Professional Documents
Culture Documents
Proses kominusi ini dilakukan bertahap bergantung pada ukuran bijih yang
akan diolah, dengan menggunakan :
Refractory ore processing, bijih dipanaskan pada suhu 100 - 110 0C,
biasanya sekitar 10 jam sesuai dengan moisture. Proses ini sekaligus
2. Concentration / separation
dengan
memisahkan
mineral
emas
dari
mineral
pengotornya, sehingga diperoleh kadar bijih tinggi. Pada endapan emas aluvial,
bijih hasil penggalian langsung memasuki tahap ini tanpa tahap kominusi terlebih
dahulu.
Pemekatan dapat dilakukan melalui dua teknik pemisahan, yaitu pemisahan
secara fisis dan pemisahan secara kimia :
a. Gravity Separation / Pemisahan gaya berat.
Pemisahan gaya berat ( gravity separation ), adalah proses pemisahan mineral
yang didasarkan atas perbedaan massa jenis antara partikel bijih dan partikel
pengotor. Konsentrasi/separasi dengan metode gravitasi memanfaatkan perbedaan
massa jenis emas (19.3 ton/m3) dengan massa jenis mineral lain dalam batuan
(yang umumnya berkisar 2.8 ton/m3). Mineral pembawa emas biasanya
berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut
umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non
logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang
telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas native, elektrum, emas
telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang,
antimon, dan selenium. Emas asli mengandungi antara 8% dan 10% perak, tetapi
biasanya kandungan tersebut lebih tinggi. Elektrum sebenarnya jenis lain dari
emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya >20%. Apabila jumlah perak
bertambah, warnanya menjadi lebih putih.
Metode gravitasi akan efektif bila dilakukan pada material dengan diameter
yang sama/seragam, karena pada perbedaan diameter yang besar perilaku material
ringan (massa jenis kecil) akan sama dengan material berat (massa jenis besar)
dengan diameter kecil. Oleh karena itu dibutuhkan proses Screening and
Classifying :
o Vibrating screens
o Spiral classifier
Pada proses ini menjadi sangat penting untuk dilakukan dengan baik, sebab
dengan memilah ukuran bijih hasil kominusi akan menyeragamkan besaran
umpan (feeding) ke proses konsentrasi. Sedangkan bijih yang masih belum
seragam (lebih besar) hasil pemilahan dikembalikan ke proses sebelumnya yaitu
kominusi.
Peralatan konsentrasi yang menggunakan prinsip gravitasi yang umum
digunakan pada pertambangan emas skala kecil antara lain adalah :
Dulang (panning), adalah alat konsentrat emas yang menggunakan prinisp
gravitasi paling sederhana.
Palong (Sluice Box) lebih banyak digunakan karena mempunyai effisiensi
yang sama dengan peralatan konsentrasi yang lain namun mempunyai
konstruksi yang lebih sederhana daripada spiral konsentrator, meja goyang
dan jig, serta dapat memproses lebih banyak bijih per hari daripada
dulang.
Spiral Concentrator mampu memisahkan logam berat pada kisaran ukuran
3 mm hingga 75 micron (6 200mesh).
Meja goyang (shaking table) efektif memisahkan emas dari batuan oxydis
pada 200 micron, batuan sulfidis 400 micron, dan silik 100 micron.
Jigs, merupakan alternatif konsentrator yang mudah dioperasionalkan,
Secara umum dapat berjalan efektif pada ukuran terbesar 2 cm dan yang
terkecil 10 mesh.
Hasil dari proses ini berupa konsentrat yang mengandung bijih emas dengan
kandungan yang besar, dan lumpur pencucian yang terdiri atas mineral-mineral
pengotor pada bijih emas. Konsentrat emas selanjutnya diolah dengan proses
ekstraksi.
Metoda
ini
digunakan
di
beberapa
industri
pertambangan
dengan
amyl xanthate, C5H11OCS2K), Pine Oil sebagai Frother dan campuran bahan kimia
organik lainnya sebagai pH Modifiers. Reagents yang digunakan untuk
pengapungan pada umumnya tidak beracun, yang berarti bahwa biaya
pembuangan limbah / tailing menjadi rendah.
Keuntungan lain dari proses pengapungan adalah pada umumnya cukup
efektif pada bijih dengan ukuran yang cukup kasar (28 mesh) yang berarti bahwa
biaya penggilingan bijih dapat diminimalkan. Froth Flotation sering digunakan
mengkonsentrasi emas bersama-sama dengan logam lain seperti tembaga, timah,
atau seng. Partikel emas dari batuan oxydis biasanya tidak merespon dengan baik
namun efektif terutama bila dikaitkan dengan emas sulfida seperti pyrite.
3. Extraction/Ekstraksi
Ekstraksi emas dalam skala industri yang paling umum dilakukan yaitu :
a) Liquation Separation
Pemisahan pencairan ( liquation separation ), adalah proses pemisahan
yang dilakukan dengan cara memanaskan mineral di atas titik leleh logam,
sehingga cairan logam akan terpisahkan dari pengotor.
Yang menjadi dasar untuk proses pemisahan metode ini, yaitu :
Density ( berat jenis )
Melting point ( titik cair )
Contoh : memisahkan emas dan perak
Titik cair emas pada suhu 1064.18oC, sedangkan titik cair perak pada suhu
961.78oC. Ini artinya perak akan mencair lebih dulu dari pada emas. Namun untuk
benar-benar terpisah, maka perak harus menunggu emas mencair 100%.
Kemudian bila dilihat dari berat jenisnya, maka berat jenis emas cair
sebesar 17.31 gram per cm3 sedangkan berat jenis perak sebesar 9.32 gram per
cm3. Hal ini berarti berat jenis emas lebih besar dari pada berat jenis perak.
Dari hukum alam fisika, maka bila ada dua jenis zat cair yang berbeda dan
memiliki berat jenis yang berbeda pula, maka zat cair yang memiliki berat jenis
lebih kecil dari zat satunya, ia akan mengapung. Dengan demikian, cairan perak
akan terapung diatas lapisan cairan emas, seperti halnya cairan minyak
mengambang diatas lapisan air. Dari sana, perak dipisahkan dari emas, sampai
tidak ada lagi perak yang terapung. Dengan metode akan dihasilkan Au bullion
dan Ag bullion.
b) Amalgamasi
Amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas dengan cara mencampur
bijih emas dengan merkuri ( Hg ). Produk yang terbentuk adalah ikatan antara
emas-perak dan merkuri yang dikenal sebagai amalgam ( Au Hg ).
Amalgam adalah sebuah kombinasi atau campuran air raksa dengan logam
lain atau dengan alloy. Merkuri akan membentuk amalgam dengan semua logam
kecuali besi dan platina. Amalgam yang terbentuk dikumpulkan pada saat-saat
tertentu untuk proses selanjutnya sedangkan Hg yang tidak ada amalgam
dikembalikan untuk digunakan kembali. Hg ini masih mengandung emas dan
perak yang dapat dimurnikan dengan proses sianidasi. Amalgam yang terbentuk
selanjutnya dilakukan proses penyulingan. Proses penyulingan ini bertujuan
memisahkan emas, perak atau logam-logam lain dari raksa. Raksa yang bersifat
volatil dengan titik didih 37C sedangkan amalgam memiliki titik didih yang
sangat tinggi yakni sekitar 1000C. Melalui penyulingan ini raksa dapat diperoleh
kembali setelah mengalami pengembunan pada kondensor. Residu yang diperoleh
dari penyulingan masih mengadung emas yang dapat dimurnikan dengan proses
elektrolisis.
Penggunaan raksa alloy atau amalgam pertama kali pada 1828, meskipun
penggunaan secara luas teknik baru ini dicegah karena sifat air raksa yang
beracun. Sekitar 1895 eksperimen yang dilakukan oleh GV Black menunjukkan
bahwa amalgam aman digunakan, meskipun 100 tahun kemudian ilmuwan masih
diperdebatkannya.
diperoleh
ditambah
merkuri
ekstraksi
bijih
harus
terpisah
dari
lokasi
kegiatan
penambangan.
o Dilakukan pada lokasi khusus baik untuk amalgamasi untuk
meminimalkan penyebab pencemar bahan berbahaya akibat peresapan
kedalam tanah, terbawa aliran air permukaan maupun gas yang
terbawa oleh angin.
o Dilengkapi dengan kolam pengendap yang berfungsi baik untuk
mengolah seluruh tailing hasil pengolahan sebelum dialirkan ke
perairan bebas.
o Lokasi pengolahan bijih dan kolam pengendap diusahakan tidak
berada pada daerah banjir.
o Hindari pengolahan dan pembuangan tailing langsung ke sungai.
c) Sianidasi
Leaching Sianida adalah proses pelarutan selektif oleh sianida dimana
hanya logam-logam tertentu yang dapat larut, misalnya Au, Ag, Cu, Zn, Cd, Co
dan lain-lain.
Ekstraksi emas dengan menggunakan leaching sianida ditemukan pertama
kali oleh J. S. Mac Arthur di Glasgow, Scotland tahun 1887, dan sekarang telah
dipakai sebagian besar produksi emas dunia. Walau sesungguhnya banyak
lixiviants (leaching agen) lainnya yang dapat digunakan, antara lain :
Bromides (Acid and Alkaline)
Chlorides
Thiourrea / Thiocarbamide (CH4N2S)
Thiosulphate (Na2S2O3)
Iodium-Iodida
Proses sianidasi dilakukan menggunakan larutan NaCN encer. Bahan yang
akan diolah dapat berupa bijih emas yang telah digiling atau Hg dari proses
amalgamasi. Proses ini didasarkan pada sifat emas dan perak yang dapat larut
dalam garam sianida dengan adanya oksigen. Larutan yang terbentuk kemudian
ditambahkan serbuk seng untuk mengendapkan emas dan perak. Proses
penambahan seng ini disebut proses Merill Crowe. Berikut adalah reaksi yang
terjadi dari setiap proses:
Au(s) + 8NaCN(aq) + O2(g) + 2H2O(l) 4NaAu(CN)2(aq) + 4NaOH(aq)
4Ag(s) + 8NaCN(ag) + O2(g) + 2H2O(l) 4NaAg(CN)2(aq) + 4NaOH(aq)
NaAg(CN)2(aq) + Zn(s) 2NaCN(aq) + Zn(CN)2(aq) + 2Ag(s)
NaAu(CN)2(aq) + Zn(s) 2NaCN(aq) + Zn(CN)2(aq) + 2Au(s)
Sebenarnya
selain
seng
aluminum
pun
dapat
digunakan
untuk
mengendapkan emas dan perak namun harganya relatif lebih mahal, sehingga
pengendapan lebih sering digunakan seng. Selain aluminium logam alkali dan
alkali tahan misalnya natrium dan magnesium dapat pula digunakan untuk
mengendapkan emas dan perak, namun larutan dari proses sianidasi mengandung
air dalam jumlah yang cukup banyak, maka akan terjadi reaksi yang hebat apabila
ditambahkan logam alkali maupun logam alkali tanah.
Pengendapan yang terbentuk berkaitan dengan deret volta atau deret atau
urutan kereaktifan logam, dimana logam-logam yang berada disebelah kiri dapat
mereduksi (mengantikan) logam-logam yang ada disebelah kanannya dalam
senyawaannya. Deret volta atau deret kereaktifan logam adalah sebagai berikut:
Li K Ba Sr Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Ni Co Sn Pb H Cu Hg Ag
Pt Au
Proses Sianidasi terdiri dari dua tahap penting, yaitu proses pelarutan /
pelindian (leaching) dan proses pemisahan emas (recovery) dari larutan kaya.
Pelarut yang biasa digunakan dalam proses cyanidasi adalah Sodium Cyanide
(NaCN), Potassium Cyanide (KCN), Calcium Cyanide [Ca(CN) 2], atau
Ammonium Cyanide (NH4CN). Pelarut yang paling sering digunakan adalah
NaCN, karena mampu melarutkan emas lebih baik dari pelarut lainnya.
Ada banyak teori tentang pelarutan emas mulai dari Teori Oksigen Elsner,
Teori Hidrogen Janin, Teori Hidrogen Peroksida Bodlanders, Teori korosi
Boonstra, sampai Teori Pembuktian Kinetika dari Habashi. Teori yang paling
banyak dipakai adalah Teori Oksigen Elsner dan Pembuktian Kinetika Habashi.
Teori Oksigen Elsner, reaksi pelarutan Au dan Ag dengan sianida adalah
sebagai berikut :
4Au + 8CN- + O2 + 2H2O 4Au(CN)2- + 4NaOH4Ag + 8CN- + O2 + 2H2O 4Ag(CN)2- + 4NaOHTeori Pembuktian Kinetika ( Habashi. 1970 ), reaksi pelarutan Au dan Ag
adalah sebagai berikut :
2Au + 4CN- + O2 + 2H2O 2Au(CN)2- + 2OH- + H2O2
2Ag + 4CN- + O2 + 2H2O 2Ag(CN)2- + 2OH- + H2O2
Mekanisme reaksi ini adalah mekanisme elektrokimia.
Walaupun penggunaan metode ini sama halnya dengan metode ekstraksi
yang lain yang masih memiliki potensi dampak berupa efek beracunnya bagi
pekerja dan lingkungan, ekstraksi emas dengan menggunakan metode leaching
sianida saat ini telah menjadi proses utama ekstraksi emas dalam skala industri,
karena metode ini menawarkan tehnologi yang lebih efektif dan efisien, antara
lain adalah :
1) Heap leaching (pelindian tumpukan) : pelindian emas dengan cara
menyiramkan larutan sianida pada tumpukan bijih emas (diameter
bijih < 10 cm) yang sudah dicampur dengan batu kapur. Air lindian
yang mengalir di dasar tumpukkan yang kedap kemudian di
d) Refinning / Pemurnian
Smelting (peleburan) adalah proses reduksi bijih (abu hasil roasting atau
cake
hasil
electrowinning)
pada
suhu
tinggi
(1.200 oC)
hingga
Bullion)
selanjutnya
dilebur
dengan
penambahan
borax
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.1 Peralatan Crushing (a) Grizzly (b) Apron Feeder (c) Jaw Crusher
Ada dua jenis crusher yang digunakan yaitu primary crusher dan secondary
crusher. Primary crusher yang digunakan jaw crusher tipe double toggle dan
cone crusher sebagai secondary crusher. Ore yang masuk ke jaw crusher akan
dihancurkan menjadi ukuran yang lebih kecil dari 40 cm. Setelah itu ore akan
ditransportasikan lagi menggunakan conveyor 01 menuju tramp iron magnet yang
berfungsi sebagai penangkap sisa logam-logam yang terbawa dari tambang seperti
bijih besi, paku, baja dan logam pengotor lainnya agar tidak merusak screen dan
tidak merobek belt conveyor. Ore selanjutnya dibawa menggunakan conveyor 02
menuju primary screen yang berfungsi untuk memisahkan ore yang lebih kecil
dari 12.5 mm (undersize) dengan ore yang lebih besar dari 12.5 mm (oversize) .
Jenis primary screen yang digunakan jenis inclined vibrating cone crusher dust
enclosure. Jenis ini memiliki dua deck dengan ukuran deck atas 32 mm dan 16
mm untuk deck bawah yang terbuat dari rubber. Oversize dari primary screen
akan dibawa oleh conveyor 03 menuju cone crusher untuk dihancukan lagi
sehingga ukurannya kurang dari 12.5 mm, setelah direduksi ukurannya ore akan
masuk ke conveyor 01, conveyor 02 dan primary screen.. Sedangkan undersize
dari primary screen masuk ke secondary screen.
g
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.2 (a) Cone Crusher (b) Primary Screen (b) Secondary Screen
Gambar 2.3 Fine Ore Bin (FOB) 1 dan Fine Ore Bin (FOB) 2.
Di ujung ball mill terdapat trommel screen yang memisahkan produk dari ball
mill antara oversize dan undersize dengan bantuan spray water. Oversize dari
trommel screen pada plant 1 akan diangkut menggunakan wheel loader ke hopper
dan dimasukan kembali ke conveyor 05 menuju ball mill lagi. Sedangkan pada
plant 2 akan langsung dimasukkan ke conveyor 06. Sedangkan undersize-nya
berupa slurry akan ditampung di sump discharge ballmill, lumpur itu akan
dipompakan ke mill cyclone. Di mill cyclone akan terjadi pemisahan antara fraksi
kasar dan fraksi halus akibat gaya sentrifugal dan gaya tangensial. Underflow atau
fraksi kasar dari mill cyclone akan dikirim kembali ke ballmill, sedangkan
overflow atau fraksi halus akan dikirim ke tangki leaching setelah melalui trash
screen untuk memisahkan slurry dari pengotor-pengotorya.
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.4 (a) Ball Mill (b) Mill Cyclone (c) Trash Screen
1.3 Leaching
Leaching merupakan proses pelarutan emas dari bijihnya menggunakan
pelarut tertentu. Proses leaching yang dilakukan oleh PT Antam Tbk, UBPE
Pongkor merupakan agitation leaching yang menggunakan pelarut sianida yang
diperoleh dari hasil pelarutan natrium sianida (NaCN) dengan di mixing Tank.
4 NaAu(CN) + 4 NaOH
4 Ag + 8 NaCN + 02 + H2O
4 NaAg(CN) + 4 NaOH
Pada masing-masing plant waktu tinggal slurry dalam tangki leaching selama
15 jam. Pada tangki leaching terjadi reaksi antara larutan sianida dengan logam
Au, Ag dan logam-logam lain seperti Fe, Cu, Ni, Zn, Cd, dan Co yang merupakan
impurities. Adanya impurities meningkatkan kebutuhan sianida bebas (CN) untuk
melarutkan logam berharga dalam bijih.
Parameter utama pada proses leaching adalah :
Konsentrasi Sianida
Konsentrasi sianida bergantung kadar bijih emas atau ore. Semakin tinggi
kadar logam berharga dalam ore maka konsentrasi sianida yang digunakan
semakin tinggi. Untuk mengolah ore dengan kadar emas 5-7 gpt diperlukan 700750 ppm sianida.
HCN(g) + OH-
Persen solid pada tangki leaching pada rentang 38%-42%. Jika persen solid
dibawah 38% menunjukkan larutan encer dan bijih emas yang bereaksi dengan
sianida terlalu sedikit. Sedangkan jika persen solid-nya di atas 42% akan
mengurangi oksigen yang terlarut dan selain itu jika persen solid yang tinggi akan
membutuhkan energi yang lebih besar untuk pengadukan.
konsentasi oksigen terlarut dkurang dari 3 ppm, slurry akan mengental dan kontak
antara logam berharga dalam bijih dengan reagen leaching sulit terjadi. Oksigen
terlarut ini berasal dari kompressor dan dialirkan melaui distributor pada shaft
agitator.
Waktu tinggal
Pada plant 1 terdapat dua buah leaching tank yang berkapasitas 340 m3
dengan waktu tinggalnya yaitu 7.5 jam. Sedangkan pada plant 2 memiliki satu
buah leaching tank yang berkapasitas 1000 m3 dengan waktu tinggal 15 jam. Jadi
masing-masing waktu tinggal pada plant 1 maupun plant 2 yaitu 15 jam.
2. Unit Recovery
2.1 Carbon In Leach (CIL)
Carbon in leach merupakan proses absorbsi emas yang telah larut saat
proses leaching oleh carbon aktif. Proses yang terjadi di CIL ini adalah
penangkapan senyawa kompleks NaAu(CN)2 dan NaAg(CN)2 oleh carbon aktif.
Persamaan reaksi:
2[Au(CN)2-] + Ca2+ + C
Ca[C Au (CN)2]2
2[Ag(CN)2-] + Ca2+ + C
Ca[C Ag (CN)2]2
Pada plant 1, tangki leaching berkapasitas 290 m3 yang terdiri dari 5 tangki.
Sedangkan untuk plant 2 berjumlah 7 tangki dengan tangki CIL 1 dan CIL 2
dengan kapasitas 340 m3 dan tangki CIL 3 sampai CIL 7 dengan kapasitas 290 m3.
Tangki CIL dilengkapi dengan carbon interstage screen (ukuran bukaan 0.8
mm) tipe kambalda screen yang berfungsi untuk mencegah agar karbon tidak ikut
bersama dengan aliran overflow slurry ke tangki berikutnya, sehingga slurry tetap
akan mengalir ke tangki berikutnya melalui launder (talangan). Distribusi karbon
aktif ini berlawanan arah (Cunter current) dengan aliran surry yaitu untuk plant 1
dimasukkan dari tangki CIL 7 baru kemudian masuk tangki CIL 6 dan seterusnya
sampai ke tangki CIL pertama dengan cara menggunakan carbon forwarding
pump untuk memompakan karbon tersebut. Aliran ini dirancang untuk mencapai
distribusi karbon di tangki CIL sesuai dengan desain yang telah ditentukan.
Tujuan dari dari penambahan fress carbon di tangki CIL terakhir agar
penyerapan ion Au/Ag kompleks lebih efektif, karena kandungan Au-Ag di tangki
CIL terakhir paling rendah sehingga diharap kandungan Au-Ag di tangki CIL
terakhir seluruh ion Au-Ag kompleks dapat diadsorpsi olek fresh carbon yang
masih tinggi tingkat absorbsinya. Distribusi karbon di tangki CIL awal dan akhir
sekitar 30 gr/L, sedangkan di tangki CIL tengah sekitar 8 gr/L.
Pada prosesnya, umpan yang masuk ke tangki CIL berupa overflow dari
tangki leaching melalui launder, slurry mengalir dari tangki CIL 1 sampai ke
tangki CIL berikutnya. Pada tangki terakhir CIL ini di pasang carbon safety
screen lubangnya jenis square straight yang berukuran 0.5 mm. Carbon safety
screen bertujuan untuk mengurangi hilangnya carbon yang ikut terbawa oleh
aliran slurry ke thickener.
Karbon yang keluar dari tangki CIL 1 (diharap memiliki kandungan emas 700
ppm-1000 ppm di pompa ke loaded carbon surge bin yang terlebih dahulu
melewati loaded carbon screen. Setelah melewati loaded carbon screen karbon
kaya masuk ke surge bin yang berkapasitas 6 ton, sedangkan cairan yang ikut
bersama karbon akan di kembalikan ke tangki CIL pertama masing-masing plant.
2.2 Elution
Elution merupakan proses pelepasan emas dari karbon yang telah
dimasukkan di tangki CIL. Metoda elution yang dipakai di UBPE Pongor adalah
Anglo American Research Laboratory (AARL). Sebelum dilakukan elution
terlebih dahulu dilakukan loaded carbon yaitu carbon dalam CIL diangkat ke
surge bin melalui pemompaan. Loaded carbon dilakukan setelah kadar emas
dalam karbon di CIL mencapai minimal 1000 gpt dengan kapasitas 6 ton. Setelah
proses loaded carbon selesai, dilakukan proses elution di dalam elution column.
Proses elution dilakukan dalam 6 tahap, namun sebelumnya dilakukan
pencucian carbon dalam column dengan menggunakan fresh water yang bertujuan
untuk membersihkan karbon dari lumpur yang masih menempel.
Tahapan tahapan elution adalah :
1. Tahap pencucian dengan Asam (acid wash)
Asam yang digunakan untuk mencuci karbon pada tahap ini adalah asam
klorida. Pencucian dengan HCL ini bertujuan untuk menghilangkan atau
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.6 (a) Column (b) Eluate Tank (c) Elution Heater
2.3 Elektrowining
mengubah arus AC menjadi arus DC. Pada prosesnya digunakan arus listrik
sebesar 1100-1200 Ampere dan tegangan 8 Volt.
Larutan kaya yang telah diambil logam emas dan peraknya disebut spent
electrolyte. Au dan Ag yang terkandung dalam larutan kaya akan menempel pada
katoda. Hal ini karena Au dan Ag bermuatan positif, sedangkan katodanya
bermuatan negatif. Pada katoda, tidak hanya ion Au dan Ag yang tereduksi
menjadi bentuk solid (cake) akan tetapi terdapat logam pengotornya lain yang ikut
tereduksi menjadi bentuk solid, sedangkan pada anoda akan terjadi reaksi oksidasi
yaitu perubahan ion OH- menjadi H2O.
Reaksi elektrolisis yang terjadi pada proses electrowinning :
Anoda : 2OH-
O2 + H2O + 2e-
2Au + O2 + H2 + 4CN-
2Au + O2 + H2 + 4CN-
Pelepasan cake dari batang katoda dilakukan dengan menyemprotkan air pada
batang katoda, air sisa penyemprotan di tampung di dalam spent sump. Sedang
overflow dari electrowinning cells akan masuk ke dalam spent return sump
sebagai barren solution dengan kandungan Au kurang dari 2 ppm dan Ag kurang
dari 20 ppm. Barren solution masuk ke dalam cyanide holding tank yang akan
digunakan sebagai make up cyanide karena masih mengandung emas sianida
sebesar 3000 ppm dan digunakan untuk menaikkan pH di tangki leaching
pertama.
atas logam cair dan membentuk slag. Setelah penambahan boraks, cake dilebur
didalam morgan furnace pada suhu 1000-1200oC kemudian dore bullion
dituangkan ke dalam cetakan (bullion morgan). Komposisi dore bullion adalah 715% dan 80-92%, kurang dari 2% dan memiliki dimensi 15 250 330 mm3.
Pengotor (slag) yang terbentuk pada saat proses peleburan berupa kalsium
karbonat, dan boraks dipisahkan dari logam cairnya dengan cara manual.
Pemisahan dengan cara manual ini mengakibatkan kemungkinan terbawanya
emas dan perak pada slag dengan peleburan menggunakan monarch furnace.
Peleburan slag biasanya dilakukan setelah beberapa kali peleburan utama. Setelah
dilebur, slag didinginkan dan dipisahkan dari pengotornya. Logam Au dan Ag
yang dihasilkan selanjutnya diikut sertakan bersama peleburan utama, sedangkan
slag akan dikirimkan ke ball mill untuk digerus bersama dengan ore.
Setiap selesai peleburan dore bullion akan dikirimkan ke Unit Bisnis
Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia (UBPPLM) di Pulogadung, Jakarta
untuk dipisahkan dan dimurnikan antara emas dan perak.
F. JENIS-JENIS EMAS
Seperti yang telah disinggunag pada bagian terdahulu emas merupakan unsur
yang sangat lunak. Emas dengan kemurnian tinggi (24K) sangat mudah untuk
dibengkokan tetapi sangat mematahkan atau memutuskan emas. Hal ini
disebabkan atom-atom penyusun emas terikat sangat kuat.
Salah satu cara yang banyak digunakan adalah Mencampur emas dengan
logam lain yang disebut alloi. Alloi dapat dilakukan dengan meleburkan atau
melelehkan emas terlebih dahulu kemudian ditambahkan lelehan unsur yang akan
dipadukan. Syarat utama terbentuknya alloi adalah logam yang ditambahkan, baik
unsur logam maupun nonlogam, tidak bereaksi dengan logam yang dijadikan
logam induk, dalam hal ini emas adalah logam induknya. Selain dengan cara ini
emaspun sering dilapisi pada logam-logam lain dengan cara elektrokimia yang
disebut penyepuhan atau elektoplating.
Emas Putih
Gambar emas putih 18K
Emas putih (white gold) merupakan salah satu aloi emas yang banyak
digunakan sebagai perhiasan. Emas putih yang digunakan merupak aloi dari emas
dengan nikel atau dengan paladium. Selain itu kadang mengandung perak,
tembaga dan zink dalam jumlah kecil. Sekarang nikel jarang digunakan karena
dapat memberikan reaksi tertentu pada orang yang menggunakan perhiasan dari
emas putih.
Sekarang emas putih yang banyak digunakan sebagai perhiasan merupakan
aloi dari emas dengan perak dan paladium. Dan untuk menghasilkan kilau putih
yang lebih bagus emas putih seringkali dilapisi dengan rodium (Rh). Seperti pada
emas kuning (yellow gold) kandungan emas pada emas putih juga dinyatakan
sebagai karat, dimana kandungan emas pada emas putih 18 karat sama dengan
kandung emas pada emas kuning 18 karat.
Emas Ungu
Emas ungu atau emas lembayung merupakan aloi antara emas dengan dengan
aluminium. Emas ungu yang diproduksi biasnya memiliki kadar 18K atau
mengandung 79% emas selebihnya berupa aluminium.
Emas Biru
Gambar cincin emas putih 18K yang bagian tengahnya dihiasi emas biru
Emas biru merupakan aloi antara emas dengan indium. Selain itu, emas biru
dapat diperoleh dari aloi antara emas dengan besi. Dengan konsentrasi emas 75%
dan besi 25%.
Emas Hitam
Emas hitam dapat diperoleh dengan beberapa cara yakni