Professional Documents
Culture Documents
Himah. Nurul - A2006
Himah. Nurul - A2006
NURUL HIKMAH
A.24101097
SUMMARY
nitrogen release of the slow release fertilizer (SRF) formula and the mixture of
urea and zeolite; and (b) to compare the nitrogen release of SRF formula and prill
urea as well as granule urea.
The experiment was carried out by using aerobe incubation method during
14 weeks. The codes of SRF which used in this research are A, B, C, D with
contained of 22% N; E, F, G, H (32% N), K (36% N), prill and granule urea (45%
N), P1 (6% N), P2(18% N), P3 (15% N), and without nitrogen as control. The
fertilizers were given
containing equivalent to100g oven-dry soil. The fertilizer and soil then mixed
homogenously and watered until field capacity. The soil in the plastic bottle
covered by polyethylene plastic and then incubated in the room temperature. The
nitrogen as ammonium and nitrate, electrical conductivity (EC), and pH were
analyzed at 1, 2, 3, 4, 6, 8, 10, 14 week of incubation period.
The results indicate that ammonium had been detected at the first week
incubation and decrease until near zero at the third week incubation. Meanwhile,
the nitrate showed a continuous increase during the incubation period. The
slowest nitrogen release showed by SRF B formula (urea mixture with zeolite in
the ratio of 50:50). This value is still lower compared with the other 3 types of
RINGKASAN
pelepasan nitrogen pada pupuk yang paling lambat terjadi pada formula SRF B
yang mengandung campuran urea:zeolit dengan perbandingan 50:50. Nilai ini
lebih lambat dari 3 jenis pupuk pembanding yang ada di pasaran. Zeolit yang
dicampur dengan pupuk urea mengikat amonium yang dilepaskan pupuk pada saat
penguraian. Amonium yang dijerap zeolit tidak segera dilepas ke dalam larutan
tanah selama jumlah amonium dalam tanah masih tinggi. Setelah amonium dalam
tanah berubah menjadi nitrat, persediaan amonium dalam rongga-rongga zeolit
dilepaskan ke dalam larutan tanah.
Kata kunci: amonium, nitrat, slow release fertilizer, zeolit.
NURUL HIKMAH
A.24101097
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Judul
Nama
: Nurul Hikmah
Menyetujui
Pembimbing Skrips i I
Pembimbing Skripsi II
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan di kota Meulaboh (Aceh Barat) pada tagggal 24April
1983 dari ibunda Linda Wati dan Ayah Hartanto Hadiono. Penulis adalah anak
kedua dari 4 bersaudari (Nurhasanah, Nurul Hikmah, Ainun Mardiah, dan Puteri
Azmi). Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Panaragan
Kidul2 bogor tahun 1989 dan lulus pada tahun 1995. kemudian melanjutka n
pendidikan di SMPN 11 Bogor sampai dengan tahun 1998, dan melanjutkan ke
SMUN 6 Bogor dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2001.
Pada tahun 2001, penulis lulus seleksi masuk ke Instit ut Pertanian Bogor
melalui Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Selama kuliah di IPB
penulis aktif megikuti berbagai kegiatan di kampus, beberapa diantaranya adalah,
anggota Kebun Mahasiswa Pecinta Tanaman Obat Agrifarma, Anggota Paduan
Suara Agria Swara, anggota redaksi majalah HUMUS, penulis juga aktif di
Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) sebagai Staf di Biro Seni dan bakat.
Penulis
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul Peranan Zeolit dalam
Pelepasan Nitrogen dari Pupuk Tersedia Lambat (Slow Release Fertilizers)
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan
dari Dr.Ir. Suwardi dan Dr.Ir. Astiana Sastiono sebagai pembimbing skripsi.
Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada beliau
yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan sumbangan pemikiran kepada
penulis. Penulis juga ucapkan banyak terimakasih kepada mama, papa, ka Fera,
adikku ainun dan putri yang tersayang. Kepada sahabatku Trilia dan rekan-rekan
seangkatan
yang
tidak
dapat
disebutkan
satu
persatu,
penulis
sangat
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
DAFTAR TABEL...........................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
iv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................
IV.
V.
22
22
23
24
25
28
29
31
33
5.2. Saran.................................................................................................
33
35
LAMPIRAN .............................................................................................
37
DAFTAR TABEL
Teks
1.
2.
Halaman
18
Pupuk Pembanding Urea Pril (UP), Urea Granul (UG) dan SRF
Produk Import (P1, P2, P3) .....................................................................
19
Lampiran
1.
30
2.
30
3.
30
4.
31
5.
Kriteria Penilaian Data Analisis Sifat Kimia Tanah Menurut (PPT) .....
31
6.
32
7.
33
DAFTAR GAMBAR
Teks
1.
2.
3.
4.
Halaman
Laju Pelepasan Nitrogen menjadi Amonium dari Pupuk SRF, Urea Prill
(UP), Urea Granul (UG), selama 14 Minggu Waktu Inkubasi................
21
22
Laju (NH4++ NO3-) antara Formula SRF, Urea Prill (UP) dan Urea
Granul yang Dihasilkan ..........................................................................
23
24
Lampiran
1.
34
2.
34
3.
34
I. PENDAHULUAN
Nitrogen yang diserap tanaman dapat berasal dari nitrogen anorganik dan
organik. Nitrifikasi merupakan perubahan dari amonium menjadi bentuk nitrat
Bentuk amonium dan nitrat keduanya dapat digunakan oleh tanaman. Perubahan
dari bentuk-bentuk nitrogen dalam tanah harus diperhitungkan dalam menentukan
dosis pupuk agar kebutuhan tanaman akan nitrogen dapat diprediksi dengan lebih
akurat. Nitrifikasi yang terlalu cepat dapat menyebabkan peningkatan jumlah
kehilangan N.
Jenis pupuk N yang banyak dijumpai di pasaran di Indonesia adalah dalam
bentuk urea (CO(NH2) 2). Pupuk ini mudah larut dalam air dan menguap ke udara
sehingga dalam penggunaannya sebaiknya ditempatkan di bawah permukaan
tanah untuk mengurangi penguapan gas NH3. Dalam prakteknya, untuk
mengurangi kehilangannya petani sering melakukan pemupukan padi dua atau
tiga kali dalam satu musim tanam, selain itu petani perlu mengatur sifat-sifat tanah
seperti kelembaban tanah sehingga efisiensi pupuk urea dapat ditingkatkan.
Nitrogen merupakan pupuk yang rendah efisiensinya. Nitrogen yang diberikan ke
dalam tanah, hanya sekitar 30-40% diambil oleh tanaman, dan 60% hilang dalam
proses volatilisasi menjadi gas amoniak (De Datta, 1987).
Peningkatan efisiensi pemupukan ini dapat dilakukan antara lain dengan
memperbaiki teknik aplikasi pemupukan dan perbaikan sifat fisik dan kimia
pupuk melalui perubahan sistem kelarutan hara, bentuk dan ukuran pupuk serta
formulasi kadar hara pupuk. Melalui usaha tersebut diharapkan kelarutan dan
pelepasan hara dapat lebih diatur sehingga faktor kehilangan hara dapat dikurangi
dan pencemaran terhadap lingkungan menjadi lebih kecil (Astiana, 2004).
meliputi asam amino atau protein asam amino bebas, gula amino dan senyawa
kompleks yaitu amonium yang berasosiasi dengan lignin dan polimer -polimernya
(Tisdale et al. , 1985). Bentuk N-inorganik terdapat dalam bentuk amonium
(NH4+), nitrat (NO3 -), nitrit (NO2 -), oksida nitrous (N2O), oksida nitrit (NO) dan
gas N2 akibat perombakan mikrobia. N 2O dan N2 adalah bentuk yang hilang dari
tanah dalam bentuk gas sebagai akibat proses denitrifikasi (Leiwa kabessy, 1988).
Nitrogen yang tersedia bagi akar tumbuhan di dalam tanah dominan
berada dalam bentuk sebagai ion nitrat (NO3 -) dan ion amonium (NH4 +). Kedua
bentuk nitrogen ini, sebagian besar merupakan hasil perombakan sisa-sisa bahan
organik tumbuhan dan hewan oleh jasad renik. Ion nitrat bermuatan negatif,
karena itu tidak terikat oleh liat dan partikel humus dalam tanah. Apabila tidak
diabsorpsi oleh tumbuhan, nitrat ini dapat tercuci ke lapisan tanah yang lebih
dalam atau tercuci ke sungai dan lautan.
Nitrogen yang berada dalam bentuk N-organik agar tersedia
tanaman,
harus
mengalami
dekomposisi
menjadi
N-inorganik.
bagi
Proses
dekomposisi ini disebut sebagai mineralisasi yang terdiri dari tiga tahap, yaitu:
aminisasi (transformasi protein menjadi amina), amonifikasi (transformasi amina
menjadi amonium), dan nitrifikasi (tranformasi amonium menjadi nitrat)
(Sanchez, 1979; Tisdale et al. , 1985).
Mineralisasi terjadi melalui 3 tahap reaksi utama:
1. aminisasi
2. amonifikasi
3. Nitrifikasi
NH4+ + OH-
2 NO2- + 4 H+ + H2 O.
2. dan nitrit menjadi nitrat; oleh golongan bakteri obligat autotrof (nitrobakter).
2 NO2- + O2
2NO 3-
reaksi ini butuh oksigen, oleh sebab itu proses ini berlangsung di tanahtanah yang aerasinya baik (proses aerobik).
di dalam tanah, oleh karena NH4+merupakan bahan baku untuk proses nitrifikasi
maka syarat utama ialah harus tersedia NH4+. Sumber ini dapat berasal dari
(1) proses dekomposisi bahan organik maupun dari pupuk amonium yang
diberikan ke tanah, (2) populasi mikroorganisme, (3) reaksi tanah, (4) aerasi
tanah, dan (5) kelembaban tanah (Leiwakabessy, 1988).
itu, usaha
dimana NH 4+ yang terlarut dalam air bergerak ke lapisan atas dan hilang melalui
proses evaporasi dan kedua disebabkan penempatan pupuk amonium yang kurang
tepat di permukaan tanah menyebabkan penguapan secara langsung akibat suhu
yang tinggi. Pelepasan dari pupuk urea yang diberikan ke dalam tanah dapat
mencapai 10-15% (Leiwakabessy, 1988). Dengan demikian hilangnya N melalui
volatilisasi salah satunya dapat dikurangi dengan menggunakan pupuk lepas
terkendali (slow release).
Kehilangan
terjadi pada
tanah yang bertekstur kasar dengan KTK yang rendah dan pada umumnya tercuci
dalam bentuk nitrat (Black, 1973). Bentuk NO3- ini sangat mudah tercuci karena
dalam keadaan larut di tanah, tidak terikat dan tidak dapat membentuk senyawa
sukar larut. Menurut Buckman dan Brady (1969), bentuk N-NH 4+ agak tahan
terhadap pencucian karena dapat difiksasi oleh mineral liat tipe 2:1. Fiksasi ini
terjadi di dalam kisi-kisi kristal seperti halnya K+ pada mineral liat tipe 2:1,
misalnya montmorilonit, ilit, dan vermikulit.
2.1.3. Efisiensi Serapan Pupuk Nitrogen
Urea (CO(NH 2)2) merupakan pupuk nitrogen yang telah lama dan banyak
digunakan untuk meningkatkan hasil produksi tanaman pangan. Efisiensi serapan
pupuk N di daerah tropika oleh tanaman padi sawah relatif rendah 30-50%. Hal
ini menunjukan bahwa lebih dari 50% pupuk yang diberikan tidak dapat diambil
oleh tanaman padi (Prasad dan De Datta, 1979). Efisiensi pupuk urea yang rendah
tersebut disebabkan oleh kehilangan akibat denitrifikasi, pencucian, terbawa aliran
permukaan dan volatilisasi amonia yang masih relatif tinggi.
Urea termasuk pupuk yang higrokopis (mudah menarik uap air) pada
kelembaban 73%.
memodifikasi bentuk fisik dan kimia pupuk urea sehingga diharapkan dapat
memperlambat proses hidrolisis. Pembuatan pupuk urea dalam bentuk ukuran
zeolit
berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata; Zein (mendidih) dan Lithos (batuan)
yang artinya batu mendidih. Karena mineral ini mengeluarkan buih bila
dipanaskan, sehingga kelihatan seperti mendidih (Gottardi, 1978; Mumpton,
1984).
Zeolit merupakan mineral kristalin dari kelompok tektosilikat, yaitu
alumino-silikat terhidrasi dengan kation alkali dan alkali tanah seperti kalium,
natrium, kalsium dan magnesium yang mengisi rongga -rongga kerangka aluminosilikat dan mempunyai struktur tiga dimensi. Susunan strukturnya adalah
(Si, Al)O4 tetrahedral, memiliki pori yang berisi molekul air dan kation yang
dapat dipertukarkan. Zeolit dicirikan oleh kemampuannya menyerap dan
mengeluarkan air serta menukarkan bagian kationnya tanpa merubah struktur
kristalnya (Mumpton, 1977).
Indonesia sebagai daerah vulkanis, sampai saat ini deposit yang telah
diketahui tidak kurang dari 47 lokasi yang tersebar dari pulau Sumatera, Jawa,
Lombok, dan Sumba. Lokasi yang telah diteliti secara intensif adalah di daerah
Jawa Barat yaitu Bayah (Banten selatan), Cikembar (Sukabumi), Nanggung
(Bogor) dan Cikalong (Tasikmalaya) (Suwardi, 1991).
Mineral zeolit di alam telah
Tetapi hanya 10 jenis yang memiliki nila i ekonomis baik dalam bidang industri
maupun dalam bidang pertanian yaitu analsim, khabasit, klinoptilolit, erionit,
heulandit, laumontit, mordenit dan phillipsit, wairakit dan natrolit. Dari ke 10
jenis tersebut hanya 5 jenis yang telah terbukti bermanfaat untuk pertanian, yaitu
klinoptilolit,mordenit, erionit, kabasit, dan philipsit. (Suwardi, 2002).
Pada prinsipnya penggunaan zeolit didasarkan atas sifat-sifat mineralogi,
fisik dan kimia yang dimiliki mineral ini yang akan diuraikan berikut ini.
Sifat Mineral
dapat ditetapkan antara lain meliputi struktur kristal, volume rongga, rasio Si/ Al
ukuran rongga dimensi saluran, jumlah tetrahedral dan arah sumbu kristal.
Kandungan mineral sangat bervariasi dari satu daerah ke daerah lain, bahkan
dalam satu deposit kandungan zeolit bervariasi dari lapisan atas ke lapisan bawah.
Jenis yang umum ditemukan dan ditambang adalah klinoptilonit dan mordenit.
Beberapa bentuk struktur kristal zeolit; kubik, hexagonal dan monoklin tetapi
yang lebih dominan adalah monoklin (Suwardi, 2002).
Sifat Kimia
Sifat kimia zeolit antara lain pH, daya hantar listrik, kapasitas tukar kation
(KTK), susunan kimia. Hasil analisis zeolit dari beberapa lokasi (Suwardi, 1997)
menunjukan bahwa pH zeolit berkisar 6.3-8.2 (rata-rata 7.2), dimana pH terendah
(6.3) terdapat pada zeolit dari Lampung dan tertinggi (8.2) dari Nanga Panda.
Daya hantar listrik zeolit sangat rendah berkisar dari 0.02-0.15 dS/m (rata-rata
0.06 dS/m), karena dalam larutan sedikit mengeluarkan garam-garam yang dapat
menghantarkan listrik, sehingga zeolit banyak dimanfaatkan sebagai media
tumbuh tanaman.
me/100g) dengan KTK terendah (71.9 me/100g) terdapat pada zeolit dari
Cikembar dan tertinggi (167 me/100g) dari Nanga panda. Semakin tinggi KTK
zeolit menunjukan sifat zeolit semakin baik.
Zeolit terutama terdiri dari SiO2 , A12O3 , K2O, CaO, Na2 O, MnO, Fe 2O3,
MgO. Zeolit dari Indonesia kaya akan K2O dan CaO. Sifat kimia zeolit terpenting
yang dimanfaatkan dibidang pertanian adalah sifat adsorbsi dan sifat pertukaran
kation.
a. Sifat adsorpsi
Adsorpsi dapat diartika n sebagai suatu proses melekatnya molekulmolekul atau zat pada permukaan zat yang lain atau terkonsentrasinya berbagai
substansi terlarut dalam larutan antara dua buah permukaan. Zeolit memiliki
kemampuan dalam mengikat sejumlah molekul dan ion yang terdapat dalam
larutan maupun gas. Adsorpsi molekul oleh zeolit dapat terjadi bila air
dihilangkan dari kristal zeolit melalui pemanasan dengan suhu antara 350-400 C
(Mumpton, 1984). Dalam hal ini, berbagai molekul adsorbate yang berdiameter
sama atau lebih kecil dari diameter rongga dapat diadsorpsi, sedangkan molekul
yang berdiameter lebih besar dari pori-pori zeolit
pemanasan maka air akan menguap, pada keadaan demikian, rongga maupun
saluran-saluran dalam zeolit akan dapat berfungsi sebagai penyaring molekul
(Astiana, 1993). Zeolit yang telah kehilangan air dari rongganya dinamakan zeolit
yang telah teraktivasi yang dapat berfungsi sebagai pengadsorpsi kation yang
efektif.
semakin banyak muatan negatif yang dihasilkan, sehingga makin tinggi KTK
zeolit tersebut dan penetralan dilakukan oleh kation alkali tanah. Susunan kation
yang dapat dipertukarkan pada zeolit tergantung pada komposisi mineralnya.
Kation-kation yang dapat dipertukarkan ataupun molekul air yang terdapat pada
zeolit tidak terikat secara kuat dalam kerangka karenanya dapat dipisahkan atau
dipertukarkan secara mudah dengan cara pencucian dengan larutan yang
mengandung kation lain (Mumpton, 1984). Oleh karena itu zeolit merupakan
salah satu dari banyak bahan penukar kation yang mempunyai kapasitas tukar
kation yang tinggi. kapasitas tukar kationnya dapat mencapai 200 sampai 300
me/100g. Kapasitas tukar kation dari zeolit ini terutama merupakan fungsi dari
tingkat penggantian Al untuk Si dalam struktur rangka.
Dalam prakteknya, lingkungan pertukaran dalam zeolit tergantung pada
beberapa faktor, yaitu: (1) tipologi kerangka (konfigurasi saluran), (2) ukuran dan
bentuk (kemampuan berpolarisasi) kation, (3) kerapatan muatan pada saluran dan
rongga, (4) valensi dan kerapatan muatan ion, (5) konsentrasi dan komposisi
elektrolit pada larutan luar (Barrer, 1976).
Fraksi ukuran butir mineral zeolit yang digunakan ternyata mempengaruhi
nilai kapas itas tukar kation, dimana butir berukuran 48 sampai 60 mesh nilainya
adalah 96.5 sampai 115.1 me/100g dan ukuran 200 mesh nilainya adalah 109.9
me/100g. Penggerusan mineral zeolit yang lebih halus, menyebabkan kerusakan
pada struktur kristal sehingga nilai kapasitas tukar kationnya turun. Ukuran butir
yang terbaik untuk digunakan sebagai penukar kation dalam reaksi pertukaran
adalah 48 sampai 60 mesh (Astiana dan Wiradinata, 1989).
Sifat Fisik
Sifat-sifat fisik zeolit sangat beragam dan yang terpenting adalah warna,
kerapatan isi, kadar air, besar dan jumlah rongga. Warna zeolit pada umumnya
kehijau-hijauan sampai keabu-abuan, oleh karena itu zeolit juga disebut batu
hijau. Selain itu, zeolit memiliki warna putih, putih kekuningan, merah muda,
coklat kemerahan, dan hijau tua coklat kekuningan.
disebabkan oleh jenis mineral pengotor yang ada di dalam zeolit dan kadar air.
Mineral-mineral pengotor diantarannya mineral liat, kuarsa,dan feldspar. Mineral
pengotor dapat berubah warna pada kadar air yang berbeda. Kerapatan isi atau
bobot isi zeolit lebih ringan dibandingkan dengan mineral golongan silikat
lainnya, yaitu berkisar antara 1.9-2.4g/cm3. Hal ini dikarenakan mineral zeolit
memiliki struktur berongga. Bobot isi sangat erat hubungannya dengan volume
rongga dalam zeolit. Volume rongga zeolit berkisar 20-50% dari volume zeolit,
jika volume rongga zeolit semakin besar maka bobot isinya semakin rendah.
(Suwardi, 1997).
Indramayu pada pemberian pupuk zeolit urea (20/80) sebanyak 200 kg/ha yaitu
8.18 ton/ha, dan Karawang pada pemberian pupuk zeolit urea (10/90), 200 kg/ha
sebesar 7.08 ton/ha.
Berdasarkan data dari hasil keseluruhan percobaan dan peningkatan hasil
produksi yang diperoleh maka aplikasi pupuk tablet urea zeolit lebih baik
dibandingkan urea tablet ataupun prill dengan takaran pemberian sebanyak 200
kg/ha. Takaran yang menguntungkan adalah dengan pemberian tablet urea zeolit
(10/90) sampai (20/80) sebanyak 150 kg/ha dimana takaran N berkisar antara
60,75-54 kg, atau 200 kg/ha dengan kandungan N antara 72-81 kg tergantung dari
jenis tanahnya. Tanah yang kurang subur membutuhkan takaran pemberian pupuk
yang lebih tinggi. Hasil dari lapangan secara keseluruhan terlihat bahwa
penggunaan tablet zeolit urea memberikan pengaruh yang positif terhadap
peningkatan hasil tanaman padi. Hal ini disebabkan karena pada urea prill dan
urea tablet, tidak terdapat mekanisme pengikatan NH4+ selain oleh partkel tanah,
sehingga konsentrasinya yang tinggi pada larutan tanah di tahap awal pemberian
pupuk, menyebabkan persentase kehilangan pupuk lebih besar. Sedangkan pada
perlakuan urea-zeolit tablet terdapat mekanisme pertukaran pada kisi-kisi kristal
zeolit, sehingga pupuk yang diberikan akan dapat lebih efisien digunakan tanaman
karena sebelum dimanfaatkan NH4+ terlebih dahulu dijerap oleh kristal zeolit yang
menyebabkan efisiensi hara N lebih tinggi. Zeolit dapat mencegah terjadinya
nitrifikasi karena mineral zeolit dapat menjerap NH4+ pada kisi-kisinya (diameter
rongga klinoptilolit 3.9-5.4 A sedangkan diameter NH4+ 1.4 A ), sehingga bakeri
nitrifikasi tidak dapat masuk karena ukuran tubuh dari bakteri tersebut 1000 kali
lebih besar dari diameter rongga zeolit (Alexander, 1977).
Jenis Pupuk
A
B
C
D
E
F
G
H
K
Keterangan:
Perbandingan
Urea : zeolit
( %)
50
50
50
50
70
70
70
70
80
50
50
50
50
30
30
30
30
20
Nitrogen
Dalam
Dalam
Pupuk
Tanah
(%)
(mg/kg)
22
50
22
50
22
50
22
50
32
50
32
50
32
50
32
50
36
50
Jumlah
Pupuk Tiap
Botol (g)
0.022
0.022
0.022
0.022
0.015
0.015
0.015
0.015
0.014
Sebagai pembanding digunakan urea prill, urea granul, dan tiga jenis SRF
produk import P1, P2, dan P3 (Tabel 2).
Tabel 2. Pupuk Pembanding Urea Prill (UP), Urea Granul (UG) dan SRF Produk
Import (P1, P2, P3).
Jenis Pupuk
UP
UG
P1
P2
P3
Kontrol
Keterangan:
Nitrogen
Dalam Pupuk
Dalam Tanah
(%)
(mg/kg)
45
50
45
50
6
50
18
50
15
50
-
UP (urea prill), UG (urea granul), P1, P2, P3 merupakan jenis pupuk SRF yang
merupakan produk import dari negara Holand. Pupuk ini pada dasarnya di buat
untuk diaplikasikan pada tanaman tahunan dengan jangka waktu ketersediaannya
dalam tanah 6 sampai dengan 9 bulan.
Tanah yang digunakan untuk penelitian adalah tanah yang biasa digunakan
untuk menanam padi sawah di daerah Darmaga, Bogor. Tanah diambil dari jenis
tanah Aluvial (order Inceptisol). Tanah diambil secara komposit pada kedalaman
0-20 cm kemudian dikeringudarakan dan diayak 4 mm untuk uji pelepasan
nitrogen dari pupuk SRF melalui percobaan inkubasi. Untuk analisis sifat-sifat
kimia di laboratorium, tanah ditumbuk dan diayak lagi melalui saringan 2 mm.
3.3. Metode Penelitian
Urea dan zeolit dipersiapkan dalam bentuk bubuk (powder) dengan ukuran
60-100 mesh. Selanjutnya urea dan zeolit denga n perbandingan seperti Tabel 1,
dicampur secara homogen dengan peralatan mixer kemudian ditambah binder.
Selanjutnya SRF dibuat dalam bentuk granul dengan peralatan granulator dan
rotary dryer
35
30
H
UP
G
25
20
C
UG
K
D
15
B
10
A
E
5
0
1
10
11
12
13
14
90
Release N-NO
3 (%)
100
80
UP
A
70
60
50
40
UG
30
20
10
0
0
10
11
12
13
14
Dari Gambar 2 terlihat bahwa dari 9 pupuk SRF, jumlah nitrat yang
paling sedikit terbentuk adalah B yang diikuti C, dan F.
bahwa formula SRF B (B) memiliki kecepatan proses pelepasan nitrogen yang
paling lambat dibandingkan delapan jenis formula SRF lainnya. Jumlah nitrat
yang terbentuk meningkat dari minggu ke minggu hingga 14 minggu waktu
inkubasi. Makin tinggi kadar zeolit laju pelepasan nitrogen dari pupuk menjadi
semakin lambat. Hal ini terkait dengan kemampuan zeolit yang terbatas menyerap
nitrogen dalam bentuk amonium. Sedangkan dalam bentuk nitrat yang berupa
anion ze olit tidak dapat mengikat.
4.2. Laju Pelepasan Nitrogen Menjadi Amonium dan Nitrat
Laju pelepasan nitrogen pupuk menjadi amonium dan nitrat selama 14
minggu waktu inkubasi disajikan pada Gambar 3.
H
K
100
90
UP
A
80
70
60
UG
50
40
30
20
10
0
0
10
11
12
13
14
Dari gambar 1, terlihat bahwa pada minggu pertama (N-NH4+ +N-NO 3-)
yang terbentuk cukup banyak. Pada minggu kedua pelepasan nitrogen semakin
cepat sampai minggu ke-3 jumlah nitrogen hampir mendekati 100%. Dari pupuk
SRF yang dibuat dari campuran urea dan zeolit 50%:50% memberikan jumlah
nitrogen paling lambat.
Dari gambar Gambar 4, Laju pelepasan nitrogen dari pupuk yang dibuat
dari campuran zeolit dan urea ternyata lebih baik dibandingkan dengan pupuk
SRF produk import. Pupuk urea prill maupun urea granul merupakan pupuk
yang paling cepat mengalami proses pelepasan nitrogen. Artinya pupuk ini
melepaskan amonium dan nitrat dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dengan
formula SRF campuran urea dan zeolit dan SRF import kecuali P1.
100
90
UP
UG
80
70
60
50
40
30
P2
20
P3
P1
10
0
0
10
11
12
Gambar 4. Laju (N-NH4 + +N-NO3-) SRF (B), Urea Prill (UP), Urea
Granul (UG), dan SRF Produk Import (P1,P2,P3)
13
14
Dari kenyataan di atas menunjukkan bahwa pupuk SRF yang dibuat dari
campuran urea dan zeolit dapat digunakan sebagai pupuk SRF. Namun demikian
pupuk SRF import ternyata lebih lambat dari SRF yang dibuat dengan campuran
zeolit. Dari informasi yang ditulis pada kemasan pupuk SRF produk import
menunjukkan bahwa pupuk tersebut memang ditujukan untuk penggunaan pada
tanaman tahunan sehingga dibuat sangat lambat. Sedangkan SRF yang
dikembangkan untuk penelitian ini dibuat untuk tanaman padi yang mempunyai
umur sekitar 14 minggu.
4.3. Perubahan pH, EC dan Sifat-Sifat Kimia Tanah Selama Inkubasi
Hasil pengukuran pH dan EC setiap minggu selama 14 minggu inkubasi
disajikan pada Lampiran 2 dan 3. Secara umum pH tanah cukup tinggi pada awal
inkubasi dan kemudian menurun sejalan dengan waktu inkubasi. Hal ini sangat
berkaitan dengan produksi amonium (bersifat basa) pada awal inkubasi
menyebabkan peningkatan pH. Sejalan dengan waktu inkubasi terjadi penurunan
jumlah amonium dan peningkatan nitrat. Karena nitrat bersifat asam, maka sejalan
dengan waktu inkubasi pH tanah menurun. Sebaliknya nilai daya hantar listrik
(EC) pada awal inkubasi rendah dan meningkat sejalan dengan waktu inkubasi.
Perubahan pH dan EC tergantung dari proses nitrifikasi dari nitrogen menjadi
amonium dan nitrat.
Reaksi pembentukan nitrat akan membebaskan H+ merupakan sebab
terjadinya pengasaman tanah (Leiwakabessy, 1988). Pemberian pupuk nitrogen ke
dalam tanah dapat meningkatkan reaksi nitrifikasi dalam tanah dengan
membebaskan ion hidrogen sehingga menurunkan pH tanah.dan menyebabkan
nitrat yang terbentuk tinggi. Nitrat yang merupakan anion dari asam kuat bila
berada dalam jumlah yang tinggi dapat menghantarkan listrik yang ditunjukan
dengan nilai EC yang tinggi.
Hasil analisis sifat kimia tanah awal (Tabel Lampiran 4) menunjukkan
bahwa tanah Aluvial yang digunakan dalam percobaan ini mempunyai reaksi
tanah yang masam (pH H2O 5.0), C-organik rendah (1.64%), N-total rendah
(0.16%). Kriteria penilaian disajikan pada Tabel Lampiran 5. Analisis tanah
sebelum perlakuan pupuk menunjukkan bahwa P-tersedia tinggi (13.1 ppm), Ca
tinggi (11.33 me/100g), Mg tinggi (3.53 me/100g), sedangkan nilai dari K rendah
(0.26 me/100g). Tanah-tanah di daerah tropika basah umumnya mempunyai
kandungan K rendah. Nilai KTK tanah turun setelah dilakukan inkubasi, pada
perlakuan semua pupuk yang diinkubasikan terlihat adanya penurunan nilai KTK
pada saat minggu ke -14 (Tabel Lampiran 6) bila dibandingkan dengan nilai KTK
tanah awal 23.85 me/100g.
4.4. Mekanisme Slow Release pada SRF yang Dibuat dari Urea dan Zeolit
Zeolit yang dicampur dengan pupuk urea mengikat amonium yang dilepaskan
pupuk urea pada saat penguraian. Pengikatan akan lebih efektif jika jumlah zeolit
yang dicampurkan ke dalam pupuk urea semakin banyak, karena kompleks
jerapan yang dapat menangkap amonium semakin banyak.
Amonium yang
dijerap zeolit tidak segera dilepas ke dalam larutan tanah selama jumlah amonium
dalam tanah masih tinggi. Setelah amonium dalam tanah berubah menjadi nitrat,
persediaan amonium dalam rongga-rongga zeolit dilepaskan ke dalam larutan
5.2. Saran
Perlu diadakannya uji percobaan lapang ataupun di rumah kaca dengan
suatu komoditi tanaman tertentu sehingga da pat diketahui besarnya produksi yang
dihasilkan dari pemberian pupuk formula SRF dan juga membandingkannya
dengan besarnya produksi yang dihasilkan dari pemberian pupuk urea granul serta
pupuk urea prill.
Metode
pH H2O (1:5)
C-Organik (%)
N-Total (%)
Nitrat-Amonium (ppm)
P-tersedia
Kandungan basa-basa (me/100g)
Ca (me/100g)
Mg (me /100g)
K (me/100g)
Na (me/100g)
KTK (me/100g)
Daya Hantar Listrik (EC) (S/cm)
Elektrometri
Walkey dan Black
Kjeldahl
FIASTAR
Bray 1
N NH4OAc
N NH4OAc
N NH4OAc
N NH4OAc
N NH4OAc
EC meter
pH
pH
pH
pH
pH
7.0
7.0
7.0
7.0
7.0
M1
6.30
5.92
5.97
5.85
5.87
5.95
5.90
5.86
6.13
5.96
6.03
5.91
6.34
6.33
6.26
M2
6.00
5.64
5.52
5.42
5.46
5.59
5.63
5.51
5.67
5.64
5.78
5.40
5.93
5.98
5.80
M3
5.93
5.71
5.56
5.36
5.31
5.52
5.60
5.44
5.60
5.53
5.03
5.03
5.90
5.90
5.80
M4
5.78
5.56
5.50
5.31
5.27
5.55
5.55
5.47
5.36
5.28
5.11
5.01
5.33
5.31
5.25
M6
5.65
5.38
5.43
5.29
5.28
5.42
5.32
5.40
5.38
5.31
5.02
5.00
5.31
5.32
5.25
M8
M10
5.44
5.38
5.42
5.21
5.15
5.23
5.25
5.27
5.32
5.64
5.23
5.37
5.41
5.38
5.36
5.29
5.25
5.25
5.24
5.22
5.66
5.84
5.53
5.46
5.35
5.31
5.29
5.32
5.29
5.26
M 14
5.26
5.15
5.18
5.11
5.11
5.13
5.11
5.18
5.02
5.09
5.00
5.01
5.36
5.37
5.30
M1
77.53
91.06
99.26
101.56
81.66
97.70
96.90
99.63
97.80
87.50
82.43
87.23
94.13
88.07
125.10
M2
104.37
149.96
134.43
138.80
121.83
137.80
137.96
129.80
134.16
136.53
127.70
121.73
129.33
118.10
149.37
M3
122.93
165.33
140.56
128.53
133.10
148.19
144.70
148.56
141.83
140.53
149.63
138.13
137.43
137.10
176.73
M4
130.40
158.70
148.16
145.56
141.60
146.76
148.66
151.13
141.63
157.46
154.63
151.50
152.97
157.53
193.80
M6
141.73
152.20
140.00
146.40
136.55
165.40
158.77
155.50
156.60
144.60
145.03
155.07
171.80
171.77
195.10
M8
138.17
153.60
135.03
160.97
153.93
152.23
164.87
164.53
151.23
153.67
176.43
165.40
167.63
172.90
195.27
M10
202.60
175.93
157.27
158.87
158.83
153.20
161.07
157.63
168.73
160.33
165.60
156.83
203.80
182.37
205.67
M14
172.00
149.60
146.10
146.83
147.47
154.90
152.60
152.03
157.20
153.73
142.27
141.73
241.00
218.33
243.33
KB
C-Org N-Total
C/N
------------(%) ---------1.64
0.16
Ca
Mg
Na
KTK Al
Fe
Cu
Zn
Mn
3.53 0.26
0.3
23.9 0.04
13.1
16.1
Tabel Lampiran 5: Kriteria Penilaian Data Analisis Sifat Kimia Tanah Menurut Pusat
Penelitian Tanah (1983) ( dalam Hardjowigeno,1992)
Reaksi Tanah
pH H2O
Sangat
Rendah
< 0.1
< 1.0
<5
<4
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
0.1-0.2
1-2
5-10
5-7
0.21-0.5
2.01-3.0
11-15
8-10
0.51-0.75
3.1-5.0
16-25
11-15
> 0.75
>5
> 25
> 16
<5
< 0.1
<2
< 0.3
< 0.1
< 20
<5
5-16
0.1-0.3
2-5
0.4-1.0
0.1-0.3
20-40
5-10
17-24
0.4-0.5
6-10
1.1-2.0
0.4-0.7
41-60
11-20
25-40
0.6-1.0
11-20
2.1-8
0.8-1
61-80
21-40
> 40
>1
> 20
>8
>1
> 80
> 40
Sangat
masam
< 4.5
Masa m
4.5-5.5
Agak
masam
5.6-6.5
Netral
6.6-7.5
Agak
alkalis
7.6-8.5
Alkalis
78.5
Tabel Lampiran 6. Hasil Analisis Kimia Tanah setelah Inkubasi selama 14 Minggu
Jenis pupuk C-Org N-Total
UP
UG
A
B
C
D
E
F
G
H
K
P1
P2
P3
Kontrol
(%)
1.39
1.43
1.31
1.33
1.44
1.28
1.34
1.36
1.34
1.2
1.33
1.59
1.44
1.44
1.32
(%)
0.14
0.15
0.13
0.13
0.14
0.13
0.14
0.13
0.13
0.12
0.14
0.15
0.14
0.14
0.12
C/N
P Bray I
9.93
9.53
10.08
10.23
10.29
9.85
9.57
10.46
10.31
10.00
9.50
10.6
10.29
10.29
11.00
(ppm)
56.9
23.9
32.5
33.7
33.2
36.8
34.1
33.7
35.9
29.7
35.5
36.48
33.41
34.56
35.00
Basa-basa (me/100g)
Ca
10.12
10.91
9.61
9.66
10.52
9.66
9.91
9.77
10.2
9.27
10.42
8.69
8.48
7.76
10.35
Mg
3.47
3.85
3.33
3.25
3.57
3.30
3.48
3.43
3.38
3.22
3.55
3.15
3.05
2.72
3.27
K
0.26
0.43
0.26
0.26
0.30
0.26
0.30
0.28
0.26
0.21
0.21
0.09
0.09
0.13
0.31
Na
0.50
0.68
0.38
0.32
0.42
0.38
0.40
0.32
0.3
0.28
0.26
0.13
0.13
0.17
0.42
KTK
KB
Al
(me/100g)
19.62
19.62
21.15
21.73
23.85
21.92
23.85
20.38
21.54
22.69
20.38
20.26
19.11
19.88
25.00
(%)
73.14
80.89
64.12
62.08
62.1
62.04
59.08
67.71
65.65
57.21
70.85
59.53
61.49
54.23
57.4
(me/100g)
0.04
0.04
0.08
0.08
0.04
0.08
0.12
0.12
0.08
0.12
0.04
0.16
0.19
0.16
0.04
Tabel Lampiran 7: Hasil Analisis Amonium dan Nitrat selam a 14 Minggu Periode Inkubasi (%)
NITRAT (%)
MINGGU
UP
UG
P1
P2
P3
14.89
24.58
15.40
16.10
20.20
17.09
20.20
21.66
23.00
14.84
18.21
5.26
10.21
11.06
84.53
69.26
73.15
67.74
81.71
79.23
75.66
82.11
94.85
80.73
76.61
2.75
4.76
22.11
102.63
61.20
57.95
63.44
64.09
64.73
65.60
62.75
71.10
65.88
82.46
18.04
5.74
31.59
62.39
64.76
60.01
56.64
73.29
88.29
63.00
56.36
71.04
67.35
63.40
55.83
18.18
49.94
65.49
80.03
69.71
55.65
65.74
68.06
83.83
70.51
79.23
88.75
88.30
45.12
21.12
55.63
65.85
46.79
56.09
64.84
58.55
68.08
67.84
64.34
74.51
48.51
24.20
19.91
16.85
47.05
10
72.08
78.64
70.40
31.41
95.49
94.39
100.98
102.51
57.81
143.44
125.56
20.62
45.21
37.74
14
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
17.43
24.22
82.61
AMONIUM (%)
MINGGU
UP
UG
P1
P2
P3
41.19
51.03
25.68
29.99
43.66
37.98
25.90
52.18
43.70
51.65
40.04
11.66
31.33
44.36
0.54
0.54
5.19
2.58
0.46
1.19
1.19
1.70
5.59
7.20
1.04
24.36
18.98
53.09
1.59
2.15
0.03
0.00
0.00
0.00
0.44
0.28
0.00
0.00
0.00
4.19
3.95
4.38
0.00
0.00
0.00
0.00
5.84
0.00
0.56
0.00
0.00
0.20
0.00
0.00
2.68
2.73
0.03
0.00
0.00
0.09
0.00
0.00
0.00
0.26
0.75
0.00
0.00
0.00
2.08
0.00
0.14
0.35
2.39
3.04
0.00
0.21
0.00
0.13
1.88
4.00
1.95
0.40
2.33
3.11
10
0.00
1.79
2.46
8.54
1.65
2.50
0.00
0.44
0.69
9.65
1.28
0.12
0.11
0.00
14
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.13
0.33
0.22
UP
UG
P1
P2
P3
56.08
75.60
41.08
46.09
63.86
55.06
46.10
73.84
66.70
66.49
58.25
16.93
41.54
55.43
85.06
69.80
78.34
70.31
82.18
80.41
76.85
83.81
100.44
87.93
77.65
27.11
23.74
75.20
104.22
63.35
57.98
63.44
64.09
64.73
66.04
63.03
71.10
65.88
82.46
22.23
9.69
35.96
62.39
64.76
60.01
56.64
79.13
88.29
63.56
56.36
71.04
67.55
63.40
55.83
20.85
52.66
65.49
80.03
69.71
55.65
65.74
68.06
83.83
70.51
79.23
88.75
88.30
45.12
23.20
55.63
65.99
47.14
58.48
67.88
58.55
68.29
67.84
64.46
76.39
52.51
26.15
20.31
19.18
50.15
10
72.08
80.43
72.86
39.95
97.14
96.89
100.98
102.95
58.50
153.09
126.84
20.73
45.32
37.74
14
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
17.56
24.55
82.84