You are on page 1of 2

Waspada Online

Sinusitis Termasuk Penyakit Mahal


Kamis, 09 Agustus 2007 00:15 WIB

Rinosinusitis atau lebih populer dengan nama Sinusitis mempunyai


prevalensi yang meningkat di era milenium dan menjadi masalah kesehatan
penting di hampir semua negara. Sinusitis paling sering dijumpai dan
termasuk 10 penyakit termahal karena membutuhkan biaya pengobatan cukup
besar.

Medan - WASPADA Online

Rinosinusitis atau lebih populer dengan nama Sinusitis mempunyai prevalensi yang meningkat di era milenium dan
menjadi masalah kesehatan penting di hampir semua negara. Sinusitis paling sering dijumpai dan termasuk 10 penyakit
termahal karena membutuhkan biaya pengobatan cukup besar.

Di Amerika Serikat, biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan sinusitis mencapai AS$ 3,5 miliar per tahun. Dari jumlah
tersebut, AS$ 1,8 miliar di antaranya untuk anak di bawah umur 12 tahun.

Sementara, dari 30 juta penduduk dewasa di AS, 16 persen di antaranya didapati menderita sinusitis akut bakterial per
tahun dan 14,7 persen menderita sinusitis kronik.

Hal itu dikatakan Staf Sub Bagian Rinologi Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT) RS Cipto Mangunkusumo
(RSCM)/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr. Damayanti Sucipto, SpTHT-KL pada simposium penyakit
Telinga Hidung dan Tenggorokan yang digelar SMF THT RSU Dr. Pirngadi di Wisma Benteng Medan, Sabtu (4/8).

Menurut Damayanti, prevalensi sinusitis di Indonesia cukup tinggi. Hasil penelitian tahun 1996 dari sub bagian Rinologi
Departemen THT FKUI-RSCM, dari 496 pasien rawat jalan ditemukan 50 persen penderita sinusitis kronik. Pada tahun
1999, penelitian yang dilakukan bagian THT FKUI-RSCM bekerjasama dengan Ilmu Kesehatan Anak, menjumpai
prevalensi sinusitis akut pada penderita Infeksi

Saluran Nafas Anak (ISNA) sebesar 25 persen. Angka tersebut lebih besar dibanding data di negara-negara lain.

Gejala

Damayanti menjelaskan, gejala sinusitis yang paling dominan adalah hidung tersumbat. Kemudian, jika terjadi secara
http://www.waspada.co.id

Menggunakan Joomla!

Generated: 16 April, 2008, 14:11

Waspada Online

kronik menyebabkan berbagai keluhan lain seperti keluhan faringitis, pegal di tengkuk, gangguan tidur sehingga terjadi
penurunan produktivitas kerja dan konsentrasi belajar pada anak.

Kelainan mengorok acapkali terjadi dengan kemungkinan pasien mudah mengantuk di siang hari, mudah capek dan
mempunyai risiko terjadinya hipertensi, penyakit jantung dan stroke.

Pada tahun 1993, Medical Decision Making telah menghitung Quality of Life (QOL) dari penderita sinusitis mendapatkan
angka 0,874 yang cukup besar, setara dengan QOL penderita diabetes, reumatik dan hipertensi berat.

Damayanti menambahkan, alergi mempunyai koeksistensi tinggi pada sinusitis kronik. Terbukti dari data uji kulit,
ditemukan 54 persen pasien positif sinusitis kronik pada rawat jalan dan positif pada 50 – 84 persen pasien yang
direncanakan operasi endoskopi sinus.

Semua umur

Sementara itu, ahli penyakit THT RSU Dr. Pirngadi Medan dr. Berisman Sianipar, SpTHT mengatakan kepada
wartawan, sinusitis dapat dipicu karena terjadinya alergi dan infeksi.

"Gejala alergi tersebut dapat muncul pada semua umur mulai dari sejak lahir hingga dewasa. Hal ini terjadi karena
adanya kelainan sehingga terlalu sensitif," kata Berisman di dampingi dr. Linda Samosir, SpTHT dan dr. Ita L.
Roderthani, SpTHT.

Sedangkan dr. Ali Syahbana, SpTHT selaku panitia penyelenggara mengatakan seminar tersebut merupakan yang
kedua kalinya diselenggarakan SMF THT RSU Dr. Pirngadi. Pada tahun 2005, SMF THT RSU Dr. Pirngadi juga
mengadakan seminar dengan topik Ngorok dan Henti Nafas.

"Seminar yang diselenggarakan kali ini lebih fokus kepada hidung secara umum, namun memiliki hubungan ke telinga,"
ujar Ali di dampingi dr. Zulkifli, SpTHT. (m26)

http://www.waspada.co.id

Menggunakan Joomla!

Generated: 16 April, 2008, 14:11

You might also like