You are on page 1of 17

TUGAS

Mata kuliah : Askeb Kegawat Daruratan

1. Pendarahan Kehamilan Muda


2. Pendarahan Kehamilan Lanjut

Di susun oleh :
Nama : Nurdianae
Nim : Po.62.24.2.13.130

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
JURUSAN KEBIDANAN
2015

A. PENDARAHAN KEHAMILAN MUDA


1. ABORTUS
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo, 2010:460).
a. Pengertian Abortus Menurut Beberapa Ahli :
1. Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di luar
dengan berat < 500 gram atau umur kehamilan < 20 minggu (Maimunah ,
2005 : 1)
2. Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan di mana janin
belum mampu hidup di luar rahim dengan kriteria usia kehamilan <20
minggu atau berat janin <500 gram (Aehadiat 2009 :26)
3. Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan,di bawah ini di kemukakan beberapa definisi para ahli
tentang abortus :
a. Eastman
Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan di mana fetus
belum sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup di artikan
apabila fetus ini belum terletak di antara 400-1000 gram atau usia
kehamilan kurang dari 28 minggu.
b. Jeffcoat
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28
minggu yaitu fetus belum berkembang
c. Hoimer
Abotus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu 16 dimana
proses implantasi belum selesai (Mochtar, 1998:209).
d. Abortus adalah pengakhiran kehamilan >20 minggu dan pengakhiran
kehamilan dengan berat <500 gram (Naylor,2010:62)
2. Klasifikasi abortus
a. Abortus imminens
Adalah abortus ini baru mengancam dan masih ada beberapa untuk
mempertahankannya, ostium uteri tertutup dan uterus sesuai umur kehamilan .
b. Abortus insipiens
Adalah abortus ini sedang berlangsung dan tidak dapat di cegah lagi,ustium uteri
terbuka ,teraba ketuban dan berlangsung hanya beberapa saja
c. Abortus inkomplit
Adalah apabila sebagai hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi
sebagian masih tertinggal di dalam rahim.
d. Abortus komplit

Adalah seluruh janin telah di lahirkan dengan lengkap, uterus lebih kecil dari
umur kehamilan dan cavum uteri kosong
e. Missed abortion
Adalah keadaan di mana janin telah mati sebelum minggu ke-20 tetapi tertanam
di dalam rahim selama beberapa minggu setelah janin mati
f. Abortus habitualis
Adalah abortus yang berulang dan berturut-turut terjadi ,sekurang-kurangnya 3x
berturut-turut(Feryanto 2012:41-42).
Tanda dan Gejala Abortus
Gejala Dini
1. Tidak enak badan ; merasa lemas atau tidak fit seperti hari-hari sebelumnya
2. Perut tidak nyaman, kepala pusing atau terasa limbung
3. Mimisan
Gejala Umum
1. Ibu hamil kehilangan tanda-tanda kehamilan,seperti tegangnya payudara di
sertai pusing dan tubuh terasa loyo
2. Nyeri di bagian tengah perut dan bertambah parah dan berlanjut lebih dari
sehari
sangat.
3. Pendarahan yang cukup banyak,seperti saat menstruasi atau dalam satu
jam bisa menghabiskan lebih dari dua pembalut.
4. Ibu mengeluarkan gumpalan berwarna merah muda atau ke abu-abuan dari
vagina.
5. Punya riwayat keguguran dan saaat hamil sekarang mengalami pendarahan
atau kejang atau kedua-duanya
1. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus ialah sebai berikut:
a. Kelainan Kromosom
Kromosom adalah komponen mikrokopis dari setiap sel dalam tubuh yang
membawa semua bahan genetik yang menentukan warna rambut,warna
mata, dan tampilan secara keseluruhan dan tata rias
b. Faktor Hormonal
Faktor hormonal dapat di kaitkan dengan peningkatan resiko abortus
spontan,termasuk penyakit tyroid. Fungsi yang tidak memadai korpus
luteum di ovarium (yang menghasilkan progesteron yang di perlukan untuk
pemeliharaan tahap awal kehamilan) dapat menyebabkan abortus spontan.
c. Infeksi
Ibu yang terinfeksi dengan sejumlah besar organisme yang berbeda telah di
kaitkan dengan peningkatan risiko abortus spontan. Jenis atau plasenta yang
terinfeksi oleh organisme yang kemudian menyebabkan abortus spontan.

d. Gaya hidup
Meroko dapat meningkatkan resiko abortus, dan beberapa studi menunjukan
bahwa resiko abortus spontan meningkat dengan ayah perokok (Fauziah,
2010:136-140).
2. Patofisologis
Abortus biasanya di sertai dengan pendarahan di dalam desi dua basalis yang
di ikuti oleh kematian jaringan di sekitarnya (nekrosis). Nekrosis jaringan sekitar
desidua basalis menyebabkan terlepasnya hasil konsepsi sebagian atau
seluruhnya sehingga sebagian yang merupakan benda asing dalam uterus.
Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut.
3. Diagnosis
abortus dapat di duga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh
tentang pendarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat, sering pula
terdapat rasa mules. Kecurigaan tersebut dapat di perkuat dengan di tentukannya
kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dengan test kehamian secara
biologis/imunologi bilamana hal itu di kerjakan harus di perhatikan macam dan
banyaknya pendarahan,pembukaaan serviks,adanya jaringan dalam cavum
uterus/vagina (Sujiatini,2009:30)
4. Komplikasi
Menurut Mukyam 2010:273.komplikasi pada ibu dan janin yang mungkin
terjadi pada hamil muda ialah sebagai berikut :
a. Pendarahan
b. Hipertensi gravidarum
c. Nyeri perut di bagian bawah
5. Penatalaksana
1. Perbaiki keadaan umum (seperti infus,tranfusi,dan atasi syok septik bila
2.
3.
4.
5.

ada)
Possisi powler
Antibiotik yang adekuat (untuk bakteriaerob dan anaerob)
Uterotonik
Pemberian antibiotik selama 24 jam intravena dilanjutkan dengan evakuasi
digital atau kuret tumpul.

2. KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU


a. Pengertian
Kehamian secara normal akan berada di cavum uteri. Kehamilan ektopik ialah
kehamilan di tempat yang luar biasa.
Kehamilan ektopik dapat terjadi

diluar

rahim

misalnya

dalam

tuba,ovarium,atau rongga perut. Akan tetapi akan dapat juga terjadi di dalam
rahim di tempat yang lur biasa ,misaalnya dalam serviks, pars interstisialis tuba

atau dalam tanduk rudimenter rahim. Kebanyakan kehamilan ektopik terjadi di


dalam tuba. Kejadian kehamilan tuba ialah 1 diantara 150 persalinan
( Amerika). Akehamilan angka kejadian kehamilan ektopik cenderung
meningkat. Kejadian tersebut di pengaruhi oleh faktor sebagai berikut :
1. Meningkatnya prevalensi penyakit tuba karena penyakit menular seksual
(PMS) sehingga terjadi oklusi parsial tuba. Terjadi salpingitis,terutama
radang endosalping yang mengakibatkan menyempitnya lumen tuba dan
berkurangnya silia mukosa tuba karena infeksi yang memudahkan
terjadinya implantasi zigot di dalam tuba.
2. Adhesi peritubal yang terjadi setelah infeksi

seperti apendisitis atau

endomentriosis. Tuba dapat tertekuk atau lumen menyempit.


3. Pernah menderita kehamilan ektopik sebelumnya. Meningkatnya risiko ini
kemungkinan karena salpingitis yang terjadi sebelumnya
4. Meningkatnya penggunaan kontrasepsi untuk mencegah kehamilan,seperti
AKDR dan KB suntik derivat progestin.
5. Operasi memperbaiki patensi tuba,kegagalan sterilisasi,dan meningkatkan
kejadian kehamilan ektopik
6. Abortus provokatus dengan infeksi. Makin sering tindakan abortus
provokatus makin tinggi kemungkinan terjadi salpingitis
7. Fertilitas yang terjadi oleh obat-obatan pemacu ovulasi, fertilisasi in vitro.
8. Tumor yang mengubah bentuk tuba (mioma uteri dan tumor adneksa).
9. Teknik diagnosis lebih baik dari masa lalu sehingga dapat mendeteksi dini
kehamilan ektopik
Kehamilan Tuba
Patogenesis
Menurut tempat nidasi maka terjadilah :
1. Kehamilan ampula (dalam ampula tuba)
2. Kehamilan ismus /atau isthmus ( dalam ismus tuba(atau isthmus)
3. Kehamilan interstisial (dalam pars interstisiais tuba
4. Kadang-kadang nidasi terjadi di fimbria. Dari bentuk di atas secara sekunder
dapat terjadi kehamilan tuba abdominal, tuba ovarial, atau kehamilan dalam
ligamentum latum. Kehamilan paling sering terjadi di dalam ampula tuba.
Implantasi telur dapat bersifat kolumnar ialah implantasi pada puncak lipatan
selaput tuba dan telur terletak dalam lipatan selaput lendir. Bila kehamilan pecah,
akan pecah ke dalam lumen tuba (abortus tuber).
Telur dapat pula menembus epitel dan berimplantasi interkolumnar, terletak
dalam lipatan selaput lendir, yaitu telur masuk ke dalam lapisan otot tuba karena
tuba tidak mempunyai desidua. Bila kehamilan pecah,hasil konsepsi akan masuk
rongga peritoneum (ruptur tuba). Walaupun kehamilan terjadi di luar rahim , rahim
membesar juga karena hipertrofi dari otot-ototnya, yang di sebabkan pengaruh

hormon-hormon yang di hasilkan trofoblas;begitu pula endomentriumnya berubah


menjadi desidua vera.
Menurut Arias-Stela perubahan histologis pada endomentrium cukup khas
untuk membantu diagnosis. Setelah janin mati, desidua ini mengalami degenerasi
dan di keluarkan sepotong demi sepotong. Akan tetapi, kadang-kadang lahir secara
keseluruhan sehingga merupakan cetakan dari cavum uteri (desidual cast).
Pelepasan desidua ini disertai dengan pendarahan dan kejadian ini menerangkan
gejala pendarahan per vaginam pada kehamilan ektopik yang terganggu.
Perkembangan kehamilan tuba
Kehamilan tuba tidak dapat mencapai cukup bulan, biasanya berakhir pada minggu
ke 6-12,yang paling sering antara minggu ke 6-8.
Berakhirnya kehamilan tuba ada 2 cara, yaitu: abortus tuba dan ruptur tuba.
Abortus tuba
Oleh karena telur bertambah besar menembus endosalping (selaput lendir tuba),
masuk ke lumen tuba dan di keluarkan ke arah infundibulum. Hal ini terutama
terjadi kalau telur berimplantasi di daerah ampula tuba. Di sini biasanya telur
tertanam kolumnar karena lipatan-lipatan selaput lendir tinggi dan banyak. Lagi
pula di sini, rongga tuba agak besar hingga telur mudah tumbuh ke arah rongga
tuba dan lebih mudah menembus desidua kapsularis yang tipis dari lapisan otot
tuba Abortus tuba kira-kira terjadi antar minggu ke 6-12.
Pendarahan yang timbul karena abortus keluar dari ujung tuba dan mengisi
kavum Douglas, terjadilah hematokel retrouterin. Ada kalanya ujung tuba
tertutup karena perlekatan perlekatan hingga darah terkumpul di dalam tuba dan
menggembungkan tuba,yang disebut hematosalping.
Ruptur tuba
Telur menembus lapisan otot tuba ke arah kavum peritoneum. Hal ini terutama
terjadi kalau implantasi telur dalam istmus tuba.
Pada peristiwa ini, lipatan-lipatan selaput lendir tidak sebera,jadi besar
kemungkinan implantasi interkolumnar. Trofoblas cepat sampai ke lapisan otot
tuba dan kemungkinan pertumbuhan ke arah rongga tuba kecil karena rongga tuba
sempit. Oleh karena itu, telur menembus didng tuba ke arah rongga perut atau
peritoneum.
Ruptur pada istmus tuba terjadi sebelum mingguke-12 karena dinding tuba di sini
tipis, tetapi ruptur pada pars interstisialis terjadi lambat kadang-kadang baru pada
bulan ke-4 karena di sini lapisan otot tebal.
Ruptur bisa terjadi spontan atau violent, misalnya karena periksa dalam, defekasi
atau koitus. Biasanya terjadi ke dalam kavum peritoneum, tetapi kadang-kadang
ke dalam ligamentuk latum atau implantasinya pada dinding bawah tuba.

Pada ruptur tuba seluruh telur dapat melalui robekan dan masuk ke dalam kavum
peritoneum, telur yang keluar dari tuba itu sudah mati.
Bila hanya janin yang melalui robekan dan plasenta tetap melekat pada dasarnya,
kehamilan dapat berlangsung terus dan berkembang sebagai kehamilan abdominal.
Oleh karena pada awalnya merupakan kehamilan tuba dan baru kemudian menjadi
kehamilan abdominal,kehamilan ini di sebut kehamilan abdominal sekunder.
Plasentanya kemudian dapat meluas ke dinding belakang uterus, ligamentum
latum, omentum, dan usus.
Jika insersi dari telur pada dinding bawah tuba,ruptur terjadi ke dalam ligamentum
latum. Kelanjutan dari kejadian ini ialah telur mati dan terbentuknya hematom di
dalam ligamentum latum atau kehamilan berlangsung terus di dalam ligamentum
latum.
Kehamilan tuba abdominal ialah kehamilan yang asalnya pada ujung tuba dan
kemudian tumbuh ke dalam kavum peritoneum.
Yang dinamakan kehamilan tuba-ovarial ialah kehamilan yang asalnya ovarial atau
tuba, tetapi kemudian kantongnya terjadi dari jarigan tuba maupun ovarium.
Gejala
Kehamilan ektopik biasanya baru memberikan gejala-gejala yang jelas dan
khas kalau sudah terganggu dan kehamilan ektopik yang masih utuh, gejalagejalanya sama dengan kehamilan muda yang intauterin.
Kalau kita bicara tentang gejala kehamilan ektopik biasanya yang di maksud ialah
kehamilan ektopik yang terganggu.
Kisah yang khas dari kehamilan ektopik terganggu ialah seorang wanita yang
sudah terlambat haidnya, sekonyong-konyong nyeriperut kadang-kadang jelas
lebih nyeri sebelah kiri atau sebelah kanan. Selanjutnya pasien pusing, dan
kadang-kadang pingsan, sering keluar sedikit darah per vaginam.
Gejala-gejala yang terpenting adalah
1. Nyeri perut
2. Amenore
3. Pendarahan pervaginam
4. Syok karena hivolemi
5. Pembesaran uterus
6. Perubahan darah
Etiologi
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari
indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor-faktor yang
di perkirakan sebagai penyebabnya adalah :
1. Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan pada
motilitas saluran telur

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Riwayat operasi tuba


Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang
Kehamilan ektopik sebelumnya
Aborsi tuba dan pemakaian IUD
Kelainan zigot,yaitu kelainan kromosom
Bekas radang pada tuba :disini radang menyebabkan perubahan-perubahan
pada endosalping sehingga walaupun pertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum

ke uterus terlambat.
8. Operasi plastik pada tuba
9. Abortus buatan
Diagnosis
Walaupun diagnosanya agak sulit di lakukan, namun beberapa cara ditegakan
antara lain dengan melihat :
1. Anamnesi dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamiln muda,dapat ada atau
tidak ada pendarahan per vaginam, ada nyeri perut kana/kiri bawah. Berat
atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam
peritoneum.
2. Pemeriksaan fisik
a. Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa
b. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi pucat dan
ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu erut tegang
bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
c. Pemeriksaan ginekologis
3. Pemeriksaan dalam
Serviks teraba lunak,nyeri tekan, nyeri pada uterus kana dan kiri
4. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium : Hb, leukosit, urin B-hCG (+). Hemoglobin
menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat
meningkat.
b. USG : tidak ada kantung kehamilanndalam kavum uteri
c. Adanya massa komplek di rongga panggul
5. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaaan untuk mengetahui apakah
dalam kavum douglas ada darah.
6. Diagnosis psti hanya ditegakan dengan laparatomi
7. Ultrasonografi berguna pad pada 5-10 % kasus bila ditemukan
kantong gestasi diluar uterus.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul akibat kehamilan ektopik , yaitu :
Ruptur tub, atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat
menyebabkan perdarahan masif, syok, Dic, dan kematian.

Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain : Pendarahan,


infeksi, kerosakan organ sekitar (usus , kandung kemih,ureter, dan
pembuluh darah besar). Selain itu juga komplikasi terkait tindakan
anestesi
Penatalasanaan
Segera dilakukan operasi, yaitu salpingektomi dengan pemberian
tranfusi darah. Operasi tidak usah di tangguhkan sampai syok teratasi,
asal tranfusi sudah jalan, operasi dapat di mulai dengan segera
3. MOLA HIDATIDOSA
Pengertian
Mola hidatidosa (MHK)- merupakan kehamilan abnormal tanpa embrio
yang seluruh vili korialisnya mengalami degenerasi hidropik yang menyerupai
anggur. Mikroskopik tanpa edema troma vili tanpa vaskularisasi disertai
hiperplasia dari ke dua lapisan trofoblas. Secara sitogenetik umumnya bersifat
diploid 46XX, sebagai hasil pembuahan satu ovum, tidak berinti atau intinya
tidak aktif, di buahi oleh sperma yang mengandung 23X kromosom, yang
kemudian mengadakan duplikasi menjadi 46XX. Jadi, umumnya MHK bersifat
homozigot, wanita dan berasal

dari bapak (androgenetik). Kadang-kadang

pembuahan terjadi oleh dua buah sperma 23X dan 23Y (dispermi) sehingga
terjadi 46 XX atau 46XY. Di sini, MHK bersifat heterozigot, tetapi tetap
androgenetik dan bisa terjadi, walaupun sangat jarang terjadi hamil kembar
dizigotik, yang terdiri dari satu bayi normal dan satu lagi MHK Mola hidatidosa
parsial (MHP)-seperti pada MHK, tetapi di sini masih ditemukan embrio yang
biasanya mati pada masa dini. Degenerasi hidropik dari vili bersifat setempat,
dan yang mengalami hiperplasi hanya sinsitio trofoblas saja. Gambaran yang
khas adalah crinkling atau scalloping dari vili dan stromal trophoblastic
inclusions.
Tanda dan Gejala
1. Pendarahan pervaginam, dengan warna coklat gelap sampai merah
terang pada trimester pertama. Ini merupakan tanda yang paling
2.
3.
4.
5.

sering
Mual dan muntah, hyperemesis gravidarum
Adanya cairan kista seperti anggur, ovarian theca luteal
Adanya tekanan atau sakit di panggul, tetapi jarang terjadi
Pada USG tampak gambaran badai salju Snow

Storm

(multipleechos) pada mola komplit, jamin tidak ada


Sampai sekarang belum di ketahui etiologi dan penyakit ini. Yang baru
di ketahui adalah faktor risiko, seperti :

1. Umur
2. Etnik
3. Genetik
4. Gizi
Diagnosis
Kehamilan mola hidatidosa dapat diperkirakan bila ditemukan hal-hal tersebut
dibawah ini :
1. Amenore
2. Pendarahan pervaginam
3. Uterus lebih besar
4. Tidak ditemmukan tanda pasti kehamilan
5. Kadar -hCG yang tinggi
Penentuan diagnostik dilakukan dengan USG, yaitu ditemukan gambaran
verikular (gambaran badai salju)
Terapi : Karena mola hidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarang
disertai penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera
dikeluarkan
Tetapi mola hidatidosa terdiri dari 3 tahap, yaitu :
1. Perbaiki keadaan umum
2. Evaluasi
3. Tindakan profilaksis
Komplikasi
Komplikasi pada ibu dengan mola hidatidosa adalah :
1. Pendarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera di tolong dapat berakibat
2.
3.
4.
5.

fatal
Pendarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia
Infeksi sekunder
Perforasi karena keganasan dan karena tindakan
Menjadi gansa (PTG) pada kira-kira 18-20 % kasus, akan menjadi mola destruens

atau koriokarsinoma (Mochtar, Rustam 1998).


Penatalaksanaan
1. Diagnosis dini akan menguntungkan pronosis
2. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada pasilitas kesehatan dimana
sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan : evaluasi klinik dengan fokus pada :
riwayat haid terakhir dan kehamilan pendarahan tidak teratur atau spotting,
pembesaran abnormal uterus.
Perlunakan serviks dan korpus uteri
Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin
Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan
perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acorta sisson.
3. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera
4. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid pendarahan hebat atau perforsisi uterus)

5. Lakukan pengamatan lanjud hingga minimal 1 tahun. Selain dari penanganan di


atas, masih terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien
dengan mola hidatidosa, yaitu :
Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi
berlangsung diberikan infus 10 IU oksitosis dalam 500 ml NaCl atau RL dengan
kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap pendarahan
hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengososngan uterus secara tepat)
Pengosongan dengan aspirasi vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber
vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat
digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai.
B. PERDARAHAN KEHAMILAN LANJUT
1. Plasenta Previa
Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada
segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir (ostium uteri internum)
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui
pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu :
1. Plasenta previa totalis
Bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta
2. Plasenta previa lateralis
Bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta
3. Plasenta previa marginalis
Bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan jalan lahir
4. Plasenta previa letak rendah
Bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan jalan lahir
Tanda dan Gejala
1. Pendarahan tanpa nyeri
2. Pendarahan berulang-ulang biasanya timbul setelah bulan ke-7 ( pendarahan
terjadi karena terlepas plasenta dari dasarnya)
3. Adanya anemia dan renjetan yang sesuai dengan keluarnya darah
4. Timbulnya perlahan-lahan
5. Waktu terjadi saat hamil
6. His biasanya tidak ada
7. Rasa tidak tegang (biasa saat palpasi)
8. Denyut jantung janin ada
9. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
10. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
11. Presentasi mungkin abnormal
Etiologi
1. Multipara
2. Mioma uteri
3. Kuretase berulang

4. Usia lanjud
Diagnosis
1. Anamnesis : adanya pendarahan per vaginam pada kehamilan lebih 20
minggu dan berlangsung tanpa sebab
2. Pemeriksaan luar : sering ditemukan kelainan letak. Bila letak kepala maka
kepala belum masuk pintu ats panggul
3. Inspekulo : adanya darah dari ostium uteri eksternum
4. USG untuk menentukan letak plasenta
5. Menentukan letak plasenta secara langsung dengan perabaan langsung
melalui kanalis servikalis tetapi pemeriksaan ini sangat berbahaya karena
dapat menyebabkan pendarahan yang banyak. Oleh karena itu cara ini hanya
dilakukan diatas meja operasi
Komplikasi
Plasenta previa dapat menyebabkan resiko pada ibu dan janin
Ibu :
1. Pendarahan tambahan saat operasi menebus plasenta dengan inersio di depan
2. Infeksi karena anemia
3. Robekan implantasi plasenta di bagian belakang segmen bawah rahim
4. Terjadi ruptur uteri karena susunan jaringan rapuh dan sulit diketahui
Bayi :
1. Prematur dengan morbiditas tinggi, mudah infeksi karena anemia disertai
daya tahan rendah
2. Asfiksia intauterin sampai dengan kematian. Menurut Clalik (2002)
Penatalaksanaan
Menurut Saifuddin (2001) terdapat 2 macam terapi, yaitu :
a. Terapi Ekspektatif
Kalau janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia luar bagian
kecil sekali.ekspektatif tentiu hanya dapat dibenarkan kalau keadaan ibu baik dan
pendarahan sudah berhenti atau sedikit sekali. Syarat bagi terapi ini adalah
keadaan ibu masih baik ( Hb normal) dan pendarahan tidak banyak, besarnya
pembukaan, dan tingkat plasenta previa
b. Terafi aktif
Kehamilan segera diakhiri sebelut terjadi pendarahan adapun caranya :
1. Cara vaginal untuk mengadakan tekanan pada plasenta dan dengan
demikian menutup pembuluh-pembuluh darah yang terbuka (tamponade
plasenta)
2. Cara sectio cacsaria dengan maksud untuk mengosongkan rahim sehingga
dapat mengadakan retraksi dan menghentikan pendarahan dan juga untuk
mencegah terjadinya robekan cervik yang agak sering dengan usaha
persalinan pervaginam pada plasenta previa

2. Solutio Plasenta
Pengertian Solutio plasenta adalah terlepasnya bagian atau keseluruhan plasenta
dari implantasi normalnya (korpus uteri setelah kehamilan 20 minggu dan
sebelum janin lahir
Tanda dan Gejala
1. Pendarahan disertai nyeri
2. Anemi dan syok
3. Rahim keras dan nyeri
4. Palpasi anak sukar
5. Fundus uteri makin naik
6. Ketuban teraba tegang
7. Proteinuria bila disertai toksemia
Etiologi
Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi
predisposisi
1. Faktor kardioreno : vaskuler glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial,
sindroma preeklamsia dan eklamsia
2. Faktor trauma :
Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli
Tarikanpada tali pusat yang pendek akibat pengerakan janin yang
banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan
Trauma langsung seperti jatuh, kena tendang dan lain-lain
3. faktor paritas :
Ibu lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa
penelitian menerangkan bahwa makin tinggi parits ibu makin kurang baik
4.
5.
6.
7.
8.
9.

keadaan endometrium
faktor usia ibu
leiomioma uteri
faktor penggunaan kokain
faktor kebiasaan merokok
riwayat solutio plasenta
pengaruh lain seperti anemia,/malnutrisi
Komplikasi
a. Syok
Perdarahan
Pendarahan antepartum dan intapartum pada solutio plasenta hampir
tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera
b. Gagal ginjal
Merupakan kompliksi yang sering terjadi pada penderita solutio
plasenta pada, penderita solutio plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh
keadaan hipovolemia karena pendarahan yang terjadi
c. Kelainan pembekuan darah,biasanya disebabkan oleh hipofibrinogen
d. Apoplexi uteroplacenta (uterus couvelaire)
Komplikasi yang dapat terjadi pada janin

1. Fetaldistress, gangguan pertumbuhan/perkembangan, hipoksia, anemia


kematian.
Penatalaksanaan
pemeriksaan umum :
1. pemberian darah cukup
2. pemberian O2
3. pemberian antibiotik
4. pada syok yang berat diberi kortikosteroid dalam dosis tinggi
3. RUPTUR UTERI
Pengertian Ruptur Uteri
Ruptur Uteri adalah pelepasan insisi yang lama disepanjang uterus dengan robeknya
ketuban sehingga kavum uteri berhubungan langsung dengan kavum peritoneum
(Cunningham,1995,P:470). Ruptur Uteri atau robekan uteri merupakan peristiwa yang
sangat berbahaya, yang umumnya terjadi pada persalinan, kadang-kadang juga pada
kehamilan tua.
1. Menurut cara terjadinga ruptur uteri terbagi atas ruptur uteri spontan.
Terjadi spontan dan sebagian besar pada persalinan terjadi gangguan mekanisme

persalinan sehingga menimbulkan ketegangan segmen bawah rahim berlebihan.


Ruptur uteri traumatic, terjadinya pada persalinan timbulnya ruptur uteri karena

tindakan seperti ekstraksi vakum,ekstraksi forsep.


Ruptur uterus pada bekas luka perut, terjadinya spontan bekas seksio sesarea.
Bekas operasi pada uterus.
2. Menurut robeknya uterus dibagi atas :
3. Ruptur Uteri Komplete
Jaringan pertoneum ikut robek
Janin terlempar kedalam abdomen
Terjadi perdaharan kedalam ruang abdomen
Tidak terjadi perdarahan dalam ruang abdomen
Perdarahan dapat menuju keliong senggama (vagina)
Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma.
4. Menurut Lokasinya dibagi atas :
Korpos Uteri
Biasanya terjadi pada rahim yang rendah pernah mengalami operasi, seperti
seksio sesaria klasik atau miomektomi segmen bawah rahim. Biasanya terjadi pada
waktu melakukan ekstraksi forsep atau versi dan ekstraksi, sedang pembukaan belum
lengkap.
5. Menurut gejala klinis, dibagi atas :
Ruptur Uteri Imminens (membangkat=mengancam),penting untuk diketahui.

Gejala :
1. Anamnesis dan Infeksi
o Pada suatu his yang kuat sekali, pasien merasa kesakitan yang luar biasa, menjerit
seolah-olah perutnya sedang dirobek kemudian jadi gelisah, takut, pucat, keluar
o
o
o
o

keringat dingi sampai kolaps.


Pernafasan jadi dangkal dan cepat kelihatan haus
Muntah-muntah karena rangsangan peritoneum
Syok nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun bahkan tidak teratur
Keluar perdarahan pervaginan yang biasanya tidak begitu banyak, lebih-lebih kalau

bagian terdepan atau kepala sudah jauh turun dan menumbat jalan lahir.
o Kadang-kadang ada perasaan nyeri yang menjalar ketungkai bawah dan dibahu.
o Kontraksi uterus biasanya hlang
o Mula-mula terdapat defans muskuler kemudian perut menjadi kembung dan
meteoristis (parilisis khusus)
2. Palpasi
Teraba krepitasi pada kulit perut yang menandakan adanya emfisema subkutan
Bila kepala janin belum turun, akan mudah dilepaskan PAP
Bila janin sudah keluar dari kavum uteri, jadi berada dirongga perut, maka teraba
bagian-bagian janin langsung dibawah kulit perut, dan disampingnya kadangkadang teraba uterus sebagai suatu bola keras sebesar kepala.
Nyeri tekan pada perut, terutama pada tempat yang robek
3. Auskultasi
Biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak terdeengar lagi beberapa menit setelah
repture, apabila plasenta juga ikut terlepas dan masuk ke rongga perut.
4. Pemeriksaan dalam
Kepala janin yang tadinya sudah jauh turun kebawah, dengan mudah dapat
didorong keatas dan ini disertai keluarnya darah pervaginam yang agak

banyak.
Kalau rongga rahim sudah kosong dapat diraba robekan pada dinding rahim
dan kalau jari atau tangan kita dapat melalui robekan tadi maka dapat diraba

usus dimentum dan bagian-bagian janin.


Kateterisai, hematuri yang hebat menandakan adanya robekan pada kandung
kemih.

Etiologi
1. Ruptur Uteri Spontan
Menurut etiologi dibagi menjadi dua yaitu :
Karena dinding rahim yang lemah dan cacat, misalnya pada panggul, janin seperti
janin penderita DM, hidrops fetalis, post maturitas dan trauma lain seperti :
2. Ruptur Uteri vioventa (traumatika), karena tindaan dan trauma lain seperti :

Ekstraksi Forsef
Versi dan Ekstraksi
Embriotomi
Versi dan brakston hicks
Sindroma tolakan (pushing sindrom)
Manual plasenta
Curetase
Ekspresi kisteler/cred
Pemberian pitosin tanpa indikasi dan pengawasan
Trauma tumpul dan tajam dari luar

Diagnoris
Gejala ruptur uteri mengancam seperti :
1. Dalam tanya jawab dikatakan telah ditolong atau didorong oleh dukun atau bidan partus
sudah lama berlangsung.
2. Pasien nampak gelisah, ketakutan, disertai dengan perasaan nyeri diperut.
3. Pada setiap datangnya his pasien memegang perutnya dan mengerang kesakitan, bahkan
meminta supaya anaknya secepatnya dikeluarkan.
4. Pernafasan dan denyut nadi lebih cepat dari biasanya.
5. Ada tanda dehidrasi karena partus lama (prolongend laboara), yaitu mulut kering, lidah
kering dan halus badan panas (demam).
6. His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus menerus
7. Ligamentum rontudam teraba seperti kawat listrik yang tegang tebal dan keras terutama
sebelah kiri atau keduanya.
8. Pada waktu datangnya his, korpus uteri teraba keras (hipertronik) sedangkan teraba hipis
dan nyeri kalau ditekan.
9. Perasaaan sering mau kencing karena kandung kemih juga tertarik dan terenggang ke
atas, terjadi robekan-robekan kecil pada kandung kemih, maka pada kateterisasi ada
hematuria.
10. Pada auskultasi terdengar denyut jantung janin tidak teratur (asfiksia).
11. Pada pemeriksaan dalam dapat kita jumpai tanda-tanda dari obstruksi seperti edema
purfio, vagina,vulva dan kaput kepala janin yang besar.
KOMPLIKASI

Infeksi post operasi


Kerusakan ureteri
Emboli cairan amnion
Dic
Kematian maternal
Kematian peninatal

Penatalaksanaan
Tindakan pertama adalah mengatasi syok, memperbaiki keadaan umum penderita
dengan pemberian infus cairan dan transfusi darah, kardiotonika, antibiotika.Bila keadaan

umum mulai membaik, tindakan selanjutnya adalah melakukan lapartomi dengan jenis operasi
:
1. Histerektomi, baik garis robekan total maupun subtotal, histerektomi total dilakukan
khususnya menantung dari penjahitan laserasi.
2. Histerorafia yaitu tepi luka dieksidir lalu dijahit sebaik-baiknya
3. Konservatif,hanya dengan tamponade dan pemberian antibiotik yang cukup.

DAFTAR PUSTAKA
1. Beck William Obstetrics and Gynecology. Ed. 3: Harwal Publ. sPhiladelphia. 4954,1993
2. Cunningham, FG, McDonald PC, Grant NF, Leveno KJ, Gilstraf III LC, Hankins
GDV, Clark SL, Williams Obstetrics. Ed. 20: Prentice-Hall International Inc. USA.
579-605, 1997.
3. Danforth, David N. Obstetrics and Gynecology. Ed. 4: Harper & Row. Philadelphia
478-479, 1977.
4. Sofie R. Krisnadi. Sumber: buku Kelainan Lama Kehamilan

You might also like