You are on page 1of 20

PotensI Pengembangan Desa WIsata berbasIs syarIaH DI

KabuPaten sleman
tim Peneliti : unggul Priyadi, yazid, eko atmaji
abstract
this study examined the development of rural tourism opportunities in sleman district into a tourist
village sharia. the purpose of this study is to analyze the development of rural tourism opportunities
that exist in sleman to be sharia-based tourist village. in addition, this study also aims to develop a
strategy which will be structured to develop into a tourist village tourism village sharia. the data were
analyzed descriptively and quantitatively. Quantitative analysis was performed by the method of swot.
From this study it can be concluded that the potential of the tourist village in sleman district is large
enough to be developed into a tourist village sharia. the potential is supported by the availability of
adequate facilities and places of worship that make easy access to halal food for the majority of the
Muslim religious community sleman regency. however, rural tourism development of sharia also faces
several obstacles. to overcome these constraints then drafted alternative development strategies such as;
increase people's understanding of the tourist village of sharia, the optimization potential of the natural,
social and cultural to respond to the public interest to visit or increase the frequency of visits to tourist
village.
keyward: sleman district into a tourist village sharia

PenDaHuluan
Daerah istimewa Yogyakarta (DiY) adalah daerah tujuan wisata kedua setelah
Bali di pandang dari sisi wisatawan mancanegara. Banyak atraksi yang menarik di
sekitar DiY yang menjadi perhatian para wisatawan mancanegara maupun domestik
seperti Candi Borobudur, Candi prambanan, pantai di selatan DiY, keraton,
kaliurang, dan desa wisata.

Variasi produk wisata DiY semakin lama semakin

banyak, termasuk belajar bahasa indonesia, wisata kuliner, belanja, dan wisata halal
yang saat ini sedang popular di era global.
wisata halal (wisata syariah) merupakan produk pariwisata dimana para
wisatawan yang beragama islam mampu mempraktikkan syariah dengan ketat dapat
dengan leluasa menikmati berbagai atraksi wisata tanpa mengorbankan praktik
syariahnya. Dukungan atas wisata syariah akan memperbesar sumbangan sektor
pariwisata terhadap perekonomian DiY.
pada tahun 2011, 3,2 juta wisatawan telah mengunjungi DiY. sekitar 96%
merupakan wisatawan domestik dan sisanya adalah wisatawan mancanegara. Untuk
wisatawan manca negara (wisman), terbesar dari Belanda yang kemudian disusul oleh
Jepang, Malaysia, dan perancis. Jika dilihat dari kualitas wisman berdasarkan pilihan
kelas hotelnya, sekitar 20% memilih tinggal di hotel kelas melati sedangkan sisanya
1

319

memilih di hotel berbintang.

Dari data ini dapat dilihat bahwa wisman yang

berkunjung ke DiY kebanyakan adalah kelas berduit. sedangkan wisatawan nusantara


(wisnus), yang menginap di hotel kelas melati dan hotel berbintang dapat dikatakan
seimbang.
sumbangan dari sektor pariwisata DiY terhadap produk Domestik regional
Bruto (pDrB) tidak begitu jelas. tetapi jika diambilkan proxy pada sektor
perdagangan hotel dan restoran, maka sumbangan sektor pariwisaata sekitar 20% dari
pDrB DiY 2011. angka ini cukup dominan dari angka total pDrB. Di samping itu,
efek ganda dari sektor pariwisata dapat dikatakan jauh lebih besar dari pada
sumbangannya terhadap pDrB. efek sektor pariwisata tidak hanya pada hotel dan
restoran, tetapi juga pada sektor produksi lainnya seperti industri makanan, kerajinan,
transportasi, dan pertunjukan. hal ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata di DiY
merupakan leading sector bagi pembangunan ekonomi. peningkatan kinerja sektor
pariwisata dapat menghasilkan kenaikan kesempatan kerja baik yang formal maupun
informal.

oleh sebab itu, perluasan sektor pariwisata akan mengakibatkan

perekonomian DiY tumbuh lebih tinggi. salah satu perluasan dari sektor pariwisata
adalah wisata syariah.
wisata syariah akan menangkap peluang lain yang sebelumnya diabaikan yaitu
wisatawan yang menginginkan berwisata di DiY tanpa mengorbankan praktik
syariahnya. seiring dengan meningkatnya perekonomian di negara-negara muslim
dalam dekade terakhir ini, keinginan untuk berwisata meningkat, termasuk ke
indonesia.

kecenderungan ini ditanggapi sangat serius oleh negara-negara lain

dengan menyediakan wisata syariah. negara-negara tujuan wisata yang populer di


asia seperti Jepang, China, dan thailand sudah menyediakan paket wisata syariah.
Mereka dengan sangat serius telah menyediakan berbagai sarana pendukung wisata
syariah seperti hotel, makanan, tempat beribadah, dan juga akomodasi-akomodasi
lainnya.
DiY sebagai salah satu daerah tujuan wisata utama telah berpengalaman
mengelola kepariwisataannya selama beberapa dekade. oleh sebab itu, banyak variasi
wisata yang ditawarkan para pelaku pariwisata di DiY.

salah satu yang dapat

dikembangkan adalah wisata budaya dimana para turis diajak untuk belajar membatik,
menari, ataupun nembang macapat.

Di samping itu, terdapat beberapa tempat di

daerah pedesaan yang digunakan untuk desa wisata. Dalam desa wisata, wisatawan
2

320

diajak hidup dalam lingkungan pedesaan ala jawa dimana semua akomodasinya jauh
dari kemewahan hotel berbintang tapi memiliki kenyamanan yang sama.
Di kabupaten sleman, saat ini terdapat 38 desa wisata yang terbagi dalam tiga
kategori, yakni 12 desa wisata tumbuh, 13 desa wisata berkembang dan 13 desa wisata
mandiri. Desa wisata yang termasuk dalam kategori tumbuh yakni desa wisata rumah
Domes, Candi abang, nawung, Bokesan, tunggularum, ngamboh, pajangan, Grogol,
Jamur, kadisobo dan kaliurang timur. Untuk 13 desa wisata yang termasuk dalam
kategori berkembang adalah desa wisata Garongan, Gamplong, sangubanyu,
Malangan, Brajan, Mlagi, sendari, Gabugan, Dukuh, turgo, petung dan ledoknongko.
ada pun yang termasuk dalam kategori desa wisata mandiri sebanyak 13 desa wisata
adalah Desa wisata kelor, kembangarum, pentingsari, srowolan, Brayut, plempoh,
sambi, ketingan, nganggring, Jethak ii, sukunan, tanjung dan trumpon.
ada dua tujuan dalam penelitian ini yaitu menganalisis potensi pengembangan
desa wisata yang ada di kabupaten sleman untuk menjadi desa wisata berbasis syariah
serta menyajikan data desa wisata yang berpotensi dikembangkan menjadi desa wisata
syariah sesuai aspirasi dan kepentingan masyarakat setempat.
lanDasan teorI Dan KerangKa PemIKIran
2.1 Pengertian Pariwisata syariah
wisatawan muslim merupakan segmen baru yang sedang berkembang pesat
dalam industri pariwisata. Menjelajahi dunia seperti wisatawan lain dengan tidak
mengorbankan kebutuhan dasar mereka berupa pemenuhan makanan halal dan
kemudahan pelaksanaan ibadahnya berupa shalat. Jadi, secara umum pariwisata
syariah dan pariwisata konvensional tidak beda, hanya kebutuhan terhadap paket
wisata, akomodasi, makanan dan minuman memenuhi ketentuan nilai-nilai islam
dimana hal ini dapat juga dinikmati oleh semua kalangan karena secara generic tidak
berbeda. Duman (2011) telah mengumpulkan pendapat para pakar dalam
mendefinisikan pariwisata syariah. pendapat-pendapat tersebut tersaji di tabel 1.
tabel 1: Definisi Pariwisata Islam ( Duman, 2011)
pengarang
shakiry (2006)

Definisi
The concept of Islamic Tourism is not limited to religions tourism,
but it extend to all forms of tourism except those that go against
3

321

Islamic value
hassan (2007)

In its narrow sense, it may mean Religious Tourism ( visiting


shrines all over the Islamic World). But in its wide sense, it is the
type of tourism that adheres to the value of Islam. most of these
value are shared with other religious and non-religious beliefs (for
example the etical code promoted by world Tourism organization).
It calls for resfect for local communities and the local environment,
benefiting the locals, decency and learning about ather cultures.

hassan (2004)

Islamic tourism means a new ethical dimention in tourism. It stand


for value generally accepted as high standart of morality and
decency. It also atands for the respect of local beliefs ang
traditions, as well as care for the environment. It represents a new
outlook on life ang society. It brings back values to the central
stage in an age where consumerism is rife and everything is
available for use and abuse in the most selfish way. It also
encourages understanding and dialogue between different nations
and civilization and attempts to find out about the backgrown of
different societies and heritages.

sumber: Duman, 2011


Berdasarkan berbagi pengertian pariwisata syariah tersebut di atas, prinsip
industri pariwisata syariah adalah untuk semua orang dalam segala bentuk produk
wisata dengan tetap memperhatikan nila-nilai yang tidak bertentangan dengan syariah.
perbedaan antara pariwisata syariah dengan yang lain secara sistematis ditunjukan
dalam Grafik 1.
pariwisata
Daya tarik

wisatawan
Umum

Umum

Umum

322

aman

halal

Muslim

resto

akomodasi

Umum

Usaha

halal

Umum

Bpw

khusus

pariwisata syariah
grafik 1: Perbandingan Pariwisata syariah dengan yang lainnya
sumber : hafizuddin ahmad (dalam riyanto sofyan,2012)
2.2 Kriteria umum obyek Pariwisata syariah
obyek dalam pariwisata syariah dapat berupa: wisata alam, wisata budaya,
wisata buatan yang dibingkai dalam nilai-nilai islam. adanya nilai-nilai islam yang
melekat tersebut menjadikan para wisatawan dalam melakukan kagiatan wisata
disamping memperoleh kesenangan yang bersifat duniawi, juga mendapatkan
kesenangan yang

sejalan dengan nilai-nilai yang selaras secara dan seiring dengan

tujuan dijalankannya syariah, yaitu memelihara kesejahteraan manusia yang


mencakup perlindungan terhadap keimanan, kehidupan, akal, keturunan, dan harta
benda. Dengan demikian, dalam pariwisata syariah meletakan prinsip yang ada harus
didasarkan pada tujuan untuk meningkatkan semangat keberagaman dengan cara yang
menghibur. keadaan tersebut menjadi sangat berbeda manakala wisatawan melakukan
kegiatan wisata yang konvensional maupun wisata religi.
ketiga jenis kegiatan pariwisata tersebut meskipun berbeda, tidak berarti saling
meniadakan dan saling menghilangkan satu sama lain. wisata konvensional dan religi
pada prinsipnya dapat mendukung terselenggaranya wisata syariah, sepanjang tidak
bertentangan dengan kaidah hukum islam. secara singkat, riyanto (2012) melakukan
komparasi pariwisata konvensional, pariwisata religi, dan pariwisata syariah seperti
yang tersaji dalam tabel 2.
table 2: Perbandingan Pariwisata syariah dengan lainnya.
no.
1.

item
perbandingan
obyek

2.

tujuan

3.

target

4.

Guide

konvensional

religi

alam, Budaya,
heritage, kuliner
Menghibur

tempat ibadah,
peninggalan sejarah
Meningkatkan
spiritualitas
aspek spiritual
menenangkan jiwa,
mencari ketentraman
batin semata.
Menguasai sejarah
tokoh dan lokasi

Menyentuh kepuasan
dan kesenangan yang
bedimensi nafsu, untuk
menghibur semata
Memahami dan
menguasai informasi

syariah
semuanya
Meningkatkan spirit
religiusitas dg menghibur.
Memenuhi keinginan dan
kesenangan serta
menumbuhkan kesadaran
beragama.
Membuat turis tertarik pada
obyek dan membangkitkan

323

sehingga bisa menarik


wisatawan terhadap
obyek wisata.

yang menjadi
obyek wisata.

Fasilitas
ibadah

sekedar perlengkapan

sekedar
perlengkapan.

6. kuliner
7. relasi dengan
masyarakat di
lingkungan
obyek wisata
8. agenda
perjalanan

Umum
komplementer dan
semata-mata mengejar
keuntungan

Umum
komplementer dan
mengejar
keuntungan semata

Mengabaikan waktu

peduli waktu
perjalanan

5.

spirit religiusitas. Mampu


menjelaskan fungsi & peran
syariah dlm membentuk
kebahagiaan dan kepuasan
batin
Menjadi bagian yg menyatu
dg obyek pariwisata, ritual
peribadatan menjadi bagian
paket hiburan.
spesifik yang halal
terintegrasi, interaksi
berdasar prinsip-prinsip
syariah.
Memperhatikan waktu.

sumber: ngatawi al zaztrow, 2012


Berdasarkan penjelasan teoritik dapat disusun kerangka pemikiran dalam
penelitian ini sebagai berikut.

- perkembangan
Desa wisata
- aktivitas

Desa wisata
tumbuh

Desa wisata
Berkembang

Desa wisata
Mandiri

perda no 7
2005,rpJp 06 25
perbub no 14 2005
rpJM 05- 10

Desa wisata
- perkembangan Desa
wisata aktivasi
masyarakat di dalam
kawasan Desa wisata

1. perkembangan Desa
wisata
2. aktivitas

eksistensi Desa
sebagai Desa
wisata

prospek pengembangan desa wisata


berbasis syariah
aspek teori parwisata syariah
- pengertian
- potensi pengembangan
- Desa wisata

324

kajian terhadap potensi


Desa wisata berbasis
syariah
6

Data-data:
- wisata Budaya
- wisata alam
- wisata Buatan

Berbagai kegiatan wisata yang dapat dikembangkan


yang selaras dengan pengembangan desa wisata
syariah.

kesiMpUlan

rekoMenDasi

grafik 2 Kerangka berpikir


metoDe PenelItIan
2.3 alur Penelitian
output dari proses ini adalah strategi pengembangan desa wisata konvensional
menjadi desa wisata syariah.

Desa wisata
konvensional

Alam
Kesenian/Tradisi

Budaya

Daya Tarik
Wisata

Agro

Kegiatan
Wisata

Aktifitas
Jalan
Akomodas
Transportasi

Akses

Menuju
Kawasan

Antar
Obyek

Informasi

Sarana/
Prasarana

Persepsi

Masyarakat

OUTPUT
Strategi
Pengembangan
Desa Wisata
Konvensional
Menjadi Desa
Wisata Syariah

Aktivitas

Umum

Rencana
Pengelolaan
Akomoda
si dan
aktifitas
wisata

Zonasi

Kegiatan
yang
Diijinkan

Batasan

Peraturan/
Kebijakan

325

grafik 3 bagan alur Penelitian


2.4 analisis dan Interpretasi
analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. analisis deskriptif

dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dengan pembahasan mencakup


penyajian data melalui tabel dan grafik. analisis kuantitatif dilakukan dengan metode
swot sehingga diperoleh identifikasi kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan
ancaman. Upaya pengembangan bisa dilakukan melalui beberapa strategi:
9 skk = strategi kekuatan kelemahan atau mengurangi kelemahan sambil
meningkatkan/memaksimalkan kekuatan
9 skp = strategi kekuatan peluang atau memaksimalkan kekuatan untuk
menangkap peluang yang ada
9 ska =

strategi kelemahan ancaman atau mengurangi kelemahan yang ada

agar tidak terlalu menerima dampak ancaman


9 spa =

strategi peluang ancama atau beripaya meraih peluang yang ada

sambil berupaya mengurangi ancaman yang ada.


kombinasi dari strategi-strategi yang dipaparkan di atas diharapkan akan
memunculkan strategi yang relevan bagi pengembangan dari desa wisata konvensional
menjadi desa wisata syariah yang prospektif karena melibatkan kearifan lokal.
HasIl analIsIs Dan PembaHasan
2.5 Peluang pengembangan desa wisata yang ada di Kabupaten sleman untuk
menjadi desa wisata berbasis syariah.
salah satu pendekatan yang ditempuh untuk mengetahui aspirasi masyarakat
terkait desa wisata syariah maka dilakukan survei dengan menyebarkan kuisioner
kepada masyarakat setempat. ikhtisar hasil kuisioner tersebut adalah sebagai berikut.
tabel 3 Ikhtisar jawaban Kuisioner tentang Desa Wisata syariah
Kategori
Pertanyaan
pendapat Masyarakat Dw tidak mengganggu aktivitas ibadah
tentang Desa wisata masyarakat
syariah
Dw dapat dikelola dengan prinsip syariah.
Dw menjadi lebih menarik jika dikembangkan
8

326

skor
4,22
3,98
3,96

menjadi obyek wisata syariah.


sukarela melaksanakan desa wisata syariah.
Desa wisata syariah akan meningkatkan
peribadahan wisatawan.
Dw dapat dikelola dengan prinsip syariah.
konsep Desa wisata syariah dapat menjadi
unggulan yang dapat dipromosikan.
Fasilitas
Dw memiliki fasilitas ibadah muslim
kebersihan lingkungan merupakan prioritas utama.
Mudah mencari bahan makanan/minuman yang
halal.
Di Dw ada lembaga keuangan berbasis syariah.
penerapan saat ini
penginapan di Dw telah memenuhi ketentuan
syariah.
ada dukungan menyelenggarakan desa wisata
syariah.
kepariwisataan di lokasi sudah mengarah kepada
wisata syariah.
aturan sesuai syariah diterapkan pada wisatawan
yang dating
Masyarakat telah menerapkan aturan sesuai syariah
kepada para wisatawan.
sumber: Diolah dari data primer.

3,86
3,89
3,84
3,86
4,32
4,32
4,28
3,52
3,78
4,03
3,68
3,92
3,72

Dalam tabel 3, skor terbesar adalah 5 yang berarti sangat setuju. Berturutturut skor berikutnya adalah 4 (setuju), 3 (netral), 2 (tidak setuju), dan 1 (sangat tidak
setuju). Berdasarkan tabel tersebut, pendapat masyarakat terhadap desa wisata syariah
menunjukkan ada tingkat keraguan terhadap penerapan desa wisata syariah. hal ini
ditunjukan oleh skor nilai yang kebanyakan di bawah angka 4. Masyarakat masih
meragukan akan sukarela melaksanakan konsep desa wisata syariah (skor 3,86) dan
pengelolaan desa wisata berdasarkan prinsip syariah (skor 3,84). hanya saja
masyarakat setuju bahwa adanya desa wisata syariah tidak akan mengganggu aktivitas
mereka dalam beribadah.
sedangkan jika dilihat dari fasilitas, desa wisata di kabupaten sleman cukup
berpotensi untuk dikembangkan menjadi desa wisata syariah. Fasilitas yang cukup
menunjang yaitu sudah tersedianya tempat ibadah muslim (3,42) dan mudahnya akses
untuk mendapatkan makanan yang halal (4,26). selain itu juga ditunjang oleh
kesadaran masyarakat untuk mengajaga lingkungan yang bersih sesuai anjuran islam
(4,32). hanya saja untuk lembaga keuangan berbasis syariah belum bisa terpenuhi
(3,52). skor ini menunjukkan bahwa di mata responden, lembaga keuangan berbasis
syariah tidak masuk sampai ke pedesaan.
9

327

namun, saat ini masyarakat masih ragu akan penerapan desa wisata syariah.
hal lain yang menunjukkan kurangnya dukungan untuk melaksanakan desa wisata
syariah adalah penginapan syariah (skor 3,78), dan masyarakat belum sepenuhnya
menerapkan prinsip syariah kepada para wisatawan (3,72). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa masyarakat masih belum dapat menerima sepenuhnya jika desa
wisata yang ada diubah konsepnya menjadi desa wisata syariah. sampai saat ini, desa
wisata yang ada di kabupaten sleman belum ada yang berbentuk desa wisata syariah.
ketika para responden ditanya tentang kesediaan mengubah status dari desa wisata
konvensional menjadi desa wisata syariah, rata-rata responden optimis dapat
menawarkan desa wisata syariah dengan baik. paling tidak dalam hal makanan dan
minuman telah dijamin kehalalannya.
Masyarakat juga masih menunjukkan keraguan ketika ditanya tentang kerelaan
dan kesiapan menawarkan desa wisata syariah setelah dijelaskan tentang gambaran
sebuah desa wisata syariah. Mereka masih asing untuk mengatur penginapan yang
sesuai dengan ketentuan syariah. Mereka juga masih buta pada potensi para turis dunia
yang berorientasi wisata syariah. Yang sulit meyakinkan mereka adalah bahwa produk
dan layanan wisata tidak akan berubah total jika dilaksanakan berdasarkan prinsip
syariah. tampaknya perlu usaha serius kepada mereka untuk meyakinkan potensi besar
desa wisata syariah yang ada di depan mata. Jika sudah dapat diyakinkan, akan mudah
untuk mengubah bentuk layanan desa wisata dari yang ada sekarang menjadi yang
lebih ramah wisata syariah.
2.6 strategi Pengembangan Desa Wisata menjadi Desa Wisata syariah
Berdasarkan berbagai masalah yang ditemukan dari hasil survey, yaitu aspek
internal dan eksternal maka dilakukan analisis berdasarkan pendekatan kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman (swot). pendekatan ini bertujuan agar dapat
ditemukan kebijakan yang dapat diterapkan oleh pemerintah serta strategi
pengembangan yang perlu dilakukan. Berikut ini hasil analisis swot, arah kebijakan
pengembangn

dan

strategi

pengembangan

yang

perlu

dilakukan

untuk

mengembangkan desa wisata menjadi desa wisata syariah di kabupaten sleman.


a. analisis sWot
analisis swot merupakan salah satu pendekatan analisis kebijakan yang
menggambarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengembangan
10

328

desa wisata menjadi desa wisata syariah secara umum. analisis ini terfokus pada
faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta analisis terhadap
faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman.
Kekuatan Internal
1. output
a. Desa wisata relatif cukup luas, memiliki potensi sumberdaya yang melimpah
sehingga memungkinkan adanya penambahan jenis atraksi maupun paket
wisata.
b. kehidupan dan penghidupan di desa wisata didasari oleh budaya tradisional
pedesaan yang masih kental, hal ini menjadi salah satu daya tarik bagi
wisatawan.
2. fasilitas dan Pelayanan
a. Memiliki sarana prasarana dan fasilitas yang cukup memadai khususnya tempat
ibadah.
b. Mudahnya askses untuk memperoleh makanan halal.
c. kebersihan lingkungan yang terus dijaga dan menjadi prioritas utama sehingga
wisatawan akan merasa nyaman.
3. Pemasaran
a. pengembangan desa wisata didukung oleh partisipasi masyarakat yang tinggi.
b. pelaksanaan promosi desa wisata sudah dilakukan melalui pameran, internet
ataupun melalui sistem getok tular.
4. Permodalan
a. pemerintah ikut berinvestasi dalam pelaksanaan desa wisata.
b. kerjasama masyarakat cukup tinggi untuk bergotong royong membangun
tempat ibadah, misalnya pengumpulan dana dalam wujud sodaqoh dan
wakah.
Kelemahan Internal
1. output
a. kurangnya wawasan sumberdaya manusia setempat mengenai desa wisata
syariah, sehingga masyarakat masih ragu jika desa wisata di tempat mereka
bisa dikembangkan menjadi desa wisata syariah.
11

329

b. saat ini kepariwisataan di lokasi belum sepenuhnya mengarah kepada wisata


syariah. masyarakat belum secara menyeluruh belum menerapkan aturan
syariah kepada wisatawan.
2. fasilitas dan Pelayanan
a. kurangnya penyediaan fasilitas internet bagi wisatawan.
b. terbatasnya kemampuan masyarakat setempat untuk berkomunikasi dengan
wisatawan asing
c. kurangnya keterampilan dan wawasan masyarakat yang mengelola desa
wisata tentang layanan yang berstandar baik
d. Belum memiliki kesiapan untuk melindungi pengunjung dari erupsi gunung
Merapi
3. Pemasaran
a. promosi dilakukan secara pasif
b. adanya kekhawatiran bahwa antara yang dipromosikan dan kenyataannya
cukup berbeda
4. Permodalan
a. kurangnya modal untuk pengembangan desa wisata
b. kurangnya ketertarikan pihak swasta untuk berinvestasi di desa wisata
Peluang eksternal
1. output
a. adanya kemungkinan menjadi satu paket dengan wisata konvensional DiY
b. keragaman kerajinan dan kesenian
c. telah ada kesepakatan pengembangan Desa wisata dengan stakeholderstakeholder terkait.
2. fasilitas dan Pelayanan
a. secara regional dekat dengan jalan utama Yogyakarta-Magelang
b. tersedianya infrastruktur (jalan dan ti) yang memudahkan akses ke desa
wisata
3. Pemasaran
a. animo dan minat wisatawan untuk berkunjung ke desa wisata dari tahun ke
tahun terus bertambah
12

330

b. promosi yang masih terpisah dari promosi kepariwisataan DiY secara


keseluruhan, serta promosi melalui media maya.
ancaman eksternal
1. erupsi Gunung Merapi. kebanyakan desa wisata terletak pada zona bahaya
(berjarak sekitar 15 km dari puncak Merapi)
2. pengaruh budaya luar (pengunjung) terhadap kemurnian budaya penduduk desa
wisata.
3. Makin pesatnya pertumbuhan desa wisata (baik yang konvensional maupun yang
syariah) di berbagai negara.
b. Grand Strategy Pengembangan berdasarkan analisis sWot
Untuk menemukan rancangan strategi pengembangan ekonomi kreatif ynag
perlu dilakukan, maka dapat diderivasikan dari hasil analisis swot seperti dipaparkan
pada tabel 4 berikut ini.
tabel 4 strategi Pengembangan
arahan Pengembangan strategi s + o
arahan Pengembangan strategi W + o
realisasi kerjasama antara pihak
a. Mempertahankan semangat partisipasi a.
pengelola desa wisata dengan
masyarakat, meningkatkan kerjasama
stakholder baik itu pemerintah
antara pihak pengelola desa wisata
dengan para stakeholder terkait untuk
maupun swasta guna meningkatkan
promosi dan investasi desa wisata.
mengembangkan desa wisata menjadi
desa wisata syariah.
b. Meningkatkan kualitas keterampilan
dan wawasan sumberdaya manusia
b. optimalisasi potensi alam, sosial dan
tentang desa wisata syariah.
budaya
untuk
merespon
minat
masyarakat untuk berkunjung atau c. Menjadikan desa wisata sebagai satu
kesatuan obyek wisata di DiY dalam
meningkatkan frekuensi kunjungan ke
desa wisata.
promosi
c. Mendorong terciptanya keragaman d. investasi untuk perbaikan sarana dan
kerajinan dan kesenian untuk menarik
prasarana di desa wisata
segmen baru (anak muda, misalnya) e. pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan
dalam
menciptakan
sehingga mau mengunjungi desa
keragaman produk kerajinan dan
wisata.
d. Menyatukan desa wisata ke dalam
kesenian kepariwisataan DiY serta
pengetahuan tentang desa wisata
promosi dan program kepariwisataan
di DiY secara keseluruhan.
syariah.
arahan Pengembangan strategi s + t
arahan Pengembangan strategi o + t
a. Mempertahankan, bahkan memperkuat a. Membuat paket wisata syariah untuk
pengetahuan keagamaan masyarakat
ditawarkan kepada wisatawan local
sehingga
masyarakat
memiliki
maupun asing
kesadaran untuk pengelolaan desa b. optimalisasi kerjasama antara pihak
wisata berbasis syariah.
pengelola
masing-masing
desa
b. Menonjolkan
cirikhas
dan
wisatadengan stakholder (pemerintah
13

331

meningkatkan daya saing melalui


maupun swasta) dalam meningkatkan
optimalisasi potensi alam dan peran
promosi dan investasi desa wisata.
proaktif masyarakat desa wisata c. Mengembangkan kualitas sumberdaya
sebagai dasar inovasi dan/atau variasi
manusia masyarakat sekitar masingatraksi guna meningkatkan kunjungan
masing desa wisata sebagai basis dari
wisatawan.
layanan yang berkualitas kepada para
c. Menciptakan persepsi rasa aman dan
wisatawan.
nyaman selama berada di desa wisata
disertai
dengan
ditingkatkannya
kualitas sarana dan prasarana yang ada
c. rincian strategi Pengembangan Desa Wisata
pengembangan desa wisata pada dasarnya dilakukan dengan berbasis pada
potensi yang dimiliki masyarakat pedesaan. pola pengembangan desa wisata ini
diharapkan akan mampu mendorong tumbuhnya berbagai sektor ekonomi kerakyatan
seperti industri kerajinan rakyat, industri jasa-perdagangan, agro-industri maupun
industri rumah tangga. pengembangan ekowisata bertumpu pada upaya pelestarian
sumber daya alam/budaya sebagai objek wisata yang dapat dijadikan sebagai sumber
ekonomi berkelanjutan. Unsur penting yang menjadi daya tarik dari sebuah daerah
tujuan ekowisata yaitu:
1. kondisi alam
2. kondisi flora dan fauna
3. kondisi fenomena alam dan
4. kondisi adat dan budaya.
selain itu, kegiatan petualangan, pendidikan dan penelitian juga menjadi daya
tarik dalam pengembangan ekowisata. adapun yang dapat dilakukan dalam
pengembangan ekowisata, misalnya dengan penggalian nilai-nilai budaya dalam
masyarakat. pengembangan agro-wisata berkaitan dengan upaya untuk mengangkat
hasil-hasil pertanian, seperti buah-buahan atau sayuran sebagai daya tarik bagi
wisatawan agar berkinjung di daerahnya. pengembangan agro-wisata dengan komoditi
salak pondoh di beberapa desa di kecamatan turi, sleman merupakan salah satu
contoh yang dapat ditiru oleh desa-desa lainnya. sementara pengembangan agroindustri terkait dengan upaya meningkatkan hasil pertanian, perikanan, peternakan
maupun perkebunan menjadi produk yang memiliki nilai tambah. Upaya
mengembangkan beberapa industri rumah tangga seperti belut goreng, kerupuk udang,
bakso ikan (perikanan), selai pisang (perkebunan), susu cream dari kambing ettawa
14

332

atau sapi perah (peternakan) dapat menjadi suatu contoh kongkret dari model
pengembangan desa wisata ini.
d. Roadmap Kerangka Pengembangan
Berdasarkan uraian analisis swot, roadmap pengembangan desa wisata di
kabupaten sleman menjadi desa wisata syariah terbagi menjadi dua. Pertama,
kerangka pengembangan desa wisata syariah dalam jangka panjang dan jangka pendek.
Kedua, strategi dan usulan kebijakan desa wisata syariah.

Roadmap tersebut

dijelaskan dalam tabel 5 dan tabel 6.


tabel 5 Kerangka Pengembangan Desa Wisata syariah jangka Panjang dan
menengah
a. sasaran jangka Panjang (2018-2023)
terbentuknya desa wisata berbasis syariah di kabupaten sleman yang dapat
mendorong kesadaran beragaman dan dapat mendorong tumbuhnya berbagai sektor
ekonomi kerakyatan.
b. sasaran jangka menengah (2014-2017)
1. pengembangan desa wisata yang menerapkan prinsip syariah
2. peningkatan wawasan masyarakat tentang desa wisata syariah
3. peningkatan fasilitas dan pelayanan desa wisata yang berbasis syariah
4. peningkatan minat wisatawan nasional dan asing
5. peningkatan dan penguatan peran institusi pemerintah dan non pemerintah untuk
pengembangan desa wisata menjadi desa wisata syariah
c. strategi Pengembangan
1. Memperkuat daya tarik produk wisata yang berbasis syariah dengan terus
menggali potensi yang ada baik potensi alam maupun masyarakat.
2. Memperkuat daya dukung faktor-faktor pendorong khususnya peningkatan
pengetahuan masyarakat setempat tentang desa wisata syariah, peningkatan
fasilitas dan pelayanan.
D. Pokok-pokok rencana aksi (2009 2014)
1) Mempertahankan semangat partisipasi masyarakat, meningkatkan kerjasama
antara pihak pengelola desa wisata dengan para stakeholder terkait usaha
pengembangan desa wisata di kabupaten sleman menjadi desa wisata syariah.
2) optimalisasi potensi alam, sosial dan budaya untuk merespon minat masyarakat
untuk berkunjung atau meningkatkan frekuensi kunjungan ke desa wisata.
3) Mendorong terciptanya keragaman kerajinan dan kesenian untuk menarik
segmen baru (anak muda, misalnya) sehingga mau mengunjungi desa wisata.
4) realisasi kerjasama antara pihak pengelola desa wisata dengan stakholder baik
itu pemerintah maupun swasta guna meningkatkan promosi dan investasi desa
wisata.
5) Meningkatkan kualitas keterampilan dan wawasan sumberdaya manusia
masyarakat sekitar tentang desa wisata syariah.
6) Menjadikan desa wisata syariah sebagai satu kesatuan obyek wisata di DiY
15

333

dalam promosi
7) investasi untuk perbaikan sarana dan prasarana di desa wisata.
8) pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dalam menciptakan keragaman
produk kerajinan dan kesenian kepariwisataan DiY.
9) Mempertahankan, bahkan memperkuat pengetahuan keagamaan masyarakat
sehingga masyarakat memiliki kesadaran untuk pengelolaan desa wisata berbasis
syariah.
10) Menonjolkan cirikhas dan meningkatkan daya saing melalui optimalisasi potensi
alam dan peran proaktif masyarakat desa wisata sebagai dasar inovasi dan/atau
variasi atraksi guna meningkatkan kunjungan wisatawan.
11) Menciptakan persepsi rasa aman dan nyaman selama berada di desa wisata
disertai dengan ditingkatkannya kualitas sarana dan prasarana yang ada.
12) optimalisasi kerjasama antara pihak pengelola masing-masing desa wisata
dengan stakholder (pemerintah maupun swasta) dalam meningkatkan promosi
dan investasi desa wisata syariah.
13) Membuat paket wisata syariah untuk ditawarkan kepada wisatawan lokal maupun
asing.
14) Mengembangkan kualitas sumberdaya manusia masyarakat sekitar masingmasing desa wisata sebagai basis dari layanan yang berkualitas kepada para
wisatawan.

tabel 6. strategi dan usulan Kebijakan Desa Wisata syariah


aspek
masalah
produk

Existing Condition
Desa wisata di
kabupaten sleman
belum ada yang
berbentuk desa
wisata syariah
Masyarakat belum
sepenuhnya
menerapkan aturan
sesuai syariah
kepada wisatawan

permodalan ketersediaan
modal merupakan
masalah utama
bagi

Detil rencana aksi oleh


Pelaku ekonomi Kreatif
Membekali masyarakat
setempat dengan
memberikan pengetahuan
tentang desa wisata syariah
optimalisasi potensi alam,
sosial dan budaya untuk
merespon minat masyarakat
untuk berkunjung atau
meningkatkan frekuensi
kunjungan ke desa wisata
Merancang paket wisata
syariah

optimalisasi kerjasama
antara pihak pengelola
masing-masing desa wisata
dengan stakholder
16

334

usulan Program
Pemerintah
Daerah
Melakukan
promosi desa
wisata syariah
Mengadakan
forum/pameran
produk-produk
wisata
khususnya desa
wisata
Mengadakan
pelatihan dan
pembekalan
kepada
masyarakat
setempat
tentang desa
wisata syariah
Meningkatkan
investasi bagi
pengembangan
desa wisata

Fasilitas
dan
pelayanan

kelembaga
an

rencana
pengemban
gan

pengembangan
desa wsata
Minimnya
investasi dari luar
khususnya pihak
swasta

(pemerintah maupun swasta)


dalam meningkatkan
promosi dan investasi
Meningkatkan porsi laba
untuk pengembangan usaha
investasi untuk perbaikan
sarana dan prasarana di desa
wisata.

kurangnya akses
informasi seperti
internet dan telfon
bagi wisatawan
Masyarakat belum
menerapkan aturan
sesuai syariah
kepada para
wisatawan
keterbatasan
masyarakat untuk
berbahasa asing
sehingga
menghambat
komunikasi
dengan wisatawan
asing
kelembagaan yang
mengurus desa
wisata belum
tersusun secara
kompleks

Mempertahankan, bahkan
memperkuat pengetahuan
keagamaan masyarakat
sehingga masyarakat
memiliki kesadaran untuk
pengelolaan desa wisata
berbasis syariah.
Mengembangkan kualitas
sumberdaya manusia
masyarakat sekitar masingmasing desa wisata sebagai
basis dari layanan yang
berkualitas kepada para
wisatawan

Membuat susunan
kelembagaan secara
kompleks dan merancang job
description

rata-rata
identifikasi potensi dan
masyarakat
peluang pengembangan desa
setempat optimis
wisata syariah
dapat menawarkan Membuat matriks
desa wisata syariah
perencanaan pengembangan
hambatan
masyarakat
setempat masih
asing untuk
mengatur desa
wisata syariah
harapan
masyarakat
pengembangan
desa wisata
menjadi desa

menjadi desa
wisata syariah
Membuka
peluang
investasi bagi
pihak swasta
untuk
berinvestasi di
desa wisata
Membantu
menyediakan
fasilitas akses
informasi
seperti internet
dan telfon.
Mengadakan
pelatihan
bahasa dan cara
memberikan
pelayanan
kepada para
wisatawan

Memberikan
arahan dalam
membuat
susunan
kelembagaan
3 Memberikan
dukungan baik
modal maupun
fasilitas

17

335

wisata syariah
tidak akan secara
total merubah
produk dan
layanan yang
sudah dijalankan
Diharapkan roadmap yang diusulkan ini dapat menyebabkan Desa wisata
syariah di kabupaten sleman berkembang dan memiliki prospek yang baik. hal ini
sangat baik untuk kesejahteraan masyarakat kabupaten sleman.

KesImPulan Dan reKomenDasI


Kesimpulan
Dari kajian ini dapat disimpulkan bahwa potensi desa wisata di kabupaten
sleman cukup besar untuk dikembangkan menjadi desa wisata syariah. potensi
tersebut didukung oleh tersedianya fasilitas tempat ibadah yang memadai dan
mudahnya akses untuk mendapatkan makanan halal karena mayoritas masyarakat
kabupaten sleman beragama muslim. namun, dalam usaha pengembangan tersebut
terdapat beberapa kendala diantaranya yaitu; masyarakat setempat kurang mengerti
bagaimana desa wisata syariah, kurangnya wawasan layanan dengan standar baik,
promosi yang pasif, dan keterbatasan variasi tawaran dan kreatifitas di bidang
kerajinan dan kesenian.
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, maka disusunlah alternatif strategi
pengembangan seperti; peningkatan pemahaman masyarakat tentang desa wisata
syariah, optimalisasi potensi alam, sosial dan budaya untuk merespon minat
masyarakat untuk berkunjung atau meningkatkan frekuensi kunjungan ke desa wisata.
namun yang paling penting adalah semua pihak yang berkepentingan mau
merealisasikan strategi-strategi yang telah disusun untuk mengembangkan desa wisata
di kabupaten sleman menjadi desa wisata syariah.
rekomendasi
Dalam rangka pengembangan desa wisata syariah, maka direkomendasikan
berbagai kebijakan dan strategi meliputi:

18

336

a. kebijakan prioritas sektoral, perlunya disusun prioritas pengembangan desa wisata.


Misalnya prioritas berdasar pada kepemilikan potensi yang dimiliki oleh setiap
daerah desa wisata.
b. Melakukan kegiatan pemberdayaan kepada masyarakat setempat misalnya:
1) Meningkatkan pengetahuan keagamaan masyarakat sehingga masyarakat
memiliki kesadaran untuk pengelolaan desa wisata berbasis syariah.
2) Meningkatkan kemampuan bahasa asing dan pelayanan masyarakat setempat
agar menarik dan membuat wisatawan merasa nyaman.
c. pemberdayaan terhadap institusi yang terkait, agar para pihak mempunyai
komitmen kuat untuk mengembangkan desa wisata syariah yang diwujudkan
dalam bentuk pemberian perhatian, alokasi sumberdaya/dana, upaya dan waktu
yang lebih banyak untuk usaha pengembangan.

Daftar PustaKa
anonim, (2012), Rural Tourism Strategy, tourism Deaprtment republic of south
africa.
http://www.tempo.co/read/news/2013/01/25/199456952/Desa-wisata-di-slemanDinilai-kurang-inovatif
http://nurulithaandini.wordpress.com/2012/07/05/pengorganisasian-komunitas-dalampengembangan-agrowisata-di-desa-wisata-kembangarum/
http://gaul.solopos.com/sosok-harjana-ketua-pengelola-desa-wisata-ketingan148864.html
http://mm.feb.ugm.ac.id/index.php/2012-02-16-08-39-43/laporan-pembangunanberkelanjutan/2952-desa-wisata-kembang-arum-media-pengembanganmasyarakat
http://www.majalahgontor.net/index.php?option=com_content&view=article&id=435:kon
sep-halalan-thayyiban-dalam-makanan&catid=67:dirasah&itemid=129
http://www.dakwatuna.com/2013/04/09/30915/kemenparekraf-mui-siap-hadirkanwisata-halal-di-indonesia/#ixzz2tnpglkkt
http://www.tempo.co/read/news/2013/01/25/199456952/Desa-wisata-di-slemanDinilai-kurang-inovatif
http://nurulithaandini.wordpress.com/2012/07/05/pengorganisasian-komunitas-dalampengembangan-agrowisata-di-desa-wisata-kembangarum/
http://gaul.solopos.com/sosok-harjana-ketua-pengelola-desa-wisata-ketingan148864.html
19

337

http://mm.feb.ugm.ac.id/index.php/2012-02-16-08-39-43/laporan-pembangunanberkelanjutan/2952-desa-wisata-kembang-arum-media-pengembanganmasyarakat
Chaskin, J. robert. 2001. Building Community Capacity. walter De Gruyter, inc: new
York.
Damanik, Janianton dan helmut F. weber. 206. PERENCANAAN EKOWISATA : Dari
Teori ke Aplikasi. pusat studi pariwisata (pUspar) UGM: Yogyakarta.
Duman, teoman, 2011, Value of islam tourism offering: perspective from the turkish
experience, world islamic tourism Forum (witF), kuala lumpur, Malaysia,
alamat: http://iais.org.my/e/attach/ppts/12-13JUl2011witF/ppts/Dr%20teoman%20Duman.pdf. Diunduh: november 20, 2014.
halal thayyiban , (2012), Pengertian Halal dan Thayyib, part 1,
imam suprayogo dan tobroni (2003). Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung:
pt remaja rosdakarya.
lestari, susi. 2009. Pengembangan Desa Wisata Dalam Upaya Pemberdayaan
Masyarakat: Studi di Desa Wisata Kembangarum, Sleman. tugas akhir
sosiologi Universitas islam negeri sunan kalijaga. Yogyakarta.
Masri singarimbun dan s effendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta: lp3es, 1995.
Mukhotib, MD. 2012. Membangun Organisasi Rakyat.
nuryanti, wiendu. 1993. Concept, Perspective and Challenges, makalah bagian dari
laporan konferensi internasional mengenai pariwisata Budaya. Yogyakarta:
Gadjah Mada University press.
priasukmana, soetarso dan r. Mohamad Mulyadin. 2001. Pembangunan Desa Wisata
: Pelaksanaan Undang-undang Otonomi Daerah. info sosial ekonomi
Volume 2 no. 1.sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. CV.
alfabeta: Bandung.
riyanto, sofyan. 2012. prospek Bisnis pariwisata syariah. Jakarta: Buku republika.
simanjuntak, Grace alfariesta. 2012. Proses Pengorganisasian Kelompok Perempuan
Untuk Mencapai Kemandirian Sosial dan Ekonomi. tesis perencanaan
wilayah dan kota institut teknologi Bandung.
sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: alfabeta, 2004
suharsimi arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: rineka Cipta, 2002
susetyo, nurulitha andini. 2012. Pengorganisasian Komunitas dalam Pengembangan
Agrowisata di Desa Wisata. Studi Kasus: Desa Wisata Kembangarum. tugas
akhir perencanaan wilayah dan kota institut teknologi Bandung.
telfer, David J. Agritourism : A Path to Community Development. routledge: london.
Utama, i G Bagus rai. 2007. Agrotourism as an Alternative Form of Tourism in Bali.
wicaksono, ahc. wazir dan taryono Darusman. 2001. Catatan Pertama Pengalaman
Belajar Praktek Pengorganisasian Masyarakat di Simpul Belajar. Yayasan
pUter: Bogor

20

338

You might also like