You are on page 1of 13

Laporan Praktikum

Struktur dan Fungsi Biomolekul

Hari/tanggal : Jumat, 12 September 2014


Waktu
: 08.00-11.00 WIB
PJP
: Inda Setyawati, S.Si, M.Si
Asisten
: Galih T Poetra
Ema Lindawati
Selvi Muliani
Nur Hidayah H.L

BIOFISIK I
(Bobot Jenis, Tegangan Permukaan, dan Emulsi)
Kelompok 6
Rizky Nurhayati
Caecillia Jessicca Unarso
Listya Manurung
Efdian Dwi Iswandi

G84120036
G841200
G841200
G841200

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PENDAHULUAN
Bobot jenis adalah suatu rasio massa suatu benda atau suatu zat dengan
massa air pada volume dan temperatur yang sama. Temperatur dapat ditentukan
sendiri atau sesuai dengan alat uang kita gunakan. Bobot jenis dari suatu larutan
bergantung pada komponen yang ada didalam larutan tersebut. Sehingga
menjadikan setiap larutan beebeda bobot jenisnya (Rifki 2009).
Pengukuran Bobot jenis ini dapat dilakukan dengan menggunakan
urinometer. Urinometer memiliki skala 1.000 1.060 g/ml (tiga desimal) dan
umumnya dipergunakan pada temperatur 60 oF atau 15.5 oC. Bila temperatur
cairan yang akan diukur bukan 15.5 oC, maka harus dilakukan koreksi. Koreksi
tersebbut dilakukan dengan cara menambah angka satu pada angka ketiga di
belakang koma untuk setiap 3o di atas temperatur peneraan atau mengurangi satu
angka pada angka ketiga di belakang koma untuk setiap 3 oC di bawah temperatur
tera (Rifqi 2009).
Tegangan permukaan adalah daya tahan lapisan tipis permukaan suatu
cairan terhadap usaha untuk merubah luas permukaan caian tersebut. Tegangan
permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung untuk menegang
sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini dipengaruhi oleh
adanya gaya kohesi antara molekul air.
Molekul cairan biasanya saling tarik menarik. Di bagian dalam cairan,
setiap molekul cairan dikelilingi oleh molekul-molekul lain di setiap sisinya;
tetapi di permukaan cairan, hanya ada molekul-molekul cairan di samping dan di
bawah. Di bagian atas tidak ada molekul cairan lainnya. Karena molekul cairan
saling tarik menarik satu dengan lainnya, maka terdapat gaya total yang besarnya
nol pada molekul yang berada di bagian dalam cairan. Sebaliknya, molekul cairan
yang terletak dipermukaan ditarik oleh molekul cairan yang berada di samping
dan bawahnya. Akibatnya, pada permukaan cairan terdapat gaya total yang
berarah ke bawah. Karena adanya gaya total yang arahnya ke bawah, maka cairan
yang terletak di permukaan cenderung memperkecil luas permukaannya, dengan
menyusut sekuat mungkin. Hal ini yang menyebabkan lapisan cairan pada
permukaan seolah-olah tertutup oleh selaput elastis yang tipis.

Emulsi adalah sistem koloid yang partikel terdispersi dan medium


pendispersinya sama-sama cair. Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan
campuran cairan polar dan cairan non polar. Sifat emulsi pada umumnya kurang
stabil, kestabilan emulsi dapat terlihat pada keadaannya yang selalu keruh seperti
pada susu dan santan. Untuk memantapkan emulsi diperlukan zat pemantap yang
disebut emulgator (Winiati 2007).
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat menunjukaan aspek biofisik
yang berkaitan dengan proses biokimia. Aspek tersebut yaitu bobot jenis dan
tegangan permukaan suatu larutan serta sifat berbagai jenis emulsi.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Praktikum biofisik I ini dilakukan di Laboratorium B Biokimia, Departemen
Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB. Waktu
praktikum yaitu hari Jumat, tanggal 12 September 2014, pukul 8.00-11.00 WIB.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu hidrometer atau urinometer, gelas piala, jarum,
kaca arloji, pipet tetes, pipet Mohr 5 mL, kaca objek, kaca preparat, mikroskop
cahaya, stopwatch, mortar, dan termometer. Bahan yang digunakan yaitu akuades,
NaCl 3%, NaCl 5%, NaCl 9%, NaCl 20%, glukosa 5%, air kelapa, air kran,
albumin 1%, urin mahasiswa, cairan empedu, air sungai, air sabun, alkohol,
minyak tanah, minyak kelapa, gum arab, susu segar, dan margarin.
Prosedur
Pengukuran berat jenis
Disiapkan hidrometer dan gelas ukur, kemudian aquades dimasukkan hingga
ke dalam gelas ukur dan tidak terkena dinding gelas ukur tersebut. Miniskus yang
terbaca pada hidrometer dicatat, lalu berat jenis akuades dihitung. Percobaan
diulangi dengan mengganti sampel (akuades) menjadi , NaCl 3%, NaCl 5%, NaCl
9%, glukosa 5%, air kelapa, air kran, albumin 1%, dan urin mahasiswa.
Penentuan tegangan permukaan
Disiapkan gelas arloji dan jarum kemudian arloji diisi dengan aquades lalu
jarum diletakkan ke dalamnya. Keadaan jarum (terapung atau tenggelam) diamati.

Percobaan diulangi dengan mengganti sampel (akuades) menjadi cairan empedu,


air kelapa, air sungai, dan air sabun.
Pengukuran jumlah tetesan cairan
Disediakan pipet tetes dan aquades kemudian akuades dipipet. Jumlah
tetesan akuades yang keluar dari pipet tetes dihitung selama 2 menit. Percobaan
diulangi dengan mengganti sampel (akuades) menjadi NaCl 20%, alkohol, minyak
tanah, dan air sabun.
Pengamatan sistem emulsi minyak kelapa-air dan minyak kelapa-air sabun
Minyak kelapa dipipet ke tabung reaksi sebanyak 2 mL. Lalu air dipipet ke tabung
reaksi yang sama sebanyak 2 mL. Campuran dikocok dengan kuat hingga
keduanya terlihat homogen. Campuran diamati kestabilannya. Jika campuran
sudah stabil, campuran dipipet dengan pipet tetes, lalu diteteskan sebanyak satu
tetes pada kaca objek. Sudan merah ditambahkan sebanyak 1 tetes untuk
mewarnai campuran. Campuran yang telah terwarnai diamati sifat emulsinya
menggunakan mikroskop cahaya. Percobaan diulangi dengan mengganti sistem
emulsi menjadi minyak kelapa dan air sabun.
Pengamatan sistem emulsi gum arab-minyak kelapa
Mula-mula ditimbang sebanyak 1 gram gum arab, lalu dicampurkan
dengan 5 mL minyak kelapa. Campuran digerus menggunakan mortar hingga
homogen. Akuades sebanyak 3 mL ditambahkan ke dalam mortar secara perlahanlahan. Campuran dihomogenkan hingga pekat. Akuades sebanyak 5 mL
ditambahkan ke campuran sedikit demi sedikit sambil diaduk. Setetes campuran
diteteskan pada kaca objek dan diberi pewarna sudan merah. Campuran diamati
sifatnya menggunakan mikroskop cahaya.
Pengamatan sistem emulsi alamiah (susu)
Susu segar dipipet ke dalam tabung reaksi dan diamati kestabilannya.
Setetes susu segar diteteskan pada kaca objek lalu diwarnai dengan sudan merah.
Sifat emulsi susu segar diamati menggunakan mikroskop cahaya.
Pengamatan sistem emulsi industri (margarin)
Margarin dioleskan secara tipis di permukaan kaca objek dan diwarnai
dengan sudan merah. Sifat emulsi margarin diamati menggunakan mikroskop
cahaya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1 Data pengukuran bobot jenis
Larutan
Akuades
Albumin
Glukosa
Air kelapa
Air keran
NaCl 0.3%
NaCl 0.9%
NaCl 5%
Urin
manusia

T alat (C)
20
20
20
20
20
20
20
20
20

T larutan (C)
28
27
27
29
26
27
28
28
29

Contoh perhitungan : Faktor koreksi =

BJ ukur (g/ml)
1.000
1.000
0.014
1.012
1.000
1.010
1.010
1.039
1.010

FK
0.003
0.003
0.003
0.003
0.002
0.003
0.003
0.003
0.003

Suhu larutanSuhu alat


3
2920
3

BJ koreksi (g/ml)
1.003
1.003
0.017
1.015
1.002
1.013
1.013
1.042
1.013

x 10-3

x 10-3

= 0.003
BJ terkoreksi = BJ terukur + Faktor koreksi
= 1.000 + 0.003
= 1.003

Bobot jenis suatu larutan bergantung pada jumlah zat yang terlarut dalam
larutan tersebut. Hasil pengukuran bobot jenis menunjukkan bahwa bobot yang
paling besar adalah NaCl 5% dan yang paling kecil adalah akuades, air kran, dan
albumin. Jika di bandingkan dengan NaCl 0,3% dan NaCl 0,9 %, NaCl 5 %
memiliki bobot jenis yang lebih besar diantara ketiganya. Hal ini dikarenakan
NaCl 5% memiliki konsentrasi yang terbesar diantara semua NaCl. Semakin besar
konsentrasi senyawa suatu larutan, maka semakin besar pula berat jenis larutan
tersebut, ini sesuai dengan teori yang ada. Selain itu jika akuades dan air kelapa
dibandingkan bobotnya tidak sebesar NaCl karena akuades tidak mengandung zatzat terlarut atau sangat sedikit zat terlarutnya, sehingga konsentrasi larutannya
rendah. Semakin tinggi konsentrasi zat terlarut menunjukkan bahwa jumlah zat
terlarut semakin banyak, sehingga bobot jenisnya tinggi. Sebaliknya, semakin
rendah konsentrasi zat terlarut menunjukkan bahwa zat terlarut sedikit, sehingga
bobot jenis larutan rendah.

Tabel 2 Data pengukuran bobot jenis urin


Meja
1
2*
3
4
5
6
7

T alat (C)
20
20
20
20
20
20
20

T larutan (C)
30.0
29.0
29.0
28.0
31.0
26.0
31.8

Contoh perhitungan : Faktor koreksi =

Bj ukur (g/ml)
1.008
1.010
1.010
1.008
1.016
1.008
1.024

FK
0.003
0.003
0.003
0.003
0.004
0.002
0.004

Suhu larutanSuhu alat


3
2920
3

Bj koreksi (g/ml)
1.011
1.013
1.013
1.011
1.020
1.010
1.028

x 10-3

x 10-3

= 0.003
BJ terkoreksi = BJ terukur + Faktor koreksi
= 1.000 + 0.003
= 1.003

Urin atau

air

seni

atau

air

kencing

adalah

cairan

sisa

yang

diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui prosesurinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekulmolekul

sisa

dalam darah yang

disaring

oleh

ginjal

dan

untuk

menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang
menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam
ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar
tubuh melalui uretra.
Pengukuran bobot jenis urine dilakukan dengan menggunakan urinometer
atau hidrometer. Bobot jenis urin setiap manusia berbeda-beda. Faktor yang
mempengaruhi perbedaan berat jenis urin adalah jumlah relatif air, makanan yang
di konsumsi, dan zat terlarut yang tersedia untuk eksresi (McPherson & Sacher
2004). Zat terlarut dapat berupa garam-garam dan urea serta setiap konstituen yg
abnormal (Brooker 2001). Bobot jenis normal urin manusia adalah 1,010-1,025
(Carpenito 2009). Kemampuan ginjal memekatkan urin yaitu dari 1,001-1,035.

Urin manusia paling pekat didapatkan pada saat bangun tidur karena biasanya
kekurangan air saat tidur (McPherson & Sacher 2004). Bila urin encer, maka akan
berwarna pucat dan bobot jenisnya rendah dan bila urin pekat, maka akan
berwarna gelap dan bobot jenisnya tinggi (Brooker 2001). Temperatur urin
manusia berdasarkan hasil analisis kandungan awal urin pada analisa terhadap
urin yang berasal dari urin holding tank (UHT) dilakukan dalam laboratorium
dengan parameter fisik dan kimia yaitu 29 oC (Rofiqoh dan Soedjono 2012).
Tabel 3 Tegangan permukaan cairan alam
Jenis cairan
Akuades
Cairan empedu
Air sungai
Air kelapa
Air sabun
NaCl

Hasil pengamatan
Terapung
Tenggelam
Tenggelam
Terapung
Tenggelam
Tenggelam

Tabel 4 Data pengamatan jumlah tetesan


Jenis cairan
Akuades
NaCl 3%
Etanol 3%
Air sabun
Minyak tanah

Hasil pengamatan (tetesan)


30
32
64
58
44

Tegangan permukaan terjadi karena karena adanya interaksi antar molekul


larutan sehingga memberikan daya tolak untuk mempertahankan luas permukaan.
Percobaan jumlah tetesan menunjukan tetesan yang paling banyak adalah pada
minyak tanah, etanol 3% dan air sabun. Hal ini terjadi karena tegangan permukaan
zat cair tersebut rendah sehingga jumlah tetesan yang dihasilkan tinggi.
Sedangkan pada akuades dan NaCl 3% jumlah tetesan tidak terlalu banyak ini
disebabkan tegangan permukaan pada akuades dan NaCl tinggi sehingga daya
tolak untuk mempertahankan luas permukaan tinggi jadi jumlah tetesan yang
dihasilkan larutan ini rendah, selain itu disebabkan molekul-molekul yang
terdapat pada air dan NaCl berinteraksi lebih kuat yang mengakibatkan tiap tetes
yang dihasilkan lebih besar, jadi jumlah tetesnya rendah. Walaupun etanol
memiliki ikatan hidrogen, namun etanol adalah cairan yang mudah menguap,

sehingga gaya antar molekulnya lemah, sedangkan sabun adalah cairan yang
menurunkan tegangan permukaan zat cair.
Data tersebut menunjukan, bahwa semakin besar tegangan permukaan
suatu larutan maka semakin kuat permukaan larutan memberikan gaya tolak atas
bagi benda yang ada di atasnya. Ini terbukti pada jarum yang diletakkan pada
gelas arloji yang kemudian diberi cairan akuades, dan air kelapa yang terlihat
mengapung. Sedangkan jika cairan di ganti dengan air sabun, NaCl, air sungai dan
cairan empedu, jarum yang ada pada gelas arloji tenggelam, karena cairan ini
bersifat emulgator yang berfungsi menurunkan tegangan permukan zat cair.
Tabel 5 Data kestabilan campuran
Campuran
Minyak kelapa+air

Kestabilan
Tidak stabil

Minyak kelapa+air sabun

Stabil

Minyak kelapa+ gum

Stabil

Susu

Stabil

Foto

Tabel 6 Jenis emulsi


Campuran

Jenis

Media

Fase terdispersi

Foto

Minyak kelapa +air

w/o

pendispersi
Minyak

Air

Minyak
Lanjutan dari tabel 6
Minyak

w/o

Minyak

Air

Margarin

w/o

Minyak

Air

Susu

o/w

Air

Minyak

Minyak kelapa +

w/o

Minyak

Air

kelapa+sabun

gum arab

Konsistensi stabilitas emulsi ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu nisbah


fasa kontinyu (yang menampung tetesan) terhadap fasa terdispersinya (tetesan)
serta viskositas fasa kontinyu (Hartomo & Widiatmoko 1993). Berdasarkan
percobaan emulsi minyak dan air digunakan sudan merah sebagai pewarna yang
dapat berasosiasi dengan minyak namun tidak dapat berasosiasi dengan air,
sehingga sifat suatu emulsi dapat ditentukan, yaitu apakah oil in wateratau water
in oil. Air dan minyak selamanya tidak akan bisa menyatu, karena adanya
perbedaan tingkat polaritas. Air merupakan molekul yang memiliki gugus polar,
sedangkan minyak merupakan zat yang memiliki gugus non polar. Perbedaan ini
menyebabkan keduanya tidak bisa menyatu, karena gugus polar hanya bisa

bersatu dengan gugus polar, sedangkan gugus non polar hanya bisa bersatu
dengan gugus non polar. Minyak kelapa dan air merupakan emulsi yang tidak
stabil, namun ketika campuran tersebut dikocok akan menjadi stabil beberapa
saat. Emulsi minyak kelapa dengan air, yang menjadi media pendispersinya
adalah minyak kelapa, sedangkan air sebagai zat terdispersi. Ketika ditambah
sudanmerah, sudanmerah tercampur dengan minyak, sedangkan air tidak bisa
menyatu karena kepolarannya berbeda. Sudanmerah ini berfungsi sebagai zat
warna agar dapat membedakan cairan minyak dengan air dan dapat menarik
air. Emulsi tersebut dinamakan emulsi tipe W/O, karena air terdispersi dalam
minyak. Kemudian emulsi minyak kelapa dengan air sabun membentuk emulsi
yang lebih stabil emulsi ini disebut emulsi O/W ( minyak dalam air). Hal ini
karena air sabun yang sebagai zat amfipatik yang memiliki stuktur dua gugus
yaitu hidofobik pada bagian ekor yang bersifat non-polar dan hidrofilik pada
bagian kepalanya yang bersifat polar. Sehingga bagian non-polar akan bergabung
dengan minyak yang kemudian bersama-sama bergabung dengan air (McPherson
& Sacher 2004)
Gum arab adalah salah satu produk getah (resin) yang dihasilkan dari
penyadapan getah pada batang tumbuhan legum (polong-polongan).Emulsi
minyak kelapa dengan gum arab adalah emulsi yang lebih stabil jika
dibandingkan dengan kedua emulsi diatas, karena gum arab berfungsi sebagai
mengurangi tekanan permukaan (surface tension) air dan stabilizer (emulsifier),
zat yang dapat menstabilkan emulsi. Gum arab dapat menjadi fosfolipida
pengemulsi yang memiliki gugus hidrofilik dan hidrofobik sehingga emulsi dapat
stabil (Hartomo & Widiatmoko 1993). Ketika dilihat di bawah mikroskop,
molekul gum arab terdispersi merata dalam media minyak. Pengadukan membuat
ukuran partikel fasa minyak semakin kecil pada o/w sehingga dapat terdisperdi
dengan baik dalam air. Begitu pula pada w/o, ukuran partikel fasa air semakin
kecil sehingga dapat terdispersi dengan baik dalam minyak. Susu disebut juga
sebagai emulsi alamiah, fase terdispersi dari susu adalah asam lemak dan media
pendispersinya adalah air. Jadi tergolong emulsi O/W (minyak dalam air). Dalam
susu terdapat zat penstabil emulsi yang berupa protein kasein. Jika mengalami
denaturasi maka emulsi ini akan terlihat tidak stabil, dapat dibedakan minyak dan

airnya, keadaan ini yang disebut dengan susu pecah. Contoh lain dari emulsi
alamiah adalah santan dan lateks. Di samping emulsi alamiah terdapat pula emulsi
industri. Contoh dari emulsi industri yaitu margarin, dan minyak bumi. Fase
terdispersi pada margarin adalah air dan media pendispersinya adalah minyak,
sehingga dinamakan tipe emulsi W/O.
SIMPULAN
Aspek biofisik yang berkaitan dengan proses biokimia dapat ditunjukkan
melalui percobaan. Aspek tersebut yaitu bobot jenis, pada bobot jenis paling kecil
dalam percobaan adalah air keran. Tegangan permukaan suatu larutan dapat
ditentukan dari sifat sampel. Berdasarkan praktikum ini juga ditentukan
berbagaisifat berbagai jenis emulsi. Bobot jenis setiap larutan berbeda-beda dan
bergantung jumlah zat yang terlarut dalam larutan tersebut. Semakin besar
konsentrasi senyawa suatu larutan menyebabkan semakin besar pula berat jenis
larutan tersebut. Tegangan permukaan berbagai larutan juga berbeda-beda,
tergantung pada konsentrasi zat terlarut didalamnya. Semakin besar tegangan
permukaan suatu larutan maka semakin kuat permukaan larutan memberikan gaya
tolak atas bagi benda yang ada di atasnya. Sifat emulsi terdiri dari dua macam,
yaitu oil in water (O\W) dengan minyak sebagai medium terdispersi dan air
sebagai medium pendispersi, dan water in oil (W\O) dengan air sebagai medium
terdispersi dan minyak sebagai medium pendispersi.
DAFTAR PUSTAKA
Bintang M. 2010. Biokimia, Teknik Penelitian. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.
Brooker C. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Hartono A, Nutr DA, penerjemah;
Ester M, editor. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari: The Nurses Pocket
Dictionary. Ed ke-31.
Carpenito LG. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinis. Kadar
KS, Eviriyani D, Yudha EK, Ester M, penerjemah; Mardella EA, Issuryanti
M, editor. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari: Nursing Diagnosis:
Aplication to Clinical Practice.Ed ke-9.
Cammack R et al. 2006. Oxford Dictionary of Biochemistry and Molcular
Biology Revised Edition. New York (US): Oxford University Press.
Faatih M. 2009. Isolasi dan Digesti DNA Kromosom. Jurnal Penelitian Sains &

Teknologi. 10(1):61.
Hartomo AJ, Widiatmoko MC. 1993. Emulsi dan Pangan Instan Ber-lesitin.
Yogyakarta (ID): ANDI OFFSET.
McPherson RA, Sacher RA. 2004. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan
laboratorium. Pendit BU, Wulandari D, penerjemah; Hartanto H, editor.
Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari:Widmanns Clinical Interpretation of
Laboratory Tesis. Ed ke-11.
Miller JN. 2000. Statistics and Chemometrics for Analytical Chemistry, 4th ed.
Harlow (US): Prentice. Hall.
Mulyani NS et al. 2009. Penentuan Konsentrasi Optimum Oat Spelt Xylan pada
produksi Xilanase dari Aspergillus niger dalam Media PDB (Potato Dextose
Broth). J. Kim. Sains & Apl. XII(1): 1-9.
Nakajima H, Stadler AT. 2006. Centrifuge modeling of one-step out flow
tests for unsaturated parameter estimations. Hydrol. Earth Syst. Sci. Discuss.
3: 731768.
Rofiqoh YL, Soedjono ES. 2012. Studi potensi urin manusia composting toilet
dalam system ekologikal sanitasi (ecosan). Studi Kasus Pusdakota-Ubaya
Surabaya Jurusan Teknik Lingkungan ITS.
Young D, et al. 2002. Fisika Universitas. Penerjemah: Endang. Tejemahan dari:
Sears and Zemanshy Univenty Physics.

You might also like