You are on page 1of 15

18

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus
dilindungi agar tetap dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta mahkluk hidup
yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara
bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi
mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan
pada segneap pengguna air. (Hefni Effendi, 2003)

Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal,


bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam semesta ini tidak pernah terdapat
dalam bentuk murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar. Misalnya,
walaupun di daerah pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara yang bersih
dan bebas dari pencemaran, air hujan yang turun di atasnya selalu mengandung bahanbahan terlarut, seperti CO2, O2 dan N2 serta bahan-bahan tersuspensi misalnya debu
dan partikel-partikel lainnya yang terbawa air hujan dari atmosfir. (Kristanto,2002)

Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas
air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas

Universitas Sumatera Utara

19

air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik,
dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain
menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan,
kerusakan, dan bahaya bagi semua mahkluk hidup yang bergantung pada sumber daya
air. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan dan perlindungan sumber daya air secara
seksama. (Hefni Effendi, 2003)

Pencemaran air dapat merupakan masalah, regional maupun lingkungan


global, dan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan
tanah atau daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke bumi bersama air hujan,
maka air tersebut sudah tercemar. Pengolahan tanah yang kurang baik akan dapat
menyebabkan erosi sehingga air permukaan tercemar dengan tanah endapan. Dengan
demikian banyak sekali penyebab terjadinya pencemaran air ini, yang akhirnya akan
bermuara ke lautan, menyebabkan pencemaran pantai dan laut sekitarnya.
(Darmono,2001)

Pengolahan sumber daya air sangat penting, agar dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu langkah pengelolaan
yang dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas air, mencakup
kualitas fisika, kimia dan biologi. Namun, sebelum melangkah pada tahap
pengelolaan, diperlukan pemahaman yang baik tentang terminology, karateristik, dan
interkoneksi parameter kualitas-kualitas air. (Hefni Effendi, 2003)

2.2 Kualitas Air Untuk Kehidupan

Universitas Sumatera Utara

20

Baku mutu air pada sumber air adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat
atau bahan pencemar terdapat di dalam air, tetapi air tersebut tetap dapat diguakan
sesuai dengan kriterianya.

Menurut peruntukannya, air pada sumber air dapat dikategorikan menjadi


empat golongan, yaitu:

Golaongan A, yaitu air yang dapat digunakan segai air minum secara langsung
tanpa diolah terlebih dahulu.

Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah
sebagai air minum dan keperluan rumah tangga lainnya.

Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.

Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan
dapat digunakan

untuk usaha perkotaan, industry, dan listrik tenaga air.

(Kristanto, 2002)

Sesuai dengan ketentuan badan dunia (WHO) maupun badan setempat


(Departemen Kesehatan) serta ketentuan/peraturan lain yang berlaku seperti APHA
(American Public Health Association), layak idaknya air untuk kehidupan manusia
ditentukan berdasarkan persyaratan secara fisik, secara kimia, dan secara biologis.

2.2.1. Kualitas Secara Fisik

Universitas Sumatera Utara

21

Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya gahan-bahan organik dan
anorganik, seperti lumpur dan buangan dari permkiman tertentu yang
menyebabkan air air sungai menjadi keruh. Air yang mengandung kekeruhan
tinggi akan mengalami kesulitan kalau diproses untuk sumber air bersih.
Kesulitannya antara lain dalam proses penyaringan.

Warna
Warna air berubah bergantung kepada warna buangan yang memasuki badan
air. (Unus, 2005)
Warna dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air dan mengakibatkan
terganggunya proses fotosintesis. Untuk kepentingan keindahan, warna air
sebaiknya tidak melebihi 15 PtCo. Sumber air untuk kepentingan air minum
sebaiknya memiliki nilai warna antara 5-50 PtCo. (Hefni Effendi, 2003)

Temperatur
Kenaikan temperature atau suhu di dalam badan air, dapat menyebabkan
penurunan kadar oksigen terlarut (DO atau Dissolved Oxygen) air. (Unus
Suriawira, 2005)
Naiknya suhu air akan menimbulkan akibat sebagai berikut:
-

Menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air

Meningkatkan kecepatan reaksi kimia.

Mengganggu kehidupan ikan dan hewan air lainnya.

Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya
mungkin akan mati. (Kristanto, 2002)

Bau dan Rasa

Universitas Sumatera Utara

22

Bau dan Rasa yang terdapat di dalam air baku apat dihasilkan oleh kehadiran
organisme seperti mikroalga dan bakteri. Dari segi estetika, air yang berbau,
apalagi bau busuk sperti bau teller yang membusuk (oleh H2S misalnya),
ataupun air yang berasa secara alami, tidak dikehendaki dan tidak dibenarkan
oleh peraturan dan ketentuan yang berlaku.(Unus Suriawira, 2005)

2.2.2 Kualitas Air secara Kimia

Kualitas air secara kimia meliputi sebagai berikut:

Nilai pH

Kandungan senyawa kimia dalam air


Contohnya: Logam berat seperti Hg (air raksa) dan Pb (timbal) merupakan zat
kimia berbahaya jika masuk kedalam air.

Kandungan residu atau sisa.


Misalnya: residu pestisida, deterjen, kandungan senyawa toksik atau racun,
dan sebagainya.

2.2.3 Kualitas Air Secara Biologis

Kualitas secara biologis, khususnya secar mikrobiologis, ditentukan oleh


banyak parameter yaitu:

Parameter Mikroba Pencemar

Patogen
Penghasil toksin. (Unus Suriawira, 2005)

Universitas Sumatera Utara

23

2.3 Pencemaran Air

Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal,


bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam semesta ini tidak pernah terdapat
dalam bentuk murni, namun buakan berarti bahwa semua air sudah tercemar.
Misalnya, walaupun di daerah pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara
yang bersih dan bebas dari pencemaran, air hujan yang turun di atasnya selalu
mengandung

bahan-bahan terlarut, seperti CO2; O2; dan N2, serta bahan-bahan

tersuspensi misalnya debu dan partikel-partikel lainnya yang terbawa air hujan dari
atmosfir. (Kristanto, 2002)

Pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar (polutan) yang


dapat berupa gas, bahan-bahan terlarut, dan partikulat. Pencemar memasuki badan air
dengan berbagai cara, misalnya melalui atmosfer, tanah, limpasan (run off) pertanian,
limbah domestik dan perkotaan, pembuangan limbah industry, dan lain-lain. (Hefni
Effendi, 2003)

2.4 Sumber Pencemaran Air

Sumber pencemar (polutan) dapat berupa suatu lokasi tertentu (point source)
atau tak tentu/tersebar (non-point/diffuse source). Sumber pencemar point source
misalnya knalpot mobil, cerobong asap pabrik, dan saluran limbah industri.
Pencemaran yang berasal dari point source bersifat lokal. Efek yang ditimbulkan dapat
ditentukan berdasarkan karateristik spesial kualitas air. Volume pencemar dari point

Universitas Sumatera Utara

24

source biasanya relatife tetap. Sumber pencemaran non-point source dapat berupa
point source dalam jumlah yang banyak. Misalnya: Limpasan dari daerah pertanian
yang mengandung pestisida dan pupuk, limpasan dari daerah pemukiman (domestik),
dan limpasan dari daerah perkotaan. (Hefni Effendi, 2003)

2.4.1 Domestik

Limbah domestik adalah semua buangan yang berasal dari kamar mandi,
kakus, dapur, tempat cuci pakaian, cuci peralatan rumah tangga, apotek, rumah sakit,
rumah makan dan sebagainya yang secara kuantitatif limbah tadi terdiri atas zat
organic baik berupa padat atau cair, bahan berbahaya, dan beracun (B3), garam
terlarut, lemak, dan bakteri terutama fekal coli, jasad pathogen, dan parasit.

2.4.2 Nondomestik

Limbah nondomestik sangat bervariasi, terlebih-lebih untuk limbah industry.


Limbah pertanian biasanya terdiri atas bahan padat bekas tanaman yang bersifat
organis, bahan pemberantas hama dan penyakit (pestisida), bahan pupuk yang
mengandung nitrogen, posfor, sulfur, mineral (K,Ca) dan sebagainya. (Satrawijaya;
1991)

2.4.3 Limbah Organik Menyebabkan Kurangnya Oksigen Terlarut

Universitas Sumatera Utara

25

Penyebab utama berkurangnya kadar oksigen dalam air ialah limbah organik
yang terbuang dalam air. Limbah organic akan mengalami degradasi dan dekomposisi
oleh bakteri aerob (menggunakan oksigen dalam air), sehingga lama-kelamaan
oksigen yang terlarut dalam air akan sangat berkurang. Dalam kondisi berkurangnya
oksigen tersebut hanya spesies organisme tertentu saja yang dapat hidup.

2.4.4 Pencemar Bahan Kimia Inorganik

Bahan kimia inorganik seperti asam, garam dan bahan toksik logam seperti Pb,
Cd, Hg dalam kadar yang tinggi dapat menyebabkan air tidak enak untuk diminum. Di
samping dapat menyebabkan matinya kehidupan air seperti ikan dan organisme
lainnya, pencemaran bahan tersebut juga dapat menurunkan produksi tanaman pangan
dan merusak peralatan yang dilalui air tersebut (karena bersifat korosif).

2.4.5 Pencemar Bahan Kimia organik

Bahan kimia organik seperti minyak, plastik, pestisida, larutan pembersih,


deterjen dan masih banyak lagi bahan organic terlarut yang digunakan oleh manusia
yang dapat menyebabkan kematian pada ikan maupun organisme lainnya.

2.4.6 Sedimen dan Bahan Tersuspensi

Universitas Sumatera Utara

26

Bahan partikel yang tidak terlarut seperti pasir, lumpur, tanah, dan bahan kimia
inorganic dan organic menjadi bentuk bahan tersuspensi di dalam air, sehingga bahan
tersebut menjadi penyebab polusi tertinggi dalam air. Kebanyakan sungai dan daerah
aliran sungai selalu membawa endapan lumpur yang disebabkan erosi alamiah dari
pinggir sungai. Partikel yang tersuspensi menyebabkan kekeruhan dalam air, sehingga
mengurangi kemampuan ikan dan organisme air lainnya memperoleh makanan,
mengurangi tanaman air melakukan fotosintesis, pakan ikan menjadi tertutup lumpur,
insang ikan kerang tertutup oleh sedimen dan akan mengakumulasi bahan beracun
seperti pestisida dan senyawa logam.

2.4.7 Substansi Radioaktif

Radioaktif yang terlarut dalam air akan dapat mengalami amplikasi biologi
(kadarnya berlipat) dalam system rantai pakan. Radiasi yang terionisasi dari isotop
tersebut

dapat

menyebabkan mutasi DNA pada mahkluk

hidup sehingga

mengakibatkan gangguan reproduksi, kanker, dan kerusakan genetik. (Darmono;


2001)

Berbagai macam kegiatan industri dan teknologi yang ada saat ini apabila tidak
disertai dengan program pengolahan limbah yang baik akan memungkinkan terjadinya
pencemaran air, baik secara langsung maupun tidak langsung. Erat kaitannya dengan
masalah indikator pencemaran air ikut menentukan bagaimana indikator tersebut
terjadi. Komponen pencemaran air tersebut dikelompokkan sebagai berikut:
-

Bahan buangan padat

Universitas Sumatera Utara

27

Bahan buangan organik

Bahan buangan anorganik

Bahan buangan olahan bahan makanan

Bahan buangan cairan berminyak

Bahan buangan zat kimia

Bahan buangan berupa panas (Wardhana, 1995)

2.5 Teknologi Pembersihan Air

Pengolahan air baku (air alami) menjadi bersih dapat dilakukan dalam
beberapa cara:

2.5.1 Cara Sederhana

Cara yang sangat sederhana yang banyak dijumpai dipedesaan ialah air yang
terkumpul sebelum disalurkan kejamban atau tempat lainnya yang memerlukan,
ditampung terlebih dahulu di dalam sebuah bak penampung. Penampungan
dimaksudkan agar bahan-bahan yang menyebabkan air tersebut keruh, misalnya oleh
lumpur dan sebagainya akan terendapkan terlebih dahulu di dalam bak tersebut.
Dengan begitu air yang dialirkan ke jamban, sudah jernih karena lumpurnya sudah
mengendap. Tentu saja bak penampungan ini tidak akan dibiarkan begitu untuk waktu
yang lama karena cepat atau lambat endapannya akan banyak serta kemungkinan akan
menyumbat saluran atau aka terbawa air lagi. Oleh karena itu, dalam waktu-waktu
tertentu endapannya harus dibuang/dikeluarkan.

Universitas Sumatera Utara

28

2.5.2 Cara Saringan Pasir Lambat

Saringan pasir lambat sangat efisien untuk menghilangkan kekeruhan dalam


air, baik kekeruhan yang diakibatkan oleh bahan-bahan dalam suspense yang mudah
mengendap maupun bahan-bahan dalam bentuk koloidial. Selain itu, pasir lambat juga
sangat efektif untuk pemisahan bakteri dari dalam air.

2.5.3 Cara Koagulasi

Kekeruhan air yang banyak dijumpai pada air permukaan, seperti air
permukaan, seperti air sungai atau air saluran irigasi ada yang dapat dihilangkan
dengan cara pengendapan dan penyaringan secara langsung dan ada yang tidak dapat
dihilangkan dengan kedua cara tersebut disebabkan oleh partikel-paartikel koloid yang
hanya dapat diendapkan dengan proses koagulasi kimiawi.

2.5.4 Cara Penghilangan Tai-peureu

Besi dalam bentuk ion Fe++ sangat mudah larut di dalam air. Oksigen terlarut
di dalam air akan mengoksidasi Fe++ menjadi Fe(OH)3 yang merupakan endapan,
sehingga akan mengakibatkan kekeruhan dalam air yang berwarna merah karat. Selain
itu, untuk ion mangan (dalam bentuk Mn++), oksidasi Mn++ oleh oksigen yang terlarut
akan menghasilkan endapan hitam yang berakumulasi di dalam system distribusi yang
terlepas dan terbawa dalam aliran dalam waktu-waktu tertentu.

Universitas Sumatera Utara

29

2.5.5 Biofilter

Kemampuan sekelompok mikroba seperti bakteri dan jamur dalam


menguraikan benda-benda organic dan anorganik yang terdapat dalam air buangan ,
sudah diketahui dan dimanfaatkan sejak lama. Kehadiran secara buatan dari kelompok
mikroba tersebut, terdapat pada tempat atau bejana pengolah air buangan, seperti
dalam bentuk kolam oksidasi, kolam stabilasi, trickling filter. (Unus , 2005)

2.6. Turbidimetri

Beberapa senyawa yang tak dapat larut, dalam jumlah sedikit, dapat disiapkan
dalam keadaan agregasi sedemikian sehingga diperoleh suspensi yang sedang-sedang
stabilnya.

Sifat-sifat

konsentrasinya

dari

setiap

suspensinya

akan

berbeda-beda

menurut

fase-terdisfersinya. Bila cahaya dilewatkan melalui suspensi itu,

sebagian dari energy radiasi yang jatuh di disipasi (dihamburkan) dengan penyerapan
(absorpsi), pemantulan (refleksi), sementara sisanya ditransmisi (diteruskan).
Pengukuran intensitas cahaya yang ditransmisikan sebagai fungsi dari konsentrasi
fase-terdisfersi adalah dasar dari analisa turbidimetri. Bila suspensi dipandang dengan
sudut tegak lurus terhadap arah cahaya yang jatuh, system Nampak opalesen
(berpendar seperti mutiara) disebabkan oleh pantulan cahaya dari partikel-partikel
suspensi itu (efek tyndall). Cahaya dipantulkan tak beraturan dan membaur, sehingga
istilah cahaya-baur ini (dengan sudut tegak lurus terhadap arah jatuh cahaya jatuh)
sebagai fungsi konsentrasi fase-terdisfersinya adalah dasar dari analisis nefalometri

Universitas Sumatera Utara

30

(Gr nefhele= awan). Analisis nefelometri adalah paling peka untuk suspensi-suspensi
yang sangat encer (>100 mg per liter). Teknik-teknik untuk analisis turbidimetri dan
analisis nefalometri masing-masing menyerupai analisis filter fotometri dan fluometri.

Membuat kalibrasi dianjurkan dalam penerapan-penerapan nefalometri dan


turbidimetri, karena hubungan antara sifat-sifat optis suspensi dan konsentrasi fase
terdisfersinya paling jauh adalah semi-empiris. Agar kekabutan atau kekeruhan
(turbidity) itu dapat diulang penyiapannya haruslah seksama mungkin. Endapan harus
sangat halus, sehingga tidak cepat mengendap. Intensitas cahaya baur bergantung pada
banyaknya dan ukuran partikel-partikel dalam suspensi, dan asalkan ukuran rata-rata
dari partikel-partikel dalam suspensi, dan asalkan ukuran rata-rata dari partikelpartikel itu cukup dapat diulang, aplikasi secara analitik adalah dimungkinkan.

Kondisi-kondisi berikut hendaknya dikendalikan dengan hati-hati untuk


menghasilkan suspensi dengan sifat-sifat yang cukup seragam:
1. Konsentrasi-konsentrasi kedua ion yang bergabung (bersenyawa) yang
menghasilkan endapan, maupun rasio dari konsetrasi-konsentrasinya dalam
larutan-larutan yang dicampurkan.
2. Cara, urut-urutan, dan laju pencampuran.
3. Banyaknya garam-garam dan zat-zat lain yang ada serta, terutama koloidkoloid pelindung (gelatin, gom arab dan sebagainya).
4. Temperatur.

Kolorimeter-kolorimeter visual dan fotoelektrik dapat digunakan sebagai


turbidimeter. Filter biru biasanya menghasilkan kepekaan yang lebih besar. Sebuah
kurva kalibrasi harus dibuat dengan memakai dengan beberapa larutan standart karena

Universitas Sumatera Utara

31

cahaya yang ditransmisikan oleh suatu larutan yamg keruh umumnya tak mengikuti
hokum Beer-Lambert dengan tepat (Vogel, 1994)

Turbiditas merupakan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan
sebagai perbandingan cahaya yang yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba.
Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi konsentrasi jika
kondisi-kondisi lainnya konstan. Metode pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan
dalam tiga golongan, yaitu pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang
dihamburkan terhadap intensitas cahaya yang datang; pengukuran perbandingan
cahaya yang diteruskan terhadap cahaya yang datang; pengukuran efek ekstingsi, yaitu
kedalam di mana cahaya mulai tidak tampak di dalam lapisan lapisan yang keruh.
Instrumen pengukur perbandingan Tyndall disebut sebagai Tyndall meter. Dalam
instrumen ini intensitas diukur secara langsung. Sedangkan pada Nefalometer,
intensitas cahaya diukur dengan larutan standart. Turbidimeter meliputi pengukuran
cahaya yang diteruskan. Turbiditas berbanding lurus terhadap konsentrasi dan
ketebalan, tetapi turbiditas tergantung juga pada warna. Untuk partikel yang lebih
kecil, rasio tyndall sebanding dengan pangkat tiga dari ukuran partikel dan berbanding
terbalik terhadap pangkat empat panjang gelombangnya.

Prinsip spektroskopi absorpsi dapat digunakan pada turbidimeter dan


nefalometer. Untuk turbidimeter, absorpsi akibat partikel yang tersuspensi diukur
sedangkan pada nefalometer, hamburan cahaya oleh suspensilah yang diukur.
Meskipun presisi merode ini tidak tinggi tetapi mempunyai kegunaan praktis, sedang
akurasi pengukuran tergantung pada ukuran dan bentuk partikel. Setiap instrumen
spektroskopi absorpsi dapat digunakan untuk turbidimeter, sedang nefalometer

Universitas Sumatera Utara

32

memerlukan reseptor pada sudut 90o terhadap lintasan cahaya. Metode nefalometer
kurang sering digunakan pada analisis anorganik. Pada konsentrasi leih tinggi,
absorpsi berpariasi secara linear terhadap konsentrasi, sedangkan pada konsentrasi
lebih rendah untuk sistem koloid Te dan SnCl2, tembaga ferosianida dan sulfidasulfida logam berat tidak demikian halnya. Kelarutan zat tersuspensi seharusnya kecil.
Suatu gelatin pelidung koloid biasanya digunakan untuk membentuk suatu dispersi
koloid yang seragam dan stabil. (Khopkhar, 1984)

Hamburan Tyndall adalah hamburan radiasi elektromagnetik oleh molekul atau


partikel yang teragregasi dalam bentuk suspensi atau koloid yang partikel-partikelnya
lebih besar dari ukuran molekul. Sifat hamburan Tyndall ini adalah frekuensi dan
panjang gelombang sama dengan sumber radiasi. Hubungan Tyndall dimanfaatkan
untuk turbidimtri dan nefalometri sebagai penentuan kekeruhan. (Mulja, 1995)

Universitas Sumatera Utara

You might also like