Professional Documents
Culture Documents
DPPM-UII Pros23 Hal 319-338 Potensi Pengembangan PDF
DPPM-UII Pros23 Hal 319-338 Potensi Pengembangan PDF
KabuPaten sleman
tim Peneliti : unggul Priyadi, yazid, eko atmaji
abstract
this study examined the development of rural tourism opportunities in sleman district into a tourist
village sharia. the purpose of this study is to analyze the development of rural tourism opportunities
that exist in sleman to be sharia-based tourist village. in addition, this study also aims to develop a
strategy which will be structured to develop into a tourist village tourism village sharia. the data were
analyzed descriptively and quantitatively. Quantitative analysis was performed by the method of swot.
From this study it can be concluded that the potential of the tourist village in sleman district is large
enough to be developed into a tourist village sharia. the potential is supported by the availability of
adequate facilities and places of worship that make easy access to halal food for the majority of the
Muslim religious community sleman regency. however, rural tourism development of sharia also faces
several obstacles. to overcome these constraints then drafted alternative development strategies such as;
increase people's understanding of the tourist village of sharia, the optimization potential of the natural,
social and cultural to respond to the public interest to visit or increase the frequency of visits to tourist
village.
keyward: sleman district into a tourist village sharia
PenDaHuluan
Daerah istimewa Yogyakarta (DiY) adalah daerah tujuan wisata kedua setelah
Bali di pandang dari sisi wisatawan mancanegara. Banyak atraksi yang menarik di
sekitar DiY yang menjadi perhatian para wisatawan mancanegara maupun domestik
seperti Candi Borobudur, Candi prambanan, pantai di selatan DiY, keraton,
kaliurang, dan desa wisata.
banyak, termasuk belajar bahasa indonesia, wisata kuliner, belanja, dan wisata halal
yang saat ini sedang popular di era global.
wisata halal (wisata syariah) merupakan produk pariwisata dimana para
wisatawan yang beragama islam mampu mempraktikkan syariah dengan ketat dapat
dengan leluasa menikmati berbagai atraksi wisata tanpa mengorbankan praktik
syariahnya. Dukungan atas wisata syariah akan memperbesar sumbangan sektor
pariwisata terhadap perekonomian DiY.
pada tahun 2011, 3,2 juta wisatawan telah mengunjungi DiY. sekitar 96%
merupakan wisatawan domestik dan sisanya adalah wisatawan mancanegara. Untuk
wisatawan manca negara (wisman), terbesar dari Belanda yang kemudian disusul oleh
Jepang, Malaysia, dan perancis. Jika dilihat dari kualitas wisman berdasarkan pilihan
kelas hotelnya, sekitar 20% memilih tinggal di hotel kelas melati sedangkan sisanya
1
319
perekonomian DiY tumbuh lebih tinggi. salah satu perluasan dari sektor pariwisata
adalah wisata syariah.
wisata syariah akan menangkap peluang lain yang sebelumnya diabaikan yaitu
wisatawan yang menginginkan berwisata di DiY tanpa mengorbankan praktik
syariahnya. seiring dengan meningkatnya perekonomian di negara-negara muslim
dalam dekade terakhir ini, keinginan untuk berwisata meningkat, termasuk ke
indonesia.
dikembangkan adalah wisata budaya dimana para turis diajak untuk belajar membatik,
menari, ataupun nembang macapat.
daerah pedesaan yang digunakan untuk desa wisata. Dalam desa wisata, wisatawan
2
320
diajak hidup dalam lingkungan pedesaan ala jawa dimana semua akomodasinya jauh
dari kemewahan hotel berbintang tapi memiliki kenyamanan yang sama.
Di kabupaten sleman, saat ini terdapat 38 desa wisata yang terbagi dalam tiga
kategori, yakni 12 desa wisata tumbuh, 13 desa wisata berkembang dan 13 desa wisata
mandiri. Desa wisata yang termasuk dalam kategori tumbuh yakni desa wisata rumah
Domes, Candi abang, nawung, Bokesan, tunggularum, ngamboh, pajangan, Grogol,
Jamur, kadisobo dan kaliurang timur. Untuk 13 desa wisata yang termasuk dalam
kategori berkembang adalah desa wisata Garongan, Gamplong, sangubanyu,
Malangan, Brajan, Mlagi, sendari, Gabugan, Dukuh, turgo, petung dan ledoknongko.
ada pun yang termasuk dalam kategori desa wisata mandiri sebanyak 13 desa wisata
adalah Desa wisata kelor, kembangarum, pentingsari, srowolan, Brayut, plempoh,
sambi, ketingan, nganggring, Jethak ii, sukunan, tanjung dan trumpon.
ada dua tujuan dalam penelitian ini yaitu menganalisis potensi pengembangan
desa wisata yang ada di kabupaten sleman untuk menjadi desa wisata berbasis syariah
serta menyajikan data desa wisata yang berpotensi dikembangkan menjadi desa wisata
syariah sesuai aspirasi dan kepentingan masyarakat setempat.
lanDasan teorI Dan KerangKa PemIKIran
2.1 Pengertian Pariwisata syariah
wisatawan muslim merupakan segmen baru yang sedang berkembang pesat
dalam industri pariwisata. Menjelajahi dunia seperti wisatawan lain dengan tidak
mengorbankan kebutuhan dasar mereka berupa pemenuhan makanan halal dan
kemudahan pelaksanaan ibadahnya berupa shalat. Jadi, secara umum pariwisata
syariah dan pariwisata konvensional tidak beda, hanya kebutuhan terhadap paket
wisata, akomodasi, makanan dan minuman memenuhi ketentuan nilai-nilai islam
dimana hal ini dapat juga dinikmati oleh semua kalangan karena secara generic tidak
berbeda. Duman (2011) telah mengumpulkan pendapat para pakar dalam
mendefinisikan pariwisata syariah. pendapat-pendapat tersebut tersaji di tabel 1.
tabel 1: Definisi Pariwisata Islam ( Duman, 2011)
pengarang
shakiry (2006)
Definisi
The concept of Islamic Tourism is not limited to religions tourism,
but it extend to all forms of tourism except those that go against
3
321
Islamic value
hassan (2007)
hassan (2004)
wisatawan
Umum
Umum
Umum
322
aman
halal
Muslim
resto
akomodasi
Umum
Usaha
halal
Umum
Bpw
khusus
pariwisata syariah
grafik 1: Perbandingan Pariwisata syariah dengan yang lainnya
sumber : hafizuddin ahmad (dalam riyanto sofyan,2012)
2.2 Kriteria umum obyek Pariwisata syariah
obyek dalam pariwisata syariah dapat berupa: wisata alam, wisata budaya,
wisata buatan yang dibingkai dalam nilai-nilai islam. adanya nilai-nilai islam yang
melekat tersebut menjadikan para wisatawan dalam melakukan kagiatan wisata
disamping memperoleh kesenangan yang bersifat duniawi, juga mendapatkan
kesenangan yang
item
perbandingan
obyek
2.
tujuan
3.
target
4.
Guide
konvensional
religi
alam, Budaya,
heritage, kuliner
Menghibur
tempat ibadah,
peninggalan sejarah
Meningkatkan
spiritualitas
aspek spiritual
menenangkan jiwa,
mencari ketentraman
batin semata.
Menguasai sejarah
tokoh dan lokasi
Menyentuh kepuasan
dan kesenangan yang
bedimensi nafsu, untuk
menghibur semata
Memahami dan
menguasai informasi
syariah
semuanya
Meningkatkan spirit
religiusitas dg menghibur.
Memenuhi keinginan dan
kesenangan serta
menumbuhkan kesadaran
beragama.
Membuat turis tertarik pada
obyek dan membangkitkan
323
yang menjadi
obyek wisata.
Fasilitas
ibadah
sekedar perlengkapan
sekedar
perlengkapan.
6. kuliner
7. relasi dengan
masyarakat di
lingkungan
obyek wisata
8. agenda
perjalanan
Umum
komplementer dan
semata-mata mengejar
keuntungan
Umum
komplementer dan
mengejar
keuntungan semata
Mengabaikan waktu
peduli waktu
perjalanan
5.
- perkembangan
Desa wisata
- aktivitas
Desa wisata
tumbuh
Desa wisata
Berkembang
Desa wisata
Mandiri
perda no 7
2005,rpJp 06 25
perbub no 14 2005
rpJM 05- 10
Desa wisata
- perkembangan Desa
wisata aktivasi
masyarakat di dalam
kawasan Desa wisata
1. perkembangan Desa
wisata
2. aktivitas
eksistensi Desa
sebagai Desa
wisata
324
Data-data:
- wisata Budaya
- wisata alam
- wisata Buatan
kesiMpUlan
rekoMenDasi
Desa wisata
konvensional
Alam
Kesenian/Tradisi
Budaya
Daya Tarik
Wisata
Agro
Kegiatan
Wisata
Aktifitas
Jalan
Akomodas
Transportasi
Akses
Menuju
Kawasan
Antar
Obyek
Informasi
Sarana/
Prasarana
Persepsi
Masyarakat
OUTPUT
Strategi
Pengembangan
Desa Wisata
Konvensional
Menjadi Desa
Wisata Syariah
Aktivitas
Umum
Rencana
Pengelolaan
Akomoda
si dan
aktifitas
wisata
Zonasi
Kegiatan
yang
Diijinkan
Batasan
Peraturan/
Kebijakan
325
326
skor
4,22
3,98
3,96
3,86
3,89
3,84
3,86
4,32
4,32
4,28
3,52
3,78
4,03
3,68
3,92
3,72
Dalam tabel 3, skor terbesar adalah 5 yang berarti sangat setuju. Berturutturut skor berikutnya adalah 4 (setuju), 3 (netral), 2 (tidak setuju), dan 1 (sangat tidak
setuju). Berdasarkan tabel tersebut, pendapat masyarakat terhadap desa wisata syariah
menunjukkan ada tingkat keraguan terhadap penerapan desa wisata syariah. hal ini
ditunjukan oleh skor nilai yang kebanyakan di bawah angka 4. Masyarakat masih
meragukan akan sukarela melaksanakan konsep desa wisata syariah (skor 3,86) dan
pengelolaan desa wisata berdasarkan prinsip syariah (skor 3,84). hanya saja
masyarakat setuju bahwa adanya desa wisata syariah tidak akan mengganggu aktivitas
mereka dalam beribadah.
sedangkan jika dilihat dari fasilitas, desa wisata di kabupaten sleman cukup
berpotensi untuk dikembangkan menjadi desa wisata syariah. Fasilitas yang cukup
menunjang yaitu sudah tersedianya tempat ibadah muslim (3,42) dan mudahnya akses
untuk mendapatkan makanan yang halal (4,26). selain itu juga ditunjang oleh
kesadaran masyarakat untuk mengajaga lingkungan yang bersih sesuai anjuran islam
(4,32). hanya saja untuk lembaga keuangan berbasis syariah belum bisa terpenuhi
(3,52). skor ini menunjukkan bahwa di mata responden, lembaga keuangan berbasis
syariah tidak masuk sampai ke pedesaan.
9
327
namun, saat ini masyarakat masih ragu akan penerapan desa wisata syariah.
hal lain yang menunjukkan kurangnya dukungan untuk melaksanakan desa wisata
syariah adalah penginapan syariah (skor 3,78), dan masyarakat belum sepenuhnya
menerapkan prinsip syariah kepada para wisatawan (3,72). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa masyarakat masih belum dapat menerima sepenuhnya jika desa
wisata yang ada diubah konsepnya menjadi desa wisata syariah. sampai saat ini, desa
wisata yang ada di kabupaten sleman belum ada yang berbentuk desa wisata syariah.
ketika para responden ditanya tentang kesediaan mengubah status dari desa wisata
konvensional menjadi desa wisata syariah, rata-rata responden optimis dapat
menawarkan desa wisata syariah dengan baik. paling tidak dalam hal makanan dan
minuman telah dijamin kehalalannya.
Masyarakat juga masih menunjukkan keraguan ketika ditanya tentang kerelaan
dan kesiapan menawarkan desa wisata syariah setelah dijelaskan tentang gambaran
sebuah desa wisata syariah. Mereka masih asing untuk mengatur penginapan yang
sesuai dengan ketentuan syariah. Mereka juga masih buta pada potensi para turis dunia
yang berorientasi wisata syariah. Yang sulit meyakinkan mereka adalah bahwa produk
dan layanan wisata tidak akan berubah total jika dilaksanakan berdasarkan prinsip
syariah. tampaknya perlu usaha serius kepada mereka untuk meyakinkan potensi besar
desa wisata syariah yang ada di depan mata. Jika sudah dapat diyakinkan, akan mudah
untuk mengubah bentuk layanan desa wisata dari yang ada sekarang menjadi yang
lebih ramah wisata syariah.
2.6 strategi Pengembangan Desa Wisata menjadi Desa Wisata syariah
Berdasarkan berbagai masalah yang ditemukan dari hasil survey, yaitu aspek
internal dan eksternal maka dilakukan analisis berdasarkan pendekatan kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman (swot). pendekatan ini bertujuan agar dapat
ditemukan kebijakan yang dapat diterapkan oleh pemerintah serta strategi
pengembangan yang perlu dilakukan. Berikut ini hasil analisis swot, arah kebijakan
pengembangn
dan
strategi
pengembangan
yang
perlu
dilakukan
untuk
328
desa wisata menjadi desa wisata syariah secara umum. analisis ini terfokus pada
faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta analisis terhadap
faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman.
Kekuatan Internal
1. output
a. Desa wisata relatif cukup luas, memiliki potensi sumberdaya yang melimpah
sehingga memungkinkan adanya penambahan jenis atraksi maupun paket
wisata.
b. kehidupan dan penghidupan di desa wisata didasari oleh budaya tradisional
pedesaan yang masih kental, hal ini menjadi salah satu daya tarik bagi
wisatawan.
2. fasilitas dan Pelayanan
a. Memiliki sarana prasarana dan fasilitas yang cukup memadai khususnya tempat
ibadah.
b. Mudahnya askses untuk memperoleh makanan halal.
c. kebersihan lingkungan yang terus dijaga dan menjadi prioritas utama sehingga
wisatawan akan merasa nyaman.
3. Pemasaran
a. pengembangan desa wisata didukung oleh partisipasi masyarakat yang tinggi.
b. pelaksanaan promosi desa wisata sudah dilakukan melalui pameran, internet
ataupun melalui sistem getok tular.
4. Permodalan
a. pemerintah ikut berinvestasi dalam pelaksanaan desa wisata.
b. kerjasama masyarakat cukup tinggi untuk bergotong royong membangun
tempat ibadah, misalnya pengumpulan dana dalam wujud sodaqoh dan
wakah.
Kelemahan Internal
1. output
a. kurangnya wawasan sumberdaya manusia setempat mengenai desa wisata
syariah, sehingga masyarakat masih ragu jika desa wisata di tempat mereka
bisa dikembangkan menjadi desa wisata syariah.
11
329
330
331
332
atau sapi perah (peternakan) dapat menjadi suatu contoh kongkret dari model
pengembangan desa wisata ini.
d. Roadmap Kerangka Pengembangan
Berdasarkan uraian analisis swot, roadmap pengembangan desa wisata di
kabupaten sleman menjadi desa wisata syariah terbagi menjadi dua. Pertama,
kerangka pengembangan desa wisata syariah dalam jangka panjang dan jangka pendek.
Kedua, strategi dan usulan kebijakan desa wisata syariah.
Roadmap tersebut
333
dalam promosi
7) investasi untuk perbaikan sarana dan prasarana di desa wisata.
8) pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dalam menciptakan keragaman
produk kerajinan dan kesenian kepariwisataan DiY.
9) Mempertahankan, bahkan memperkuat pengetahuan keagamaan masyarakat
sehingga masyarakat memiliki kesadaran untuk pengelolaan desa wisata berbasis
syariah.
10) Menonjolkan cirikhas dan meningkatkan daya saing melalui optimalisasi potensi
alam dan peran proaktif masyarakat desa wisata sebagai dasar inovasi dan/atau
variasi atraksi guna meningkatkan kunjungan wisatawan.
11) Menciptakan persepsi rasa aman dan nyaman selama berada di desa wisata
disertai dengan ditingkatkannya kualitas sarana dan prasarana yang ada.
12) optimalisasi kerjasama antara pihak pengelola masing-masing desa wisata
dengan stakholder (pemerintah maupun swasta) dalam meningkatkan promosi
dan investasi desa wisata syariah.
13) Membuat paket wisata syariah untuk ditawarkan kepada wisatawan lokal maupun
asing.
14) Mengembangkan kualitas sumberdaya manusia masyarakat sekitar masingmasing desa wisata sebagai basis dari layanan yang berkualitas kepada para
wisatawan.
Existing Condition
Desa wisata di
kabupaten sleman
belum ada yang
berbentuk desa
wisata syariah
Masyarakat belum
sepenuhnya
menerapkan aturan
sesuai syariah
kepada wisatawan
permodalan ketersediaan
modal merupakan
masalah utama
bagi
optimalisasi kerjasama
antara pihak pengelola
masing-masing desa wisata
dengan stakholder
16
334
usulan Program
Pemerintah
Daerah
Melakukan
promosi desa
wisata syariah
Mengadakan
forum/pameran
produk-produk
wisata
khususnya desa
wisata
Mengadakan
pelatihan dan
pembekalan
kepada
masyarakat
setempat
tentang desa
wisata syariah
Meningkatkan
investasi bagi
pengembangan
desa wisata
Fasilitas
dan
pelayanan
kelembaga
an
rencana
pengemban
gan
pengembangan
desa wsata
Minimnya
investasi dari luar
khususnya pihak
swasta
kurangnya akses
informasi seperti
internet dan telfon
bagi wisatawan
Masyarakat belum
menerapkan aturan
sesuai syariah
kepada para
wisatawan
keterbatasan
masyarakat untuk
berbahasa asing
sehingga
menghambat
komunikasi
dengan wisatawan
asing
kelembagaan yang
mengurus desa
wisata belum
tersusun secara
kompleks
Mempertahankan, bahkan
memperkuat pengetahuan
keagamaan masyarakat
sehingga masyarakat
memiliki kesadaran untuk
pengelolaan desa wisata
berbasis syariah.
Mengembangkan kualitas
sumberdaya manusia
masyarakat sekitar masingmasing desa wisata sebagai
basis dari layanan yang
berkualitas kepada para
wisatawan
Membuat susunan
kelembagaan secara
kompleks dan merancang job
description
rata-rata
identifikasi potensi dan
masyarakat
peluang pengembangan desa
setempat optimis
wisata syariah
dapat menawarkan Membuat matriks
desa wisata syariah
perencanaan pengembangan
hambatan
masyarakat
setempat masih
asing untuk
mengatur desa
wisata syariah
harapan
masyarakat
pengembangan
desa wisata
menjadi desa
menjadi desa
wisata syariah
Membuka
peluang
investasi bagi
pihak swasta
untuk
berinvestasi di
desa wisata
Membantu
menyediakan
fasilitas akses
informasi
seperti internet
dan telfon.
Mengadakan
pelatihan
bahasa dan cara
memberikan
pelayanan
kepada para
wisatawan
Memberikan
arahan dalam
membuat
susunan
kelembagaan
3 Memberikan
dukungan baik
modal maupun
fasilitas
17
335
wisata syariah
tidak akan secara
total merubah
produk dan
layanan yang
sudah dijalankan
Diharapkan roadmap yang diusulkan ini dapat menyebabkan Desa wisata
syariah di kabupaten sleman berkembang dan memiliki prospek yang baik. hal ini
sangat baik untuk kesejahteraan masyarakat kabupaten sleman.
18
336
Daftar PustaKa
anonim, (2012), Rural Tourism Strategy, tourism Deaprtment republic of south
africa.
http://www.tempo.co/read/news/2013/01/25/199456952/Desa-wisata-di-slemanDinilai-kurang-inovatif
http://nurulithaandini.wordpress.com/2012/07/05/pengorganisasian-komunitas-dalampengembangan-agrowisata-di-desa-wisata-kembangarum/
http://gaul.solopos.com/sosok-harjana-ketua-pengelola-desa-wisata-ketingan148864.html
http://mm.feb.ugm.ac.id/index.php/2012-02-16-08-39-43/laporan-pembangunanberkelanjutan/2952-desa-wisata-kembang-arum-media-pengembanganmasyarakat
http://www.majalahgontor.net/index.php?option=com_content&view=article&id=435:kon
sep-halalan-thayyiban-dalam-makanan&catid=67:dirasah&itemid=129
http://www.dakwatuna.com/2013/04/09/30915/kemenparekraf-mui-siap-hadirkanwisata-halal-di-indonesia/#ixzz2tnpglkkt
http://www.tempo.co/read/news/2013/01/25/199456952/Desa-wisata-di-slemanDinilai-kurang-inovatif
http://nurulithaandini.wordpress.com/2012/07/05/pengorganisasian-komunitas-dalampengembangan-agrowisata-di-desa-wisata-kembangarum/
http://gaul.solopos.com/sosok-harjana-ketua-pengelola-desa-wisata-ketingan148864.html
19
337
http://mm.feb.ugm.ac.id/index.php/2012-02-16-08-39-43/laporan-pembangunanberkelanjutan/2952-desa-wisata-kembang-arum-media-pengembanganmasyarakat
Chaskin, J. robert. 2001. Building Community Capacity. walter De Gruyter, inc: new
York.
Damanik, Janianton dan helmut F. weber. 206. PERENCANAAN EKOWISATA : Dari
Teori ke Aplikasi. pusat studi pariwisata (pUspar) UGM: Yogyakarta.
Duman, teoman, 2011, Value of islam tourism offering: perspective from the turkish
experience, world islamic tourism Forum (witF), kuala lumpur, Malaysia,
alamat: http://iais.org.my/e/attach/ppts/12-13JUl2011witF/ppts/Dr%20teoman%20Duman.pdf. Diunduh: november 20, 2014.
halal thayyiban , (2012), Pengertian Halal dan Thayyib, part 1,
imam suprayogo dan tobroni (2003). Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung:
pt remaja rosdakarya.
lestari, susi. 2009. Pengembangan Desa Wisata Dalam Upaya Pemberdayaan
Masyarakat: Studi di Desa Wisata Kembangarum, Sleman. tugas akhir
sosiologi Universitas islam negeri sunan kalijaga. Yogyakarta.
Masri singarimbun dan s effendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta: lp3es, 1995.
Mukhotib, MD. 2012. Membangun Organisasi Rakyat.
nuryanti, wiendu. 1993. Concept, Perspective and Challenges, makalah bagian dari
laporan konferensi internasional mengenai pariwisata Budaya. Yogyakarta:
Gadjah Mada University press.
priasukmana, soetarso dan r. Mohamad Mulyadin. 2001. Pembangunan Desa Wisata
: Pelaksanaan Undang-undang Otonomi Daerah. info sosial ekonomi
Volume 2 no. 1.sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. CV.
alfabeta: Bandung.
riyanto, sofyan. 2012. prospek Bisnis pariwisata syariah. Jakarta: Buku republika.
simanjuntak, Grace alfariesta. 2012. Proses Pengorganisasian Kelompok Perempuan
Untuk Mencapai Kemandirian Sosial dan Ekonomi. tesis perencanaan
wilayah dan kota institut teknologi Bandung.
sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: alfabeta, 2004
suharsimi arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: rineka Cipta, 2002
susetyo, nurulitha andini. 2012. Pengorganisasian Komunitas dalam Pengembangan
Agrowisata di Desa Wisata. Studi Kasus: Desa Wisata Kembangarum. tugas
akhir perencanaan wilayah dan kota institut teknologi Bandung.
telfer, David J. Agritourism : A Path to Community Development. routledge: london.
Utama, i G Bagus rai. 2007. Agrotourism as an Alternative Form of Tourism in Bali.
wicaksono, ahc. wazir dan taryono Darusman. 2001. Catatan Pertama Pengalaman
Belajar Praktek Pengorganisasian Masyarakat di Simpul Belajar. Yayasan
pUter: Bogor
20
338