Professional Documents
Culture Documents
DEFINISI
1. Henti jantung adalah suatu keadaan ketika jantung dengan alasan apapun
tidak memompa dengan efektif atau bahkan tidak memompa sama sekali
disertai tidak adanya denyut nadi yang teraba
a. Hal ini dapat disebabkan karena adanya Fibrilasi Ventrikal, asistol atau
Pulseless Electrikel Activity (PEA)
b. Untuk memperoleh ahsil RJP efektif maka resusitasi harus dilakukan
sesegera mungkin (4-6 menit) setelah kejadian henti jantung
c. Jika pasien ditemukan tidak bernapas, tidak ada denyut jantung, pupil
midrasi maksimal, hal ini bukanlah henti janting dan tidak perlu dilakukan
resusitasi
2. Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah saalah satu rangkaian tindakan
penyelamatan nyawa untuk meningkatkan kelangsungan hidup pasien henti
janting mendadak. RJP dapat diberikan pada pasien yang tiba-tiba
terjatuh/tidak sadar, tidak bernapas atau bernapas tidak normal (gasping)
serta tidak ada tulisan DNR di status rekam medis
3. Tindakan Do Not Resuscitate (DNR) adalah suatu tindakan dimana
apabila pasien mengalami henti jantung dan atau henti napas para medis
tidak akan dipanggil dan tidak akan melakukan usaha tindakan resusitasi
jantung paru dasar maupun lanjut
a. Jika pasien mengalami henti jantung/henti napas lakukan segera
assesmen untuk mengidentifikasi penyebab, patensi jalan napas,
memeriksa kondisi pasien dan sebagainya. Tidak perlu melakukan usaha
tindakan resusitasi dasar dan lanjut
b. DNR tidak berarti semua tata laksana/penanganan aktif pasien
diberhentikan (misalnya pemberian terapi intervena, pemberian obatobatan) tetap dilakukan pada pasien dengan DNR
c. Semua perawatan mendasar tetap dilakukan tanpa kecuali
4. Fase/penyakit terminal adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh cedera
penyakit yang menurut perkiraan dokter/tenaga medis lainnya tidak dapat
disembuhkan dan bersifat ireversibel dan pada akhirnya akan menyebabkan
kematian dalam rentang waktu yang singkat dan dimana pengaplikasian
terapi untuk memperpanjang/mempertahankan hidup hanya akan berefek
dalam memperlama proses penderitaan/sekarat pasien
Tujuan Pembuatan Panduan Do Not Resusitation (DNR) meliputi :
1. Untuk memastikan bahwa pengambilan keputusan Do Not Resusitation (DNR)
tidak disalahartikan/disalah interpretasikan
2. Utnuk memastikan terjadinya komunikasi, pencatatan, dan terstandarisasi
pengambilan keputusan Do Not Resusitation (DNR)
BAB II
RUANG LINGKUP
Lingkup Area
a. Panduan ini diterapkan kepada semua pasien rawat inap, pasien Instalasi
Gawat Darurat (IGD)
b. Pelaksana panduan ini adalah para tenaga kesehatan (medis, perawat,
farmasi, dan tenaga kesehatan lainnya), staf di ruang rawat yang bekerja
di rumah sakit
BAB III
TATA LAKSANA
A. PRINSIP
1. Harus tetap ada anggapan untuk tetap melakukan resusitasi kecuali sudah
ada keputusan baik lisan dan tulisan untuk tidak melakukan resusitasi
2. Keputusan tindakan DNR harus dicatat pada rekam medis pasien
3. Pasien harus diberi informasi sejelas-jelasnya tentang kondisi dan penyakit
serta kemungkinan terjadi henti napas/henti jantung dan kemungkinan
adanya tindakan DNR yang akan dilakukan
4. Informasi diberikan oleh dokter penanggung jawab pasien dengan
menggunakan teknik komunikasi yang baik
5. RJP sebaiknya tidak dilakukan apabila :
a. RJP dinilai tidak dapat mengembalikan fungsi jantung dan pernapasan
pasien
b. Pasien dewasa, yang kompeten secara mental dan memiliki kapasitas
untuk mengambil keputusan, menolak untuk dilakukan usaha RJP
c. Terdapat alasan yang valid, kuat dan dapat diterima mengenai
pengambilan keputusan untuk tidak melakukan tindakan RJP
d. Terdpaat perintah DNR sebelumnya yang valid lengkap dan dengan
alasan kuat
e. Pada
pasien-pasien
yang
berada
pada
fase
terminal
penyalitnya/sekarat dimana tindakan RJP tidak dapat menunda fase
termal/kondisi sekarat pasien dan tidak memberikan keuntungan
terapeutik (resiko/bahayanya melebihi keuntungannya)
6. Keputusan melakukan DNR harus merupakan langkah terbaik bagi pasien
dan sudah didiskusikan dengan keluarga pasien
7. Disatus rekam medis pasien harus tercantum data-data :
a. Tulisan ini pasien tidak dilakukan resusitasi
b. Tulis tanggal dan waktu pengambilan keputusan
c. Indikasi/alasan tindakan DNR
d. Batas waktu berlakunya instruksi DNR
e. Nama dokter penanggung jawab pasien
f.
Ditandantangani oleh
mengambil keputusan)
dokter
penanggung
jawab
pasien
(yang
B. KEPUTUSAN DINI/AWAL
1. Terdapat kebijakan dari pihak rumah sakit mengenai keputusan dini akan
penolakan tindakan penyelamatan hidup/nyawa pasien
2. Dokter sebaiknya menghargai keputusan yang diambil oleh pasien
(autonomi)
3. Pasien dengan keputusan dini ini tetap diberikan terapi/penanganan
lainnya, seperti pemberian obat-obatan , cairan infus, dan lain-lain
4. Putuskanlah apakah diskusi mengenai keputusan DNR ini perlu dilakukan
5. Berikut adalah beberapa kondisi dimana perlu dilakukan diskusi dengan
pasien :
a. Pasien yang kompeten secara mental menyatakan bahwa mereka ingin
mendiskusikan tindakan DNR dengan dokternya
b. Usaha RJP dianggap memiliki harapan untuk berhasil tetapi dapat
megakibatkan kualitas hidup yang buruk bagi pasien
c. Hal yang mendasari keputusan DNR adalah tidak adanya keuntungan
dalam hal medis. Diskusi harus ditekankan untuk membuat pasien
menyadari, memahami, dan menerima kondisi penyakitnya serta
menerima hasil keputusan yang telah didiskusikan. Diskusi juga
membahas mengenai manajemen paliatif dan program secara
keseluruhan
6. Berikut adalah beberapa kondisi dimana tidak perlu dilakukan diskusi
dengan pasien
a. Jika resusitasi dianggap tidak ada gunanya/sia-sia
b. Diskusi berpengaruh buruk terhadap kesehatan pasien, misalnya
pasien menjadi depresi
c. Pasien yang kompeten secara mental menyatakan bahwa mereka tidak
ingin mendiskusikan hal tersebut
d. Pasien mengalami deteriorasi, misalnya pasein berada dalam fase
sekarat/terminal dari penyakitnya
e. Pasien dinilai tidak memiliki kapasitas yang adekuat untuk mengambil
keputusan
7. Pasien diperbolehkan untuk mengambil keputusan dini akan penolakan
tindakan penyelamatan hidup dengan memenuhi beberapa persyaratan
dibawah ini :
a. Usia pasien harus > 18 tahun
b. Pasien harus kompeten dan memiliki kapasitas yang baik secara
mental untuk mengambil keputusan
c. Keputusan ini harus tertulis yang berarti harus ditulis oleh pasien
sendiri atau keluarga/kerabat yang dipercaya oleh pasien, dan harus
dicatat di rekam medis
keputusan
5. Rekomendasi :
a. Pasien dengan keputusan DNR yang mungkin memerlukan prosedur
anastesi harus dikonsultasikan kepada anestesiologis
b. Lakukan peninjauan ulang keputusan DNR oleh anestesiologis dengan
pasien, wali, keluarga, atau dokter penanggungjawab pasien (jika
diindikasikan) sebelum melaukan prosedur anastesi
c. Tujuan peninjauan ulang ini adalah untuk memperoleh kesepakatan
mengenai penanganan apa saja yang akan boleh dilakukan salama
prosedur anastesi
d. Terdapat 3 pilihan dalam meninjau ulang keputusan DNR, yaitu :
1) Pilihan Pertama, keputusan DNR dibatalkan selama menjalani
anastesi, dan ditinjau ulang kembali saat pasien keluar dari ruang
pemulihan. Saat menjalani pembedahan dan anastesi, lakukan RJP
jika terdapat henti jantung/napas
2) Pilihan Kedua, keputusan DNR dimodifikasi, dengan menginzinkan
pemberian obat-obatan dan teknik anestesi yang sejalan/sesuai
dengan pemberian anestesi.
Hal ini termasuk
darah,
oksigenasi,
dan
monitor
3) Pilihan Ketiga,
perubahan)
keputusan
DNR
tetap
berlaku
(tidak
ada
Pasien
dapat
menjalani
prosedur
mempertahankan keputusan DNR-nya
ECT
dengan
tetap
j.
Jika orang tua masih tidak setuju dengan keputusan DNR ini, orang tua
sebaiknya diberikan kesempatan dan bantuan untuk mentransfer
pasien ke fasilitas lainnya yang bersedia untuk menerima pasien
g. Terdapat
3
pilihan
anestesi/pembedahan :
instruksi
DNR
sebelum
prosedur
ruang
pemulihan/recovery,
j.
BAB IV
DOKUMENTASI
1. Keputusan untuk tidak melakukan RJP harus dicatat di rekam medis pasien
di formulir Do Not Resusitation (DNR). Formulir DNR harus diisi dengan
lengkap dan disimpan di rekam medis pasien
2. Alasan diputuskannya tindakan DNR dan orang yang terlibat dalam
pengambilan keputusan harus dicatat di rekam medis pasien dan formulir
DNR. Keputusan harus dikomunikasikan kepada semua orang yang terlibat
dalam aspek perawatan pasien, termasuk dokter gigi dan sebagainya
BAB V
PENUTUP
Dengan ditetapkannya Panduan DNR Pasien maka setiap penyelenggara
kesehatan di RSJ. HB Saanin Padang dapat melaksanakan DNR sesuai dengan
kebijakan yang dibuat oleh rumah sakit
metode
untuk
2. Kancing ini harus dipasang pada gelang identitas pasien. Jika pasien jiwa
maka pasien memakai baju dengan badge warna ungu dan kancing
diletakkan pada status pasien
3. Rumah sakit akan menyimpan salinan formulir instruksi DNR
4. Rumah sakait akan bertanggungjawab dalam :