Professional Documents
Culture Documents
1102013247
MENSTRUASI TIDAK TERATUR
LO.1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Organ Reproduksi Wanita
1.1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopis Organ Reproduksi Wanita
Anatomi genitalia externa
mengalami cedera pada vagina atau perineum, labia sedikit terpisah bahkan introitus vagina
terbuka. Penurunan produksi hormone menyebabkan atrofi labia mayor.
Pada permukaan arah lateral kulit labia yang tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap
daripada jaringan sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar (sama dengan rambut di mons
pubis) dan semakin menipis kea rah luar perineum. Permukaan medial (arah dalam) labia
mayor licin, tebal, dan tidak ditumbuhi rambut. Bagian ini mengandung suplai kelenjar
sebasea dan banyak kelenjar keringat serta banyak mengandung pembuluh darah. Labia
mayor sensitive terhadap nyeri, sentuhan, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan
saraf yang menyebar luas, yang berfungsi sebagai rangsangan seksual.
Labia minor
Labia minor terletak di antara dua labia mayor dan merupakan lipatan kulit yang panjang,
sempit, dan tidak berambut, yang memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dab menyatu
dengan fourchette. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen,
permukaan medial labia minor sama dengan mukosa vagina merah muda dan basah.
Pembuluh darah yang banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkinkan
labia minor membengkak, bila ada stimulus emosional dan stimulus fisik. Kelenjar di labia
minor juga melumasi vulva. Suplai saraf yang banyak membuat labia minor menjadi sensitif.
Ruangan antara kedua labia minor disebut vestibulum.
Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak di bawah arkus
pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat sekitar 66 mm atau kurang.
Ujung badan klitoris dinamakan glans dan lebih sensitive daripada badannya. Saat wanita
secara seksual terangsang, glands dan badan klitoris membesar.
Kelenjar sebasea klitoris mensekresi smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang
memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon (senyawa organic yang memfasilitasi
komunikasi olfaktorius) dan anggota lain pada spesies yang sama untuk membangkitkan
respon tertentu, yang dalam hal ini adalah stimulasi erotis pada pria). Klitoris bearasal dari
kata dalam bahasa Yunani, yang berarti kunci karena klitoris dianggap sebagai kunci
seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak membuat klitoris
sangat sensitive terhadap suhu, sentuhan, dan sensasi tekanan. Fungsi utama klitoris yaitu
untuk menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual.
Prepusium klitoris
Dekat sambungan anterior, labia minor kanan dankiri terpisah menjadi bagian medial dan
lateral. Bagian lateral menyatu di bagian atas klitoris dan membentuk prepusium, penutup
yang berbentuk seperti kait. Bagian medial menyatu di bagian bawah klitoris untuk
membentuk frenulum. Terkadang prepusium menutupi klitoris. Akibatnya, daerah ini terlihat
seperti sebagai suatu muara, yaitu sebagai meatus uretra. Bila memasukkan kateter ke daerah
yang sensitive ini, maka dapat menimbulkan rasa yang sangat tidak nyaman.
Vestibulum
Vestibulum adalah suatu daerah yang berbentuk lonjong, terletak antara labia minora, klitoris,
dan fourchette. Vestibulum terdiri dari dua muara uretra, kelenjar parauretra (vetibulum
minus atau Skene), vagina, dan kelenjar paravagina (vestibulum mayus, vulvovagina, atau
Bartholin). Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teritasi oleh bahan
kimia (deodorant semprot, garam-garaman, busa sabun), panas, rabas, friksi (celana jins yang
ketat).
Meatus uretra juga merupakan bagian dari reproduksi karena letaknya dekat dan menyatu
dengan vulva. Meatus mempunyai muara dengan bentuk bervariasi dan berwarna merah muda
atau kemerahan, dan sering disertai tepi yang agak berkerut. Meatus menandai bagian
terminal atau distal uretra. Biasanya terletak sekitar 2,5 cm di bawah klitoris.
Kelenjar vestibulum minora adalah struktur tubular pendek yang terletak pada arah
posterolateral di dalam meatus uretra. Kelenjar ini memproduksi sejumlah kecil lender yang
berfungsi sebagai pelumas.
Hymen merupakan lipatan yang tertutup mukosa sebaigan, bersifat elastic, tetapi kuat, dan
terletak di sekitar introitus vagina. Pada wanita yang perawan, hymen dapat menjadi
penghalang pada pemeriksaan dalam, pada insersi tampon menstruasi atau koitus. Hymen ini
bersifat elastic sehingga memungkinkan distensi dan dapat mudah robek. Terkadang hymen
menutupi seluruh orifisum yang menyebabkan hymen tertutup secara abnormal dan
menghalangi pasase aliran cairan menstruasi, pemasangan alat (spekulum), atau koitus.
Setelah pemasangan alat, pemakaian tampon, atau melahirkan pervaginam, dapat terlihat sisa
robekan hymen (karunkulae hymen atau karunkula mirtiformis).
Kelenjar vestibulum mayor adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayor masingmasing satu pada setiap sisi orifisium vagina. Beberapa duktus dengan panjang 1,5 cm,
menjadi saluran pengeluaran drain setiap kelenjar. Setiap duktus membuka ke lekukan antara
hymen dan labia minor. Kelenjar mensekresi sejumlah kecil lender yang jernih dan lengket,
terutama setelah koitus. Keasaman lender yang rendah (pH tinggi)
Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan ujung
bawah labia mayor dan minor di garis tengah bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil
dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan hymen.
Perineum
Perineum merupakan daerah muscular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus.
Perineum membentuk dasar badan perineum.
http://genetaliaeksternadaninternapadawanita.blogspot.com/2011/03/anatomi-dan-fisiologisaluran.html
Anatomi Genitalia Interna
Sepasang tuba fallopii melekat pada fundus uterus. tuba ini memanjang ke arah lateral,
mencapai ujung bebas ligament lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium.
Tuba memiliki panjang sekitar 10 cm dengan diameter 0,6 cm. Setiap tuba mempunyai lapisan
peritoneum bagian luar, lapisan otot tipis di bagian tengah, dan lapisan mukosa di bagian
dalam. Lapisan mukosa terdiri dari sel-sel kolumnar, ebberapa diantaranya bersilia dan
beberapa yang lain mengeluarkan secret. Lapisan mukosa paling tipis saat menstruasi. Setiap
tuba dan lapisan mukosanya menyatu dengan mukosa uterus dan vagina.
Terdapat 4 segmen yang berubah di sepanjang struktur tuba fallopii, diantaranya :
- Infundibulum
Merupakan bagian yang paling distal muaranya yang berbentuk seperti terompet
dikelilingi oleh fimbria. Fimbria menjadi bengkak dan hamper erektil saat ovulasi.
- Ampula
Ampula ini membangun segmen distal dan segmen tengah tuba. Sperma dan ovum
bersatu dan fertilisasi terjadi di ampula.
- Istmus
Istmus terletak proksimal terhadap ampula.
- Intersitital
Bagian ini melewati miometrium antara fundus dan korpus uteri dan mempunyai lumen
berukuran paling kecil berdiameter < 1 mm. Sebelum ovum yang dibuahi dapat melewati
lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulose yang membungkusnya.
Tuba fallopii merupakan jalan bagi ovum. Tonjolan-tonjolan infundibulum yang menyerupai
jari (fimbria) menarik ovum ke dalam tuba dengan gerakan seperti gelombang. Ovum
didorong disepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh peristaltic lapisan otot.
Estrogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltic. Aktivitas peristaltic tuba
fallopii dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar adalah pada saat ovulasi. Sel-sek
kolumnar mensekresi nutrient untuk menyokong ovum selama berada di dalam tuba.
Uterus
Uterus merupakan organ brdinding tebal, muscular, pipih, cekung yang mirip buah pir terbalik
yang terletak antara kandung kemih dan rectum pada pelvis wanita. Pada wanita yang belum
melahirkan, berat uterus matang sekitar 30-40 gr sedangkan pada wanita yang pernah
melahirkan, berat uterusnya adalah 75-100 gr. uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri
bila ditekan, licin, dan teraba padat. Derajat kepadatan tergantung dari beberapa factor,
diantaranya uterus lebih banyak mengandung rongga selama fase sekresi siklus menstruasi,
lebih lunak selama masa hamil, dan lebih padat setelah menopause.
Uterus diikat pada pelvis oleh tiga set ligamen jaringan ikat, yaitu :
1. Ligament rotundum
Ligament rotundum melekat ke kornu uterus pada bagian anterior insersi tuba fallopii.
Struktur yang menyerupai tali ini melewati pelvis, lalu memasuki cincin inguinal pada dua
sisi dan mengikat osteum dari tulang pelvis dengan kuat. Ligamin ini memberikan stabilitas
bagian atas uterus.
2. Ligament cardinal
Ligament ini menghubungkan uterus ke dinding abdomen anterior setinggi serviks.
3. Ligament uterosakral
Ligament uterosakral melekat pada uterus di bagian posterior setinggi serviks dan
behubungan dengan tulang sacrum.
Fungsi dari ligament cardinal dan uterosakral adalah sebagai penopang yang kuat pada dasar
pelvis wanita. Kerusakan-kerusakan pada ligament ini, termasuk akibat tegangan saat
melahirkan, dapat menyebabkan prolaps uterus dan dasar pelvis ke dalam vagina bahkan
melewati vagina dan mencapai vulva.
Berdasarkan fungsi dan anatomisnya, uterus dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Fundus
Merupakan tonjolan bulat di bagian atas yang terletak di atas insersi tuba fallopii.
2. Korpus
Korpus merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri.
3. Istmus
Merupakan bagian konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks yang dikenal
sebagai segmen uterus bawah pada masa hamil.
Tiga fungsi dari uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan,
dan persalinan.
Dinding uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan, yaitu endometrium, miometrium, dan sebagian lapisan
luar peritoneum parietalis.
Endometrium yang banyak mengandung pembuluh darah adalah suatu lapisan membrane
mukosa yang terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan permukaan padat, lapisan tengah jaringan
ikat yang berongga, dan lapisan dalam padat yang menghubungkan endometrium dengan
miometrium. Selama menstruasi dan sesudah melahirkan, lapisan permukaan yang padat dan
lapisan tengah yang berongga tanggal. Segera setelah aliran menstruasi berkahir, tebal
endometrium 0,5 mm. Mendekati akhir siklus endometrium, sesaat sebelum menstruasi mulai
lagi, tebal endometrium menjadi 5 mm.
Miometrium yang tebal tersusun atas lapisan-lapisan serabut otot polos yang membentang ke
tiga arah (longitudinal, transversa, dan oblik). Miometrium paling tebal di fundus, semakin
menipis ke arah istmus, dan paling tipis di serviks.
Serabut longitudinal membentuk lapisan luar miometrium yang paling banyak ditemukan di
fundus, sehingga lapisan ini cocok untuk mendorong bayi pada persalinan. Pada lapisan
miometrium tengah yang tebal, terjadi kontraksi yang memicu kerja hemostatis. Sedangkan
pada lapisan dalam, kerja sfingter untuk mencegah regurgitasi darah menstruasi dari tuba
fallopii selama menstruasi. Kerja sfingter di sekitar ostium serviks interna membantu
mepertahankan isi uterus selama hamil. Cedera pada sfingter ini dapat memperlemah ostium
interna dan menyebabkan ostium interna serviks inkompeten.
Miometrium bekerja sebagau suatu kesatuan yang utuh. Struktur miometrium yang memberi
kekuatan dan elastisitas merupakan contoh adaptasi dari fungsi :
a Untuk menjadi lebih tipis, tertarik ke atas, membuka serviks, dan mendorong janin
ke luar uterus, fundus harus berkontraksi dengan dorongan paling besar.
b Kontraksi serabut otot polos yang saling menjalin dan mengelilingi pembuluh
darah ini mengontrol kehilangan darah setelah aborsi atau persalinan. Karena
kemampuannya untuk menutup (irigasi) pembuluh darah yang berada di antara
serabut tersebut, maak serabut otot polos disebut sebagai ikatan hidup.
Peritoneum parietalis, suatu membrane serosa yang melapisi seluruh korpus uteri, kecuali
seperempat permukaan anterior bagian bawah, dimana terdapat kandung kemih dan serviks.
Vagina
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan di belakng kandung kemih
dan uretra yang memanjang dari introitus (muara eksterna di vestibulum di antara labia
minor / vulva) sampai serviks. Saat wanita berdiri, vagina condong ke arah belakang danke
atas.
Vagina merupakan suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang
secara luas. Karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina, panjang dinding anterior vagina
hanya sekitar 7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior sekitar 9 cm.
Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas dan bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi
antara laktobasilus vagina dan glikogen memeprtahankan keasaman. Apabila pH naik > 5,
insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahnakan
kebersihan relative vagina. Oleh karena itu, penyemporotan cairan ke vagina dalam lingkaran
normal tidak diperlukan dan tidak dianjurkan.
Sejumlah besar suplai darah ke vagina berasal dari cabang-cabang desenden arteri uterus,
arteri vaginalis, dan arteri pudenda interna. Vagina relative tidak sensitive, hal ini dikarenakan
persarafan pada vagina minimal dan tidak ada ujung saraf khusus. Vagina merupakan
sejumlah kecil sensasi ketika individu terangsang secara seksual dan melakukan koitus dan
hanya menimbulkan sedikit nyeri pada tahap kedua persalinan.
Daerah G (G-spot)adalah daerah di dinding vagina anterior di bawah uretra yang didefinisikan
oleh Graefenberg sebagai bagian analog dengan kelenjar prostat pria. Selama bangkitan
seksual, daerah G dapat distimulasi sampai timbul orgasme yang disretai ejakulasi cairan yang
sifatnya sama dengan cairan prostat ke dalam uretra. Fungsi dari vagina adalah sebagai organ
untuk koitus dan jalan lahir.
http://genetaliaeksternadaninternapadawanita.blogspot.com/2011/03/anatomi-dan-fisiologisaluran.html
Perdarahan
Perdarahan alat reproduksi wanita berasal dari A. iliaca interna cabang dari A. iliaca
communis. A. iliaca interna ini kemudian akan bercabang menjadi A. hipogastrica dan
selanjutnya akan bercabang ke organ-organ:
Uterus:
A. hipogastrica akan bercabang ke uterus menjadi A. uterina. A. uterine ini kemudian akan
berjalan kearah ovarium (A. uterine rr. Ovaiana) dan memperdarahi ovarium dan akan
memperdarahi tuba (A. uterina rr. Tuba)
Vagina
A. hipogastrica juga akan berjalan kea rah vagina dan memperdarahi vagina sebagai (A.
vaginalis)
Ovarium dilapisi oleh satu lapis sel kuboid rendah atau gepeng yaitu epitel germinal, yang
bersambungan dengan mesotelium peritoneum viscerale. Dibawah epitel germinal adalah
jaringan ikat padat yang disebut tunia albuginea.
Ovarium memiliki korteks ditepi, dan medula ditengah, tempat ditemukannya banyak
pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfe. Daerah korteks mengandung banyak folikel telur
yang masing-masing terdiri dari sebuah oosit yang diselaputi oleh sel-sel folikel. Sel-sel
folikel adalah oosit beserta sel granulose yang mengelilinginya. Selain folikel, korteks
mengandung fibrosit dengan serat olagen dal retikular. Medula adalah jaringan ikat padat
tidak teratur yang bersambungan dengan lugamentum mesovarium yang menggantungkan
ovarium. Pembuluh darah besar di medula membentuk pembuluh darah yang lebih kecil yang
menyebar diseluruh korteks ovarium.
Folikel primordial : terdiri atas oosit primer yang berinti agak ke tepiyang dialapisi
sel folikel berbentuk pipih.
Folikel primer : terdiri oosit primer yang dilapisi sel folikel (sel granulose) berbentuk
kubus dan terjadi pembentukan zona pelusida yaitu suatu lapisan glikoprotein yang
terdapat diantara oosit dan sel-sel granulose.
Folikel sekunder : terdiri oosit primer yang dilapisi sel granulose berbentuk kubus
berlapis banyak atau disebut staratum granulose.
Folikel tersier : terdiri dari oosit primer, volume stratum granulosanya bertambah
besar. Terdapat beberap celah antrum diantara sel-sel granulose. Dan jaringan ikat
stroma di luar stratum granulose membentuk theca intern (mengandung banyak
pembuluh darah) dan theca extern (banyak mengandungserat kolagen).
Folikel Graff : disebut juga folikel matang. Pada folikel ini, oositsudah siap
diovulasikan dari ovarium. Oosit sekunder dilapisi oleh beberapa lapissel granulose
berada dalam suatu jorokan ke dalam stratum disebut cumulus ooforu. Sel-sel
granulose yang mengelilingi oosit disebut korona radiate. Antrum berisi liquor
follicul yang mengandung hormone esterogen.
Tuba Fallopii
Berdasar struktur histologi terdiri dari lapisan mukosa, lapisan otot, dan lapisan serosa.
o Lapisan mukosa : tersusun atas epitel selapis silindri dan terdapat 2 jenis sel :
Epitheliocytus ciliatus / epitel bersilia : berfungsi menciptakan arus ke arah uterus
Uterus
Uterus manusia adalah organ berbentuk buah pir dengan dinding berotot tebal. Badan atau
korpus membentuk bagian uterus. Bagian atas uterus yang membulat dan terletak diatas pintu
masuk tuba uterina disebut fundus. Bagian bawah uterus yang lebih sempit dan terletak
dibawah korpus adalah serviks. Serviks menonjol dan bermuara ke dalam vagina.
Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan :
1. Perimetrium : bagian luar yang dilapisi oleh serosa atau adventitia
2. Miometrium : terdapat 3 lapisan otot yang batas-batasnya kurang jelas. Tiga lapisan otot
tersebut adalah ;
Lapisan Sub vascular : serat-serat otot tersusun memanjang
Lapisan Vaskular : lapisan otot tengah tebal, serat tersusun melingkar dan serong
3. Endometrium : dilapisi oleh epitel selapis silindris yang turun kedalam lamina propia
untuk membentuk banyak kelenjar uterus. Umunya endometrium dibagi menjadi dua
lapisan fungsional, Stratum functionale di luminal, dan stratum basale di basal. Pada
wanita yang tidak hamil , stratum functionale superfisial dengan kelenjar uterus dan
pembuluh darah terlepas atau terkelupas selama menstruasi, meninggalkan stratum basale
yang utuh dengan sisa-sisa kelenjar uterus basal sebagai sumber untuk regenerasi
stratum functionale yang baru.
Arteri uterina di lugamentum latum membentuk arteri arkuata. Arteri ini menembus dan
berjalan melingkari miometrium uterus. Pembuluh darah aruata membentuk arteri rectae
(lurus) dan spiralis yang mendarahi endometrium.
dan
tampak
jelas
fase
functionale
sekretori,
stratum
endomentrii
ditandai
Estrogen
Hormon estrogen merupakan salah satu hormon steroid kelamin, karena mempunyai
struktur kimia berintikan steroid yang secara fisiologik sebagian besar diproduksi oleh
kelenjar endokrin sistem reproduksi wanita. Pria juga memproduksi estrogen tetapi dalam
E
jumlah yang jauh lebih sedikit. Estrogen alamiah yang terpenting adalah estradiol ( 2
), estron (
E1
), dan estriol (
E3
Sintesis estrogen
Terjadi di dalam sel-sel theka dan sel granulose ovarium, dimana kolesterol merupakan
zat pembakal dari hormon ini. LH diketahui berperan dalam sel theka untuk
meningkatkan aktivitas enzim pembelah rantai sisi kolesterol melalui pengaktifan ATP
menjadi cAMP, dan dengan melalui beberapa proses reaksi enzimatik terbentuklah
androstenedion, kemudian androstenedion yang dibentuk dalam sel theka berfungsi
Progesteron
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan ketebalan
endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar progesterone terus
dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai plasenta dapat membentuk
hormon HCG.
Progesteron merupakan produk yang dihasilkan oleh korpus luteum. Fungsi dari
progesteron itu sendiri adalah:
1) Menyiapkan endometrium untuk implantasi blastokist
2)
3)
4)
Fisiologi Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi
secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus. Siklus menstruasi merupakan
rangkaian peristiwa yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan.
Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium
dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal,
ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab
dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi. Ovarium
menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan progesteron. Beberapa estrogen yang
berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium, yang mengandung ovum yang sedang berkembang
dan oleh sel-sel yang mengelilinginya. Estrogen ovarium yang paling berpengaruh adalah
estradiol. Estrogen bertanggung jawab terhadap perkembangan dan pemeliharaan organ-organ
reproduktif wanita dan karakteristik seksual sekunder yang berkaitan dengan wanita dewasa.
Estrogen memainkan peranan penting dalam perkembangan payudara dan dalam perubahan
siklus bulanan dalam uterus. Progesteron juga penting dalam mengatur perubahan yang terjadi
dalam uterus selama siklus menstruasi. Progesteron merupakan hormon yang paling penting
untuk menyiapkan endometrium yang merupakan membran mukosa yang melapisi uterus untuk
implantasi ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi kehamilan sekresi progesteron berperan
penting terhadap plasenta dan untuk mempertahankan kehamilan yang normal. Sedangkan
endrogen juga dihasilkan oleh ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil. Hormon endrogen
terlibat dalam perkembangan dini folikel dan juga mempengaruhi libido wanita. Menstruasi
disertai ovulasi terjadi selang beberapa bulan sampai 2-3 tahun setelah menarche yang
berlangsung sekitar umur 17-18 tahun. Dengan memperhatikan komponen yang mengatur
menstruasi dapat dikemungkakan bahwa setiap penyimpangan system akan terjadi
penyimpangan pada patrum umun menstruasi. Pada umumnya menstruasi akan berlangsung
setiap 28 hari selama 7 hari. Lama perdarahannya sekitas 3-5 hari dengan jumlah darah yang
hilang sekitar 30-40 cc. Puncak pendarahannya hari ke-2 atau 3 hal ini dapat dilihat dari jumlah
pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Diikuti fase proliferasi sekitar 6-8 hari.
Ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi, yaitu:
1 Siklus Endomentrium
Siklus endometrium terdiri dari empat fase, yaitu :
a. Fase menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini
berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar
estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar
terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru
mulai meningkat.
b. Fase proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak
sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10 siklus 24
hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium
secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau menjelang perdarahan
berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm atau
sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase
proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.
c. Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum
periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius
yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan
halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.
d. Fase iskemi/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah
ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang
mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar
estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai
darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional
terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.
2 Siklus Ovulasi
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran FSH,
kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon). Peningkatan kadar LH
merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit
yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur
didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi
ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur
dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum.
Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan
mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi,
korpus luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan fungsional
endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.
3 Siklus Hipofisis-hipotalamus
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah
menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi hipotalamus
untuk mensekresi gonadotropin realising hormone (Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH
menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone (FSH). FSH menstimulasi
perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai
menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan
lutenizing hormone (LH). LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari
siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini, korpus
luteum menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi
menstruasi.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter%20II.pdf
Gambar 8. Fisiologi menstruasi
SIKLUS OVARIUM
Fase Folikuler
1 Siklus fungsi ovarium dengan pematangan folikel-folikel, ovulasi, formasi corpus
luteum diatur oleh sistem kelenjar hypothalamo-hipofise seperti halnya dengan
mekanisme intraovarial.
2 Hypothalamus memproduksi gonadotropin-releasing hormones (GnRH)
3 GnRH dibawa melalui sistem vena portal menuju kelenjar hipofise anterior
4 GnRH menyatu pada reseptor spesifik yang menginduksi sekresi luteotropic hormone
(LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH)
5 Pelepasan FSH dan LH bergantung pada GnRH dan terjadi setiap 90 menit (berkala)
6 Selanjutnya FSH menstimulasi pematangan folikel. Hanya satu folikel yang matang
sempurna.
Saat ovulasi
1 Selanjutnya folikel menghasilkan estrogen dan estrogen menekan produksi FSH
(negative feedback)
2 Akibatnya beberapa folikel selain satu folikel yang matur sempurna mengalami
atresia.
3 Meningkatnya kadar estrogen mensitmulasi sekresi LH sehingga kadar LH melonjak
di pertengahan siklus (positive feedback)
4 Kadar LH yang tinggi menyebabkan degenerasi kolagen folikel ovulasi setelah 1624 jam lonjakan LH
Fase luteal
- Setelah 7-8 hari ovulasi,sel granulosa membesar,bervakuola dan berpigmen kuning
(lutein) korpus luteum
SIKLUS ENDOMETRIUM
Pada siklus endometrium, terbagi jadi 3 fase, yaitu:
1 Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Bila tidak terjadi pembuahan sampai
2 hari sebelum akhir dari siklus bulanan maka corpus luteum akan beregresi dan
terbentuk jaringan parut (corpus albicans ) dengan berkurangnya kapiler-kapiler dan
diikuti menurunnya sekresi estrogen dan progesteron (involusi endometrium sebesar 65%
) pembuluh darah endometrium melepaskan material vasokonstriksi (Prostaglandins,
sitokinin, dan growth factors seperti TNF-beta , dan makrofag) vasopspasme
menyebabkan penurunan nutrisi endometrium inisiasi nekrosis darah merembes ke
lapisan pertama endometrium pendarahan (hemoragik) meningkat cepat dalam 24-36
jam bagian nekrosis terpisah dari endometrium deskuamasi peningkatan
kontraksi uterus pengeluaran darah menstruasi + deskuamasi pendarahan berhenti 47 hari setelah menstruasi
Siklus haid yang normal berlangsung antara 21-35 hari, selama 2-8 hari dengan
jumlah darah haid sekitar 25-80 ml/hari
2
Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Fae proliferasi ini
dapat berkisar 7-21 post ovulasi.Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi
dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk
perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai
14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Fase sekresi biasanya
tetap yaitu 14 hari. Hormon progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan
endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke
rahim)
Faktor enzim
Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim hidrolitik
dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen dan asam-asam
mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut berperan dalam pembangunan
endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian bawahnya. Pada
pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, yang berakibat mempertinggi
permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak permulaan fase
proliferasi. Dengan demikian lebih banyak zat-zat makanan mengalir ke stroma
endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum apabila terjadi kehamilan. Jika
kehamilan tidak terjadi, maka dengan menurunnya kadar progesterone, enzim-enzim
hidrolitik dilepaskan, karena itu timbul gangguan dalam metabolisme endometrium yang
mengakibatkan regresi endomentrium dan perdarahan.
Faktor vaskuler
Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional
endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena.
Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena serta saluran-saluran yang
menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan
pembentukan hematom baik dari arteri maupun dari vena.
3
Faktor prostaglandin
Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2. dengan desintegrasi
endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya miometrium
sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.
Perubahan psikologi
Beberapa wanita mengalami perubahan mood terkait dengan siklus haid. Terjadi
instabilitas emosional pada fase luteal. Perubahan ini disebabkan oleh penurunan
progesteron. Tidak dapat dipastikan apakah perubahan mood tersebut disebabkan oleh
siklus haid atau merupakan sindroma premenstrual.
Walaupun ada ovulasi tetapi pada perdarahan uterus disfungsional anovulatorik ditemukan
umur korpus luteum yang memendek, memanjang atau insufisiensi. Pada perdarahan uterus
disfungsional anovulatorik, akibat tidak terbentuknya korpus luteum aktif maka kadar
progesteronnya rendah dan ini menjadi dasar bagi terjadinya perdarahan
3.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Perdarahan Uterus Disfungssional
Perdarahan uterus disfungsional biasanya disebabkan oleh gangguan fungsi ovarium primer
atau sekunder yang disebabkan adanya kelainan pada salah satu tempat pada sistem sumbu
hipotalamus hipofisis ovarium dan jarang akibat dari gangguan fungsi korteks ginjal dan
kelenjar tiroid. Perdarahan uterus disfungsional umumnya merupakan keadaan anovulator
tetapi dapat juga terjadi pada keadaan ovulatoir bila ada defek pada fase folikular atau fase
luteal.
Penyebab Perdarahan Uterus Abnormal Berdasaran Kelompok Usia
Kelompok Usia
Prapubertas
Penyebab
Pubertas prekoks (kelainan hipotalamus,
Remaja
Usia subur
penyakit
Perimenopause
irregular
Pascamenopause
Buku Ajar Patologi, Robins.2004
dengan
stroma
yang
relatif
sedikit,
yang
memerlukan
progesteron
untuk
3.5
Masalah
Abortus, Kehamilan ektopik
Hamil
Hipotiroid
ringan
Gejala penambahan berat badan, konstipasi, rambut rontok, kelelahan
Galaktorea
Riwayat seksual dan penggunaan kontrasepsi
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas keadaan hemodinamik ,
selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk :
o Menilai
Indeks Massa Tubuh (IMT > 27 termasuk obesitas)
Tanda-tanda Hiperandrogen
Pembesaran kelenjar thyroid atau manofestasi hiper atau hypothyroid
Galaktorea
Gangguan Lapang Pandang (karena adenoma hypofisis)
Faktor resiko keganasan (obesitas, hipertensi, DM, dll)
o Menyingkirkan
Kehamilan, kehamilan ektopik, abortus, penyakit trofoblas
Servisitis, endometritis
Polip dan mioma uteri
Keganasan serviks dan uterus
Hiperplasia endometrium
Gangguan pembekuan darah
Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk pemeriksaan pap smear, dan
harus disingkirkan adanya mioma uteri, polip, hiperplasia endometrium, atau keganasan.
Laboratorium
Pemeriksaan
USG
Penunjang
Penilaian
Endometrium
Primer
-Hb
-Tes kehamilan
-urin
Sekunder
Tersier
-Darah lengkap -Prolaktin
-Tiroid
(TSH,
hemostatis (BTFT4)
CT,
lainnya
-Hemostasis
sesuai fasilitas)
(PT, aPTT,dll)
-USG
-USG
transabdominal
-USG
Transabdominal
-USG
transvaginal
SIS
transvaginal
-SIS
-Doppler
-Mikrokuret/
-Mikrokuret
-D&K
D&K
-Histeroskopi
-Endometrial
Penilaian
serviks bila ada
-IVA
-Pap smear
sampling
-Pap smear
-Kolposkopi
patologi
Langkah diagnostik PUD
Terapi
Tujuan terapi
o
o
o
o
o
mengontrol perdarahan
mencegah perdarahan berulang
mencegah komplikasi
mengembalikan kekurangan zat besi dalam tubuh
menjaga kesuburan.
Tatalaksana awal dari perdarahan akut adalah pemulihan kondisi hemodinamik
dari ibu. Pemberian estrogen dosis tinggi adalah tatalaksana yang sering dilakukan.
Regimen estrogen tersebut efektif di dalam menghentikan episode perdarahan.
Bagaimanapun juga penyebab perdarahan harus dicari dan dihentikan. Apabila pasien
memiliki kontraindikasi untuk terapi estrogen, maka penggunaan progesteron
dianjurkan.
Untuk perdarahan disfungsional yang berlangsung dalam jangka waktu lama,
terapi yang diberikan tergantung dari status ovulasi pasien, usia, risiko kesehatan, dan
pilihan kontrasepsi. Kontrasepsi oral kombinasi dapat digunakan untuk terapinya.
Pasien yang menerima terapi hormonal sebaiknya dievaluasi 3 bulan setelah terapi
diberikan, dan kemudian 6 bulan untuk reevaluasi efek yang terjadi. Terapi operasi
dapat disarankan untuk kasus yang resisten terhadap terapi obat-obatan. Secara
singkat langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Perbaikan Keadaan Umum
Pada perdarahan yang banyak sering ditemukan keadaan umum yang buruk. Pada
perdarahan uterus disfungsional akut, anemia (Hb <8 g/dL) yang terjadi harus
segera diatasi dengan transfusi darah. Pada perdarahan uterus disfungsional kronis
keadaan anemia ringan seringkali dapat diatasi dengan diberikan sediaan besi,
sedangkan anemia berat membutuhkan transfusi darah
2. Penghentian Pendarahan
Hormon Steroid Seks
o Estrogen
Dipakai pada
perdarahan
uterus
disfungsional untuk
menghentikan
Sistem pembekuan darah juga ikut berperan secara lokal pada perdarahan uterus
disfungsional. Peran ini tampil melalui aktivitas fibrinolitik yang diakibatkan oleh kerja
enzimatik. Proses ini berfungsi sebagai mekanisme pertahanan dasar untuk mengatasi
penumpukan fibrin. Unsur utama pada system fibrinolitik itu adalah plasminogen, yang
bila diaktifkan akan mengeluarkan protease plasmin. Enzim tersebut akan menghambat
aktivasi palsminogen menjadi plasmin, sehingga proses fibrinolisis akhirnya akan
terhambat pula. Sediaan yang ada untuk keperluan ini adalah asam amino kaproat (dosis
yang diberikan adalah 4 x 1-1,5 gr/hari selama 4-7 hari)
Operatif
Jenis pengobatan ini mencakup: dilatasi dan kuretase, ablasi laser dan histerektomi.
Dilatasi dan kuretase merupakan tahap yang ringan dari jenis pengobatan operatif pada
perdarahan uterus disfungsional. Tujuan pokok dari kuretase pada perdarahan uterus
disfungsional adalah untuk diagnostik, terutama pada umur diatas 35 tahun atau
perimenopause. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya frekuensi keganasan pada
usia tersebut. Tindakan ini dapat menghentikan perdarahan karena menghilangkan daerah
nekrotik pada endometrium. Ternyata dengan cara tersebut perdarahan akut berhasil
dihentikan pada 40-60% kasus. Namun demikian tindakan kuretase pada perdarahan
uterus disfungsional masih diperdebatkan, karena yang diselesaikan hanyalah masalah
pada organ sasaran tanpa menghilangkan kausa. Oleh karena itu kemungkinan
kambuhnya cukup tinggi (30-40%) sehingga acapkali diperlukan kuretase berulang.
Beberapa ahli bahkan tidak menganjurkan kuretase sebagai pilihan utama untuk
menghentikan perdarahan pada perdarahan uterus disfungsional, kecuali jika pengobatan
hormonal gagal menghentikan perdarahan.
Pada ablasi endometrium dengan laser ketiga lapisan endometrium diablasikan dengan
cara vaporasi neodymium YAG laser. Endometrium akan hilang permanen, sehingga
penderita akan mengalami henti haid yang permanen pula. Cara ini dipilih untuk
penderita yang punya kontraindikasi pembedahan dan tampak cukup efektif sebagai
pilihan lain dari histerektomi, tetapi bukan sebagai pengganti histerektomi
Tindakan
histerektomi
pada
penderita
perdarahan
uterus
disfungsional
harus
memperhatikan usia dan paritas penderita. Pada penderita muda tindakan ini merupakan
siklus haid, linestrenol dengan dosis 5-15 mg/hari selama 10 hari mulai hari hari
ke 16-25 siklus haid. Pengobatan hormonal ini diberikan untuk 3 siklus haid. Jika
gagal setelah pemberian 3 siklus dan ovulasi tetap tak terjadi, dilakukan pemicuan
ovulasi. Pada penderita yang tidak menginginkan anak keadaan ini diatur dengan
penambahan estrogen dosis 0,625-1,25 mg/hari atau kontrasepsi oral selama 10
hari, dari hari ke 5 sampai hari ke 25.8
Penanganan terapi berdasarkan usia
PUD pada Usia Perimenarche
Pada usia perimenarche (rata-rata 11 tahun ) hingga memasuki usia reproduksi ,
berlangsung sampai 3- 5 tahun setelah menarche dan ditandai dengan siklus yang tidak
teratur baik lama maupun jumlah darahnya.
Pada keadaan yang tidak akut dapat diberikan antiprostaglandin, antiinflamasi
nonsteroid (NSAID), atau asam traneksamat.Pemberian tablet estrogen
progesteron kombinasi, atau tablet progesterone saja maupun analog GnRH
mg ;atau
Medroksiprogesteron asetat (MPA) 2x10 mg, atau juga dapat diberikan
normegestrol asetat 2x5 mg dan cukup diberikan selama 3 hari
Bila perdarahan akut telah berkurang atau selesai , lakukan pengaturan siklus, dengan
pemberian tablet progesterone pada hari 16-25 selama 3 bulan. MPA atau didrogesterone
(10mg/ hari) sedangnkan noretisterone 5mg/ hari.
PUD pada Usia Reproduksi
Pada usia ini dapat terjadi siklus yang berovulasi (65%) dan terdapat siklus yang tidak
berovulasi. Pada keadaan akut penanganan sama seperti PUD pada usia perimenarche .
Pada PUD dengan siklus yang berovulasi umumnya lebih ringan dan jarang
hingga akut. PUD yang terjadi paling sering berupa perdarahan bercak (spotting)
pada pertengahan siklus. Pengobatan dapat diberikan berupa :
o 17- estradiol 1x2 mg, atau estrogen equin konjugasi 1x1,25 mg, atau
estropipete 1x1,25 mg, dari hari ke 10-15 siklus haid
o Pada perdarahan bercak prahaid dapat diberikan MPA 1x10 mg, atau
didrogesteron 1x10 mg, atau Noretisteron asetat 1x5 mg; atau juga
Normegestrol asetat 1x5 mg yang diberikan mulai hari 16-25 siklus.
o Pada perdarahban bercak pascahaid dapat diberikan 17- estradiol 1x
2mg, atau estrogen equin konjugasi 1x 1,25 mg, atau estropipete 1x 1,25
mg yang diberikan mulai hari 2- 8 siklus haid.
o
PUD pada usia perimenopause
Perimenopause atau usia antara masa pramenopause dan pascamenopause, yaitu sekitar
menopause (usia 40-50 tahun). PUD ini hampir 95% terjadi siklus yang tidak berovulasi
(folikel persisten). Sehingga setiap perdarahan atau gangguan haid yang terjadi pada usia
perimenopause harus dipikirkan adanaya keganasan pada endometrium.
Pada keadaan tidak akut pasien dipersiapkan untuk dilakukan tindakan D & C (Dilatasi
dan kuretase). Perubahan pada endometrium juga dapat dilihat dengan USG. Bila
ditemukan ketebalan endometrium lebih dari 5 mm berarti telah terjadi hiperplasia
endometrium.
Jika hasil pemeriksaan patologi anatomi menggambarkan suatu hiperplasia kistikm atau
hiperplasia adenomatosa, maka pertama kali dapat dicoba pemberian progesteron seperti
MPA dengan dosis 3x10 mg / hari selama 6 bulan, atau dapat juga diberikan depo
medroksiprogesterone asetat (DPMA)
Bila ketebalan endometrium kurang dari 6 mm dapat langsung diberikan kombinasi
estrogen- progesteron, seperti estrogen equin konyugasi 1x0,3 mg , atau 17- estradiol
1x2 mg + MPA 1x10 mg yang dibekian secara berkelanjutan selama 6 bulan. Bila tidak
ada perbaikan, maka perlu dilakukan tindakan D&C . dan pengobatan selanjutnya
bergantung pada hasil patologi anatomi yang diperoleh. Namun pasien dengan faktor
risiko kanker endometrium seperti kegemukan, DM, dan hipertensi sebaiknya tetap
dilakukak D&C , meskipun ketebalan endometrium <5 mm.
Berdasarkan banyaknya perdarahan
Jika Perdarahan Uterus Disfungsional telah ditegakkan dan perdarahannya tidak banyak
serta tidak terdapat diskrasia perdarahan, dapat dilakukan observasi tanpa melakukan
intervensi terlebih dahulu.
Apabila pasien mengalami perdarahan sedang , pasien dapat diberikan :
o Kontrasepsi Oral Estrogen dosis tinggi selama 3 minggu atau
o Regimen 3-4 pil kontrasepsi oral dosis rendah per hari selama 1 minggu
kemudian diikuti dengan penurunan ke dosis lazim sampai 3 minggu.
Apabila pasien mengalami perdarahan berat :
o Pasien perlu dirawat di rumah sakit, tirah baring.
o Diberikan suntikan estradiol valerate (10mg) dan hydroxyprogesterone
caproate (500 mg) intramuskular ; atau
o Conjugated estrogens (25 mg) intravena atau intramuskular.
o Berikan preparat besi untuk mencegah anemia
Untuk mencegah kekambuhan perlu diberikan kontrasepsi oral siklik selama 2-3
bulan atau dapat dilakukan induksi mentruasi setiap 2-3 bulan dengan 10 mg
hydroxyprogesterone acetate oral, 1-2 kali per hari selama 10 hari .
Jika pemberian terapi hormon gagal mengontrol perdarahan uterus, perlu
dilakukan evaluasi dan pemeriksaan biopsi endometrium, histeroskopi, atau dilatasi dan
kuretase untuk diagnosis lebih lanjut dan terapi.
1.7 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Perdarahan Uterus Disfungsional
Perdarahan uterus disfungsional yang lama dan berat dapat menyebabkan anemia
defisiensi besi pada 30% individu. Ketidakseimbangan hormonal yang berkelanjutan
yang mungkin menghambat ovulasi dapat menyebabkan infertilitas. Pada 1-2% individu
dengan ketidakseimbangan estrogen dan progesteron yang kronik, akan meningkatkan
resiko terjadinya kanker endometrium
1.8 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Perdarahan Uterus Disfungsional
Pada dasarnya keseimbangan hormonal akan dicapai dengan pengobatan yang tepat.
Meskipun terapi medikal digunakan pertama kali, lebih dari setengah wanita dengan
menoragia akan melakukan histerektomi dalam waktu 5 tahun di ginekologist. Beberapa
pasien yang menggunakan kontrasepsi transvaginal sebagai manajemen perdarahan
uterus disfungsional dapat mengalami 89-95% perbaikan. Jika kehamilan diinginkan,
infertilitas dapat diatasi dengan obat fertilitas. Sebaliknya, bila kehamilan tidak
bertindak hukum.
Pertanda wanita tersebut tidak hamil,
Dijadikan sebagai batas penghitungan masa iddah bagi wanita subur.
Menjadikannya wajib mandi saat haidnya berhenti.
Haram melakukan hubungan badan pada masa tersebut. Ulama berbeda pendapat tentang
saksi (kaffarat) yang melanggarnya (wajib dan tidak wajib).
ISTIHADHAH
Darah yang mengalir dari kemaluan wanita bukan pada waktunya dan keluarnya dari
urat. (An-Nawawi).
Darah segar yang di luar kebiasaan seorang wanita disebabkan urat yang terputus (AlQurthubi).
Darah yang terus menerus keluar dari seorang wanita dan tidak terputus selamanya atau
terputus sehari dua hari dalam sebulan (Al-Utsaimin)
Tidak wajib, hanya mesti wudhu (Jumhur ulama).
Mandi setiap shalat = sunnah (Empat Imam Mazhab)
Perbedaan antara Darah Istihadlah dengan Darah Haid
Warna
o Haid umumnya hitam, sedangkanIstihadlah umumnya merah segar.
Kelunakan dan Kerasnya
o Haid sifatnya keras dan Istihadlah lunak.
Kekentalan
o Haid kental sedangkan Istihadlah sebaliknya.
Aroma
o Haid beraroma tidak sedap atau busuk.
Batasan Shalat bagi penderita Istihadhah
Dalam Batasan Umum:
Salat wajib dikerjakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan syarak, namun
dalam keadaan khusus, seperti tidak adanya kemampuan karena sakit dan lainnya, misalnya,
tidak mampu ditunaikan dengan berdiri, boleh dilakukan dengan berdiri sambil bersandar, dan
seterusnya sesuai dengan kadar kemampuannya.
Penggunaan Obat utk Mencegah Haid
o Niat, untuk kesempurnaan ibadah haji = mubah.
o Niat,puasa Ramadhan sebulan penuh = makruh, tetapi bagi wanita yang sulit
mengqadhanya pada hari lain = mubah.
o Selain dua alasan di atas, hukumnya tergantung pada niatnya. Bila untuk perbuatan yang
menjurus pada pelanggaran hukum agama = Haram.
FATWA MUI TENTANG PENGGUNAAN PIL PENUNDA HAID
Penggunaan pil anti haid untuk kesempurnaan ibadah haji hukumnya mubah.
Pengunaan pil anti haid dengan maksud agar dapat mencukupi puasa Ramadhan sebulan
penuh, hukumnya makruh, tetapi bagi wanita yang sukar mengqadha puasanya pada hari
Eroschenko, V.P. 2008. Atlas Histologi Difiore. Ed. 11. EGC: Jakarta
Guyton, A.C. 1976. Textbook of Medical Physiology. WB Saunders Company: Philadelphia.
London
Hopkins, Michael P, dkk. 2006. Abnormal Uterine Bleeding. In Glass Office Gynecology. 6th
edition. Lippincott Williams & Wilkins Company
Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia: dari sel ke system. Ed 2. EGC: Jakarta
Sofwan, Achmad. 2012. Sistem Reproduksi. Jakarta: Bagian Anatomi Universitas YARSI Jakarta.
Novak ER, Jones GS, Jones HW. Abnormal Uterine Bleeding. In: Novaks Texbook of
Gynecology 14th edition. Baltimore: The Williams & Wilkins Company; 2007.
Price and Willson. 2005. Patofisiologi. 6th . Jakarta: EGC.
Zuhroni. 2010. Pandangan Islam Terhadap Masalah Kedokteran dan Kesehatan.Jakarta: Bagian
John
"All
About
Menstruation".
WebMD.