You are on page 1of 19

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Demensia adalah kumpulan gejala kronik yang disebabkan oleh berbagai
latar belakang penyakit dan ditandai oleh hilangnya memori jangka pendek,
gangguan global fungsi mental, termasuk fungsi bahasa, mundurnay kemampuan
berpikir abstrak, kesulitan merawat diri sendiri, perubahan perilaku, emosi labil,
dan hilangnya pengenalan waktu dan tempat, tanpa adanya gangguan dalam
pekerjaan, aktivitas harian, dan sosial1,2.
Demensia dapat terjadi karena berbagai proses di otak, diantaranya:
gangguan serebrovaskuler, infeksi susunan saraf pusat (SSP), defisiensi vitamin,
gangguan metabolik, maupun proses penuaan yang abnormal. Sebagian besar
penyebab ini ditemukan pada orang tua.
Klasifikasi
Demensia dapat dibagi menjadi demensia yang reversibel dan ireversibel yaitu :
Reversibel :
-

Penyakit umum berat

Gangguan psikiatri

Normal pressure Hydrocephalus

Demensia Vaskular

Ireversibel :
-Demensia Alzheimer
-Picks Disease
-Parkinsons Disease Dementia1
Frekuensi demensia yang tertinggi adalah alzheimer yang meliputi 50-55% dari
seluruh demensia.

Diagnosis
Demensia ditandai

oleh adanya gangguan kognisi, fungsional, dan perilaku,

sehingga terjadi gangguan pada pekerjaan, aktivitas harian, dan sosial.


Diagnosis

ditegakkan

neuropsikologis.

berdasarkan

anamnesis,

Anamnesis/wawancara

pemeriksaan

meliputi

awitan

fisik

dan

penyakit

( akut/perlahan ), perjalanan penyakit ( stabil/ progresif, membaik ), usia awitan,


riwayat medis umum dan neurologis, perubahan neurobehaviour, riwayat psikiatri,
riwayat yang berhubungan dengan etiologi ( seperti infeksi, gangguan nutrisi,
penggunana obat, dan riwayat keluarga ). Pemeriksaan fisik meliputi tanda vital,
pemeriksaan umum, pemeriksaan neurologis dan neuropsikologis. Pemeriksaan
penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium dan radiologis
ANAMNESIS
Wawancara mengenai penyakit sebaiknya dilakukan pada penderita dan mereka
yang sehari-hari berhubungan langsung dengan penderita ( pengasuh ). Hal yang
paling penting diperhatikan adalah riwayat penurunan fungsi terutama kognitif
dibandingkan dengan sebelumnya. Awitan ( mendadak/progresif lambat), dan
adanya perubahan prilaku dan kepribadian.
Riwayat Medis Umum
Demensia dapat merupakan akibat sekunder dari berbagai penyakit, sehingga
perlu diketahui adanya riwayat infeksi kronis ( misalnya HIV dan Sifilis ),
ganguan endokrin ( hiper/hipotiroid ), diabetes Mellitus, neoplasma, kebiasaan
merokok, penyakit jantung, penyakit kolagen, hipertensi, hiperlipidemia, dan
aterosklerosis.
Riwayat Neurologis
Perlu umtuk mencari etiologi seperti riwayat gangguan serebrovaskuler, trauma
kapitis, infeksi SSP, epilepsi, tumor serebri dan hidrosefalus.

Riwayat Gangguan Kognisi


Riwayat gangguan kognitif merupakan bagian dari bagian terpenting dari
diagnosis demensia. Riwayat gangguan memori sesaat, jangka pendek, dan jangka
panjang; gangguan orientasi ruang, waktu, dan tempat, benda, muapun gangguan
komprehensif ): gangguan fungsi eksekutif ( meliputi pengorganisasian,
perencanaan, dan pelaksanaan suatu aktivitas ), gangguan praksis, dan
visuospasial.
Selain itu, perlu, ditanyakan mengenai aktivitas harian, diantaranya melakukan
pekerjaan, mengatur keuangan, mempersiapkan keperluan harian, melaksanakan
hobi, dan mengikuti aktivitas sosial. Dalam hal ini, perlu pertimbangan
berdasarkan pendidikan dan sosial budaya.
Riwayat Gangguan Perilaku dan kepribadian
Gejala psikiatri dan perubahan perilaku sering dijumpai pada penderita demensia.
Hal ini perlu dibedakan dengan gangguan psikiatri murni, misalnya depresi,
skizofrenia, terutama tipe paranoid. Pada penderita demensia dapat ditemukan
gejala neuropsikologis berupa waham, halusinasi, misidentifikasi, depresi, apatis,
dan cemas. Gejala perilaku dapat berupa bepergian tanpa tujuan, ( Wandering ),
agitasi, agresifitas fisik maupun verbal, restlessness, dan disinhibisi.
Riwayat Intoksikasi
Perlu ditanyakan riwayat intoksikasi aluminium, air raksa, pestisida, insektisida,
alkoholisme, dan merokko. Riwayat pengobatan terutama pemakaian kronis
antidepresan dan narkotika.
Riwayat Keluarga

Riwayat demensia, gangguan psikiatri, depresi, penyakit Parkinson, sindrom


down, dan retardasi mental.
PEMERIKSAAN FISIK
Demensia adalah suatu sindrom yang terdiri dari gejala-gejala gangguan daya
kognitif global yang tidak disertai gangguan derajat kesadaran, namun
bergandengan dengan perubahan tabiat yang dapat berkembang secara mendadak
atau sedikit demi sedikit pada setiap orang dari semua golongan usia.

Pemeriksaan fisik umum dilakukan sebagaimana biasa pada prakter klinis.

Pemeriksaan neurologis :
Dilihat adanya tekanan tinggi intra kranial, gangguan neurologis fokal
misalnya gangguan berjalan, gangguan motorik, sensorik, otonom,
koordeinasi, gangguan penglihatan, gerakan abnormal/apraksia dan adanya
refleks patologis dan primitif1.

o Pemeriksaan neuropsikologi
Meliputi evaluasi memori, orientasi,bahasa,kalkulasi,praksis. Mini Mental
State Examination (MMSE) dan Clock Drawing Test (CDT) adalah
pemeriksaan penapisan yang berguna untuk mengetahui adanya disfungsi
kognisi,

menilai

efektivitas

pengobatan,

dan

untuk

menentukan

progresivitas penyakit. Nilai normal MMSE adalah 24-30. Gejala awal


demensia perlu dipertimbangkan pada penderita dengan nilai MMSE
kurang dari 27, terutama pada golongan berpendidikan tinggi. Selain itu,
perlu juga dilakukan pemeriksaan aktivitas harian dengan pemeriksaan
Activity of Daily Living (ADL) dan Instrumental Activity of Daily Living
(IADL). Hasil pemeriksaan tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendiikan,
sosial dan budaya.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium, pencitraan otak,
elektrosefalografi.

Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan yang dianjurkan oleh American Academy of Neurology berupa
pemeriksaan darah lengkap termasuk elektrolit,fungsi ginjal,fungsi hati,hormon
tiroid dan kadar vit B12, pemriksaan HIV.
Pemeriksaan pencitraan otak
Pemeriksaan ini berperan dalam menunjang diagnosis, menentukan beratnya
penyakit,maupun prognosis
Computerized Tomograpy (CT-Scan) atau Magnetic Resonanve Imaging (MRI)
dapat mendeteksi adanya kelainan struktural berupa atrofi serebri, sedangkan
Positron Emission Tomography (PET) dan Single Photon Emission Computerized
Tomography (SPECT) digunakan untuk pemeriksaan fungsional. Pemeriksaan ini
dapat mendeteksi adanya:
o Gambaran normal sesuai dengan usia
o Atrofi serebri umum
o Perubahan

pada

pembuluh

darah

kecil

yang

tampak

sebagai

leukoensefalopati
o Atrofi fokal terutama pada lobus temporal medial yang kinas pada
demensia alzheimer
o Infark serebri, perdarahan subdural atau tumor otak
MRI dapat menunjukkan kelainan struktur hipokampus secara jelas. MR
spectroscopy dan MRI fungsional berguna untuk membedakan demensia
Alzheimer dengan Demensia vaskuler pada stadium awal.
Pemeriksaan EEG
EEG tidak menunjukkan kelainan yang spesifik. Pada stadium lanjtu dapat
ditemukan adanya perlambatan umum dan kompleks periodik
DEMENSIA ALZHEIMER
Merupakan frekuensi demensia yang paling tinggi, meliputi 50-55 % dari seluruh
demensia, biasanya memeiliki faktor resiko seperti usia yang lebih dari 40 tahun,
riwayat keluarga Alzheimer, Parkinson, Sindrom Down.

Demensia Alzheimer dibagi menjadi 3 stadium yaitu :


-

Stadium Ringan
Gangguan memori menonjol, namun penderita masih dapat melakukan
aktivitas harian sederhana.

Stadium Sedang.
Gangguan memori diikuti oleh gangguan kognisi lain : Penderita
membutuhkan bantuan untuk melakukan aktivitas harian, terutama yang
kompleks.

Stadium lanjut.
Penderita sudah tidak dapat berkomunikasi karena gangguan kognitif
berat, biasanya diikuti penurunan fungsi motorik.

Awitan dan perjalanan penyakit bertahap, progresif lambat. Perubahan prilaku


dapat terjadi pada stadium ringan, sedang, maupun lanjut1.

PENATALAKSANAAN
Pendekatan farmakologis dan nonfarmkologis bertujuan untuk:
Mempertahankan kualitas hidup dengan memanfaatkan kemampuan yang
ada secar optimal
Menghambat progresivitas penyakit
Mengobati gangguan lain yang menyertai demensia
Membantu keluarga untuk menghadapi keadaan penyakitnya sear realistis
dan memberikan informasi cara perawatan yang tepat.

Penatalaksanaan Farmakologis

Pada demensia Alzheimer pengobatan bertujuan untuk menghentikan


progresivitas penyakit dan mempertahankan kualitas hidup. Beberapa golongan obat
yang direkomendasikan, diantaranya:
a. Golongan penghambat asetikolin esterase (seperti : donepezil
hidroklorida,rivastigmin, dan galantamin) bertujuan untuk mempertahankan
jumlah asetikolin yang produksinya menurun.
b. Antioksidan berfungsi untuk menghambat oksidasi oleh radikal bebas yang
berlebih sehingga merusak sel neuron.
c. Nootropik merupakan obat psikotropik.
Tujuan: memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar. Tetapi pemberian 4000
mg pada penderita alzheimer tidak menunjukkan perbaikan klinis yang
bermakna.
d. Vaksin untuk demensia Alzheimer masih dalam penelitian

BAB 2
LAPORAN KASUS

Seorang pasien perempuan umur 65 tahun di bangsal Neurologi RS. DR. M.


Djamil Padang tanggal 5 November 2012 :
Keluhan utama :
Sering lupa
Riwayat Penyakit Sekarang :

Sering lupa yang dipegang sejak 6 bulan terakhir. Pasien merasakan


ini secara perlahan-perlahan. Awalnya pasien lupa tanggal dan
hari,kesulitan mengingat nama orang baik yang baru dikenal
maupun teman lama dan sering mengulang pertanyaan dan
pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya. Selain itu pasien juga
sering lupa meletakkan barang yang dipegang sebelumnya.

Kemudian pasien kadang-kadang juga sering tersesat di jalan yang


sudah sering dilalui. Pasien juga cenderung mudah marah,
tersinggung, cemas. Pasien masih dapat melaksanakan kegiatan
sehari-hari.

Sakit kepala tidak ada

Tidak ada pemakaian obat-obatan sebelum pasien mengalami gejala


ini.

Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya

Riwayat trauma tidak ada

Riwayat hipertansi,sakit gula, sakit jantung, stroke tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

Tidak ada keluarga yang menderita sakit gula, tekanan darah


tinggi,jantung dan stroke.

Riwayat Pekerjaan dan Sosio Ekonomi


Pasien seorang ibu rumah tangga, dan tinggal bersama anaknya
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

: tampak sakit sedang

Kesadaran

: GCS 15 (E4 M6 V5)

Tekanan darah

: 120/70 mmHg

Nadi

: 82x/menit

Napas

: 20x/menit

Suhu

: 36,5 oC

Status Internus
Rambut

: tidak mudah dicabut.

Kulit dan kuku

: tidak ditemukan sianosis

KGB

: tidak ditemukan pembesaran

Keadaan regional

Kepala

: tidak ditemukan kelainan

Mata

: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung

: tak ditemukan kelainan

Telinga

: tidak ditemukan kelainan

Leher

: JVP 5-2 cmH2O

PARU
Inspeksi

: simetris kiri=kanan

Palpasi

: fremitus kanan=kiri

Perkusi

: sonor

Auskultasi

: vesikuler N, ronkhi(-), wheezing(-)

JANTUNG
Inspeksi

: ictus tidak terlihat

Palpasi

: ictus teraba 1 jari medial LCMS RIC V

Perkusi

: Kiri

Auskultasi

: 1 jari medial LMCS RIC V

Kanan

: linea sternalis dextra

Atas

: RIC II

: bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

ABDOMEN
Inspeksi

: tak tampak membuncit

Palpasi

: supel, hepar dan lien tak teraba

Perkusi

: timpani

Auskultasi

: bising usus (+) Normal

10

Status Neurologis
Kesadaran CMC, GCS 15 (E4 M6 V5)
Status Neurologis
1. Tanda Rangsangan Selaput Otak
Kaku kuduk
: (-)
Brudzinski I : (-)
Brudzinski II : (-)
Tanda Kernig : (-)
2. Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial
Pupil
: Isokor, 3mm/3 mm, Refleks cahaya +/+
Muntah proyektil (-)
sakit kepala progresif (-)
3. Pemeriksaan Nervus Kranialis
N.I (Olfaktorius)
Penciuman
Subjektif
Objektif (dengan bahan)

Kanan
Baik
Baik

Kiri
Baik
Baik

Kanan
Baik
Baik
Baik
Tidak diperiksa

Kiri
Baik
Baik
Baik
Tidak diperiksa

Kanan
Bulat
-

Kiri
Bulat
-

N.II (Optikus)
Penglihatan
Tajam Penglihatan
Lapangan Pandang
Melihat warna
Funduskopi
N.III (Okulomotorius)

Bola Mata
Ptosis
Gerakan Bulbus
Strabismus
Nistagmus
Ekso/Endopthalmus
Pupil
Bentuk
Refleks Cahaya
Refleks Akomodasi
Refleks Konvergensi

Bulat, isokor
(+)
(+)
(+)

Bulat, isokor
(+)
(+)
(+)

N.IV (Troklearis)

11

Gerakan mata ke bawah


Sikap bulbus
Diplopia

Kanan
Baik
Ortho
(-)

Kiri
Baik
Ortho
(-)

Kanan
Baik
Ortho
(-)

Kiri
Baik
Ortho
(-)

Kanan

Kiri

(+)
(+)
(+)
(+)

(+)
(+)
(+)
(+)

(+)
Baik

(+)
Baik

(+)
Baik

(+)
Baik

Baik

Baik

Kanan
Baik
(+)
Baik
Baik
Baik

Kiri
Baik
(+)
Baik
Baik
Baik

N.VI (Abdusens)

Gerakanmata kemedial bawah


Sikap bulbus
Diplopia
N.V (Trigeminus)

Motorik
Membuka mulut
Menggerakan rahang
Menggigit
Mengunyah
Sensorik
-Divisi Oftlamika
Refleks Kornea
Sensibilitas
-Divisi Maksila
Refleks Masseter
Sensibilitas
-Divisi Mandibula
Sensibilitas

N.VII (Fasialis)
Raut wajah
Sekresi air mata
Fisura palpebra
Menggerakan dahi
Menutup mata
Mencibir/bersiul
Memperlihatkan gigi
Sensasi lidah 2/3 belakang
Hiperakusis
Plika nasolabialis

Baik
Baik
Baik
(-)
Baik

Baik
Baik
(-)
Baik

12

N.VIII (Vestibularis)
Kanan
(+)
(+)

Suara berbisik
Detik Arloji
Rinne test
Webber test
Scwabach test
Memanjang
Memendek
Nistagmus
Pendular
Vertical
Siklikal
Pengaruh posisi kepala

Kiri
(+)
(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

N.IX (Glosofaringeus)
Kanan
Sensasi Lidah 1/3 belakang
Refleks muntah (gag refleks)

Baik
(+)

Kiri
Baik
(+)

N.X (Vagus)
Kanan
Arkus faring
Uvula
Menelan
Artikulasi
Suara
Nadi

Kiri
Simetris
Di tengah

Baik

Baik
Baik
Baik
Teratur

N.XI (Asesorius)

Menoleh kekanan
Menoleh kekiri
Mengangkat bahu kanan
Mengangkat bahu kiri

Kanan
Baik

Kiri
Baik

Baik
Baik

N.XII (Hipoglosus)

13

Kanan
Simetris

Kedudukan lidah dalam


Kedudukan lidah dijulurkan
Tremor
Fasikulasi
Atropi

(-)
(-)
(-)

Kiri
Simetris
(-)
(-)
(-)

Pemeriksaan Koordinasi
Cara Berjalan
Romberg test
Ataksia
Rebound Phenomen
Tes Tumit Lutut

Baik
(-)
(-)
(-)
(-)

Disatria
Disgrafia
Supinasi-Pronasi
Tes Jari Hidung
Tes Hidung Jari

(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

Pemeriksaan Fungsi Motorik


A. Badan
B.Berdiri dan

Respirasi
Duduk
Gerakan spontan

(-)

Tremor
Atetosis
Mioklonik
Khorea

(-)
(-)
(-)
(-)

Teratur
Dapat dilakukan
(-)

berjalan

C.Ekstermitas
Gerakan
Kekuatan
Tropi
Tonus

Superior
Kanan
Kiri
Aktif
Aktif
555
555
Eutropi
Eutropi
Eutonus
Eutonus

(-)
(-)
(-)
(-)

Inferior
Kanan
Kiri
Aktif
aktif
555
555
Eutropi
eutropi
Eutonus
eutonus

Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil
Sensibilitas nyeri
Sensibilitas termis
Sensibilitas kortikal
Stereognosis
Pengenalan 2 titik
Pengenalan rabaan

Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik

14

Sistem Refleks
A. Fisiologis

Kanan Kiri
(+)
(+) Biseps
Triseps

Kornea
Berbangkis
Laring
Masseter
Dinding Perut
Atas
Tengah
Bawah
B. Patologis
Lengan
Hofmann Tromner

Kanan Kiri
(++) (++)
(++) (++)

KPR
APR
Bulbokavernosa
Creamaster
Sfingter
Kanan Kiri
(-)

(-)

(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

Fungsi Luhur

Baik
Baik
Baik

Tanda Demensia
Refleks glabela
Refleks Snout
Refleks Menghisap
Refleks Memegang
Refleks palmomental

Mini Mental State Examination :


Orientasi

:2

Registrasi

:3

Atensi dan kalkulasi

:1

(++)
(++)

Kanan Kiri
Tungkai
Babinski
Chaddoks
Oppenheim
Gordon
Schaeffer
Klonus paha
Klonus kaki

Fungsi Otonom
Miksi : baik, aninhibited bladder tidak ada
Defikasi : baik
Keringat : baik

Kesadaran
Reaksi bicara
reaksi intelek
Reaksi emosi

(++)
(++)

15

(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

Recall

:1

Bahasa

:1

Jumlah

:10
Kesan : Definite gangguan kognitif

CDT
Menggambarkan lingkaran tertutup

:1

Menempatkan angka-angka

:1

Ke-12 angka diletakkan tepat

:0

Kedua jarum jam pada posisi yang benar

:0

Jumlah

:2

Pemeriksaan Laboratorium
Hb

: 11,7 g/dl
: 12200/mm3

Leukosit
LED

: 35%

Trombosit

: 335000/mm3

GDR

: 106 gr%

Ureum

: 35 g/dl

Kreatinin

: 0,8 g/dl

Na

: 142mEq/L

: 4,2mEq/L

16

Cl

: 111 mEq/L

Diagnosis Klinis

: Demensia Alzheimer

Diagnosis Topik

: korteks serebri

Diagnosis Etiologi

: degeneratif

Pemeriksaan Anjuran : - CT Scan

Penatalaksanaan :
1. Manajemen Umum : rehabilitasi kognitif
nutrisi
2. Khusus

: donepezil
neurotropik

BAB 3
DISKUSI
Telah diperiksa seorang wanita berumur 65 tahun yang di bangsal
Neurologi RS DR M Djamil Padang dengan diagnosis klinik demensia alzheimer
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari
anamnesis diketahui pasien menderita sering lupa sejak 6 bulan terakhir yang
terjadi secara perlahan-perlahan. Pasien lupa tanggal dan hari,kesulitan mengingat
nama orang baik yang baru dikenal maupun teman lama dan sering mengulang
pertanyaan dan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya. Selain itu pasien juga

17

sering lupa meletakkan barang yang dipegang sebelumnya. Kemudian pasien


kadang-kadang juga sering tersesat di jalan yang sudah sering dilalui. Pasien juga
cenderung mudah marah, tersinggung, cemas. Pasien masih dapat melaksanakan
kegiatan sehari-hari.
Sedangkan dari pemeriksaan fisik didapatkan pada hasil MMSE 10 dan
CDT 2, dari pemeriksaan didapatkan kesan gangguan kognitif. Pada kasus ini,
demensia kemungkinan disebabkan oleh proses degenerasi otak.
Penatalaksanaan umum pada pasien ini yaitu donepezil dan nootropik
yang berguna untuk memperbaiki fungsi kognisi, menurunkan inaktivasi dari
neurotransmitter asetilkolin sehingga meningkatkan potensi neurotransmitter
kolinergik yang pada gilirannya menimbulkan perbaikan memori.
Penatalaksanaan non farmakologis pada penderita demensia antara lain
program aktivitas harian penderita ( kegiatan harian yang teratur dan sistematis,
misalnya aktivitas fisik yang baik, melaksanakan Latih, Ulang, Perhatikan dan
asosiasi ), serta orientasi realitas ( penderita diingatkan akan waktu dan tempat,
beri tanda khusus untuk suatu tempat tertentu.

DAFTAR PUSTAKA
1. Dikot Y, Ong PA, 2007. Diagnosis dini dan penatalaksanaan demensia. Jakarta:
PERDOSSI.
2 Mardjono M, Sidharta P, 2004. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat,
hal 211-214
3. Herbert R et al, Incidence and Risk Factors in the Canadian Study of Health
and Aging. American Heart Association, 2000; 3: 1487-933.
4.Geldmacher D, Whitehouse P, Evaluation of Dementia. The New England
Journal of Medicine. 1996; (8);330-364.
5. Taternichi TK, Desmond DW, Mayeux R, et al. Dementia after stroke: baseline
frequency, risks, and clinical features in hospitalized cohort. Neurology.1992;
42(6): 1185-936.

18

6. Rocca WA, Hoffman Apendiks, Brayne C, et.al. The prevalence of vascular


dementia in Europe: facts and fragments from 1980-1990 studies. EURODEMPrevalence Research Group. Ann Neurol. 1991; 30(6): 817-247.
7. DeCarli C, Reed T, Miller BL, et.al.Impact of Apolipprotein E 4 and Vascular
Disease om Brain Morphology in Men from the NHLBI Twin Study. American
Heart Association 1999; (5):1548-538.

19

You might also like