang
membawa semua bahan genetik yang menentukan warna rambut,warna
mata, dan tampilan secara keseluruhan dan tata rias
b. Faktor Hormonal
Faktor hormonal dapat di kaitkan dengan peningkatan resiko abortus
spontan,termasuk penyakit tyroid. Fungsi yang tidak memadai korpus
luteum di ovarium (yang menghasilkan progesteron yang di perlukan untuk
pemeliharaan tahap awal kehamilan) dapat menyebabkan abortus spontan.
c. Infeksi
Ibu yang terinfeksi dengan sejumlah besar organisme yang berbeda telah di
kaitkan dengan peningkatan risiko abortus spontan. Jenis atau plasenta yang
terinfeksi oleh organisme yang kemudian menyebabkan abortus spontan.
d. Gaya hidup
Meroko dapat meningkatkan resiko abortus, dan beberapa studi menunjukan
bahwa resiko abortus spontan meningkat dengan ayah perokok (Fauziah,
2010:136-140).
2. Patofisologis
Abortus biasanya di sertai dengan pendarahan di dalam desi dua basalis yang
di ikuti oleh kematian jaringan di sekitarnya (nekrosis). Nekrosis jaringan sekitar
desidua basalis menyebabkan terlepasnya hasil konsepsi sebagian atau
seluruhnya sehingga sebagian yang merupakan benda asing dalam uterus.
Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut.
3. Diagnosis
abortus dapat di duga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh
tentang pendarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat, sering pula
terdapat rasa mules. Kecurigaan tersebut dapat di perkuat dengan di tentukannya
kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dengan test kehamian secara
biologis/imunologi bilamana hal itu di kerjakan harus di perhatikan macam dan
banyaknya pendarahan,pembukaaan serviks,adanya jaringan dalam cavum
uterus/vagina (Sujiatini,2009:30)
4. Komplikasi
Menurut Mukyam 2010:273.komplikasi pada ibu dan janin yang mungkin
terjadi pada hamil muda ialah sebagai berikut :
a. Pendarahan
b. Hipertensi gravidarum
c. Nyeri perut di bagian bawah
5. Penatalaksana
1. Perbaiki keadaan umum (seperti infus,tranfusi,dan atasi syok septik bila
2.
3.
4.
5.
ada)
Possisi powler
Antibiotik yang adekuat (untuk bakteriaerob dan anaerob)
Uterotonik
Pemberian antibiotik selama 24 jam intravena dilanjutkan dengan evakuasi
digital atau kuret tumpul.
diluar
rahim
misalnya
dalam
tuba,ovarium,atau rongga perut. Akan tetapi akan dapat juga terjadi di dalam
rahim di tempat yang lur biasa ,misaalnya dalam serviks, pars interstisialis tuba
Pada ruptur tuba seluruh telur dapat melalui robekan dan masuk ke dalam kavum
peritoneum, telur yang keluar dari tuba itu sudah mati.
Bila hanya janin yang melalui robekan dan plasenta tetap melekat pada dasarnya,
kehamilan dapat berlangsung terus dan berkembang sebagai kehamilan abdominal.
Oleh karena pada awalnya merupakan kehamilan tuba dan baru kemudian menjadi
kehamilan abdominal,kehamilan ini di sebut kehamilan abdominal sekunder.
Plasentanya kemudian dapat meluas ke dinding belakang uterus, ligamentum
latum, omentum, dan usus.
Jika insersi dari telur pada dinding bawah tuba,ruptur terjadi ke dalam ligamentum
latum. Kelanjutan dari kejadian ini ialah telur mati dan terbentuknya hematom di
dalam ligamentum latum atau kehamilan berlangsung terus di dalam ligamentum
latum.
Kehamilan tuba abdominal ialah kehamilan yang asalnya pada ujung tuba dan
kemudian tumbuh ke dalam kavum peritoneum.
Yang dinamakan kehamilan tuba-ovarial ialah kehamilan yang asalnya ovarial atau
tuba, tetapi kemudian kantongnya terjadi dari jarigan tuba maupun ovarium.
Gejala
Kehamilan ektopik biasanya baru memberikan gejala-gejala yang jelas dan
khas kalau sudah terganggu dan kehamilan ektopik yang masih utuh, gejalagejalanya sama dengan kehamilan muda yang intauterin.
Kalau kita bicara tentang gejala kehamilan ektopik biasanya yang di maksud ialah
kehamilan ektopik yang terganggu.
Kisah yang khas dari kehamilan ektopik terganggu ialah seorang wanita yang
sudah terlambat haidnya, sekonyong-konyong nyeriperut kadang-kadang jelas
lebih nyeri sebelah kiri atau sebelah kanan. Selanjutnya pasien pusing, dan
kadang-kadang pingsan, sering keluar sedikit darah per vaginam.
Gejala-gejala yang terpenting adalah
1. Nyeri perut
2. Amenore
3. Pendarahan pervaginam
4. Syok karena hivolemi
5. Pembesaran uterus
6. Perubahan darah
Etiologi
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari
indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor-faktor yang
di perkirakan sebagai penyebabnya adalah :
1. Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan pada
motilitas saluran telur
2.
3.
4.
5.
6.
7.
ke uterus terlambat.
8. Operasi plastik pada tuba
9. Abortus buatan
Diagnosis
Walaupun diagnosanya agak sulit di lakukan, namun beberapa cara ditegakan
antara lain dengan melihat :
1. Anamnesi dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamiln muda,dapat ada atau
tidak ada pendarahan per vaginam, ada nyeri perut kana/kiri bawah. Berat
atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam
peritoneum.
2. Pemeriksaan fisik
a. Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa
b. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi pucat dan
ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu erut tegang
bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
c. Pemeriksaan ginekologis
3. Pemeriksaan dalam
Serviks teraba lunak,nyeri tekan, nyeri pada uterus kana dan kiri
4. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium : Hb, leukosit, urin B-hCG (+). Hemoglobin
menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat
meningkat.
b. USG : tidak ada kantung kehamilanndalam kavum uteri
c. Adanya massa komplek di rongga panggul
5. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaaan untuk mengetahui apakah
dalam kavum douglas ada darah.
6. Diagnosis psti hanya ditegakan dengan laparatomi
7. Ultrasonografi berguna pad pada 5-10 % kasus bila ditemukan
kantong gestasi diluar uterus.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul akibat kehamilan ektopik , yaitu :
Ruptur tub, atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat
menyebabkan perdarahan masif, syok, Dic, dan kematian.
pembuahan terjadi oleh dua buah sperma 23X dan 23Y (dispermi) sehingga
terjadi 46 XX atau 46XY. Di sini, MHK bersifat heterozigot, tetapi tetap
androgenetik dan bisa terjadi, walaupun sangat jarang terjadi hamil kembar
dizigotik, yang terdiri dari satu bayi normal dan satu lagi MHK Mola hidatidosa
parsial (MHP)-seperti pada MHK, tetapi di sini masih ditemukan embrio yang
biasanya mati pada masa dini. Degenerasi hidropik dari vili bersifat setempat,
dan yang mengalami hiperplasi hanya sinsitio trofoblas saja. Gambaran yang
khas adalah crinkling atau scalloping dari vili dan stromal trophoblastic
inclusions.
Tanda dan Gejala
1. Pendarahan pervaginam, dengan warna coklat gelap sampai merah
terang pada trimester pertama. Ini merupakan tanda yang paling
2.
3.
4.
5.
sering
Mual dan muntah, hyperemesis gravidarum
Adanya cairan kista seperti anggur, ovarian theca luteal
Adanya tekanan atau sakit di panggul, tetapi jarang terjadi
Pada USG tampak gambaran badai salju Snow
Storm
1. Umur
2. Etnik
3. Genetik
4. Gizi
Diagnosis
Kehamilan mola hidatidosa dapat diperkirakan bila ditemukan hal-hal tersebut
dibawah ini :
1. Amenore
2. Pendarahan pervaginam
3. Uterus lebih besar
4. Tidak ditemmukan tanda pasti kehamilan
5. Kadar -hCG yang tinggi
Penentuan diagnostik dilakukan dengan USG, yaitu ditemukan gambaran
verikular (gambaran badai salju)
Terapi : Karena mola hidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarang
disertai penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera
dikeluarkan
Tetapi mola hidatidosa terdiri dari 3 tahap, yaitu :
1. Perbaiki keadaan umum
2. Evaluasi
3. Tindakan profilaksis
Komplikasi
Komplikasi pada ibu dengan mola hidatidosa adalah :
1. Pendarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera di tolong dapat berakibat
2.
3.
4.
5.
fatal
Pendarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia
Infeksi sekunder
Perforasi karena keganasan dan karena tindakan
Menjadi gansa (PTG) pada kira-kira 18-20 % kasus, akan menjadi mola destruens
4. Usia lanjud
Diagnosis
1. Anamnesis : adanya pendarahan per vaginam pada kehamilan lebih 20
minggu dan berlangsung tanpa sebab
2. Pemeriksaan luar : sering ditemukan kelainan letak. Bila letak kepala maka
kepala belum masuk pintu ats panggul
3. Inspekulo : adanya darah dari ostium uteri eksternum
4. USG untuk menentukan letak plasenta
5. Menentukan letak plasenta secara langsung dengan perabaan langsung
melalui kanalis servikalis tetapi pemeriksaan ini sangat berbahaya karena
dapat menyebabkan pendarahan yang banyak. Oleh karena itu cara ini hanya
dilakukan diatas meja operasi
Komplikasi
Plasenta previa dapat menyebabkan resiko pada ibu dan janin
Ibu :
1. Pendarahan tambahan saat operasi menebus plasenta dengan inersio di depan
2. Infeksi karena anemia
3. Robekan implantasi plasenta di bagian belakang segmen bawah rahim
4. Terjadi ruptur uteri karena susunan jaringan rapuh dan sulit diketahui
Bayi :
1. Prematur dengan morbiditas tinggi, mudah infeksi karena anemia disertai
daya tahan rendah
2. Asfiksia intauterin sampai dengan kematian. Menurut Clalik (2002)
Penatalaksanaan
Menurut Saifuddin (2001) terdapat 2 macam terapi, yaitu :
a. Terapi Ekspektatif
Kalau janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia luar bagian
kecil sekali.ekspektatif tentiu hanya dapat dibenarkan kalau keadaan ibu baik dan
pendarahan sudah berhenti atau sedikit sekali. Syarat bagi terapi ini adalah
keadaan ibu masih baik ( Hb normal) dan pendarahan tidak banyak, besarnya
pembukaan, dan tingkat plasenta previa
b. Terafi aktif
Kehamilan segera diakhiri sebelut terjadi pendarahan adapun caranya :
1. Cara vaginal untuk mengadakan tekanan pada plasenta dan dengan
demikian menutup pembuluh-pembuluh darah yang terbuka (tamponade
plasenta)
2. Cara sectio cacsaria dengan maksud untuk mengosongkan rahim sehingga
dapat mengadakan retraksi dan menghentikan pendarahan dan juga untuk
mencegah terjadinya robekan cervik yang agak sering dengan usaha
persalinan pervaginam pada plasenta previa
2. Solutio Plasenta
Pengertian Solutio plasenta adalah terlepasnya bagian atau keseluruhan plasenta
dari implantasi normalnya (korpus uteri setelah kehamilan 20 minggu dan
sebelum janin lahir
Tanda dan Gejala
1. Pendarahan disertai nyeri
2. Anemi dan syok
3. Rahim keras dan nyeri
4. Palpasi anak sukar
5. Fundus uteri makin naik
6. Ketuban teraba tegang
7. Proteinuria bila disertai toksemia
Etiologi
Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi
predisposisi
1. Faktor kardioreno : vaskuler glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial,
sindroma preeklamsia dan eklamsia
2. Faktor trauma :
Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli
Tarikanpada tali pusat yang pendek akibat pengerakan janin yang
banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan
Trauma langsung seperti jatuh, kena tendang dan lain-lain
3. faktor paritas :
Ibu lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa
penelitian menerangkan bahwa makin tinggi parits ibu makin kurang baik
4.
5.
6.
7.
8.
9.
keadaan endometrium
faktor usia ibu
leiomioma uteri
faktor penggunaan kokain
faktor kebiasaan merokok
riwayat solutio plasenta
pengaruh lain seperti anemia,/malnutrisi
Komplikasi
a. Syok
Perdarahan
Pendarahan antepartum dan intapartum pada solutio plasenta hampir
tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera
b. Gagal ginjal
Merupakan kompliksi yang sering terjadi pada penderita solutio
plasenta pada, penderita solutio plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh
keadaan hipovolemia karena pendarahan yang terjadi
c. Kelainan pembekuan darah,biasanya disebabkan oleh hipofibrinogen
d. Apoplexi uteroplacenta (uterus couvelaire)
Komplikasi yang dapat terjadi pada janin
Gejala :
1. Anamnesis dan Infeksi
o Pada suatu his yang kuat sekali, pasien merasa kesakitan yang luar biasa, menjerit
seolah-olah perutnya sedang dirobek kemudian jadi gelisah, takut, pucat, keluar
o
o
o
o
bagian terdepan atau kepala sudah jauh turun dan menumbat jalan lahir.
o Kadang-kadang ada perasaan nyeri yang menjalar ketungkai bawah dan dibahu.
o Kontraksi uterus biasanya hlang
o Mula-mula terdapat defans muskuler kemudian perut menjadi kembung dan
meteoristis (parilisis khusus)
2. Palpasi
Teraba krepitasi pada kulit perut yang menandakan adanya emfisema subkutan
Bila kepala janin belum turun, akan mudah dilepaskan PAP
Bila janin sudah keluar dari kavum uteri, jadi berada dirongga perut, maka teraba
bagian-bagian janin langsung dibawah kulit perut, dan disampingnya kadangkadang teraba uterus sebagai suatu bola keras sebesar kepala.
Nyeri tekan pada perut, terutama pada tempat yang robek
3. Auskultasi
Biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak terdeengar lagi beberapa menit setelah
repture, apabila plasenta juga ikut terlepas dan masuk ke rongga perut.
4. Pemeriksaan dalam
Kepala janin yang tadinya sudah jauh turun kebawah, dengan mudah dapat
didorong keatas dan ini disertai keluarnya darah pervaginam yang agak
banyak.
Kalau rongga rahim sudah kosong dapat diraba robekan pada dinding rahim
dan kalau jari atau tangan kita dapat melalui robekan tadi maka dapat diraba
Etiologi
1. Ruptur Uteri Spontan
Menurut etiologi dibagi menjadi dua yaitu :
Karena dinding rahim yang lemah dan cacat, misalnya pada panggul, janin seperti
janin penderita DM, hidrops fetalis, post maturitas dan trauma lain seperti :
2. Ruptur Uteri vioventa (traumatika), karena tindaan dan trauma lain seperti :
Ekstraksi Forsef
Versi dan Ekstraksi
Embriotomi
Versi dan brakston hicks
Sindroma tolakan (pushing sindrom)
Manual plasenta
Curetase
Ekspresi kisteler/cred
Pemberian pitosin tanpa indikasi dan pengawasan
Trauma tumpul dan tajam dari luar
Diagnoris
Gejala ruptur uteri mengancam seperti :
1. Dalam tanya jawab dikatakan telah ditolong atau didorong oleh dukun atau bidan partus
sudah lama berlangsung.
2. Pasien nampak gelisah, ketakutan, disertai dengan perasaan nyeri diperut.
3. Pada setiap datangnya his pasien memegang perutnya dan mengerang kesakitan, bahkan
meminta supaya anaknya secepatnya dikeluarkan.
4. Pernafasan dan denyut nadi lebih cepat dari biasanya.
5. Ada tanda dehidrasi karena partus lama (prolongend laboara), yaitu mulut kering, lidah
kering dan halus badan panas (demam).
6. His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus menerus
7. Ligamentum rontudam teraba seperti kawat listrik yang tegang tebal dan keras terutama
sebelah kiri atau keduanya.
8. Pada waktu datangnya his, korpus uteri teraba keras (hipertronik) sedangkan teraba hipis
dan nyeri kalau ditekan.
9. Perasaaan sering mau kencing karena kandung kemih juga tertarik dan terenggang ke
atas, terjadi robekan-robekan kecil pada kandung kemih, maka pada kateterisasi ada
hematuria.
10. Pada auskultasi terdengar denyut jantung janin tidak teratur (asfiksia).
11. Pada pemeriksaan dalam dapat kita jumpai tanda-tanda dari obstruksi seperti edema
purfio, vagina,vulva dan kaput kepala janin yang besar.
KOMPLIKASI
Penatalaksanaan
Tindakan pertama adalah mengatasi syok, memperbaiki keadaan umum penderita
dengan pemberian infus cairan dan transfusi darah, kardiotonika, antibiotika.Bila keadaan
umum mulai membaik, tindakan selanjutnya adalah melakukan lapartomi dengan jenis operasi
:
1. Histerektomi, baik garis robekan total maupun subtotal, histerektomi total dilakukan
khususnya menantung dari penjahitan laserasi.
2. Histerorafia yaitu tepi luka dieksidir lalu dijahit sebaik-baiknya
3. Konservatif,hanya dengan tamponade dan pemberian antibiotik yang cukup.
DAFTAR PUSTAKA
1. Beck William Obstetrics and Gynecology. Ed. 3: Harwal Publ. sPhiladelphia. 4954,1993
2. Cunningham, FG, McDonald PC, Grant NF, Leveno KJ, Gilstraf III LC, Hankins
GDV, Clark SL, Williams Obstetrics. Ed. 20: Prentice-Hall International Inc. USA.
579-605, 1997.
3. Danforth, David N. Obstetrics and Gynecology. Ed. 4: Harper & Row. Philadelphia
478-479, 1977.
4. Sofie R. Krisnadi. Sumber: buku Kelainan Lama Kehamilan