Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Demensia adalah kumpulan gejala kronik yang disebabkan oleh berbagai
latar belakang penyakit dan ditandai oleh hilangnya memori jangka pendek,
gangguan global fungsi mental, termasuk fungsi bahasa, mundurnay kemampuan
berpikir abstrak, kesulitan merawat diri sendiri, perubahan perilaku, emosi labil,
dan hilangnya pengenalan waktu dan tempat, tanpa adanya gangguan dalam
pekerjaan, aktivitas harian, dan sosial1,2.
Demensia dapat terjadi karena berbagai proses di otak, diantaranya:
gangguan serebrovaskuler, infeksi susunan saraf pusat (SSP), defisiensi vitamin,
gangguan metabolik, maupun proses penuaan yang abnormal. Sebagian besar
penyebab ini ditemukan pada orang tua.
Klasifikasi
Demensia dapat dibagi menjadi demensia yang reversibel dan ireversibel yaitu :
Reversibel :
-
Gangguan psikiatri
Demensia Vaskular
Ireversibel :
-Demensia Alzheimer
-Picks Disease
-Parkinsons Disease Dementia1
Frekuensi demensia yang tertinggi adalah alzheimer yang meliputi 50-55% dari
seluruh demensia.
Diagnosis
Demensia ditandai
ditegakkan
neuropsikologis.
berdasarkan
anamnesis,
Anamnesis/wawancara
pemeriksaan
meliputi
awitan
fisik
dan
penyakit
Pemeriksaan neurologis :
Dilihat adanya tekanan tinggi intra kranial, gangguan neurologis fokal
misalnya gangguan berjalan, gangguan motorik, sensorik, otonom,
koordeinasi, gangguan penglihatan, gerakan abnormal/apraksia dan adanya
refleks patologis dan primitif1.
o Pemeriksaan neuropsikologi
Meliputi evaluasi memori, orientasi,bahasa,kalkulasi,praksis. Mini Mental
State Examination (MMSE) dan Clock Drawing Test (CDT) adalah
pemeriksaan penapisan yang berguna untuk mengetahui adanya disfungsi
kognisi,
menilai
efektivitas
pengobatan,
dan
untuk
menentukan
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan yang dianjurkan oleh American Academy of Neurology berupa
pemeriksaan darah lengkap termasuk elektrolit,fungsi ginjal,fungsi hati,hormon
tiroid dan kadar vit B12, pemriksaan HIV.
Pemeriksaan pencitraan otak
Pemeriksaan ini berperan dalam menunjang diagnosis, menentukan beratnya
penyakit,maupun prognosis
Computerized Tomograpy (CT-Scan) atau Magnetic Resonanve Imaging (MRI)
dapat mendeteksi adanya kelainan struktural berupa atrofi serebri, sedangkan
Positron Emission Tomography (PET) dan Single Photon Emission Computerized
Tomography (SPECT) digunakan untuk pemeriksaan fungsional. Pemeriksaan ini
dapat mendeteksi adanya:
o Gambaran normal sesuai dengan usia
o Atrofi serebri umum
o Perubahan
pada
pembuluh
darah
kecil
yang
tampak
sebagai
leukoensefalopati
o Atrofi fokal terutama pada lobus temporal medial yang kinas pada
demensia alzheimer
o Infark serebri, perdarahan subdural atau tumor otak
MRI dapat menunjukkan kelainan struktur hipokampus secara jelas. MR
spectroscopy dan MRI fungsional berguna untuk membedakan demensia
Alzheimer dengan Demensia vaskuler pada stadium awal.
Pemeriksaan EEG
EEG tidak menunjukkan kelainan yang spesifik. Pada stadium lanjtu dapat
ditemukan adanya perlambatan umum dan kompleks periodik
DEMENSIA ALZHEIMER
Merupakan frekuensi demensia yang paling tinggi, meliputi 50-55 % dari seluruh
demensia, biasanya memeiliki faktor resiko seperti usia yang lebih dari 40 tahun,
riwayat keluarga Alzheimer, Parkinson, Sindrom Down.
Stadium Ringan
Gangguan memori menonjol, namun penderita masih dapat melakukan
aktivitas harian sederhana.
Stadium Sedang.
Gangguan memori diikuti oleh gangguan kognisi lain : Penderita
membutuhkan bantuan untuk melakukan aktivitas harian, terutama yang
kompleks.
Stadium lanjut.
Penderita sudah tidak dapat berkomunikasi karena gangguan kognitif
berat, biasanya diikuti penurunan fungsi motorik.
PENATALAKSANAAN
Pendekatan farmakologis dan nonfarmkologis bertujuan untuk:
Mempertahankan kualitas hidup dengan memanfaatkan kemampuan yang
ada secar optimal
Menghambat progresivitas penyakit
Mengobati gangguan lain yang menyertai demensia
Membantu keluarga untuk menghadapi keadaan penyakitnya sear realistis
dan memberikan informasi cara perawatan yang tepat.
Penatalaksanaan Farmakologis
BAB 2
LAPORAN KASUS
Kesadaran
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 82x/menit
Napas
: 20x/menit
Suhu
: 36,5 oC
Status Internus
Rambut
KGB
Keadaan regional
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Leher
PARU
Inspeksi
: simetris kiri=kanan
Palpasi
: fremitus kanan=kiri
Perkusi
: sonor
Auskultasi
JANTUNG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Kiri
Auskultasi
Kanan
Atas
: RIC II
ABDOMEN
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: timpani
Auskultasi
10
Status Neurologis
Kesadaran CMC, GCS 15 (E4 M6 V5)
Status Neurologis
1. Tanda Rangsangan Selaput Otak
Kaku kuduk
: (-)
Brudzinski I : (-)
Brudzinski II : (-)
Tanda Kernig : (-)
2. Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial
Pupil
: Isokor, 3mm/3 mm, Refleks cahaya +/+
Muntah proyektil (-)
sakit kepala progresif (-)
3. Pemeriksaan Nervus Kranialis
N.I (Olfaktorius)
Penciuman
Subjektif
Objektif (dengan bahan)
Kanan
Baik
Baik
Kiri
Baik
Baik
Kanan
Baik
Baik
Baik
Tidak diperiksa
Kiri
Baik
Baik
Baik
Tidak diperiksa
Kanan
Bulat
-
Kiri
Bulat
-
N.II (Optikus)
Penglihatan
Tajam Penglihatan
Lapangan Pandang
Melihat warna
Funduskopi
N.III (Okulomotorius)
Bola Mata
Ptosis
Gerakan Bulbus
Strabismus
Nistagmus
Ekso/Endopthalmus
Pupil
Bentuk
Refleks Cahaya
Refleks Akomodasi
Refleks Konvergensi
Bulat, isokor
(+)
(+)
(+)
Bulat, isokor
(+)
(+)
(+)
N.IV (Troklearis)
11
Kanan
Baik
Ortho
(-)
Kiri
Baik
Ortho
(-)
Kanan
Baik
Ortho
(-)
Kiri
Baik
Ortho
(-)
Kanan
Kiri
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Baik
(+)
Baik
(+)
Baik
(+)
Baik
Baik
Baik
Kanan
Baik
(+)
Baik
Baik
Baik
Kiri
Baik
(+)
Baik
Baik
Baik
N.VI (Abdusens)
Motorik
Membuka mulut
Menggerakan rahang
Menggigit
Mengunyah
Sensorik
-Divisi Oftlamika
Refleks Kornea
Sensibilitas
-Divisi Maksila
Refleks Masseter
Sensibilitas
-Divisi Mandibula
Sensibilitas
N.VII (Fasialis)
Raut wajah
Sekresi air mata
Fisura palpebra
Menggerakan dahi
Menutup mata
Mencibir/bersiul
Memperlihatkan gigi
Sensasi lidah 2/3 belakang
Hiperakusis
Plika nasolabialis
Baik
Baik
Baik
(-)
Baik
Baik
Baik
(-)
Baik
12
N.VIII (Vestibularis)
Kanan
(+)
(+)
Suara berbisik
Detik Arloji
Rinne test
Webber test
Scwabach test
Memanjang
Memendek
Nistagmus
Pendular
Vertical
Siklikal
Pengaruh posisi kepala
Kiri
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
N.IX (Glosofaringeus)
Kanan
Sensasi Lidah 1/3 belakang
Refleks muntah (gag refleks)
Baik
(+)
Kiri
Baik
(+)
N.X (Vagus)
Kanan
Arkus faring
Uvula
Menelan
Artikulasi
Suara
Nadi
Kiri
Simetris
Di tengah
Baik
Baik
Baik
Baik
Teratur
N.XI (Asesorius)
Menoleh kekanan
Menoleh kekiri
Mengangkat bahu kanan
Mengangkat bahu kiri
Kanan
Baik
Kiri
Baik
Baik
Baik
N.XII (Hipoglosus)
13
Kanan
Simetris
(-)
(-)
(-)
Kiri
Simetris
(-)
(-)
(-)
Pemeriksaan Koordinasi
Cara Berjalan
Romberg test
Ataksia
Rebound Phenomen
Tes Tumit Lutut
Baik
(-)
(-)
(-)
(-)
Disatria
Disgrafia
Supinasi-Pronasi
Tes Jari Hidung
Tes Hidung Jari
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Respirasi
Duduk
Gerakan spontan
(-)
Tremor
Atetosis
Mioklonik
Khorea
(-)
(-)
(-)
(-)
Teratur
Dapat dilakukan
(-)
berjalan
C.Ekstermitas
Gerakan
Kekuatan
Tropi
Tonus
Superior
Kanan
Kiri
Aktif
Aktif
555
555
Eutropi
Eutropi
Eutonus
Eutonus
(-)
(-)
(-)
(-)
Inferior
Kanan
Kiri
Aktif
aktif
555
555
Eutropi
eutropi
Eutonus
eutonus
Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil
Sensibilitas nyeri
Sensibilitas termis
Sensibilitas kortikal
Stereognosis
Pengenalan 2 titik
Pengenalan rabaan
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
14
Sistem Refleks
A. Fisiologis
Kanan Kiri
(+)
(+) Biseps
Triseps
Kornea
Berbangkis
Laring
Masseter
Dinding Perut
Atas
Tengah
Bawah
B. Patologis
Lengan
Hofmann Tromner
Kanan Kiri
(++) (++)
(++) (++)
KPR
APR
Bulbokavernosa
Creamaster
Sfingter
Kanan Kiri
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Fungsi Luhur
Baik
Baik
Baik
Tanda Demensia
Refleks glabela
Refleks Snout
Refleks Menghisap
Refleks Memegang
Refleks palmomental
:2
Registrasi
:3
:1
(++)
(++)
Kanan Kiri
Tungkai
Babinski
Chaddoks
Oppenheim
Gordon
Schaeffer
Klonus paha
Klonus kaki
Fungsi Otonom
Miksi : baik, aninhibited bladder tidak ada
Defikasi : baik
Keringat : baik
Kesadaran
Reaksi bicara
reaksi intelek
Reaksi emosi
(++)
(++)
15
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Recall
:1
Bahasa
:1
Jumlah
:10
Kesan : Definite gangguan kognitif
CDT
Menggambarkan lingkaran tertutup
:1
Menempatkan angka-angka
:1
:0
:0
Jumlah
:2
Pemeriksaan Laboratorium
Hb
: 11,7 g/dl
: 12200/mm3
Leukosit
LED
: 35%
Trombosit
: 335000/mm3
GDR
: 106 gr%
Ureum
: 35 g/dl
Kreatinin
: 0,8 g/dl
Na
: 142mEq/L
: 4,2mEq/L
16
Cl
: 111 mEq/L
Diagnosis Klinis
: Demensia Alzheimer
Diagnosis Topik
: korteks serebri
Diagnosis Etiologi
: degeneratif
Penatalaksanaan :
1. Manajemen Umum : rehabilitasi kognitif
nutrisi
2. Khusus
: donepezil
neurotropik
BAB 3
DISKUSI
Telah diperiksa seorang wanita berumur 65 tahun yang di bangsal
Neurologi RS DR M Djamil Padang dengan diagnosis klinik demensia alzheimer
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari
anamnesis diketahui pasien menderita sering lupa sejak 6 bulan terakhir yang
terjadi secara perlahan-perlahan. Pasien lupa tanggal dan hari,kesulitan mengingat
nama orang baik yang baru dikenal maupun teman lama dan sering mengulang
pertanyaan dan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya. Selain itu pasien juga
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Dikot Y, Ong PA, 2007. Diagnosis dini dan penatalaksanaan demensia. Jakarta:
PERDOSSI.
2 Mardjono M, Sidharta P, 2004. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat,
hal 211-214
3. Herbert R et al, Incidence and Risk Factors in the Canadian Study of Health
and Aging. American Heart Association, 2000; 3: 1487-933.
4.Geldmacher D, Whitehouse P, Evaluation of Dementia. The New England
Journal of Medicine. 1996; (8);330-364.
5. Taternichi TK, Desmond DW, Mayeux R, et al. Dementia after stroke: baseline
frequency, risks, and clinical features in hospitalized cohort. Neurology.1992;
42(6): 1185-936.
18
19