You are on page 1of 2

Pendekatan saintifik dalam Kurikulum 2013?

Leo Sutrisno*
Pelatihan guru pengajar Kuriulum 2013 dijanjikan (Mendikbud) akan selesai pada akhir
Agustus 2014. Masih ada 6-7% guru yang belum mendapat kesempatan mengikuti pelatihan
Kurikulum 2013 (Kompas 9 Agustus 2014: 11). Sebuah berita yang sangat menyenangkan. Namun, di
lapangan banyak para guru yang telah mengikuti pelatihan Kurikulum 2013 membawa sejumlah
pertanyaan (dan kekhawatiran) karena merasa belum benar-benar siap. Salah satu di antaranya
berkaitan dengan pendekatan saintifik.
Dalam setiap pelatihan Kurikulum 2013 disebutkan bahwa salah satu ciri khas Kurikulum 2013
adalah pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Pernyataan ini mengacu pada Arahan Mendikbud:
Pengembangan Kurikulum 2013 pada Penyegaran Nara Sumber Pelatihan Guru untuk Implementasi
Kurikulum 2013, Jakarta, 26-28 Juni 2013. Ada dua acuan yang sering diterima: (1) langkah-langkah
kegiatan saintifik dan (2) komponen-kompenen pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

Langkah-langkah
Oleh para instruktur dijelaskan langkah-langkah pendekatan saintifik itu berurutan:

observing (mengamati) questioning (menanya) associating (menalar) experimenting (mencoba)


networking (membentuk jejaring). Urutan ini diacu dari sajian Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan dengan judul KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC. PPT - 2.2-1.
Istilah ini: observing (mengamati) questioning (menanya) associating (menalar) experimenting
(mencoba) networking (membentuk jejaring) oleh para nara sumber diambil dari Arahan
Mendikbud: Pengembangan Kurikulum 2013 pada Penyegaran Nara Sumber Pelatihan Guru untuk
Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta, 26-28 Juni 2013. Dalam arahan Mendikbud ini, rujukannya
adalah buku Innovators DNA karangan Jeff Dyer, Hal Gregersen dan Clayton M. Christensen
(2011).
Yang menarik adalah dalam sajian menteri istilah-istilah ini: qbserving (mengamati),
questioning (menanya), associating (menalar), experimenting (mencoba), dan networking (membentuk
Jejaring) tidak dinytakan sebagai urutan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Karena, memang
bukan langkah langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Oleh penulisnya,- Jeff Dyer, Hal
Gregersen dan Clayton M. Christensen - disebut sebagai ketrampilan yang dimiliki oleh para inovator
ulung. Menteri menyarankan jika ketrampilan-ketrampilan ini diajarkan di sekolah diharapkan mampu
meningkatkan daya kreativitas peserta didik. Jadi, ada misinterpretasi nara sumber tentang
langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

Komponen-komponen
Dalam pelatihan juga sering disajikan komponen-komponen penting dalam mengajar
menggunakan pendekatan saintifik yang merujuk tulisan Kimberly McCollum, (2009). Disebutkan
bahwa pedekatan saintfik dalam pembelajaran dapat: meningkatkan rasa keingintahuan (Foster a

sense of wonder); meningkatkan keterampilan mengamati (Encourage observation); melakukan


analisis ( Push for analysis), dan berkomunikasi (Require communication). Dan, berkomunikasi
(Require communication). Penjelasan ini mengacu pada sajian Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia dan Penjaminan Mutu Pendidikan Depdibud, CONTOH PENERAPAN PENDEKATAN

SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK . PPT 2.2-2

Kiranya cukup menarik juga untuk melacak sumber acuan ini. Penelusuran lewat gogle
ditemukan tulisan Kimberly McCollum dengan judul A Scientific Approach to Teaching yang diposkan
pada 1 Agustus 2009. Siapa dia. Ia menuliskan I'm a former middle and high school science teacher
and current stay at home mom. Tulisan ini beralamat pada
http://kamccollum.wordpress.com/2009/08/01/a-scientific-approach-to-teaching/ .
Berdasarkan pengakuan siapa dirinya itu, tentu kita layak mempertanyakan otoritas keilmuan
Kimberly McCollum sehingga Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Penjaminan Mutu
Pendidikan Depdibud merujuknya. Padahal di akhir tulisannya yang terdiri atas 782 kata itu, ia
menuliskan, So how about it? Do you agree, disagree? What would a scientific approach to
teaching look like in a Pre-K science lesson or a college art history class? Id love to know what
others think.

Langkah-langkah ilmiah
Mungkin ada baiknya pendekatan saintifik dalam pembelajaran itu diisi dengan langkahlangkah ilmiah dalam mencari pengetahuan (kebenaran) yang dilakukan oleh para peneliti. Langkahlangkah itu dimulai dari (1) menangkap dan mengamati suatu realita (objek, peristiwa, penomena,
kejadian), (2) mengumpulkan data/informasi, (3) menganalisis data/informasi, dan diakhir dengan (4)
membuat kesimpulan tentang realita yang sedang diamati itu. Dalam setiap langkah peserta didik
dilatih untuk mengembangkan pertanyaan kritis secara berturut-turut sesuai dengan langkah yang
dilakukan: (1) apakah pengamatannya tepat pada sasaran, (2) apakah prosedur pengumpulan
data/informasi benar, (3) apakah analisisnya sahih, dan (4) apakah kesimpulannya betul.
Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan ini ketrampilan yang dimiliki para inovator ulung:
observing, questioning, associating, experimenting, networking (Dryer dkk, 2011) dan komponenkomponen penting pembelajaran (Kimberly McCollum, 2009) dapat diintegrasikan. Dalam Lampiran IV
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 81A, 2013 tentang Implementasi Kurikulum,
Pedoman Umum Pembelajaran (V:B), ketrampilan para inovator ini dengan mengganti networking
dengan mengkomunikasikan disebut sebagai pengalaman belajar pokok. Sudah barang tentu, semua
ketrampilan para inovator ulung serta komponen pembelajaran ini tidak harus diimplementasikan
secara serentak dalam setiap pertemuan, boleh dipilih yang sesuai dan yang ditekankan. Tata nilai
para pencari kebenaran yang perlu ditanaman pada peserta didik adalah tidak boleh bohong tetapi
boleh keliru.
Semoga!

*Dosen pengampu mata kuliah Filsafat ilmu program Strata-1, Universitas Tanjungpura.

You might also like