You are on page 1of 22

PERCOBAAN II

PENGUJIAN AKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN SINGKONG


(Manihot utilissima), BIJI KEMIRI (Aleurites moluccare),BATANG
NENGGOK (Macaranga giganten),BATANG BROTOWALI (Tinospora
crispa), DAN BATANG TERKINI (Euphorbia milii)TERHADAP LARVA
NYAMUK
A. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami cara pengujian toksisitas ekstrak daun
singkong (Manihot utilissima), biji kemiri (Aleurites moluccare), batang
nenggok (Macaranga giganten), batang brotowali (Tinospora crispa),
dan batang terkini (Euphorbia milii) dengan metode larvasida.
2. Menentukan nilai LC95 ekstrak daun singkong (Manihot utilissima), biji
kemiri (Aleurites moluccare), batang nenggok (Macaranga giganten),
batang brotowali (Tinospora crispa), dan batang terkini (Euphorbia milii)
terhadap nyamuk Culex fatigans.
B. Dasar Teori
1. Larvasida
Dewasa ini berbagai penyakit tropis ditular oleh nyamuk. Penyakit
malaria misalnya ditularkan oleh nyamuk Anopeles dan demam berdarah
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti (Manuel, 1992).
Larvasida berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 suku kata,
yaitu Lar berarti serangga belum dewasa dan sida berarti pembunuh.
Jadi larvasida dapat diartikan sebagai pembunuh serangga yang belum
dewasa.Larvasida merupakan golongan dari pestisida yang dapat
membunuh serangga belum dewasa atau sebagai pembunuh larva.
Senyawa yang bersifat larvasida adalah senyawa dengan aktivitas
membunuh larva dengan aktivitas sebagai racun perut, kontak atau
pernafasan.
(Sudarmo, 1989).
Pemberatasan nyamuk larvasida merupakan metode terbaik untuk
mencegah penyebaran nyamuk. Parameter aktivitas larvasida suatu
senyawa kimia dilihat dari kematian larva (Wibowo, 2010).
Flavonoid adalah salah satu jenis senyawa yang bersifat racun,
senyawa yang dapat diekstraksi dengan etanol. Flavonoid mengandung

sistem aromatik yang terkonyugasi dan pada umumnya terdapat dalam


tumbuhan. Flavonoid dapat digunakan sebagai antibiotik, menghambat
perdarahan dan bahan aktif pembuatan insektisida (Harborne, 2006).
Pengujian larvasida menggunakan metode terhadap larva nyamuk
Aedes aegypti sebanyak 10 ekor larva nyamuk Aedes aegypti instar III
dipindahkan dari wadah penampung ke dalam gelas piala yang berisi
ekstrak (sesuai konsentrasi), abate dan kontrol. Aktivitas larvasida yang
diamati selama 24 jam. Perhitungan waktu dimulai setelah pemasukan
larva ke dalam gelas piala (Atta, 2001).
Pengamatan alur hidup yaitu larva uji diberikan ekstrak mampu
bertahan hidup pada jangka waktu tertentu namun tidak dapat mencapai
tahap selanjutnya. Efek kematian dimaksud yaitu larva uji mengalami
mortalitas akibat adanya aktivitas ekstrak larvasida yang diberikan. Data
yang diperoleh diolah dengan analisis menggunakan Probit Analysis.
(Moerid, 2013)
2. Nyamuk Aedes aegypti
Klasifikasi nyamuk Aedes aegypti
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Diptera
Famili
: Culicidae
Genus
: Culex
Spesies
: Culex fatigans
Kepala Culex umumnya bulat atau sferik dan memiliki sepasang
mata, sepasang antena, sepasang palpi yang terdiri atas 5 segmen dan 1
probosis antena yang terdiri atas 15 segmen. Berbeda dengan Aedes, pada
genus Culex tidak terdapat rambut pada spiracular maupun pada post
piracular. Panjang palpus maxillaries nyamuk jantan sama dengan
proboscis.
(Muliyakin, 2008)
3 Uraian Tanaman
a. Daun singkong ( Manihot utilissima)
Klasifikasi daun singkong
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida

Ordo
: Euphorbales
Famili
: Euphorblaceae
Genus
: Manihot
Spesies
: Manihot utilissima P.
Akar tunggang dengan sejumlah akar cabang yang kemudian
membesar menjadi umbi akar yang dapat dimakan. Ukuran umbi
rata-rata bergaris tengah 23 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung
dari klon/kultivar. Bagian dalam umbinya berwarna putih atau
kekuning-kuningan.
b. Biji Kemiri
Klasifikasi biji kemiri
Kingdom
: Plantae
DivisI
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Aleurites
Spesies
: Aleurites moluciana
Buah kemiri berwarna hijau sampai kecoklatan berbentuk oval
sampai bulat panjang 5-6 cm dan lebar 5-7 cm. Kegunaan untuk
obat-obatan tradisional, penerangan bahan bangunan, obat sakit
kepala, demam, kencing nanah. Minyak yang diekstrak dari kemiri
mengandung zat yang dapat berfungsi sebagai pencahar.
(Dalimartha,2002)
c. Daun Brotowali
Klasifikasi daun brotowali
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Angiospermae
Ordo
: Dicotyledonae
Famili
: Euphorblaceae
Genus
: Tinospora
Spesies
: Tinospora crispa L
Brotowali mengandung perdu yang pertumbuhannya memanjat.
Tinggi batang dapat mencapai 2,5m. Batang sebesar jari kelingking,
berbintil- bintil rapat, rasanya pahit. Daun brotowali merupakan
daun tunggal berbentuk jantung dan ujung meruncing, tepi daun rata,
tulang daun menjari, berwarna hijau muda. Panjang daun 7-12cm

dan lebar 5-10cm. Panjang tangkai daun 3-11cm dengan pangkal


bengkok dan membesar.
(Wijayakusuma, 1994)
d. Batang Nenggok
Klasifikasi batang nenggok
Kingdom
: Plantae
Ordo
: Malpighiales
Famili
: Euphorblaceae
Genus
: Macaranga
Spesies
: Macaranga gigantea
Pohon berukuran besar dengan tinggi sampai 40 meter dan
diameter sampai85cm. Batang bulat halus dan berwarna abu- abu
kotor. Kadang berbaris walaupun tidak begitu nyata.
e. Batang Terkini
Klasifikasi batang terkini
Kingdom
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Archichlamydeae
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Euphorbia
Spesies
: Euphorbia milli
Kandungan kimia tanaman belum diketahui. Batang dan daun
memiliki khasiat sebagai anti pembengkakan (anti-sweeling) serta
anti

radang

(anti-inflamasi).

Digunakan

untuk

pengobatan

pendarahan haid, bisul, radang kulit, luka bakar, lepuh terkena panas
dan hepatitis.
(Agromedia, 2008)

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Aerator
b. Boto vial
c. Cawan porselin
d. Erlenmeyer
e. Gelas kimia 100 mL, 250 mL
f. Labu ukur 10 mL, 50 mL
g. Lampu penerangan 60 watt
h. Mikropipet 1000 L
i. Pipet tetes
j. Pipet ukur 1 mL, 10 mL
k. Wadah ekstrak
l. Timbangan analitik
2. Bahan
a. Air hujan
b. Aquades
c. Ekstrak Batang Nenggok (Macaranga gigatea)
d. Ekstrak Daun Singkong (Manihot utilssima)
e. Ekstrak Batang Bunga Terkini (Euphorbia milii)
f. Ekstrak Kemiri (Aleurites moluccana)
g. Ekstrak Batang Brotowali (Tinospora crispa)
h. Tween 80
3. Bioindikator
a. Larva Nyamuk (Culex fatigus)
D. Prosedur Kerja
1. Pembuatan larutan stok ekstrak
a. Dimasukkan 250 mg ekstrak kedalam gelas kimia
b. Ditambahkan dengan tween 80 hingga larut, lalu ditambahkan
dengan aquades, diaduk sampai homogen
c. Dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL
d. Ditambahkan aquades hingga tanda batas
e. Dihomogenkan larutan (konsentrasi 5000 ppm)
2. Pembuatan seri konsentrasi 250 ppm, 500 ppm, dan 1000 ppm
a. Diambil 0,5 mL, 1 mL, dan 2 mL dari larutan stok
b. Dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL
c. Ditambahkan dengan aquades hingga tanda batas
d. Dibuat larutan seri konsentrasi sebanyak 3x replikasi
3. Pengujian Larvasida
a. Dimasukkan 10 larva nyamuk kedalam 3 botol vial yang telah
dikalibrasi sebanyak 10 mL yang berisi sedikit air hujan
b. Dimasukkan ekstrak dengan seri konsentrasi 250 ppm, 500 ppm,
dan 1000 ppm pada masing-masing botol vial

c. Ditutup mulut botol dengan plastic wrap, diberi jalan udara pada
d.
e.
f.
g.

mulut botol
Disimpan dalam ruangan yang minim cahaya
Diinkubasi larva selama 24 jam dengan suhu ruang
Diamati larva yang mati selama inkubasi
Dicatat dan dihitung nilai LC50 dengan menggunakan analisa probit

E. Hasil Pengamatan
1.

Tabel Pengamatan
a. Analisa probit sampel daun singkong (Manihot utilissima)
Konsentrasi
Sampel

250 ppm

500 ppm

1000 ppm

Kontrol (-)

Replikasi I

Replikasi II

Replikasi III

Jumlah kematian

3,33%

0%

6,67%

2,39

2,69

3,1629

3,4969

% kematian
Log konsentrasi (C)
Harga probit (y)

b. Analisa probit sampel biji Kemiri (Aleurites moluccare)


Konsentrasi
Sampel

250 ppm

500 ppm

1000 ppm

Kontrol (-)

Replikasi I

Replikasi II

Replikasi III

Jumlah kematian

11

15

% kematian

23,34%

36,67%

43,34%

Log konsentrasi (C)

2,3979

2,699

Harga probit (y)

4,2702

4,6592

4,8302

c. Analisa probit sampel batang Nenggok (Macaranga giganten)

Konsentrasi
Sampel

250 ppm

500 ppm

1000 ppm

Kontrol (-)

Replikasi I

Replikasi II

Replikasi III

Jumlah kematian

% kematian

-6,6%

3,3%

13,3%

Log konsentrasi (C)

2,398

2,699

Harga probit (y)

-6,594

3,1239

3,8715

d. Analisa probit sampel batang Brotowali (Tinospora crispa)


Konsentrasi
Sampel

250 ppm

500 ppm

1000 ppm

Kontrol (-)

Replikasi I

Replikasi II

Replikasi III

Jumlah kematian

3,33%

0%

16,67%

2,4

2,7

3,2863

4,0368

% kematian
Log konsentrasi (C)
Harga probit (y)

e. Analisa probit sampel batang Terkini (Euphorbia milii)


Konsentrasi
Sampel
Kontrol (-)

250 ppm

500 ppm

1000 ppm

Replikasi I

Replikasi II

Replikasi III

Jumlah kematian

0%

0%

10%

2,398

2,699

3,72

% kematian
Log konsentrasi (C)
Harga probit (y)
2.

Perhitungan
a. Sampel daun singkong (Manihot utilissima)
1.) Pembuatan larutan stok
Dibuat larutan stok ekstrak daun singkong 5000 ppm
5000 mg
5 mg
5000 ppm = 1 L
= 1 mL
Dibuat larutan stok sebanyak 50 mL, jadi:
5 mg/mL x 50 = 250 mg
250 mg ekstrak dilarutkan dalam 50 mL air hujan
2.) Pembuatan seri konsentrasi
a.) Konsentrasi 250 ppm
M1 . V1
= M2 . V2
5000 ppm . V1 = 250 ppm . 10 mL
V1 = 0,5 mL
b.) Konsentrasi 500 ppm
M1 . V1
= M2 . V2
5000 ppm . V1 = 500 ppm . 10 mL
V1 = 1 mL
c.) Konsentrasi 1000 ppm
M1 . V1
= M2 . V2
5000 ppm . V1 = 1000 ppm . 10 mL
V1 = 2 mL
3.) Persentase kematian
a.) Konsentrasi 250 ppm
hewan uji mati- kontrol uji
x 100%
% kematian
= hewan uji
1-0
x 100%
= 30
= 3,3 %

b.) Konsentrasi 500 ppm


% kematian
=
hewan uji mati- control uji
x 100%
hewan uji
1-1
x 100%
= 30
= 0%
c.) Konsentrasi 1000 ppm
% kematian
=
hewan uji mati- control uji
x 100%
hewan uji
3-1
x 100%
= 30
= 6,67 %
4.) Perhitungan LC95
Berdasarkan data hasil percobaan yang telah dilakukan, tidak
dapat dilakukan perhitungan harga LC95 karena kematian larva
tidak mencapai 95% baik dengan metode probit ataupun Reed
and Muench.
b. Sampel biji Kemiri (Aleurites moluccare)
1.) Pembuatan larutan stok
Dibuat larutan stok ekstrak biji kemiri terkini 5000 ppm
5000 mg
5 mg
5000 ppm = 1 L
= 1 mL
Dibuat larutan stok sebanyak 50 mL, jadi:
5 mg/mL x 50 = 250 mg
250 ekstrak dilarutkan dalam 50 mL air hujan
2.) Pembuatan seri konsentrasi
a.) Konsentrasi 250 ppm
M1 . V1
= M2 . V2
5000
. V1 = 250 ppm . 10 mL
V1 = 0,5 mL
b.) Konsentrasi 500 ppm
M1 . V1
= M2 . V2
5000 ppm . V1 = 500 ppm . 10 mL
V1 = 1 mL
c.) Konsentrasi 1000 ppm

M1 . V1
= M2 . V2
5000 ppm . V1 = 1000 ppm . 10 mL
V1 = 2 mL
3.) Persentase kematian
a.) Konsentrasi 250 ppm
hewan uji mati- kontrol uji
x 100%
% kematian
= hewan uji
7-0
x 100%
= 30
= 23,34%
b.) Konsentrasi 500 ppm
% kematian
=
hewan uji mati- control uji
x 100%
hewan uji
4-1
x 100%
= 30
= 30,67%
c.) Konsentrasi 1000 ppm
% kematian
=
hewan uji mati- control uji
x 100%
hewan uji
13 - 0
x 100%
= 30
= 43,34 %
4.) Perhitungan LC95
Berdasarkan data hasil percobaan yang telah dilakukan, tidak
dapat dilakukan perhitungan harga LC95 karena kematian larva
tidak mencapai 95% baik dengan metode probit ataupun Reed
and Muench.
c. Sampel batang Nenggok (Macaranga giganten)
1.) Pembuatan larutan stok
Dibuat larutan stok ekstrak batang nenggok 5000 ppm
5000 mg
5 mg
5000 ppm = 1 L
= 1 mL
Dibuat larutan stok sebanyak 50 mL, jadi:
5 mg/mL x 50 = 250 mg

250 ekstrak dilarutkan dalam 50 mL air hujan


2.) Pembuatan seri konsentrasi
a.) Konsentrasi 250 ppm
M1 . V1
= M2 . V2
5000 . V1
= 250 ppm . 10 mL
V1 = 0,5 mL
b.) Konsentrasi 500 ppm
M1 . V1
= M2 . V2
5000
. V1 = 500 ppm . 10 mL
V1 = 1 mL
c.) Konsentrasi 1000 ppm
M1 . V1
= M2 . V2
5000
. V1 = 1000 ppm . 10 mL
V1 = 2 mL
3.) Persentase kematian
a.) Konsentrasi 250 ppm
hewan uji mati- kontrol uji
x 100%
% kematian
= hewan uji
0-2
x 100%
= 30
= -6,6 %
b.) Konsentrasi 500 ppm
% kematian
=
hewan uji mati- control uji
x 100%
hewan uji
1-0
x 100%
= 30
= 3,3 %
c.) Konsentrasi 1000 ppm
% kematian
=
hewan uji mati- control uji
x 100%
hewan uji
4 0
x 100%
= 30
= 14,4 %
4.) LC95
Berdasarkan data hasil percobaan yang telah dilakukan, tidak
dapat dilakukan perhitungan harga LC95 karena kematian larva

tidak mencapai 95% baik dengan metode probit ataupun Reed


and Muench.
d. Sampel batang Brotowali (Tinospora crispa)
1.) Pembuatan larutan stok
Dibuat larutan stok ekstrak batang brotowali 5000 ppm
5000 mg
5 mg
5000 = 1 L
= 1 mL
Dibuat larutan stok sebanyak 50 mL, jadi:
5 mg/mL x 50 = 250 mg
ekstrak dilarutkan dalam 50 mL air hujan
Pembuatan seri konsentrasi
a.) Konsentrasi 250 ppm
M1 . V1
= M2 . V2
5000
. V1
= 250 ppm . 10 mL
V1 = 0,5 mL
b.) Konsentrasi 500 ppm
M1 . V1
= M2 . V2
5000
. V1
= 500 ppm . 10 mL
V1 = 1 mL
c.) Konsentrasi 1000 ppm
M1 . V1
= M2 . V2
5000 ppm . V1 = 1000 ppm . 10 mL
V1 = 2 mL
2.) Persentase kematian
a.) Konsentrasi 250 ppm
hewan uji mati- kontrol uji
x 100%
% kematian
= hewan uji
2-1
x 100%
= 30
= 3,3 %
b.) Konsentrasi 500 ppm
% kematian
=
hewan uji mati- control uji
x 100%
hewan uji
0-0
x 100%
= 30
= 0%
c.) Konsentrasi 1000 ppm

% kematian

hewan uji mati- control uji


x 100%
hewan uji
6-1
x 100%
= 30
= 16,67 %
3.) LC95
Berdasarkan data hasil percobaan yang telah dilakukan, tidak
dapat dilakukan perhitungan harga LC95 karena kematian larva
tidak mencapai 95% baik dengan metode probit ataupun Reed
and Muench.
e. Sampel batang Terkini (Euphorbia milii)
1.) Pembuatan larutan stok
Dibuat larutan stok ekstrak batang terkini 5000 ppm
5000 mg
5 mg
5000 m = 1 L
= 1 mL
Dibuat larutan stok sebanyak 50 mL, jadi:
5 mg/mL x 50 = 250 mg
ekstrak dilarutkan dalam 50 mL air hujan
2.) Pembuatan seri konsentrasi
a.) Konsentrasi 250 ppm
M1 . V1
= M2 . V2
5001
. V1 = 250 ppm . 10 mL
V1 = 0,5 mL
b.) Konsentrasi 500 ppm
M1 . V1
= M2 . V2
5000 ppm . V1 = 500 ppm . 10 mL
V1 = 1 mL
c.) Konsentrasi 1000 ppm
M1 . V1
= M2 . V2
5000 ppm . V1 = 1000 ppm . 10 mL
V1 = 2 mL
3.) Persentase kematian
a.) Konsentrasi 250 ppm
hewan uji mati- kontrol uji
x 100%
% kematian
= hewan uji
0-0
x 100%
= 30

= 0%
b.) Konsentrasi 500 ppm
% kematian
=
hewan uji mati- control uji
x 100%
hewan uji
0-0
x 100%
= 30
= 0%
c.) Konsentrasi 1000 ppm
% kematian
=
hewan uji mati- control uji
x 100%
hewan uji
3-1
x 100%
= 30
= 6,67 %
4.) Perhitungan LC95
Berdasarkan data hasil percobaan yang telah dilakukan, tidak
dapat dilakukan perhitungan harga LC95 karena kematian larva
pada konsentrasi 1000 ppm tidak mencapai 95% kematian, hanya
10%.

F. Pembahasan
Larvasida merupaka golongan dari pestisida yang dapat membunuh
serangga belum dewasa atau membunuh larva. Pemberantasan serangga
khususnya nyamuk dengan menggunakan larvasida merupakan metode yang
biasa digunakan untuk mengatasi penyebaran nyamuk. Parameter aktivitas
dari suatu senyawa kimia yang berpotensi sebagai larvasida dapat dilihat dari
jumlah kematian larva nyamuknya.
Percobaan kali ini menggunakan sampel ekstrak methanol dari daun
singkong (Manihot utilissima), biiji kemiri (Aleurites moluccare), batang
nenggok (Macaranga giganten), batang brotowali (Tinospora crispa)

dan

batang terkini (Euphorbia milii). Prinsip pengujian kali ini adalah menghitung
jumlah larva yang mati pada setiap seri konsentarsi yang dibuat, lalu dihitung
nilai LC95 setiap sampel. nilai LC95 (Lethal Concentration 95) adalah
konsentrasi saat terjadi kematian 95% hewan coba. Digunakan nilai LC 95
karena tujuan dari percobaan adalah untuk membunuh larva serangga,
sehingga harus diketahui nilai LC95 nya.
Hal pertama yang dilakukan adalah membuat ekstrak dari masing-masing
sampel dengan pelarut metanol. Alasan digunakannya metanol adalah karena
sifatnya yang semi polar, sehingga diharapkan pelarut ini dapat menarik atau
mengekstraksi zat polar ataupun non polar pada sampel uji. Sebelum proses
ekstraksi, semua sampel dijadikan simplisia terlebih dahulu, hal ini dilakukan
bertujuan untuk membuat sampel tetap dalam keadaan baik, karena kadar
airnya telah berkurang sehingga tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme.
Ekstraksi biji kemiri menggunakan metode soxhletasi, daun singkong
dengan metode maserasi dan batang nenggok, batang brotowali, batang
terkini menggunakan metode refluks. Proses pemilihan metode ekstraksi
bergantung pada keadaan dan kondisi dari sampel yang digunakan.
Dikarenakan strukturnya yang lunak, maka daun singkong dapat diekstraksi
dengan cara yang sederhana yaitu maserasi. Batang nenggok, batang
brotowali dan batang terkini menggunakan metode refluks, dikarenakan
strukturnya yang keras. Sedangkan pada biji kemiri digunakan soxhlet karena
strukturnya yang keras dan tidak tahan pemanasan. Setelah didapatkan

ekstrak, maka dipekatkan pada rotary evaporator dan diuapkan sisa pelarut
pada water bath.
Pprinsip kerja soxhlet adalah salah satu model ekstraksi (pemisahan/
pengambilan) seyawa aktif yang menggunakan pelarut selalu baru dalam
mengekstraknya, sehingga terjadi ektraksi yang kontinyu dengan adanya
jumlah pelarut konstan yang juga dibantu dengan pendingin balik
(kondensor). Prinsip kerja dari refluks yaitu metode ektraksi dengan cara
panas (membutuhkan pemanasan pada prosesnya), ekstraksi dengan pelarut
pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang
ralatif konstan dengan adanya pendingin balik. Ekstraksi dengan cara ini pada
dasarnya adalah ekstraksi berkesinambungan.
Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada
temperatur kamar terlindung dari cahaya, pelaut akan masuk kedalam sel
tanaman melewati dididing sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan didala sel dengan diluar sel. Larutan yang
konentrasinya tinggi akan terdeak keluar dan diganti oleh pelarut dengan
konsentrasi redah (proses difusi). Peristiwa tersebut akan berulang sampai
terjadi keseimbangan antara larutan didalam sel dan larutan diluar sel
Masing-masing ekstrak yang didapatkan dibuat larutan stoknya dengan
konsentrasi 5000 ppm sebanyal 50 mL. Tujuan pembuatan larutan stok adalah
untuk membuat larutan seri konsentrasi. Larutan seri konsentrasi harus dibuat
dari satu larutan induk yang sama agar homogenitasnya terjaga. Seri
konsentrasi ekstrak yang dibuat adalah 250 ppm, 500 ppm dan 1000 ppm.
Ekstrak yang digunakan tidak larut dalam aquades, sehingga untuk
meningkatkan kelarutannya ditambahkan larutan Tween 80. Tween 80 adalah
surfaktan yang berfungsi sebagai surface active agent atau penurun tegangan
antarmuka kedua fase yang tidak saling bercampur. Jadi, sebagai kontrol
negatif digunakan larutan Tween 80 dengan jumlah yang sama untuk
melarutkan ekstrak dengan aquades. Fungsi pembuatan kontrol negatif adalah
untuk mengetahui apakah pembawa atau pelarut ekstrak juga berpotensi

terhadap hasil pengamatan atau tidak. Karena dikhawatirkan pelarut juga


memiliki efek yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan.
Semua seri konsentarsi dan kontrol negatif dimasukkan ke dalam botol
vial, dimasukkan pula larva nyamuk instar III dan diinkubasi pada ruang
minimum cahaya selama 124 jam. Diinkubasi pada tempat gelap karena
daur hidup yaitu larva nyamuk tumbuh pada tempat yang gelap dan banyak
air yang menggenang. Diamati jumlah kematian larvanya dan dihitung LC 95
menggunakan analisa Probit. Digunakan larva instar III adalah karena pada
tahap ini larva telah memiliki mulut, sehingga bisa memakan larutan
ekstraknya. Tujuan diinkubasi adalah untuk memaksimalkan pengamatan, jika
didiamkan selama 24 jam, maka larva akan memakan ekstrak uji sehingga
reaksi ekstrak akan dicerna oleh larva. Jika ekstrak bersifat toksik, maka akan
membunuh larva nyamuk tersebut. Sehingga diperlukan inkubasi untuk
mengetahui efektivitas ekstrak tersebut.
Tahapan dari perkembangan nyamuk adalah mengalami metamorfosis
sempurna, terdiri dari stadium telur, larva, pupa dan dewasa. Telur
akanmenjadi larva setelah 2-4 hari. Larva berubah menjadi pupa memerlukan
waktu 4-9 hari dan mengalami empat tahap perkembangan yaitu instar I, II,
III, IV. Perubahan instar ditandai dengan pengelupasan kulit yang disebut
moulting. Pada instar I, tubuhnya sangat kecil, warna transparan, panjang 1-2
mm, duri-duri (spine) pada dada (thorax) belum begitu jelas, dan corong
pernafasan (siphon) belum hitam. Perkembangan instar I ke II berlangsung
dalam waktu 2-3 hari. Larva instar II bertambah besar dengan ukuran 2,5-3,9
mm, duri dada belum jelas dan corong pernapasan sudah berwarna hitam.
Instar II ke instar III dalam waktu dua hari dan perubahan instar III ke instar
IV dalam waktu dua hari. Larva instar III dan instar IV mempunyai ciri-ciri
yang sama yaitu telah lengkap struktur anatominya dan jelas, tubuh dapat
dibagi menjadi bagian kepala (chepal), dada biasa (thorax), dan perut
(abdomen). Pada bagian kepala sepasang mata majemuk, sepasang antena
tanpa duri-duri dan alat-alat mulut tipe penguyah (chewing).
Nilai LC95 dari sampel daun singkong (Manihot utilissima), biiji kemiri
(Aleurites moluccare, batang nenggok (Macaranga giganten), batang

brotowali (Tinospora crispa) dan batang terkini (Euphorbia milii) tidak dapat
dihitung, karena pada semua seri konsentrasi kematian larva belum mencapai
95%. Sehingga, sebaiknya dilakukan pengujian lagi dengan meningkatkan
konsentrasi ekstrak di atas 1000 ppm, untuk diketahui nilai LC95nya.

G. Kesimpulan
Berdasrkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak dapat dilakukan perhitungan terhadap harga LC95 karena
kematian larva pada konsentrasi ekstrak 1000 ppm tidak mencapai 95%
kematian.

DAFTAR PUSTAKA
Agromedia,R.2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Agromedia Pustaka: Jakarta.
Atta, R. U. M. I., Chundary dan W. J. Thomson. 2001. Bioassay Techniques for
Drug Development. Hardvard Academic Publisher: Singapore.
Dalimartha,S.2002. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1.Trubus Agriwidya:
Depok.
Harborne, J. 2006. Metode Fitokimia edisi IV. Penuntun cara modern
menganalisis tumbuhan. Penerbit ITB: Bandung.
Manuel, F. B. dan Douglastika. 1992. Human Medical Agen from Plant. America
Chemical Society: Washington DC.
Moerid, M. Subhan. 2013 Uji Aktivitas Larvasida Nyamuk Aedes aegypti dari
Beberapa Ekstrak Asadian. Jurnal Pesisir Laut dan Laut Tropis Volume
1 Nomor 1.
Muliyakin, C. E. 2008. Morfologi Siklus Hidup Habitat Cullex Sp. UNAIR Press:
Surabaya.
Sudarmo, S. 1988. Pestisida Untuk Tanaman Edisi II. Kanisius: Yogyakarta.
Wibowo, A. E. W. Sumaryo dan Minaldi. 2010. Uji Aktivitas Larvasida dan
Identifikasi Senyawa Ekstrak Rimpang Temu Lawak Terhadap Larva
Nyamuk Aedes aegypti. Jurnal Media Litbang Kesehatan Volume 14
Nomor 3.

Wijayakusuma,H.2005.Aktivitas Antioksidant dan Antibakteri Produk Kering


Instan dan Effervesend dari Batang Brotowali. Jurnal Teknologi
Petanian. Volume Nomor 1.

You might also like