You are on page 1of 12

NUTRISIDANMANAJEMENPAKANUDANG

VANNAME(Litopnaeusvannamei)
MAKALAH NUTRISI DAN MANAJEMEN PAKAN UDANG VANNAME (Litopnaeus vannamei)

OLEH :
Eka Satria Darma (11890)
Robin (11661)
Windi Amelia (11756)

JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Hanya milik Tuhan Semesta Alam lautan ilmu, karunia dan segala kemudahan sehingga penyusunan
makalah nutrisi dan manajemen pakan udang vaname ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan
rangkuman kegiatan mata kuliah nutrisi dan manajemen pakan ikan yang dilakukan oleh penyusun
selama kurang lebih satu semester.
Tidak akan terhenti walau tidak akan pernah tercukupi, ucapan terima kasih penyusun kepada dosen
pengampu mata kuliah nutrisi dan manajemen pakan ikan. Terima kasih juga kami sampaikan kepada
semua pihak yang telah banyak membantu baik langsung maupun tidak langsung. Semoga makalah
ini bermanfaat dan memberi tambahan pengetahuan dan wawasan bagi pembacanya.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah nutrisi dan manajemen pakan ikan ini masih
banyak kekurangan sehingga penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.

Yogyakarta, Juni 2011

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman Judul 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang 4
I.2 Metode penyusunan Makalah 8
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
BAB II. PEMBAHASAN
2.1. Sifat Biologi Udang Vanname
2.2. Sistem Pencernaan
2.3. Kebutuhan Nutrisi
2.4. Manajemen pemberian pakan
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh,
pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Nutrisi didapatkan dari makanan dan cairan yang selanjutnya

diasimilasi oleh tubuh. Permintaan nutrisi pakan untuk pertumbuhan berbeda dengan nutrisi untuk
menjalani aktivitasnya. Selain itu juga harus dipertimbangkan usia ikan apakah masih larva, remaja
ataukah sudah tua. Misalnya saja ikan atau udang yang berada dalam masa pertumbuhan, maka ia
membutuhkan lebih banyak protein, kecernaan nutrisi yang cukup tinggi, suplai calcium dan phosphor
yang cukup banyak dan kandungan vitamin yang cukup tinggi. Kualitas pelet sangat dipengaruhi,
selain oleh kualitas bahan pakan penysun pelet serta cara penyimpannya, juga dipengaruhi oleh sifat
phisis. Dalam menyusun formula pakan udang atau ikan pertimbangan yang perlu dilakukan terutama
adalah kandungan protein, lemak atau kalori dan ketersediaan bahan-bahan pakan yang berkualitas
baik dan mudah didapat serta relatif murah harganya.
Udang merupakan komoditas perikanan yang memiliki potensi yang besar karena merupakan produk
ekspor. Sektor budidaya udang saat ini mengalami banyak kendala yakni masalah lingkungan,
penyakit, dan larangan dari negara pengimpor penggunaan bahan antibiotik. Dari segi pengadaan
benih udang berkualitas dinuntut adanya ketersediaan induk udang yang syarat dengan kualitas
prima. Domestikasi kualitas induk udang selain ditentukan oleh perbaikan genetiknya yang
menghasilkanturunan bebas penyakit (SPF) dan tahan penyakit (SPR) juga ditentukan oleh kualitas
nutrisi pakan yang dikonsumsinya. Kualitas pakan yang baik adalah jika ketersediaan nutrisi yang
dikandung oleh pakan tersebut sesuai dengan kebutuhan nutrisi induk udang serta manajemen
pemberian pakan yang tepat perlu diketahui.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana sifat biologi udang vanname?
Sebutkan sistem pencernaan udang vanname?
Sebutkan kebutuhan nutrisi (protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral) dan kebutuhan nutrient
stadi (larva,benih,masa reproduksi,induk) pada udang vanname?
Bagaimana manajemen pemberian pakan pada udang Vanname?
1.3. Tujuan Penulisan makalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah nutrisi dan manajemen
pakan ikan yang dibahas menjadi bahan pembelajaran bagi kami khususnya dan mahasiswa lain
pada umumnya sesuai dengan studi perikanan dalam lingkup baik peternakan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Sifat Biologi Udang Vanname
Udang vanname (Litopnaeus vannamei) merupakan organisme akuatik asli pantai pasifik meksiko,
amerika tengah dan amerika selatan. Udang vannamei memiliki nama umum pacific white shrimp,
camaron blanco, dan longostino. Udang vanamei dapat tumbuh sampai 230 mm/9 inchi. Udang
vanamei menyukai dasar yang berpasir dengan kedalaman sekitar 72 m dari permukaan laut.
Spesies ini memiliki karapas yang bening sehingga warna pada ovary dapat terlihat.
Penggolongan udang vanname menurut Dore dan Frimodt 1987 diacu dalam Muzaki 2004) adalah :
Filum : Anthropoda
Kelas : Crustacea
Subkelas : Eumalacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Penaidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopnaeus vannamei
Bagian tubuh udang vanamei terdiri dari kepala yang bergabung dengan dada (chepalothorax) dan
perut (abdomen). Kepala udang vanamei terdiri dari antenula , antena, mandibula, dan sepasang
maxillae. Kepala udang vanamei juga dilengkapi dengan 5 pasang kaki jalan (periopod) yang terdiri
dari 2 pasang maxillae dan 3 pasang maxiliped. Perut udang vanamei terdiri dar 6 ruas dan juga
terdapat pasang kaki renang (pleopod) serta sepasang uropod (mirip ekor) yang membentuk kipas
bersama-sama telson. Sift udang vanamei aktif pada kondisi gelap dan dapat hidup pada kisaran
salinitas lebar dan suka memangsa sesama jenis (kanibal), tipe pemakan lambat tapi terus menerus
(continous feeder) serta mencari makan lewat organ sensor. Spesies ini memiliki 6 stadia naupli, 3
stadia protozoa, 3 stadia mysis dan stadia post larva dalam siklus hidupnya. Stadia post larva
berkembang menjadi juvenil dan akhirnya menjadi dewasa (Haliman 2005 diacu dalam Pranoto
2007). Udang vanamei juga mempunyai nama F.A.O yaitu whiteleg shrimp, crevette pattes blanches,
dan camaron patiblanco.
Udang vanamei dapat tumbuh sampai 230 mm/9 inchi (Dore dan Frimodt 1987 diacu dalam Muzaki
2004). Udang vanamei menyukai dasar yang berpasir dengan kedalaman sekitar 72 m dari
permukaan laut (Dore dan Frimodt 1987 diacu dalam Muzaki 2004). Pada betina gonad pertama
berukuran kecil, berwarna coklat keemasan atau coklat kehijauan pada musim pemijahan Penaeus
vannamei, biasa juga disebut sebagai udang putih dan masuk ke dalam famili Penaidae. Anggota
famili ini menetaskan telurnya di luar tubuh setelah telur dikeluarkan oleh udang betina. Udang
Penaeid dapat dibedakan dengan jenis lainnya dari bentuk dan jumlah gigi pada rostrumnya. Penaeid
vannamei memiliki 2 gigi pada tepi rostrum bagian ventral dan 8-9 gigi pada tepi rostrum bagian
dorsal (Anonim , 2007). Penaeus vannamei memiliki karakteristik kultur yang unggul. Berat udang ini
dapat bertambah lebih dari 3 gram tiap minggu dalam kultur dengan densitas tinggi (100 udang/m2).
Berat udang dewasa dapat mencapai 20 gram dan diatas berat tersebut, Penaeus vannamei tumbuh
dengan lambat yaitu sekitar 1 gram/ minggu. Udang betina tumbuh lebih cepat daripada udang jantan
(Wyban et al., 1991).
Penaeus vannamei memiliki toleransi salinitas yang lebar, yaitu dari 2 40 ppt, tapi akan tumbuh
cepat pada salinitas yang lebih rendah, saat lingkungan dan darah isoosmotik. Rasa udang dapat

dipengaruhi oleh tingkat asam amino bebas yang tinggi dalam ototnya sehingga menghasilkan rasa
lebih manis. Selama proses post-panen, hanya air dengan salinitas tinggi yang dipakai untuk
mempertahankan rasa manis alami udang tersebut. Temperatur juga memiliki pengaruh yang besar
pada pertumbuhan udang.
Penaeus vannamei akan mati jika tepapar pada air dengan suhu dibawah 15oC atau diatas 33oC
selama 24 jam atau lebih. Stres subletal dapat terjadi pada 15-22 oC dan 30-33oC. Temperatur yang
cocok bagi pertumbuhan Penaeus vannamei adalah 23-30oC. Pengaruh temperatur pada
pertumbuhan Penaeus vannamei adalah pada spesifitas tahap dan ukuran. Udang muda dapat
tumbuh dengan baik dalam air dengan temperatur hangat, tapi semakin besar udang tersebut, maka
temperatur optimum air akan menurun (Wyban et al., 1991).
Udang biasa kawin di daerah lepas pantai yang dangkal. Proses kawin udang meliputi pemindahan
spermatophore dari udang jantan ke udang betina. Peneluran bertempat pada daerah lepas pantai
yang lebih dalam. Telur-telur dikeluarkan dan difertilisasi secara eksternal di dalam air. Seekor udang
betina mampu menghasilkan setengah sampai satu juta telur setiap bertelur. Dalam waktu 13-14 jam,
telur kecil tersebut berkembang menjadi larva berukuran mikroskopik yang disebut nauplii/ nauplius
(Januri, 2008). Tahap nauplii tersebut memakan kuning telur yang tersimpan dalam tubuhnya lalu
mengalami metamorfosis menjadi zoea. Tahap kedua ini memakan alga dan setelah beberapa hari
bermetamorfosis lagi menjadi mysis. Mysis mulai terlihat seperti udang kecil dan memakan alga dan
zooplankton. Setelah 3 sampai 4 hari, mysis mengalami metamorfosis menjadi postlarva. Tahap
postlarva adalah tahap saat udang sudah mulai memiliki karakteristik udang dewasa. Keseluruhan
proses dari tahap nauplii sampai postlarva membutuhkan waktu sekitar 12 hari. Di habitat alaminya,
postlarva akan migrasi menuju estuarin yang kaya nutrisi dan bersalinitas rendah. Mereka tumbuh di
sana dan akan kembali ke laut terbuka saat dewasa. Udang dewasa adalah hewan bentik yang hidup
di dasar laut (Anonim , 2008).
Siklus kidup udang vaname
Udang yang dijadikan sebagai induk (broodstock) sebaiknya bersifat SPF (Specific Pathogen Free).
Udang tersebut dapat dibeli dari jasa penyedia udang induk yang memiliki sertifikat SPF. Keunggulan
udang tersebut adalah resistensinya terhadap beberapa penyakit yang biasa menyerang udang,
seperti white spot, dan lain-lain. Udang tersebut didapat dari sejumlah besar famili dengan seleksi
dari tiap generasi menggunakan kombinasi seleksi famili, seleksi massa (WFS) dan seleksi yang
dibantu marker. Induk udang tersebut adalah keturunan dari kelompok famili yang diseleksi dan
memiliki sifat pertumbuhan yang cepat, resisten terhadap TSV dan kesintasan hidup di kolam tinggi.
Karakteristik induk udang baik yang lain adalah udang jantan dan betina memiliki karakteristik
reproduksi yang sangat bagus. Spermatophore jantan berkembang baik dan berwarna putih mutiara.
Udang betina matang secara seksual dan menunjukkan perkembangan ovarium yang alami. Berat
udang jantan dan betina sekitar 40 gram dan berumur 12 bulan.
Sistem reproduksi Penaeus vannamei betina terdiri dari sepasang ovarium, oviduk, lubang genital,
dan thelycum. Oogonia diproduksi secara mitosis dari epitelium germinal selama kehidupan
reproduktif dari udang betina. Organ reproduksi utama dari udang jantan adalah testes, vasa
derefensia, petasma, dan apendiks maskulina. Sperma udang memiliki nukleus yang tidak
terkondensasi dan bersifat nonmotil karena tidak memiliki flagela. Selama perjalanan melalui vas
deferens, sperma yang berdiferensiasi dikumpulkan dalam cairan fluid dan melingkupinya dalam
sebuah chitinous spermatophore (Wyban et al., 1991).
Proses kawin alami pada kebanyakan udang biasanya terjadi pada waktu malam hari.Tetapi, udang
Penaeus vannamei paling aktif kawin pada saat matahari tenggelam. Spesies Penaeus vannamei
memiliki tipe thelycum tertutup sehingga udang tersebut kawin saat udang betina pada tahap
intermolt atau setelah maturasi ovarium selesai, dan udang akan bertelur dalam satu atau dua jam

setelah kawin (Wyban et al., 2005). Peneluran terjadi saat udang betina mengeluarkan telurnya yang
sudah matang. Proses tersebut berlangsung kurang lebih selama dua menit. Penaeus vannamei
biasa bertelur di malam hari atau beberapa jam setelah kawin. Udang betina tersebut harus
dikondisikan sendirian agar perilaku kawin alami muncul (Wyban et al., 1991).
Dalam usaha pemeliharaan larva udang vanname, perlu adanya pengetahuan tentang sifat udang
vanname, menurut Haliman, (2003), beberapa tingkah laku udang vanname yang perlu kita ketahui
antara lain :
a. Aktif pada kondisi gelap (sifat noktunal)
b. Dapat hidup pada kisaran salinitas lebar (euryhaline)
c. Suka memangsa sesama jenis (sifat kanibal)
d. Tipe pemakan lambat, tapi terus-menerus (continuo feeder)
e. Menyukai hidup di dasar (bentik)
f. Mencari makanan lewat organ sensor (chemoreceptor)

2.2. Sistem Pencernaan


Makanan Crustacea berupa bangkai hewan-hewan kecil dan tumbuhan. Alat pencernaan berupa
mulut terletak pada bagian anterior tubuhnya, sedangkan esophagus, lambung, usus dan anus
terletak di bagian posterior. Hewan ini memiliki kelenjar pencernaan atau hati yang terletak di kepala
dada di kedua sisi abdomen. Sisa pencernaan selain dibuang melalui anus, juga dibuang melalui alat
eksresi disebut kelenjar hijau yang terletak di dalam kepala.
Di dalam satu siklus budidaya, pada saat tertentu udang dapat mengalami penurunan kondisi dan
kualitas yang disebabkan oleh faktor alam (perubahan cuaca, lingkungan) maupun faktor yang
berasal dari dalam tubuh udang itu sendiri (proses moulting). Pada kondisi seperti ini gejala yang
biasanya muncul adalah penurunan nafsu makan udang atau pada kondisi yang lebih parah udang
telah terinfeksi jenis penyakit tertentu. Terjadinya penurunan nafsu makan bagi udang merupakan
indikasi yang perlu dicermati, karena bila tidak segera ditangani dapat menimbulkan masalah yang
serius bagi udang. Penurunan nafsu makan tersebut akan membuat organ pencernaan udang dalam
keadaan kosong dan selanjutnya dapat mengakibatkan penyusutan hepatopancreas sehingga udang
pada kondisi yang lemah dan dapat menyebabkan udang mudah terkena masalah.
Hepathopanchreas dapat diidentikkan dengan lambung udang. Organ ini merupakan pusat dari
pencernaan udang dan terletak di bagian kepala dan pada kondisi normal berbentuk segitiga serta
berwarna kecoklatan. Melalui pengamatan visual dari hepathopanchreas dapat diidentifikasi kondisi
dan kualitas udang yang terkait dengan nafsu makannya. Pada kasus-kasus tertentu organ ini dapat
pula untuk mengidentifikasi tingkat keparahan suatu permasalahan yang menjangkiti udang;
Kondisi normal hepatopanchreas udang diilustrasikan pada gambar di bawah.

2.3. Kebutuhan Nutrisi (Protein, Lemak, Karbohidrat, Vitamin, dan Mineral) pada udang Vanname dan
Kebutuhan nutrient studi larva, Benih, Masa reproduksi, dan Induk
Dalam meningkatkan produksi pada usaha budidaya udang Vannamei untuk memenuhi syarat gizi
diperlukan pakan buatan, yang dimaksud pakan buatan ialah pakan yang diramu dari berbagai
macam bahan. Pakan harus mengandung nutrisi yang lengkap dan seimbang bagi kebutuhan ikan
atau udang. Karena nutrisi merupakan salah satu aspek yang sangat penting, jika makanan yang
diberikan pada ikan mempunyai nilai nutrisi yang cukup tinggi, maka tidak saja memberikan
kehidupan pada ikan tetapi juga akan mempercepat pertumbuhan. Seperti halnya hewan lainnya,
udang juga memerlukan nutrien tertentu dalam jumlah tertentu pula untuk pertumbuhan,

pemeliharaan tubuh dan pertahanan diri terhadap penyakit. Nutrien ini meliputi protein, lemak,
karbohidrat, vitamin dan mineral.
a. Protein
Kebutuhan udang akan protein akan lebih besar dibandingkan dengan organisme lainnya. Fungsi
protein di dalam tubuh udang antara lain untuk :Pemeliharaan jaringan,
Pembentukan jaringan, mengganti jaringan yang rusak, pertumbuhan. Umumnya protein yang
dibutuhkan oleh udang dalam prosentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan lainnya.
Protein merupakan nutrien yang paling berperan dalam menentukan laju pertumbuhan udang.
Kebutuhan udang akan protein berbeda-beda untuk setiap stadia hidupnya, pada stadis larva
kebutuhan protein lebih tinggi dibandingkan setelah dewasa. Hal ini disebakan pada stadia larva
pertumbuha udang lebih pesat dibanding yang dewasa. Disamping itu sumber protein yang
didapatkan oleh udang juga berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan kebiasaan makan dari udang
dimana pada stadia larva mereka cenderung bersifat karnivora. Makanan yang baik bagi udang
Vanname adalah yang mengandung protein paling bagus minimal 30% serta kestabilan pakan dalam
air minimal bertahan selama 3-4 jam setelah ditebar. (Tacon, A. 1987).
Sintesis protein meningkat secara intensif selama proses pematangan gonad dan tentu saja hal ini
membutuhkan protein dalam jumlah dan kualitas yang cukup. Meskipun studi tentang kebutuhan
protein untuk induk udang masih kurang, disarankan bahwa profil asam amino pakan hidup dapat
menyediakan profil asam amino yang mendekati kebutuhan induk itu sendiri. Beberapa studi
menunjukkan bahwa ada peningkatan kandungan protein ovarium yang dikaitkan dengan
perkembangan telur dan pemijahan. Kandungan protein pakan untuk induk berkisar dari 50% hingga
beberapa % lebih rendah dari pakan.
b.Lemak
Lemak merupakan komponen nutrisi penting yang dibutuhkan untuk perkembangan ovarium,
terutama asam lemak tidak jenuh tinggi (n-3 HUFA) dan fosfolipid. Konsentrasi lemak dalam pakan
komersial untuk induk udang berkisar 10% dan ini 3% lebih tinggi dari pakan komersial untuk jenis
grower. Total kandungan lemak dalam pakan dilaporkan tidak begitu penting berpengaruh, namun
diyakini bahwa pakan yang kaya akan kandungan n-3 HUFA (asam eicosapentanoat=EPA dan asam
docosaheksanoat=DHA) ditemukan mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan ovarium,
fekunditas, dan kualitas telur. Kandungan asam arachidonat (20:4n-6) ditemukan tinggi dalam
ovarium udang dan melimpah dalam cacing darah (polychaete), kerang dan simping. Asam lemak n-6
HUFAs ini sebagai prekursor hormon prostaglandin dan memainkan perananpenting dalam proses
reproduksi dan vitellogenesis.Namun pada kenyataannya banyak dijumpai bahwa pakan komersial
yang diformulasikan khusus untuk induk udang masih nampak defisiensi asam arachidonat dan EPA.
Rasio n-3: n-6 HUFA sekitar 3:1 dilaporkan menghasilkan tingkat kematangan reproduksi udang yang
optimum. Kebutuhan 2% fosfolipid dalam pakan disarankan baik untuk proses pematangan induk
udang dan diyakini bahwa komposisi 50% dari total lemak telur adalah fosfolipid. Sumber lemak
dalam bentuk trigliserida selama proses pematangan gonad juga meningkat dalam telur, dan diyakini
nutrisi ini berperan sebagai sumber energi utama dalam reproduksi dan penentu kualitas telur dan
naupli. Lemak mengandung kalori hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan protein maupun
karbohidrat, karena perannya sebagai sumber energi sangat besar meskipun kadarnya dalam
makanannya relatif kecil. Fungsi lemak dalam tubuh udang antara lain :
-Sumber energi
-Membantu penyerapan kalsium dan vitamin A dari makanan
Asam lemak penting bagi udang adalah asam linolenat, asam lemak ini banyak terdapat pada bagian
kepala udang, didalam tubuh udang kelebihan lemak disimpan dalam bentuk trigliserida. Disamping
asam lemak essensial udang juga membutuhkan klesterol dalam makanannya, sebab udang tak
mampu mensintesa nutrien itu dalam tubuh udang. Kolesterol berperan dalam proses moulting.

Penambahan kolesterol di dalam tubuh udang melalui makanan akan sangat berpengaruh pada
kadar kolesterol, kebutuhan kolesterol diperkirakan sebanyak 0,5%.
c. Karbohidrat
Berbeda dengan hewan lainnya karbohidrat dalam tubuh udang tidak digunakan sebagai sumber
energi utama. Kebutuhan udang akan karbohidrat relatif sedikit. Pendayagunaan akan karbohidrat di
dalam tubuh udang tergantung dari jenis karbohidrat. Secara umum peranan karbohidrat di dalam
tubuh udang adalah : Di dalam siklus krebs, Penyimpanan glikogen, Pembentukan zat kitin,
Pembentukan steroid dan asam lemak, Kadar karbohidrat di dalam tubuh udang akan mempengaruhi
kandungan lemak dan protein tetapi tidak mempengaruhi kandungan kolesterol di dalam tubuh.
Kandungan karbohibrat untuk makanan larva udang diperkirakan lebih rendah 20%.
d. Vitamin dan Mineral
Kebutuhan udang akan vitamin relatif lebih sedikit, tetapi kekurangan salah satu vitamin dapat
menghambat pertumbuhan. Tiap-tiap jenis vitamin mempunyai fungsi yang berbeda-beda, secara
umum kegunaan vitamin bagi udang adalah untuk :
Pigmentasi, peranan dari vitamin A (karoten)
Laju pertumbuhan pertumbuhan peranan dari vitamin C
Kelebihan vitamin akan bersifat racun atau antagonis terhadap fungsi fisiologis udang.
Sumber mineral utama bagi udang adalah air laut. Mineral dalam tubuh udang berperan dalam
pembentukan jaringan, proses metabolisme, pigmentasi dan untuk mempertahankan keseimbangan
osmisis cairan tubuh dengan lingkungannya. Kebutuhan udang akan unsur Ca dan P yang optimum
bagi udang diperkirakan 1,2 : 1,0. Kelebihan mineral dalam tubuh akan dapat menurunkan laju
pertumbuhan dan mengganggu pigmentasi udang.
Kebutuhan mineral dan vitamin secara rinci untuk induk udang tidak diketahui, hanya sedikit studi
pada vitamin A, C, dan E. Defisiensi vitamin E berkaitan dengan sperma yang abnormal pada udang
putih Litopenaeus setiferus, dan perbaikan laju penetasan telur telah diamati sejalan dengan
peningkatan vitamin E dalam pakan yang dikaitkan dengan kandungan yang lebih tinggi dalam telur.
Hubungan positif juga diamati antara kandungan alfa-tokoferol dalam pakan dengan kualitas
pemijahan induk dan penetasan naupli L. vannamei. Vitamin E juga berperan sebagai antioksidan
alami dalam kuning telur.
Vitamin ditemukan terakumulasi dalam ovarium udang selama maturasi, yang menyarankan adanya
peran vitamin dalam pakan. Kandungan vitamin C telur udang Fenneropenaeus indicus, dipengaruhi
oleh kandungan vitamin C dalam pakan. Tingginya laju penetasan dikarenakan tingginya kandungan
asam ascorbat dalam telur. Vitamin D juga diduga berperan penting dalam pakan induk dikarenakan
peranannya dalam metabolisme kalsium dan fospor untuk krustase. (Tacon, A. 1987).
Mengenai kebutuhan mineral secara spesifik masih jarang dilakukan, kebanyakan diformulasikan
dalam pakan dalam bentuk mineral campuran (kalsium, fospor, magnesium, natrium, besi, mangan,
dan selinium). Difisiensi atau ketidakseimbangan mineral dapat berpengaruh negatif pada reproduksi
krustase dan berperan dalam resorpsi oosit, penurunan daya reproduksi dan kualitas telur. Tubuh
induk udang vaname ditemukan memiliki kandungan kalsium dan magnesium yang lebih rendah juga
kandungan magnesium yang lebih rendah dalam hepatopankreas, hal ini mungkin dikarenakan
kombinasi defisiensi mineral-mineral tersebut dalam pakan dan hilang saat proses molting dan
transfer energi pematangan gonad. Koper juga ditemukan berkurang di hepatopankreas yang diduga
ditransfer ke ovarium, meskipun kandungan di dalam tubuh induk udang meningkat. Disimpulkan
bahwa masih sangat diperlukan kajian dan berbagai riset dilakukan pada nutrisi mineral dalam pakan
buatan untuk induk udang penaeid.
Selama proses maturasi induk dibutuhkan energi pakan yang dapat menopang perkembangan sel
telur induk udang betina dan sel sperma induk jantan menjadi matang. Sehingga pada tahap
perkembangan telur, pakan menjadi penyumbang nutrisi yang terpenting dan esensial. Apalagi

jikaablasi mata dilakukan dalam rangka untuk mempercepat maturasi induk. Selain protein,
karkohidrat, vitamin dan mineral dalam pakan udang juga membutuhkan:
Karotenoid
Karotenoid, khususnya astaksantin merupakan antioksidan yang paling kuat dan berperan penting
dalam perlindungan cadangan nutrisi induk udang dan perkembangan embrio dari kerusakan karena
oksidasi. Karotenoid juga berperan sebagai agen pigmen dalam embrio dan larva bagi perkembangan
kromatofor dan mata, dan sebagai prekursor vitamin A.
Keberadaan karotenoid dalam pakan sebagai sumber pigmen adalah esensial diperlukan karena
ketidakmampuan udang mensintesis karotenoid. Selama proses pematangan gonad, karotenoid
terakumulasi dalam hepatopankreas. Selama vitelogenesis, karotenoid diangkut ke dalam
hemolimpha sebagai karotenoglikolipoprotein yang terakumulasi dalam telur sebagai bagian dari
protein lipovitelin.
Hormon
Keuntungan pemberian pakan hidup pada induk udang adalah dikarenakan ketersediaan hormon
atau prekusor-prekusor yang dikandungnya. Keberhasilan pemberian biomas artemia untuk pakan
induk udang dikarenakan keberadaan hormon spesifik atau rantai analog peptida dari artemia yang
cocok dan dibutuhkan oleh udang. Keunggulan cacing polikaeta digunakan sebagai pakan untuk
maturasi induk udang dikarenakan kandungan hormon metil farnesoat yang dapat meningkatkan
kinerja reproduksi.
2.4 Manajemen Pemberian Pakan
Program pemberian pakan pada budidaya udang putih merupakan langkah awal yang harus
diperhatikan untuk menentukan baik jenis, ukuran frekuensi dan total kebutuhan pakan selama masa
pemeliharaan (Adiwidjaya et al, 2005). Nutrisi dan pemberian pakan memegang peranan penting
untuk kelangsungan usaha budidaya hewan akuatik. Penggunaan pakan yang efisien dalam usaha
budidaya sangat penting kerena pakan merupakan faktor produksi yang paling mahal
(Haryanti,2003). Oleh karena itu, upaya perbaikan komposisi nutrisi dan perbaikan efisiensi
penggunaan pakan tambahan perlu dilakukan guna menigkatkan produksi hasil perikanan budidaya
dan mengurangi biaya pengadaan pakan, serta meminimalkan produksi limbah pada media budidaya,
sehingga dapat tercipta budidaya udang yang berkelanjutan (Adiwidjaya et al, 2005). Pengelolaan
pakan harus dilakukan sebaik mungkin dengan memperhatikan apa, berapa banyak, kapan, berapa
kali, dimana ikan/udang diberi pakan. Penerapan feeding ragim hendaknya disesuikan dengan
tingkah laku kultivan, serta siklus alat pencernaan guna memaksimalkan penggunaan pakan (Tacon,
A. 1987). Selain itu juga memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. ukuran pakan yang kita berikan
2. jumlah pakan yang diberikan
3. cara pemberian pakan
4. kontrol pakan ( di ancho )
5. sampling
1.ukuran butiran pakan.
Ukuran pakan yang diberikan harus sesuai dengan capit dan mulut udang karena sangat penting
menyangkut efisiensi kestabilan lingkungan.pakan yang terlalu kecil dan terlalu besar,akan berakibat
rendahnya efisiensi, dan akan cepat menurunkan kualitas air.
2. Jumlah pakan.
ditentukan oleh: jumlah tebar,nilai SR (survival rate) ,ukuran udang,dan tingkat feeding ratenya,lama
cek ancho, kualitas air, fasilitas, tetapi untuk udang yang berumur 1 30 hari masih memakai feeding
program. sedangkan kelanjutannya kita menggunakan kontrol ancho, dan cek saat sampling.

3. Cara pemberian pakan.


pada saat pakan no. D 0 S pemberian pakan harus dicampur dengan air agar pemberian pakan rata,
cepat tenggelam, dan tidak berhaburan karena angin.setelah pakan no D0 pakan dibasahi
secukupnya.pakan bisa ditebar keliling tanggul juga bisa dengan memakai rakit tergantung luas petak
dan ketrampilan anak feeder.yang penting pakan jangan sampai tercecer di tanggul,dan harus
tertebar merata di feeding area. Hindari penebaran pakan di dead zone. Pemberian pakan diancho
diberikan setelah pakan selesai ditebar keseluruhan di petak atau kolam . Frekuensi pemberian
pakan, awal kita berikan 3 kali sehari , kemudian 4 kali sehari dan 5 kali sehari. Jam pemberian
pakan.sebaiknya diberikan pkl 07.00, 11.00, 15.00, 19.00, 23.00. diatas jam 23.00 jangan dilakukan
pemberian pakan apapun alasannya karena saat itu kondisi kualitas air menurun, suhu turun, DO
turun, H2S meningkat daya racun karena pH turun dan karyawan mengantuk.
4. Kontrol pakan di ancho.
ancho adalah alat komunikasi harian antara teknisi dengan udang dalam hal jumlah pakan, nafsu
makan, ukuran udang,jumlah udang,kesehatan udang, sehingga ancho harus bagus dan tempatnya
yang datar, dan arusnya jangan terlalu kencang.
Ancho berukuran 80 x 80 x10 cm.
-umur 10 hari ancho sudah diturunkan
-umur 20 hari ancho sudah diberi pakan sekedarnya
-umur 25 hari ancho diberi 0,3 % dikontrol 2-2,5 jam.
Apabila sampai umur 30 hari belum mau makan di ancho,makan pakan harus dipotong sampai 40
%nya.biasanya 2 hari kemudian udang sudah mau makan di ancho dan bisa dikontrol. Usahakan
selang 3 4 hari setelah bisa dikontrol pakan bertahap dinaikkan dan dikembalikan ke porsi pada
saat udang umur 30 hari.kemudian jumlah pakan disesuaikan dengan kemampuan makan udang.
Bila umur 25 hari pakan sudah bisa di kontrol 2,5 jam penambahan pakan jangan mengikuti program
tetapi bisa ditambah max 10 %sehingga pada umur 30 hari kemampuan pakan udang sudah bisa
seperti pada daftar.selanjunya pakan diikuti sesuai kemampuan makan udang dengan lama kontrol
dan persen ancho.Setelah ancho bisa dikontrol selanjutnya mencari titik balance.pakan belum balan
dalam arti masih kurang apabila ke 5 kali pemberian pakan habis semua pada jam kontrol.dan pakan
sudah menunjukan balan bila pakan pada jam 23.00 sudah tidak habis.apabila kondisi sudah begini
penambahan bisa dilakukan per 2 hari sekali.tetapi kontrol ancho tetap 5 kali sehari.
Dalam kondisi urgensi, pakan harus diperkaya dengan :
1. Vitamin ( multi vit, vit B komplek, vit C, vit E )
2. mineral Ca, P, Si, copper,zinc
3. immunostimulan (B glukan,
4. Probiotik ( Bacillus sp )

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam usaha pemeliharaan larva udang vanname, perlu adanya pengetahuan tentang sifat udang
vanname, menurut Haliman, (2003), beberapa tingkah laku udang vanname yang perlu kita ketahui
antara lain :
a. Aktif pada kondisi gelap (sifat noktunal)
b. Dapat hidup pada kisaran salinitas lebar (euryhaline)
c. Suka memangsa sesama jenis (sifat kanibal)
d. Tipe pemakan lambat, tapi terus-menerus (continuo feeder)
e. Menyukai hidup di dasar (bentik)
f. Mencari makanan lewat organ sensor (chemoreceptor)
Makanan Crustacea berupa bangkai hewan-hewan kecil dan tumbuhan. Alat pencernaan berupa
mulut terletak pada bagian anterior tubuhnya, sedangkan esophagus, lambung, usus dan anus
terletak di bagian posterior. Hewan ini memiliki kelenjar pencernaan atau hati yang terletak di kepala
dada di kedua sisi abdomen. Sisa pencernaan selain dibuang melalui anus, juga dibuang melalui alat
eksresi disebut kelenjar hijau yang terletak di dalam kepala.
Penggunaan pakan yang efisien dalam usaha budidaya sangat penting kerena pakan merupakan
faktor produksi yang paling mahal (Haryanti,2003). Oleh karena itu, upaya perbaikan komposisi nutrisi
dan perbaikan efisiensi penggunaan pakan tambahan perlu dilakukan guna menigkatkan produksi
hasil perikanan budidaya dan mengurangi biaya pengadaan pakan, serta meminimalkan produksi
limbah pada media budidaya, sehingga dapat tercipta budidaya udang yang berkelanjutan
(Adiwidjaya et al, 2005). Pengelolaan pakan harus dilakukan sebaik mungkin dengan memperhatikan
apa, berapa banyak, kapan, berapa kali, dimana ikan/udang diberi pakan

DAFTAR PUSTAKA
Adiwidjaya, A., Triyono, Herman, Aris Supramono dan Subiyanto, 2005. Manajemen Pakan dan
Pendugaan Populasi Pada Budidaya Udang. DKP. Ditjen. Perikanan Budidaya. BPBAP. Jepara. 15
hal.
ANONIM , 2007. Penaeus vannamei . Diperoleh dari : http://en.wikipedia.org/wiki/Penaeus_vannamei
(Tanggal akses : 2 Juni 2011)
ANONIM , 2008. Shrimp Farm. Diperoleh dari : http://en.wikipedia.org/wiki/Shrimp _farm (Tanggal

akses : 2 Juni 2011)


Ariawan, K., dkk., 2005. Peningkatan produksi udang merguiensis melalui optimasi dan pengaturan
oksigen. Laporan Tahunan. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau. Jepara.
Ekawati A. 2008. Impor Udang akan Diperketat. http://www.tempointeraktif.com [diakses pada tanggal
2 Juni 2011].
Haliman, Mo, S.B.,., 2003. Mutu induk dan Benih Udang Litopenaeus vannamae Yang Baik. Balai
Besar Riset Perikanan. Budidaya Laut, Gondol-Bali.
Haryanti, 2003. Konsep Breeding Program Udang Intorduksi. Materi pertemuan
Pengembangan Jaringan Perbenihan dan Genetika Udang. DirektoratJenderal Perikanan Budidaya.
Januri. 2004. Pengaruh waktu penirisan dan penyimpanan udang head less (HL) beku terhadap
perubahan berat dalam kaitannya dengan HCCP. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Muzaki A. 2004. Produksi udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada saat penebaran berbeda di
tambak biocrete [skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Tacon, A. 1987. The Nutrition and Feeding of Farmed and Shrimp A Training Manual 3. Feeding
Methods. The Field Document N0. 7/B., FAO-Italy.208 p.
WYBAN, JAMES A., SWEENEY, JAMES N., 1991. Intensive Shrimp Production Technology. The
Oceanic Institute. Hawaii

http://zaedkfc.blogspot.com/2011/06/nutrisi-dan-manajemenpakan-udang.html

You might also like