Professional Documents
Culture Documents
BAB III
DASAR TEORI
penerapan
keahlian
manusia
untuk
menganalisa,
merencanakan,
mengarahkan, dan mengatur sumber daya seperti manusia, material, peralatan, dan
modal yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi untuk mencapai suatu tujuan
dalam jangka waktu yang telah tertentu.
3.2 Proyek Konstuksi
Proyek konstruksi adalah suatu proyek yang berkaitan dengan upaya
membangun suatu bangunan infrastruktur, yang umumnya mencakup pekerjaan
pokok yang termasuk dalam bidang teknik sipil dan arsitektur (Dipohusodo,
1996). Dalam suatu proyek konstruksi terdapat tiga hal penting yang harus
diperhatikan yaitu waktu, biaya dan mutu (Kerzner, 2006). Pada umumnya, mutu
konstruksi merupakan elemen dasar yang harus dijaga untuk senantiasa sesuai
dengan perencanaan. Namun demikian, pada kenyataannya sering terjadi
pembengkakan biaya sekaligus keterlambatan waktu pelaksanaan (Proboyo,
Universitas Sriwijaya
14
Universitas Sriwijaya
15
(Robbins
dan
Coulter,
2007).
Struktur
organisasi
Universitas Sriwijaya
16
Universitas Sriwijaya
17
Universitas Sriwijaya
18
Universitas Sriwijaya
19
Tiang pancang beton merupakan perbaikan dari tiang pancang kayu yang
terbuat dari bahan beton. Beton merupakan campuran agregat halus (pasir) dan
agregat kasar (batu pecah) dengan semen Portland yang dicampur dengan air
dalam perbandingan tertentu. Beton yang baik mempunyai kuat tarik, kuat tekan,
kuat lekat yang tinggi, kedap air, tahan cuaca, tahan zat kimia, susutan
pengerasannya kecil, dan elastisitas tinggi. Berdasarkan proses pembentukannya,
tiang pancang beton dibagi menjadi:
(1) Tiang pancang beton pracetak (precast concrete pile)
Tiang pancang ini dibentuk di tempat pengecoran sentral sesuai dengan
panjang tiang pancang yang sudah ditentukan, dan kemudian dikirimkan ke
tempat konstruksi. Jika ruangan tersedia dan jumlah yang diperlukan sudah
mencukupi, maka halaman pencoran dapat disediakan di proyek untuk
mengurangi biaya transportasi. Tiang pancang pracetak dapat dibuat dengan
menggunakan penguatan biasa atau dengan menggunakan tiang pancang
prategang. Tiang pancang pracetak dengan penguatan biasa, dibuat untuk
tegangan lentur selama waktu pengambilan (pick up) dan pengangkutan ke tempat
proyek, untuk momen lentur dari beban lateral, serta untuk penyediaan tahanan
yang mencukupi terhadap beban vertical dan terhadap setiap gaya tegangan yang
timbul selama pemancangan.
(2) Tiang pancang yang dicor langsung di tempat (cast in place pile)
Tiang pancang yang dicor langsung di tempat, dibentuk dengan membuat
sebuah lubang dalam tanah dan mengisinya dengan beton. Lubang tersebut dapat
dibor tapi lebih sering dibentuk dengan memancangkan sebuah sel (shell) ke
dalam tanah tempat pondasi tersebut diperuntukkan. Cetakan (casing) tersebut
dapat diisi dengan sebuah paksi (mandreal) dengan kondisi pada penarikan balik
paksi akan mengosongkan cetakan. Cetakan dapat dipancang dengan kondisi pelat
kulit kerang (shell) yang siap terisi beton, atau corong ke dalam tanah. Cetakan
lain dapat berupa corong dengan ujung terbuka, di mana tanah di dalam cetakan
dapat dikeluarkan setelah pemancangan.
(3) Tiang pancang beton prategang (precast prestressed concrete pile)
Tiang pancang ini dibentuk dengan menekan baja berkekuatan tinggi, yaitu
baja yang mempunyai kekuatan maksimal fyult sebesar 1725-1860 MPa dengan
Universitas Sriwijaya
20
mempertegangkan kabel ke suatu nilai pada orde 0,5 sampai 0,7 f ult. Bila beton
mengeras, maka kabel-kabel pra-tegang itu dipotong dengan gaya tegangan di
dalam kabel yang menghasilkan tegangan tekan dalam tiang pancang beton
sewaktu baja tersebut mencoba kembali ke panjang tak teregang (unstrectched
length). Beberapa rayapan (creep) dan kehilangan lain termasuk kehilangan yang
disebabkan oleh pemendekan aksial dari tiang pancang karena beban tekan dalam
tiang pancang disebabkan oleh gaya yang terjadi pada kabel prategang.
Kehilangan-kehilangan ini, tanpa memperhitungkan yang diperbaiki, diambil
sebesar 240 MPa, ini tidak termasuk kehilangan pemendekan aksial yang
disebabkan oleh beban-beban perancangan yang digunakan.
3.7.3
sangat baik karena tidak mudah mengalami bahaya tekuk. Tiang baja yang dikenal
ada dua macam, yaitu:
(1) H pile
Kebanyakan penampang tiang pancang baja berbentuk profil H. Karena
terbuat dari baja, maka kekuatan dari tiang ini sendiri sangat besar sehingga dalam
pengangkutan dan pemancangan tidak menimbulakn bahaya patah sebagaimana
halnya yang sering terjadi pada tiang pancang beton precast.
Tiang pancang H memiliki perpindahan volume yang kecil karena daerah
penampangnya tidak terlalu besar. Jadi pemakaian tiang pancang baja ini sangat
bermanfaat bila kita memerlukan tiang pancang yang panjang dengan tahanan
ujung yang besar. Kelemahan dari tiang pancang baja ini, mudah mengalami karat
(korosi).
(2) Pipa baja (steel pipe)
Tiang ini dibuat dengan memancangkan pipa pada kedalaman yang
diinginkan, kemudian diisi dengan beton. Pipa ini dapat dipancangkan dengan
bagian atas tertutup atau terbuka, dan pada bagian bawah pipa terbuka. Pipa ini
dipancangkan sampai kedalaman yang diinginkan, kemudian tanah dikeluarkan
dari dalam pipa dengan menggunakan tekanan udara atau kombinasi antara air dan
tekanan udara lalu cor-an beton dimasukkan ke dalam pipa.
Keuntungan pemakaian tiang pancang pipa baja,
yaitu
mudah
Universitas Sriwijaya
21
dua bahan yang berbeda yang bekerja bersama dalam menahan gaya aksial,
lateral, maupun gaya luar. Tiang pancang ini dapat bervariasi dari campuran bahan
baton dan kayu atau beton dan baja.
3.8 Penggolongan Tiang Pancang berdasarkan Cara Tiang Meneruskan
Beban
Menurut Suryolelono (1994) tipe tiang dapat dibedakan terhadap cara tiang
meneruskan beban yang diterimanya ke tanah dasar pondasi. Hal ini tergantung
juga pada jenis tanah dasar pondasi yang akan menerima beban yang bekerja. Tipe
tiang pancang pancang berdasarkan cara tiang meneruskan beban dapat terlihat
pada Gambar 3.1.
Tiang end bearing pile terjadi apabila ujung tiang mencapai tanah keras
atau tanah baik dengan kuat dukung tinggi, sehingga beban yang diterima tiang
akan diteruskan ke tanah dasar pondasi melalui ujung tiang. Bila tiang dipancang
pada tanah dengan nilai kuat gesek tinggi (jenis tanah pasir), maka beban yang
diterima oleh tiang akan ditahan berdasarkan gesekan antara tiang dan tanah di
sekeliling tiang. Jenis tiang ini disebut friction pile. Jika tiang dipancang pada
tanah dasar pondasi yang mempunyai nilai kohesi tinggi, maka beban yang
diterima oleh tiang akan ditahan oleh pelekatan antara tanah sekitar permukaan
tiang. Jenis tiang ini disebut adhesive pile.
Universitas Sriwijaya
22
Gambar 3.1 Tipe tiang berdasarkan cara tiang meneruskan beban ke tanah
(Suryolelono, 1994)
metode
jack-In
pile adalah
metode
pemancangan
dengan
Universitas Sriwijaya
23
(5)
Universitas Sriwijaya
24
Tidak
maksimal
pengerjaannya jika terjadi hujan karena bila tiang diperlukan welding atau
pengelasan sambungan, maka proses penyambungan tiang pancang butuh
waktu lama.
(2)
Penggunaan
mesin
dilakukan
untuk satu tiang. Daya dukung yang diizinkan didapat dengan memperhatikan
Universitas Sriwijaya
25
ketiga macam cara arah gaya tekan atau gaya tarik pada arah tegak dan arah
mendatar.
(3) Setelah daya dukung satu tiang sudah didapatakan maka daya dukung tiang
kelompok perlu diperhitungkan juga. Harga akhir akibat gabungan tiang ini
atau gaya gesekan dinding tiang merupakan daya dukung yang diizinkan
untuk pondasi tiang.
(4) Menghitung reaksi yang didistribusikan ke setiap kepala tiang dan
menentukan jumlah tiang yang dibutuhkan secara tepat.
(5) Setelah reaksi pada kepala tiang dihitung, maka pembagian momen lentur
atau gaya geser tiang dalam vertikal dapat dicari. Untuk tiang yang terbuat
dari pipa baja, perlu dihitung ketebalan pelatnya, dan untuk tiang pancang
yang terbuat dari beton, banyaknya beton yang diperlukan perlu dihitung
secara cermat.
Dalam mengatur letak tiang hendaknya diperhitungkan agar masing-masing
tiang dapat menerima beban yang sama. Untuk pelaksanaannya perlu diperhatikan
faktor kekakuan poer dan distribusi bebannya. Walaupun tiang menumpu pada
lapisan tanah yang cukup baik, namun dasar pembagian yang sama untuk setiap
tiang harus tetap dipegang, agar dapat diihindari hal yang tidak diperkirakan
sebelumnya akibat penurunan yang tidak sama.
3.9 Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang
3.9.1
pendekatan analitis dari hasil pengujian karakteristik fisik dan mekanik tanah di
laboratorium dan kemudian didekati dengan formula klasik dan metode empiris
dengan mengandalkan hasil pengujian lapangan.
Adapun metode tersebut adalah metode statik yaitu hasil interpretasi dari
diagram penetrasi yang didapat dari hasil penetrometer, metode dinamis yaitu
menggunakan rumus pancang, dan hasil uji beban langsung.
Kekuatan bahan tiang pancang juga harus diperhatikan dalam mendesain
suatu pondasi tiang pancang. Kekuatan bahan tiang harus disesuaikan dengan
Universitas Sriwijaya
26
keadaan tanah di proyek tersebut serta beban yang akan dipukul tiang pancang
tersebut.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung kekuatan bahan tiang
pancang adalah:
(3.1)
dimana :
Atiang
(3.2)
(3.3)
Universitas Sriwijaya
27
(3.4)
dimana :
Qu
Ap
As
Nc, Nq, N
= faktor penampang
= faktor adhesi
= koefisien tekanan tanah lateral
= sudut geser efektif antara tanah dan tiang pancang
terdiri dari Nc, Nq, dan N. Hubungan nilai sudut geser tanah
Universitas Sriwijaya
28
, degree
Nc
Nq
5
10
15
20
25
30
34
35
40
45
48
50
7,3
9,6
12,9
17,7
52,6
37,2
52,6
57,8
95,7
172,3
258,3
347,5
1,6
2,7
4,4
7,4
12,7
22,5
36,5
41,4
81,3
173,3
287,9
415,1
0,5
1,2
2,5
5,0
9,7
19,7
36,0
42,4
100,4
297,5
780,1
1153,2
dimana:
QAll
NK
JHP
3&5
= Faktor Keamanan
Universitas Sriwijaya
29
b.
(3.6)
(3.7)
Sedangkan untuk korelasi nilai N tanah pasir halus terendam air dapat
ditampilkan pada Persamaan 3.8.
N = 15 + (N 15)
(3.8)
dimana:
Pu = daya dukung maksimum (ton)
= nilai standar penetrasi pada ujung tiang
= nilai rata-rata standar penetrasi sepanjang tiang
= luas penampang ujung tiang (m2)
= luas selimut tiang (m2)
N = N yang terukur di lapangan
3.9.2 Kapasitas Dukung Tiang Pancang dengan Metode Loading Test
Pengujian tiang pancang berdasarkan loading test didasarkan pada
pemberian beban terhadap tiang pancang baik secara loading maupun unloading
dengan tujuan mengetahui dan menentukan kapasitas dukung tiang rencana
tersebut. Loading test dilakukan apabila hasil peneyelidikan tanah meragukan, dan
agar didapat nilai proyek yang ekonomis.
Universitas Sriwijaya
30
Pengujian pembebanan pada tiang pancang dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu konvensional dan dengan menggunakan alat pile driving analyzer yang
dikenal dengan nama tes PDA.
PDA test (Pile Driving Analyzer) adalah pengujian kapasitas dukung tiang
pancang dengan cara mengukur regangan dengan cara memasang alat di bagian
atas tiang. Regangan dan percepatan gelombang akibat tumbukan alat pancang
diukur dengan menggunakan strain transducer dan accelerometer. Dua buah
strain transducer dan dua buah accelerometer dipasang pada bagian atas tiang
dengan jarak minimum 1,5 diameter dari kepala tiang (Bowles, 1986). Tujuan
pemasangan dua buah instrumen adalah untuk mendapatkan data yang lebih baik
dan mempunyai perbandingan rata-rata disamping sebagai faktor keamanan
apabila salah satu instrumen tidak bekerja dengan baik. Hasil pengukuran
dianalisis dengan cara yang dikenal dengan nama Case Method, berdasarkan teori
gelombang satu dimensi (one dimensional wave theory).
3.9.3 Kapasitas Daya Dukung Kelompok Tiang
Pada umumnya tiang digunakan dalam bentuk kelompok untuk meneruskan
beban struktural ke tanah. Pilecap dibuat hingga meliputi seluruh tiang. Oleh
sebab itu, persamaan kapasitas dukung tiang kelompok sebagai berikut (Sardjono,
1987):
Qg = QALL x x n
(3.9)
dimana :
Qg
= daya dukung kelompok tiang (ton)
QALL = daya dukung tiang tunggal dalam kelompok (ton)
= faktor efisiensi
n
= jumlah tiang dalam satu baris
Persamaan untuk menghitung efisiensi kelompok tiang menurut Feld (1943)
adalah sebagai berikut:
(n 1)m (m 1)n
90mn
(3.10)
dimana:
= efisiensi kelompok tiang
m = jumlah baris tiang
n = jumlah tiang dalam satu baris
= arc tan (d/s) dalam derajat
Universitas Sriwijaya
31
s
d
(3.11)
dimana:
Pkolom = reaksi maksimum yang dipikul kolom (ton)
My
= momen maksimum arah y (ton.m)
Mx
= momen maksimum arah x (ton.m)
x
= jarak titik berat kelompok tiang ke titik berat tiang pancang arah x
y
(meter)
= jarak titik berat kelompok tiang ke titik berat tiang pancang arah y
x2
(meter)
= jumlah kuadrat jarak titik berat kelompok tiang ke titik berat tiang
tetap yang dipikul oleh tiang pancang didapat dari kombinasi pembebanan dead
load dan live load. Sedangkan beban darurat dari tiang pancang didapat dari
beban maksimum yang berasal dari 10 kombinasi pembebanan menurut tata cara
perhitungan struktur beton untuk bangunan.
3.11 Pile Cap
3.9.1 Gambaran Umum Pile Cap
Pile cap adalah elemen struktur yang berfungsi untuk menerima beban dari
kolom yang kemudian diteruskan ke tiang pancang dan untuk menyatukan
kelompok tiang pancang . Dalam perhitungan-perhitungan pile cap dianggap atau
dibuat kaku sempurna sehingga:
Universitas Sriwijaya
32
(1) Bila beban-beban yang bekerja pada kelompok tiang pancang tersebut
menimbulkan penurunan maka setelah penurunan bidang pile cap tetap akan
merupakan bidang datar.
(2) Gaya-gaya yang bekerja pada tiang berbanding lurus dengan penurunan tiangtiang tersebut.
3.9.2 Perhitungan Tulangan Pile Cap
Di atas pondasi tiang, terutama jika menggunakan kelompok tiang diberi
pengikat yang diberi nama pile cap. Tulangan pile cap ini diperhitungkan dengan
memperhatikan tegangan geser. Tahapan menghitung tulangan pile cap adalah
sebagai berikut:
(1) Perhitungan tegangan geser pile cap
=
fc ,
6
(3.12)
= s + ( h - hb )
= 4 s v ( h - hb )
= Pmax/Av
(3.13)
(3.14)
(3.15)
dimana:
Pmax
Hb
Sv
Av
Universitas Sriwijaya
33
(3.16)
dimana:
V = Daya dukung tiang pancang (ton)
X = Jarak beban ke momen (meter)
Universitas Sriwijaya
34
(3.17)
dimana :
V = Daya dukung tiang pancang (ton)
Y = Jarak beban ke momen (m)
(3) Perhitungan tulangan pokok pile cap
Setelah didapat momen maksimum, dilanjutkan dengan mencari tulangan
pokok pile cap. Pada perencanaan pile cap diambil momen maksimum sebagai
nilai Mu. Kemudian dilajutkan dengan mencari jarak dari serat tepi tekan terluar
terhadap titik berat tulangan tarik (d).
d = h - (tebal selimut beton + 0,5 diameter tulangan utama)
(3.18)
Selanjutnya dilakukan perhitungan mencari luas tulangan tekan atau yang dikenal
dengan tulangan pokok dan tulangan susut (Dipohusodo, 1999).
Rn
Mu
b d2
fy
0,85fc
(3.19)
(3.20)
Universitas Sriwijaya
35
1
2mRn
1 1
m
fy
min
1,4
fy
min
(3.21)
(3.22)
maks
Persamaan 3.23 menampilkan rumus untuk mencari tulangan tekan atau tulangan
utama pada pile cap. Rumus 3.24 menampilkan persamaan untuk mencari
tulangan susut atau tulangan tarik.
As b d
(3.23)
(3.24)
Dari luas tulangan yang didapat akan diperoleh rencana tulangan melalui tabel
hubungan antara luas penampang tulangan dengan diameter tulangan.
dimana:
Mu = momen terfaktor pada penampang pile cap
b
fy
fc
= Rasio penulangan
Universitas Sriwijaya