You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan merupakan suatu proses yang melibatkan perubahan


anatomi dan hormonal. Banyak ibu hamil beranggapan bahwa
kehamilan

tidak

berhubungan

dengan

keadaan

rongga

mulut.

Ternyata kebersihan rongga mulut yang tidak diperhatikan selama


periode kehamilan dapat mengakibatkan kelainan-kelainan di rongga
mulut. Hal tersebut terjadi karena ketidakseimbangan hormon seks
wanita dan adanya faktor-faktor iritasi lokal dalam rongga mulut
selama periode kehamilan.1
Akhir-akhir ini, kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil menjadi
lebih diperhatikan karena banyak ibu hamil berpendapat bahwa
kelainan pada gigi dan mulut yang terjadi selama kehamilan adalah
normal. Pengetahuan ini salah, karena kelainan gigi dan mulut bukan
secara langsung disebabkan karena kehamilan, melainkan karena
kebersihan mulut yang jelek dan kurangnya pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut.

Selama masa kehamilan, pada umumnya sering terjadi perubahan


fisiologis,

seperti

rasa

malas,

manja

dan

nausea

sehingga

mengabaikan kebersihan gigi dan mulut yang dapat mengakibatkan


karies

dan

penyakit

periodontal. 3

Ibu

hamil

umumnya

akan

mengalami refleks muntah karena perubahan sistem gastrointestinal


akibat perubahan hormonal dan pembesaran uterus. Cairan gastrik
yang bersifat asam menyebabkan permukaan gigi terjadi korosif
sehingga giginya menjadi sensitif. Ibu hamil akan mengalami
perubahan hormonal dan fisiologis selama kehamilan. Perubahan
hormonal dan vaskular yang disertai dengan kehamilan akan
memperberat respons gingiva terhadap plak bakteri.

Penyakit periodontal merupakan infeksi rongga mulut yang


dapat mempengaruhi pertumbuhan janin melalui infeksi sistemik dan
peningkatan mediator inflamasi yang turut menyebabkan kelahiran
bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR). 5 Suatu studi dari
Universitas Diponegoro Jawa, Indonesia oleh Santosa dkk. yang
dilakukan pada 57 orang ibu setelah bersalin pada tahun 2009
melalui wawancara dan pemeriksaan indeks kebersihan mulut dan

indeks gingivitis menunjukkan 36,8% orang bayi dengan berat bayi


lahir rendah. Studi ini menunjukkan gingivitis pada ibu hamil
merupakan faktor risiko terjadinya kelahiran BBLR.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan
1. Definisi Kehamilan
Kehamilan berasal dari kata latin graviditas yang berarti
suatu fetus atau embrio yang dikandung di dalam tubuh
seorang wanita.

Kehamilan biasanya berlangsung rata-

rata selama 40 minggu yang dimulai dari hari pertama


menstruasi
normal

terakhir.

berlangsung

Menurut
antara

WHO,
37

masa

42

kehamilan

minggu.

Masa

kehamilan ini dibagi dalam tiga bagian yang sama atau


trimester, yakni: 8,9
Trimester pertama:1 14 minggu
Trimester kedua: 14 30 minggu
Trimester ketiga: 30 40 minggu
2. Perubahan pada Wanita Hamil
Kehamilan pada umumnya merupakan
alamiah

dalam

kehidupan

wanita,

suatu

yang

proses

melibatkan

perubahan hormonal yang kompleks. Efek perubahan


hormonal ini akan menyebabkan perubahan fisik dan
perubahan fisiologis.10,11,12
Perubahan-perubahan ini
(penyesuaian

diri)

merupakan

selama

masa

proses

adaptif

kehamilan

untuk

kebutuhan perkembangan janin dan persiapan untuk


melahirkan. 5,12
Kehamilan melibatkan adaptasi maternal yang meliputi
perubahan-perubahan

fisik

dan

fisiologis.

Perubahan-

perubahan fisiologis yang terjadi, seperti: perubahan


sistem

kardiovaskular,

hematologi,

respirasi,

gastrointestinal, saluran kemih dan endokrin. Perubahan


yang terjadi merupakan hasil dari peningkatan sekresi
hormonal dan pertumbuhan janin.9,12
Perubahan sistem kardiovaskular
Sistem kardiovaskular mengalami perubahan pada masa
kehamilan.

Perubahan

sistem

kardiovaskular

meliputi

posisi dan ukuran jantung, peningkatan volume darah dan

kardiac

output,

penurunan

tekanan

darah

dan

kemungkinan mengalami sindrom supine hipotensi.12,13,14


Uterus
yang
membesar
menyebabkan
diafragma
mengalami elevasi, sehingga jantung bergeser ke atas dan
sedikit ke kiri dengan rotasi pada aksis jantung. Selain itu,
ukuran jantung meningkat sekitar 12% karena peningkatan
volume atau hipertropi otot jantung.13
Perubahan vaskular pada masa kehamilan ditandai dengan
meningkatnya volume darah sekitar 32% dan kardiac
output sekitar 20-40%.10,12 Kardiak output sangat sensitif
terhadap

perubahan

posisi

tubuh.

Sensitivitas

ini

meningkat seiring dengan usia kehamilan, karena uterus


menekan vena kava inferior, sehingga terjadi penurunan
aliran darah balik ke jantung. Peningkatan kardiak output
menyebabkan denyut nadi meningkat 10-20 denyutan per
menit sebagai proses adaptasi maternal. 12,13
Penurunan tekanan darah terjadi pada

trimester

pertama.12,13 Tekanan darah dapat menurun baik pada


sistolik

maupun

diastolik.

Tekanan

darah

sistolik

mengalami sedikit perubahan, namun tekanan darah


diastolik menurun 5-10 mmHg pada minggu ke 12-28
kehamilan. Setelah minggu ke 36 kehamilan, tekanan
darah akan meningkat seperti keadaan normal. 13
Sindrom supine hipotensi adalah keadaaan

yang

mempengaruhi hampir 8% wanita hamil dan biasanya


terjadi pada trimesrter ketiga. Sindrom ini diakibatkan
karena penekanan uterus pada vena kava inferior dan
terhalangnya venous return ke jantung pada saat posisi
terlentang. Keadaan ini menyebabkan penurunan tekanan
darah dan kehilangan kesadaran.10,12
Perubahan sistem respirasi
Perubahan sistem respirasi
diperlukan

untuk

pada

pertumbuhan

janin

masa

kehamilan

dan

kebutuhan

oksigen maternal. Perubahan sistem respirasi meliputi


perubahan kebutuhan oksigen, dyspnea (sesak nafas) dan
peningkatan volume tidal.12

Kebutuhan

oksigen

berubah

pada

masa

kehamilan.

Kebutuhan oksigen wanita hamil akan meningkat sebesar


20 % dan persediaan oksigen cadangan akan berkurang.
Hal ini akan menyebabkan wanita hamil rentan mengalami
hipoksia.12
Produksi hormon

seks wanita yang meningkat akan

mempengaruhi mukosa saluran respirasi. Hal ini ditandai


dengan adanya pembesaran pada nasofaring, laring,
trakhea dan bronkus. Keadaan tersebut menyebabkan
perubahan

suara

dan

pernafasan

melalui

hidung

mengalami gangguan. Oleh karena itu, keluhan dyspnea


sering dijumpai pada wanita hamil.11,12,14
Peningkatan volume tidal disebabkan oleh uterus menekan
diafragma

ke

menyebabkan

atas.

Pergeseran

kapasitas

paru

diafragma
total

ini

akan

menurun

4-5%.

Kapasitas residu fungsional, volume residu, dan volume


cadangan respirasi mengalami penurunan sekitar 20%.
Volume tidal yang lebih besar dan volume residu yang
menurun menyebabkan peningkatan ventilasi alveolar
sebesar 65% pada masa kehamilan. Selain itu, kapasitas
inspirasi meningkat 5-10%.13
Perubahan hormonal juga menyebabkan

pembesaran

mukosa saluran respirasi. Pernafasan melalui hidung akan


semakin sulit, sehingga wanita hamil cenderung bernafas
dengan mulut, terutama pada malam hari. Hal ini akan
menyebabkan

terjadinya

xerostomia.11

Insidensi

xerostomia pada wanita hamil adalah sekitar 44%. 15


Xerostomia ini akan meningkatkan frekuensi karies gigi. 11
Perubahan sistem hematologi
Perubahan sistem hematologi

yang

terjadi

adalah

peningkatan volume darah, anemia dan peningkatan


faktor koagulan, kecuali faktor XI dan XIII. 12,13 Peningkatan
volume darah diperlukan untuk mengkompensasi aliran
darah ke uterus, kebutuhan

metabolisme

fetus

dan

peningkatan perfusi pada organ lain terutama ginjal. 13


Anemia yang terjadi pada wanita hamil disebabkan karena
peningkatan jumlah volume darah yang lebih besar

daripada jumlah volume sel darah merah. Faktor koagulan


VIII-X akan meningkat, namun faktor XI dan XIII akan
menurun pada wanita hamil. Dengan demikan, kehamilan
merupakan

suatu

keadaan

hiperkoagulasi.

Keadaan

hiperkoagulasi ini akan meningkatkan resiko terjadinya


trombosis.12,13,14
Perubahan sistem gastrointestinal
Perubahan
sistem
gastrointestinal

terjadi

karena

perubahan hormonal dan akibat pembesaran uterus.


Perubahan tersebut terlihat dengan adanya nausea (rasa
mual) dan muntah.12
Nausea dan muntah terjadi pada awal kehamilan yang
dimulai dari 5 minggu setelah menstruasi terakhir dan
puncaknya terjadi sekitar 8-12 minggu. Setelah itu,
gejalanya

akan

perlahan-lahan

menurun.

Hal

ini

disebabkan karena kadar estrogen dan progesteron yang


meningkat. Nausea yang berlebihan akan menyebabkan
hiperemesis. Insidensi hiperemesis hanya terjadi sekitar
1%

pada

wanita

menyebabkan

hamil.12 Selain

ptyalism

itu,

nausea

(hipersalivasi).

dapat

Hipersalivasi

disebabkan karena kemampuan wanita hamil yang nausea


untuk menelan saliva menjadi berkurang.11
Peningkatan
hormon
gastin
akan
peningkatan

volume

lambung

dan

menyebabkan
penurunan

pH

lambung.13 Selain itu, pembesaran uterus menyebabkan


peningkatan
Keadaan

ini

tekanan
akan

intragastrik
menyebabkan

(gastric

reflux). 12,13

terjadinya

pyrosis

(heartburn). Insidensi heartburn terjadi kira-kira 32-50%


pada wanita hamil.12
Perubahan sistem saluran kemih
Perubahan sistem saluran kemih meliputi peningkatan
jumlah filtrasi glomerulus (GFR), perubahan biokimia pada
urin dan darah, dan infeksi saluran kemih. Peningkatan
aliran plasma ginjal sekitar 50-80% dan pada GFR sekitar
50%. Peningkatan ini sebagai akibat dari peningkatan
volume darah. Peningkatan GFR dan lemahnya kapasitas
resorbsi

tubuler

untuk

menfiltrasi

glukosa

akan

menyebabkan terjadinya glukosuria. Peningkatan glukosa


dalam urin akan meningkatkan insiden infeksi saluran
kemih.12,13
Perubahan sistem endokrin
Hormon seks wanita yang utama diproduksi oleh plasenta,
yaitu: estrogen, progesteron dan gonadotrophin. Hormonhormon ini berpengaruh terhadap perubahan-perubahan
fisiologis pada masa kehamilan. Estrogen dan progesteron
adalah hormon antagonis dari insulin. Meningkatnya kedua
hormon ini akan menyebabkan hormon insulin menjadi
resisten, sehingga hormon insulin akan meningkat sebagai
proses homeostatik. Akan tetapi, sekitar 45% wanita hamil
tidak

mampu memproduksi

hormon

insulin sehingga

keseimbangan tidak terjadi. Keadaan ini meningkatkan


resiko terjadinya diabetes gestational, terutama pada
wanita yang mengalami obesitas dan memiliki riwayat
penyakit diabetes mellitus tipe II.12 Diabetes gestational
biasanya

terdeteksi

pada

masa

trimester

kehamilan.14
B. Hubungan Kehamilan dengan Rongga Mulut
Kehamilan
melibatkan
perubahan-perubahan

ketiga

hormonal

kompleks yang menyebabkan perubahan-perubahan fisiologis


pada

hampir

seluruh

Perubahan-perubahan

tubuh,
ini

termasuk

dapat

rongga

meningkatkan

mulut.1
resiko

terjadinya penyakit mulut. Peningkatan resiko terjadinya


penyakit mulut pada wanita hamil disebabkan oleh beberapa
faktor, seperti:
1. Refleks muntah (gagging)
Pada trimester pertama kehamilan, beberapa wanita hamil
sulit

menyikat

gigi

karena

sikat

gigi

atau

pasta

gigi

merangsang refleks muntah. Hal ini menyebabkan penyikatan


gigi sulit dilaksanakan, sehingga meningkatkan frekuensi
karies gigi.16
2. Nausea dan muntah
Insiden nausea dan muntah sekitar 50-90% pada trimester
pertama kehamilan. Muntah-muntah yang berkepanjangan
dapat menyebabkan permukaan lingual dari gigi anterior

terpapar asam lambung dan pH saliva berubah sehingga


meningkatkan frekuensi karies gigi.4,16
3. Perubahan pola makan
Kehamilan dapat mengubah selera makan dan pola makan
(kebiasaan mengidam). Pada umumnya nafsu makan
wanita hamil akan meningkat. Hal ini menjadi penyebab
diet

makanan

menjadi

tidak

seimbang.

Selain

itu,

kebiasaan memakan makanan berkadar gula tinggi dalam


waktu yang lama akan meningkatkan frekuensi karies
gigi.16,17
4. Rasa Takut
Keadaan gingiva yang lebih sensitif terhadap pendarahan
dan rasa sakit dapat mempengaruhi wanita hamil untuk
menjadi takut menggosok gigi. Keadaan ini menyebabkan
poket periodontal semakin dalam.4
Sebagian wanita hamil merasa takut untuk melakukan
kunjungan ke dokter gigi. Hal ini akan memperpanjang
waktu pengabaian diet yang tidak seimbang, akibatnya
terjadi peningkatan konsumsi karbohidrat berfermentasi
selama kehamilan.17
5. Perubahan perilaku / kebiasaan
Frekuensi

kebersihan

mulut

yang

berkurang

dapat

disebabkan karena kelelahan atau rasa malas, nausea


pada

saat

menyikat

gigi,

kekhawatiran

tentang

kecenderungan meningkatnya pendarahan gingiva saat


menyikat gigi.16,17 Kebiasaan mengabaikan kebersihan gigi
dan mulut ini dapat berakibat terjadinya peningkatan
frekuensi karies dan penyakit periodontal.4
Hal-hal di atas menunjukkan bahwa pada wanita hamil
terjadi

perubahan

fisiologis

yang

disertai

dengan

perubahan sikap dan perilaku yang tidak biasa. Oleh


karena itu, penyakit mulut yang terjadi pada masa
kehamilan

bukan

semata-mata

dipengaruhi

oleh

kehamilan, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor sikap


dan perilaku wanita hamil. Penyakit mulut ini tidak hanya
mempengaruhi
melainkan

kondisi

juga

rongga

mulut

mempengaruhi

perkembangan janin.

wanita

pertunbuhan

hamil,
dan

C. Efek Kehamilan terhadap Kesehatan Rongga Mulut


Kehamilan menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh
dan termasuk juga di rongga mulut.1 Hal ini dapat terlihat
terutama pada gingiva. Perubahan ini dipengaruhi oleh
perubahan pada sistem hormonal dan vaskular bersamaan
dengan faktor iritasi.10 Efek kehamilan terhadap kesehatan
rongga mulut meliputi gingivitis kehamilan, tumor kehamilan,
erosi gigi, dan karies gigi.
1. Ginggivitis Kehamilan
Gingivitis kehamilan adalah peradangan gingiva pada
wanita hamil. Prevalensi gingivitis kehamilan terjadi sekitar
60-75%.18 Keadaan ini disebabkan karena meningkatnya
hormon seks wanita dan biasanya tidak terjadi tanpa
keberadaan iritan lokal.19-21 Oleh karena itu, kehamilan
bukanlah penyebab langsung dari gingivitis kehamilan,
tetapi perubahan metabolisme jaringan pada kehamilan
yang

memperburuk

respons

gingiva

terhadap

iritan

lokal.10,21

Gambar 1. Gingivitis Kehamilan18


Gingivitis
kehamilan

kehamilan
dan

terlihat

mencapai

sejak

bulan kedua

puncaknya

pada

dari
bulan

kedelapan.10,21 Secara klinis, gingivitis kehamilan sangat


bervariasi. Distribusi peradangan biasanya generalisata,
dan cenderung lebih menyolok pada sisi interproksimal
daripada sisi vestibular dan oral. 21 Gingiva yang terlibat
berwarna merah terang, lunak, mudah tercabik, dengan
permukaan yang licin dan berkilat. Pendarahan gingiva

bisa terjadi secara spontan atau disebabkan oleh iritasi


ringan, seperti gingiva cenderung berdarah pada saat
menyikat

gigi.19-21

Kadang-kadang,

penderita

akan

mengalami sedikit rasa sakit.10


2. Tumor Kehamilan (Granuloma Pyogenik)
Tumor kehamilan adalah lesi peradangan hiperplastik yang
lunak. Prevalensi tumor kehamilan terjadi sekitar 1,8-5 %. 18
Keadaan ini disebabkan karena meningkatnya hormon
seks wanita, iritasi lokal dan bakteri.10,22 Tumor kehamilan
sebenarnya

bukanlah

neoplasma,

melainkan

respon

inflamatoris terhadap iritan lokal yang dimodifikasi oleh


kondisi pasien.21

Gambar 2. Tumor Kehamilan18


Tumor kehamilan biasanya terlihat pada trimester ketiga
kehamilan, tetapi bisa juga terjadi lebih cepat.21,22 Secara
klinis, tumor kehamilan terlihat seperti massa bulat dan
pipih berwarna merah keunguan sampai merah kebiruan
yang

menjulur

dari

tepi

gingiva

atau

dari

ruang

interproksimal.10,21 Lesi ini biasanya terjadi di sekitar


daerah papilla interdental dan pada daerah-daerah yang
terdapat iritan lokal.23 Lesi ini lebih sering terjadi pada
rahang atas terutama di sisi vestibular pada daerah
anterior dan dapat membesar menutupi mahkota gigi. Lesi
ini biasanya tidak disertai nyeri sakit, namun jika lesi
berbentuk

besar

dapat

menyebabkan

ulserasi

yang

disertai nyeri sakit. Selain itu, tumor kehamilan mudah


berdarah jika terkena injuri.18,21
Meskipun tumor kehamilan berkurang besarnya secara
spontan setelah persalinan, penyingkiran lesi ini secara
tuntas

memerlukan

penyikiran

semua

bentuk

iritan

lokal.21,22
3. Erosi Gigi
Erosi enamel adalah kerusakan gigi pada bagian enamel.
Selama masa kehamilan, rongga

mulut lebih sering

terpapar pada asam lambung akibat rasa mual dan


muntah yang dapat merusak dental enamel. 19 Keadaan ini
biasanya terjadi pada bagian palatal dari anterior rahang
atas. Erosi gigi lebih sering dialami oleh wanita hamil yang
mengalami hyperemesis gravidarum.18

a.

Gambar 3. Erosi Gigi19


4. Karies Gigi
Definisi
Dental decay atau karies berasal dari bahasa latin yaitu caries yang artinya

kebusukan. Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan
larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan
sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat
sehingga timbul destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya terjadi
kavitas. 23

Gambar 4. Dental decay

b. Etiologi
Karies gigi disebabkan oleh 4 faktor/komponen yang saling
berinteraksi yaitu:
1) Komponen dari gigi dan air ludah (saliva) yang meliputi: komposisi gigi,
morfologi gigi, posisi gigi, pH saliva, kuantitas saliva, kekentalan saliva.
2) Komponen mikroorganisme yang ada dalam mulut yang mampu
menghasilkan asam melalui peragian yaitu: Streptococcus, Lactobasillus.
3) Komponen makanan, yang sangat berperan adalah makanan yang
mengandung karbohidrat misalnya sukrosa dan glukosa yang dapat
diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam.
4) Komponen waktu: kemampuan saliva untuk meremineralisasi selama
proses karies, menandakan bahwa roses tersebut terdiri atas periode
perusakan dan perbaikan yang silih berganti, sehingga bila saliva berada
dalam lingkungan gigi, maka karies tidak akan menghancurkan gigi dalam
c.

hitungan hari atau minggu, melainkan dalam hitungan bulan.24


Stadium
- Karies superfisialis, dimana karies baru mengenai email saja, sedang
dentin belum terkena.

Karies media, dimana karies sudah mengenai dentin, tapi belum


mengenai setengah dentin.

Karies profunda, dimana karies sudah mengenai lebih dari setengah


dentin dan kadang-kadang mengenai pulpa. 23

d. Patofisiologi

Enamel adalah jaringan keras yang kaya akan mineral. Karies dapat
terjadi pada enamel melalui proses kimiawi yaitu lingkungan asam yang
diproduksi oleh bakteri. Gula akan dicerna oleh bakteri dan energy yang
dihasilkan akan dipakai bakteri untuk memproduksi asam laktat. Asam laktat
akan menyebabkan demineralisasi kristal hidroksiapatit pembentuk enamel.
Karies enamel yang tidak ditangani dapat berkembang menjadi karies dentin.
25

Dentin terdiri dari saluran-saluran mikroskopis (tubula dentin) yang


menghubungkan pulpa dengan enamel. Bentukan tubula dentin inilah yang
menyebabkan karies dentin berkembang lebih cepat. Ketika ada infeksi
bakteri, dentin menghasilkan immunoglobulin sebagai mekanisme pertahanan.
Sementara itu juga terjadi peningkatan mineralisasi di dentin.Kedua keadaan
ini menyebabkan konstriksi tubula dentin sehingga penyebaran bakteri
terhalang. Bila demineralisasi terus berlangsung, karies dapat berkembang ke
profunda dan mencapai rongga pulpa.25
e.

Klasifikasi
Karies gigi bisa diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan kedalamannya.
1) Karies berdasarkan lokasi permukaan kunyah dapat dibagi :
a) Karies oklusal
b) Karies labial
c) Karies bukal
d) Karies palatal/lingual
e) Karies aproksimal
f) Karies kombinasi (mengenai semua permukaan)
2) Pembagian lain dari karies berdasarkan lokasi:
a) Karies yang ditemukan di permukaan halus
Ada tiga macam karies permukaan halus:
1.

Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit dideteksi; tidak


dapat dideteksi secara visual atau manual dengan sebuah

2.

explorer gigi; memerlukan pemeriksaan radiografi.


Karies akar adalah tipe karies yang sering terjadi; terbentuk
ketika permukaan akar telah terbuka karena resesi gusi. Bila
gusi sehat, karies ini tidak akan berkembang karena tidak dapat
terpapar oleh plaque bakteri. Permukaan akar lebih rentan
terkena proses demineralisasi daripada enamel atau email
karena sementumnya demineralisasi pada pH 6.7, di mana lebih
tinggi dari enamel. Gigi geraham atas adalah lokasi tersering

dari karies akar.


3. Karies celah atau fisura.
b) Karies berdasarkan kedalamannya
i) Karies superficial, karies yang hanya mengenai email.

ii) Karies media, mengenai email dan telah mencapai setengah


dentin
iii) Karies profunda, mengenai lebih dari setengah dentin dan
bahkan menembus pulpa.25
f.

Diagnosis
1) Karies dini/karies email tanpa cavitas yaitu karies yang pertama terlihat
secara klinis, berupa bercak putih setempat pada email.
Anamnesis

: terdapat bintik putih pada gigi

Pemeriksaan Objektif

: ekstra oral tidak ada kelainan

Intra oral

: kavitas (-) , lesi putih (+)

Terapi

: pembersihan gigi, diulas dengan flour edukasi


pasien/ Dental Health Education

2) Karies dini/karies email dengan kavitas yaitu karies yang terjadi pada
email sebagai lanjutan dari karies dini.
Anamnesa

: gigi terasa ngilu

Pemeriksaan objektif

: ekstra oral tidak ada kelainan

Intra oral

: kavitas (+) baru mengenai email

Terapi

: dengan penambalan

3) Karies dengan dentin terbuka/dentin hipersensitif yaitu peningkatan


sensitivitas akibat terbukanya dentin.
Anamnesa

: - kadang-kadang terasa ngilu saat makan, minum

air
dingin
- rasa ngilu hilang setelah rangsangan
dihilangkan
- tidak ada rasa sakit spontan

g.

Pemeriksaan objektif

: ekstra oral tidak ada kelainan

Intra oral

: kavitas mengenai email

Terapi

: dengan penambalan.25

Terapi
Penataksanaan karies gigi ditentukan oleh stadium saat karies terdeteksi:
1) Penambalan (filling) dilakukan untuk mencegah progresi karies lebih
lanjut. Penambalan biasa yang dilakukan pada karies yang ditemukan
pada saat iritasi atau hiperemia pulpa.
2) Perawatan saluran akar (PSA) atau rootcanaltreatment dilakukan bila
sudah terjadi pulpitis atau karies sudah mencapai pulpa. Setelah dilakukan
PSA, dibuat restorasi.

3) Ektraksi gigi merupakan pilihan terakhir dalam penatalaksanaan karies


gigi, ekstraksi yang telah diekstraksi perlu diganti dengan pemasangan
gigi palsu (denture), implant atau jembatan (brigde).25
Pencegahan karies gigi:
1) Menjaga kebersihan mulut (oral hygiene) dengan baik dengan menggosok
gigi dengan benar dan teratur, flossing, obat kumur (mouthwash),
memeriksakan gigi 2 kali setahun.
2) Diet rendah karbohidrat
3) Fluoride melalui pasta gigi, mouthwash, suplemen, air minum, gel
fluoride.
4) Penggunaan pit andfissuresealant (dentalsealant).
D. Efek Kesehatan Rongga Mulut terhadap Kehamilan
Berbagai penelitian menunjukkan hubungan antara penyakit
periodontal dengan kehamilan, berupa persalinan dini, yaitu
masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan bayi dengan
berat

lahir

hubungan

rendah
ini

(BBLR).11-13,18

adalah

penelitian

Bukti

pertama

Galloway

adanya

(1931)

yang

menunjukkan adanya efek infeksi bakteri dari penyakit


periodontal terhadap wanita hamil dan perkembangan fetus.19
Offenbacher dkk melakukan penelitian pada 93 wanita hamil
yang melahirkan BBLR. Dengan memperhitungkan faktor
resiko

lain

seperti:

merokok,

konsumsi

alkohol,

penyalahgunaan obat, frekuensi perawatan prenatal, paritas


dan infeksi saluran kemih, ditemukan adanya hubungan yang
signifikan antara BBLR dengan penyakit periodontal. Wanita
hamil dengan periodontitis mempunyai resiko tujuh kali lebih
besar daripada wanita hamil tanpa periodontitis

untuk

melahirkan BBLR.15,23
Penelitian Offenbacher dkk selanjutnya menemukan bahwa
kadar PG2 lebih tinggi pada wanita yang melahirkan bayi
dengan BBLR. Selain itu, mereka juga menemukan bakteri
patogen periodontal, yaitu B. forsythus, P. Gingivalis, T.
denticola dan A. Actinomyecetemcomitans pada wanita hamil.
Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara penyakit
periodontal dengan kelahiran BBLR.15,23
Penyakit periodontal disebabkan oleh bakteri anaerob gram
negatif.

Toxin

dari

bakteri

ini

berupa

endotoksin

lipopolisakarida (LPS), yang akan mencapai uterus melalui


aliran darah dan merangsang respon inflamatori jaringan
periodontal.18 Proses ini akan menimbulkan bakterimia. Oleh
karena itu, LPS akan memicu mediator inflamatori pada organ
sistemik dan jaringan periodontal, terutama sitokinin, tumor
nekrosis faktor (TNF-), interleukin (IL-1), dan prostaglandin
(PGE2) yang dapat mempengaruhi kehamilan.19,23 Mediator
ini

dapat

membahayakan

unit

fetoplasenta

dengan

menimbulkan kontraksi otot rahim dan dilatasi leher rahim.


Keadaan ini meningkatkan resiko kelahiran BBLR.12,19
Pada kenyataannya, perawatan penyakit periodontal telah
dibuktikan dapat mengurangi resiko kelahiran BBLR. Selain
itu,

penelitian

lain

juga

menunjukkan

efek

penyakit

periodontal terhadap kehamilan berupa resiko terjadinya preeklampsia. Akan tetapi, ada juga penelitian yang masih
mempertanyakan

adanya

hubungan

antara

penyakit

periodontal dengan kehamilan.12,15,18


E. Hubungan Karies Dentin dengan Kehamilan
Pada umumnya ibu hamil dinyatakan sehat tetapi tidak perlu
dipungkiri bahwa mereka menolak perawatan gigi dan mulut
karena mereka hamil, namun kehamilan yang sehat juga
dapat

menyebabkan

perubahan

besar

terkait

dengan

meningkatnya hormon estrogen dan progesterone, perubahan


fisiologi anatomi dan metabolisme, perubahan dalam rongga
mulut dan menurunnya immunocompetence host sehingga
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi oral. 11 Meskipun
perubahan dari sistem organ ibu hamil adalah hal yang
normal, mereka memerlukan pertimbangan dan penyesuaian
dalam

perawatan

dan

pengobatan

dokter

gigi

yang

memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.12


Terjadinya perubahan dalam rongga mulut

saat

kehamilan seperti timbulnya karies dan penyakit periodontal


membutuhkan waktu, namun risiko meningkatnya karies dan
penyakit periodontal ada beberapa faktor :
- Meningkatnya frekwensi dan waktu makan
- Berkurangnya frekwensi kebersihan gigi dan mulut karena
kelelahan, mual pada saat menyikat gigi dan terjadinya
perdarahan

gingiva.13

Muntah

berkepanjangan

dapat

berdampak pada perkembangan karies. Telah dicatat 70 %


dari ibu hamil mengalami mual dan muntah dimulai pada
minggu 4-8 asam lambung dimuntahkan dapat berkontak
langsung dengan permukaan gigi sementara aliran saliva
tidak mampu menghambat asam terutama dengan lesi email
yang baru terbentuk dengan cepat melarutkan permukaan
yang rapuh menyebabkan perkembangan lesi dari tidak
terbentuknya kavitas menjadi kavitas dan biasanya berhenti
pada minggu
Association

ke 16. Oleh karenanya

American Dental

merekomendasikan agar semua ibu hamil

mendapatkan pemeriksaan gigi dan pengobatan infeksi


rongga mulut hal ini dilakukan untuk

mencegah terjadinya

kehamilan yang tidak diingikan .12.13.14


Dari sekian faktor penyebab kehamilan
menimbulkan

efek

terhadap

kelahiran

yang

dapat

penyakit

infeksi

merupakan salah satu faktor termasuk karies gigi dan


penyakit periodontal, meskipun hubungan kausalnya belum
dapat diketahui secara pasti namun ada beberapa metode
penjelasan mengenai infeksi periodontal dapat memediasi
efek sistemik melalui satu atau lebih dari mekanisme berikut
ini:8,16
Perpindahan bakteri patogen periodontal ke bagian
plasenta janin
- Vaginosis bakterial
- Periodontal sebagai reservoir Lipopolisakarida (LPS)
- Periodontal sebagai reservoir mediator inflamasi
Penelitian di bidang epidemiologi menunjukkan adanya infeksi
oral seperti gingivitis dan periodontitis merupakan sumber
infeksi dan inflamasi yang signifikan selama kehamilan, ibu
yang melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) akan
memberikan pandangan mekanisme dan penjelasan yang
kuat mengenai adanya hubungan sebab akibat terinfeksinya
ibu hamil oleh patogen periodontal dapat menimbulkan efek
merusak terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup
janin.17
Penelitian

yang

dilakukan

pada

ibu

periodontal yang melahirkan BBLR

dengan

penyakit

menunjukkan

efek

meningkatnya kadar Endotelin-1 atau disfungsi endotel pada

darah tali pusat bayi sebagai vasokonstriksi kuat endotel


yang menghasilkan sitokin (IL-1) pada darah tali pusat dan
cairan krevikular gingiva sebagai mediator inflamasi yang
dapat menyebabkan perubahan besar pada bentuk plasenta,
terutama pada daerah yang berfungsi krisis dalam pertukaran
zat gizi antara ibu dan janin, yang pada akhirnya merusak
pertumbuhan janin dan kelangsungan hidup janin sehingga
menyebabkan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah
(BBLR)17

.Meskipun

bukti

tentang

hubungan

penyakit

periodontal dan kelahiran BBLR dari sejumlah penelitian


masih terdapat perbedaan.17
F. Kesehatan Gigi dan Mulut pada Masa Kehamilan
Masalah kesehatan gigi dan mulut yang tidak ditangani pada
masa kehamilan dapat mempengaruhi kesehatan wanita
hamil dan janinnya.24 Salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap masalah kesehatan gigi dan mulut adalah faktor
perilaku masyarakat terhadap pencegahan penyakit gigi dan
mulut.10,17 Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut pada masa kehamilan perlu diperhatikan. 10
Adanya kerusakan gigi atau penyakit periodontal di rongga
mulut

akan

menimbulkan

berbagai

gangguan.

Untuk

mencegah timbulnya gangguan di rongga mulut pada masa


kehamilan, perlu diciptakan kebersihan mulut yang optimal.
Pelaksanaan program kontrol plak penting dilakukan untuk
mencegah peradangan pada gingiva akibat iritasi lokal,
gangguan keseimbangan hormonal dan kelainan-kelainan di
rongga mulut pada masa kehamilan.10
Hal yang perlu ditekankan kepada wanita hamil dalam
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut agar terhindar dari
penyakit gigi dan mulut selama masa kehamilan, adalah
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada masa kehamilan
tidak hanya untuk kepentingan kesehatan wanita hamil,
tetapi juga untuk kesehatan janin.10,16
Ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan

dalam

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut agar terhindar dari


penyakit gigi dan mulut selama masa kehamilan, yaitu:
1. Menyikat gigi, penggunaan benang gigi (dental floss) dan
obat kumur Menyikat gigi dan penggunaan benang gigi

(dental floss) dilakukan setelah makan dan sebelum tidur,


dilanjutkan dengan berkumur dengan larutan antiseptik. 24,25
Menyikat gigi dilakukan setiap hari. Lama penyikatan gigi
sekitar dua menit. Pemakaian sikat gigi diganti dengan yang
baru setiap tiga bulan untuk menghindari iritasi jaringan
lunak mulut seperti gusi, yang dapat mengakibatkan infeksi
bakteri. Selain itu, pasta gigi yang digunakan sebaiknya
mengandung flourida untuk mencegah terjadinya kerusakan
gigi.10,16
Apabila refleks muntah (gagging) timbul pada saat menyikat
gigi, maka penggunaan gel fluoride (seperti 1,23% NaF)
dianjurkan. Gel fluoride mengandung sedikit pemanis dan
tidak ada agen busa sehingga sesuai digunakan jika rasa
manis atau busa pasta gigi sebagai faktor yang menimbulkan
masalah gagging.16,26
Penggunaan benang gigi (dental floss) dianjurkan untuk
membersihkan daerah interdental gigi dari sisa-sisa makanan,
sedangkan obat kumur larutan antiseptik untuk mengurangi
prevalensi karies gigi dan pembengkakan gusi. 16,17 Obat
kumur yang digunakan dapat berupa obat kumur yang
mengandung kombinasi 0,05% sodium flourida dan 0,12%
klorheksidin pada enam bulan pertama masa kehamilan
hingga persalinan.25
Plak gigi hanya dapat disingkirkan jika penyikatan gigi
terlaksana secara efektif. Lamanya waktu sikat gigi dan usia
sikat gigi sangat mempengaruhi keefektifan penyikatan gigi.
Namun, plak gigi juga dapat terbentuk lagi dalam waktu 1
sampai 3 menit sesudah menyikat gigi. Untuk menghambat
pembentukan
antiseptik

plak

setelah

kembali,

penggunaan

menyikat

gigi

bisa

obat

dipercaya

kumur
untuk

mengurangi plak secara kimiawi. Pendapat ini didukung oleh


hasil penelitian di Amerika Serikat yang menyatakan bahwa
penggunaan
penyikatan

obat
gigi

kumur

dan

sebagai

dental

floss

penunjang
dapat

dalam

mengurangi

pembentukan plak sekitar 20% dibandingkan dengan hanya


melakukan penyikatan gigi dan dental floss.27

2.

Berkumur- kumur setelah refluks lambung atau setelah

emesis (muntah - muntah)


Refluks lambung atau emesis membawa HCl dengan pH 1-1,5
sehingga pH dalam rongga mulut menurun dan berubah
menjadi asam.16 Pada keadaan ini, dianjurkan untuk mencuci
mulut (berkumur-kumur) dengan air sesegera

mungkin.

Penyikatan gigi tidak boleh dilakukan setelah muntah untuk


menghindari terjadinya erosi gigi. Setelah berkumur dengan
air, dilanjutkan dengan berkumur dengan larutan yang
mengandung

fluorida

untuk

memperkuat

dentin

dan

mengurangi tingkat sensitivitas gigi terhadap asam lambung


yang dikeluarkan, atau dengan larutan sodium bikarbonat
yang

dapat

menetralisasi

asam

pada

permukaan

gigi.

Penyikatan gigi dilakukan satu jam setelah muntah.16,25,26


3. Mempertahankan diet seimbang (pola makanan 4 sehat 5
sempurna)
Diet makanan

yang

seimbang

sangat

penting

untuk

kesehatan ibu dan anak. Selama kehamilan, frekuensi makan


dapat meningkat karena beberapa alasan, seperti: membantu
mengontrol nausea, rasa lapar terus menerus, dan lain-lain. 16
Oleh karena itu, strategi untuk mengurangi prevalensi karies
gigi adalah melakukan diet rendah gula (makanan yang
bersifat non-kariogenik). Apabila selera makan (ngidaman)
hanya terpenuhi dengan makanan manis, maka makanan
yang dipilih adalah buah-buahan.17Pola makan wanita hamil
dapat mempengaruhi kesehatan janin. Pola makan yang
sehat penting untuk menyediakan kebutuhan nutrisi yang
cukup untuk ibu dan anak. Nutrisi yang penting untuk
kesehatan rongga mulut pada ibu dan anak meliputi vitamin
A, C, dan D; kalsium; fosfor; protein; dan fluor.23 Pada masa
kehamilan, kebutuhan nutrisi akan meningkat. Akan tetapi,
konsep

makan

untuk

dianjurkan.17Makanan

porsi

(diet)

dua

ibu

orang

hamil

sangat

harus

tidak

mendapat

perhatian terutama mengenai jumlah kalori dan protein yang


berguna

untuk

pertumbuhan

janin

dan

kesehatan

ibu.

Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemi, abortus dan


pendarahan

pasca

persalinan.

Jika

makan

makanan

berlebihan karena beranggapan untuk porsi dua orang dapat


menyebabkan komplikasi seperti gemuk, janin besar dan
sebagainya.17
4. Melakukan pemeriksaan keadaan rongga mulut ke dokter
gigi.
Kunjungan ke dokter gigi pada masa kehamilan bukanlah hal
yang

kontraindikasi.10

Kunjungan

ini

bertujuan

untuk

meminimalkan komplikasi dari penyakit yang terjadi pada


masa kehamilan dan mengembalikan fungsi dari bagian yang
hilang oleh dokter gigi.
Kunjungan wanita hamil ke dokter gigi dilakukan minimal satu
kali selama masa kehamilan. Masa paling baik melakukannya
adalah setelah trimester pertama, agar faktor penyebab
penyakit gigi dan mulut dapat dideteksi lebih awal dan dapat
dihilangkan sedini mungkin.28
Dalam masa kehamilan, kunjungan ke dokter gigi dianjurkan
untuk:28
a. Perawatan

jaringan

lunak

dianjurkan

untuk

menghilangkan semua jenis iritasi lokal penyebab gingivitis


dan memperbaiki restorasi atau gigi tiruan yang rusak.
b. Perawatan fungsional rongga mulut berupa perbaikan
fungsi gigi dan mulut, seperti penambalan karies gigi atau
pembuatan gigi tiruan jika diperlukan.
c. Perawatan kesehatan umum. Wanita hamil dianjurkan
untuk memperhatikan kesehatan selama kehamilan secara
menyeluruh. Keadaan ini penting diketahui karena sangat
menentukan perawatan gigi lain yang akan dilakukan.
d. Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Wanita hamil
dianjurkan untuk mencegah kambuhnya penyakit gigi dan
mulut dengan pemeliharaan kebersihan mulut di rumah dan
dengan melakukan kunjungan berkala ke dokter gigi.

BAB III
PENUTUP
Beberapa hal perlu dilakukan untuk meningkatkan Kesehatan
Ibu

Hamil

termasuk

kesehatan

gigi

dan

mulut

untuk

mencegah dampak dari kelahiran yang tidak diinginkan,


antara lain :
Memelihara kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil
sebelum dan sesudah melahirkan
Diperlukan peningkatan pendidikan dan pelatihan pada
semua stakeholders pada pusat pelayanan kesehatan Ibu dan
Anak mengenai kesehatan mulut pada masa kehamilan.
Pemeriksaan dan perawatan gigi dan mulut dimasukkan
dalam Kartu Menuju Sehat Ibu Hamil (KMS-BUMIL)
Peningkatan sarana prasarana kesehatan gigi dan mulut
pada pusat pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Gajendra S, Kumar JV. Oral health and pregnancy: A review. NY State Dent J 2004;
70(1): 40-4.
2. Al-Attas SA. The effect of socio-demographic factors on the oral health knowledge,
attitude and behavior in female population. Saudi Dent J 2007; 19(1): 30-2.
3. Habashneh. Factors related to utilization of dental services during pregnancy. J Clin
Periodontal 2005; 32: 815-6.
4. Tang Y, Zhu YQ, Wang Y, He Y. A survey about knowledge, attitude, practice of oral
health in pregnant women of one hospital in Shanghai municipality. Department of
General Dent 2011; 20(5): 531-4.
5. Devy FG, Amaliya, Yubiliana G. Perilaku ibu hamil dan dokter gigi dalam
pencegahan penyakit gigi dan gusi pada masa kehamilan: Sebuah survei pada ibu
hamil dan dokter gigi di Kabupaten. http://www.lppm.unpad.ac.id /archieves/3660
(24 Oktober 2012).
6. Hajikazemi E, Oskouie F, Hossain MS, Nikpour S, Haghany H. The relationship
between knowledge, attitude, and practice of pregnant women about oral and dental
care. Euro J Scientific 2008; 24(4): 556-62.
7. Terpak C, Louann B, Yu ZW, Mike C. Urgent dental problems and access to care
during pregnancy among California women with a live birth. http://
www.cdph.ca.gov/programs/MCAHOralHealth/Documents/MO-OHPUrgent
DentalProblems.pdf (20 April 2012)
8. Andrisyah R. Gambaran periodontitis pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Nanggalo Padang Tahun 2011. Tesis. Jawa Tengah: Program Studi Ilmu Keperawatan
PSIK FK UNAND, 2011: 2.
9. Sarifakioglu E, Gunduz C, Gorpelioglu C. Oral mucosa manifestations in 100
pregnant versus non-pregnant patients: An epidemiological observational study. Euro
J Dermatology 2006; 10: 1684.

10. Charlene BK, Nabil FB. Womens health issues and their relationship to periodontitis. J
Am Dent Assoc 2002; 133(3): 323-9.
11. Claas BM, Ellison-Loschman L, Jeffreys M. Self-reported oral health care and access
to oral health care information among pregnant women in Wellington, New Zealand.
NZ Med J 2011;124(1339): 37-50.
12. Santoso O, Aditya W, Retnoningrum D. Hubungan kebersihan mulut dan gingivitis ibu
hamil terhadap kejadian bayi berat badan lahir rendah kurang bulan di RSUP Dr.
Kariadi Semarang dan Jejaringnya. Media Medika Indonesiana 2009; 43(6): 288-93.
13. Notoatmodjo S. Ilmu kesehatan masyarakat: Prinsip-prinsip dasar. Jakarta: PT Rineka
Cipta., 2003: 119-33.
14. Notoatmodjo S. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: PT Rineka Cipta., 2007:
135-164.
15. Hasibuan S. Perawatan dan pemeliharaan kesehatan gigi-mulut pada masa kehamilan.
USU digital library, 2004: 1-6.
16. Falace D. Medical management update: Pregnant and lactation. 1

st

ed., New York:

Elsevier Inc., 2004: 672-82.


17. Lopez C, Perez M, Soriano Y. Dental considerations in pregnancy and menopause. J
Clin Exp Dent 2011; 3(2): 135-7.
18. Linda J, Danny J. At a glance system reproduksi. Edisi kedua., Penerbit Erlangga.,
2006: 46-50.
19. Romana T. Enam alasan penting menjaga kesehatan gigi ibu hamil. http://
www.kompasiana.com ( 25 September 2012).
20. Dental Practice Education Research Unit. Colgate oral care and the University of
Adelaide.

Pregnancy

and

oral

health.

http://www.arcpoh.adelaide.edu.au/

dperu/cariesinfo/CariesInfo9.pdf (30 Augustus 2012).


21. Council on Clinical affairs, Committee on the Adolescent. Guideline on oral health
care for the pregnant adolescent. America Academy of Pediatric Dentistry 2007; 32 (7):
1024.
22. Silk H, Douglass AB, Douglass JM, Silk L. Oral health during pregnancy. Am Family
Phyician 2008: 1139-44.

23. Pirie M, Cooke I, Linden G, Irwin C. Review dental manisfestations of


pregnancy. The Obstetrician & Gynaecologist 2007; 9: 22-5.
24. Rai B, Kaur S. Pregnancy gingivitis and periodontitis and its sistemic effect. The
Internet J Dent Science 2009; 6(2): 1-5.
25. Rachmawati R, Masulili C. Penyakit periodontal sebagai faktor risiko terjadinya
preeclampsia pada ibu hamil. J Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi 2011; 8(1):
19-23.
26. Mills LW, Moses DT. Oral health during pregnancy. MCN AM J Materm Child
Nurs 2002; 29(3): 275-80.
27.

Manter

M.

Pregnancy

and

oral

health

modules.

http://www.mchoralhealth.org. (15 Maret 2012)


28.

New York State Department of Health. Oral health care during pregnancy and

early childhood. www.health.ny.gov/publications/0824.pdf (6 Augustus 2012)

You might also like