Professional Documents
Culture Documents
FRAKTUR
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Diajukan Kepada :
dr. Sunarto, Sp. B
Disusun Oleh :
Ica Trianjani S.
20100310010
LEMBAR PENGESAHAN
REFLEKSI KASUS
FRAKTUR
Disusun oleh :
Ica Trianjani S.
20100310010
Disetujui oleh :
Dokter Pembimbing
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas
segala limoahan rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas dalam refleksi kasus untuk memenuhi sebagian syarat
mengikuti ujian origram pendidikan profesi dibagian Ilmu Bedah dengan judul :
FRAKTUR
penulis refleksi ini dapat terwujud atas bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. dr. Sunarto, Sp. B selaki dokter pembimbing dan dokter spesialis
Bedah RSUD Wonosobo.
2. dr. Dimyati Ahmad, Sp. B selaku dokter spesialis Bedah RSUD
Wonosobo.
3. Teman-teman koass serta tenaga kesehtan RSUD Wonosobo yang telah
membantu penulis dalam menyusun tugas ini.
Dalam penyusunan refleksi kasus ini penulis menyadari bahwa masih memiliki
banyak kekurangan. Penulis mangharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan
penyususnan refleksi kasus dimasa yang akan datang. Semoga dapat menambah
pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr. wb
Ica trianjani S.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
iii
DAFTAR ISI........................................................................................................................
iv
A. Definisi............................................................................................................................
1
B. Anatomi...........................................................................................................................
4
C. Etiologi............................................................................................................................
8
D. Klasifikasi.......................................................................................................................
8
E. Manifestasi Klinis...........................................................................................................
9
F. Diagnosis.........................................................................................................................
10
G. Penatalaksanaan..............................................................................................................
10
H. Komplikasi......................................................................................................................
10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
iii
FRAKTUR
A. DEFINISI
Patah tulang atau fraktur didefinisikan sebagai hilangnya atau adanya
gangguan integritas dari tulang, termasuk cedera pada sumsum tulang,
periosteum, dan jaringan yang ada di sekitarnya. Fraktur ekstrimitas adalah
fraktur yang terjadi pada tulang yang membentuklokasi ekstrimitas atas
(radius, ulna, carpal) dan ekstrimitas bawah (pelvis, femur, tibia, fibula,
metatarsal, dan lain-lain).
B. ANATOMI
Anatomi Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intraseluler. Tulang berasal dari
embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses Osteogenesis menjadi
tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses
mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium. Ada 206 tulang dalam
tubuh manusia, Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok
berdasarkan bentuknya :
5
1). Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang
disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari
epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat daerah
tulang rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng
pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan di
lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan
oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang
yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone (cancellous atau trabecular).
Pada akhir tahun-tahun remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi,
dan tulang berhenti tumbuh. Hormon pertumbuhan, estrogen, dan testosteron
merangsang pertumbuhan tulang panjang. Estrogen, bersama dengan
testosteron, merangsang fusi lempeng epifisis. Batang suatu tulang panjang
memiliki rongga yang disebut kanalis medularis. Kanalis medularis berisi
sumsum tulang.
2). Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous
(spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
3). Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat
dengan lapisan luar adalah tulang concellous.
4). Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang
pendek.
5). Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang
yang berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan
fasial, misalnya patella (kap lutut).
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya
terdiri atas tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas
berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang.
Matriks
tersusun
(glukosaminoglikan,
atas
asam
98%
kolagen
polisakarida)
dan
dan
2%
subtansi
proteoglikan).
dasar
Matriks
mengontrol Aktivitas osteoblas dirangsang oleh olah raga dan stres beban
akibat arus listrik yang terbentuk sewaktu stres mengenai tulang. Fraktur
tulang secara drastis merangsang aktivitas osteoblas, tetapi mekanisme
pastinya belum jelas. Estrogen, testosteron, dan hormon perturnbuhan adalah
promotor kuat bagi aktivitas osteoblas dan pertumbuhan tulang. Pertumbuhan
tulang dipercepat semasa pubertas akibat melonjaknya kadar hormon-hormon
tersebut. Estrogen dan testosteron akhirnya menyebabkan tulang-tulang
panjang berhenti tumbuh dengan merangsang penutupan lempeng epifisis
(ujung pertumbuhan tulang). Sewaktu kadar estrogen turun pada masa
menopaus, aktivitas osteoblas berkurang. Defisiensi hormon pertumbuhan
juga mengganggu pertumbuhan tulang. Vitamin D dalam jumlah kecil
merangsang kalsifikasi tulang secara langsung dengan bekerja pada osteoblas
dan secara tidak langsung dengan merangsang penyerapan kalsium di usus.
Hal ini meningkatkan konsentrasi kalsium darah, yang mendorong kalsifikasi
tulang. Namun, vitamin D dalam jumlah besar meningkatkan kadar kalsium
serum dengan meningkatkan penguraian tulang. Dengan demikian, vitamin D
dalam jumlah besar tanpa diimbangi kalsium yang adekuat dalam makanan
akan menyebabkan absorpsi tulang. Adapun faktor-faktor yang mengontrol
aktivitas osteoklas terutama dikontrol oleh hormon paratiroid. Hormon
paratiroid dilepaskan oleh kelenjar paratiroid yang terletak tepat di belakang
kelenjar tiroid. Pelepasan hormon paratiroid meningkat sebagai respons
terhadap penurunan kadar kalsium serum. Hormon paratiroid meningkatkan
aktivitas osteoklas dan merangsang pemecahan tulang untuk membebaskan
10
C. ETIOLOGI
Penyebab fraktur adalah trauma yang mengenai tulang, dimana trauma
tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang, dan mayoritas fraktur akibat
kecelakaan lalu lintas. Trauma-trauma lain adalah jatuh dari ketinggian,
kecelakaan kerja, cidera olah raga. Trauma bisa terjadi secara langsung dan
tidak langsung. Dikatakan langsung apabila terjadi benturan pada tulang dan
mengakibatkan fraktur di tempat itu, dan secara tidak langsung apabila titik
tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.
Penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Cedera traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
11
Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana
dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada
berbagai keadaan berikut :
a.) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang
tidak terkendali dan progresif.
b.) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut
atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan
sakit nyeri.
c.) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya
disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan
kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau
12
D. PATOFISIOLOGI
Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur
merangsang tubuh untuk
menyembuhkan
tulang
ujung
tulang.
Tulang
patahan
baru
dibentuk oleh aktivitas selsel tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu
:
1.
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Selsel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai
tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24
48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali.
2. Stadium Dua-Proliferasi Seluler
Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago
yang berasal dari periosteum,`endosteum, dan bone marrow yang telah
mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke
dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan
13
Stadium Empat-Konsolidasi
Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama
beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses
resorbsi dan pembentukan tulang yang terusmenerus. Lamellae yang lebih
14
tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang
tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk
struktur yang mirip dengan normalnya.
E. JENIS FRAKTUR
1. Berdasarkan garis fraktur
a. Fraktur komplit
Garis patahnya melalui seluruh penampang tulang melalui kedua korteks
b.
2.
a.
b.
tulang.
Fraktur in komplit
Garis patahnya tidak melaui seluruh penampang tulang
Fraktur menurut jumlah dan garis patah/bentuk/konfigurasi
Fraktur comminute : banyak fraktur/fragmen tulang yang terlepas
Fraktur segmental : bila garis patah lebih dari satu tetapi tidak
berhubungan satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi
berlainan tempatnya.
3. Fraktur menurut posisi fragmen
a. Fraktur undisplaced ( tidak bergeser ) : garis patah komplit tetapi kedua
fragmen tidak bergeser, periosteumnya masih utuh.
b. Fraktur displaced (bergeser) : terjadi pergeseran fragmen-fragmen
fraktur tulang yang disebut juga dislokasi fragmen.
4. Menurut hubungan antara fragmen dan dengan dunia luar
a. Fraktur terbuka (open fraktura)
Fraktur terbuka karena integritas kulit robek/terbuka dan ujung tulang
menonjol sampai menembus tulang.
Fraktur terbuka ini dibagi menjadi tiga berdasarkan tingkat keparahan :
15
segera diatasi.
b. Fraktur tertutup (close fraktur)
Fraktur tidak komplek, integritas kulit masih utuh, tidak ada gambaran
tulang yang keluar dari kulit.
5. Fraktur bentuk fragmen dan hubungan dengan mekanisme trauma
a. Fraktur transversal ( melintang ) : garis patah tulang melintang sumbu
tulang (80-100 dari sumbu tulang)
b. Oblik
: garis patah tulang melintang sumbu tulang
(<80 atau >100 dari sumbu tulang).
c. Longitudinal
: garis patah mengikuti sumbu tulang.
d. Spiral
: garis patah tulang berada didua bidang atau
lebih.
e. Comminuted
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Deformitas
2. Bengkak/edema
3. Echimosis (Memar)
4. Spasme otot
5. Nyeri
6. Kurang/hilang sensasi
7. Krepitasi
8. Pergerakan abnormal
G. DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosis fraktur, pertama tama dapat dilakukan anamnesis
baik dari pasien maupun pengantar pasien. Informasi yang digali adalah
mekanisme cedera, apakah pasien mengalami cedera atau fraktur sebelumnya.
Pasien dengan fraktur tibia mungkin akan mengeluh rasa sakit, bengkak dan
ketidakmampuan untuk berjalan atau bergerak, sedangkan pada fraktur fibula
16
17
18
Bila keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat
dimobilisasi dengan salah satu cara dibawah ini:
a. Traksi
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk
menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan traksi
adalah untuk menangani fraktur, dislokasi atau spasme otot dalam usaha
untuk memperbaiki deformitas dan mempercepat penyembuhan. Traksi
menggunakan beban untuk menahan anggota gerak pada tempatnya. Tapi
sekarang sudah jarang digunakan. Traksi longitudinal yang memadai
diperlukan selama 24 jam untuk mengatasi spasme otot dan mencegah
pemendekan, dan fragmen harus ditopang di posterior untuk mencegah
pelengkungan. Traksi pada anak-anak dengan fraktur femur harus kurang dari
12 kg, jika penderita yang gemuk memerlukan beban yang lebih besar.
b. fiksasi interna
Fiksasi interna dilakukan dengan pembedahan untuk menempatkan
piringan atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang. Fiksasi interna
merupakan pengobatan terbaik untuk patah tulang pinggul dan patah
tulang disertai komplikasi.
c. Pembidaian
Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/ trauma
sistem muskuloskeletal untuk mengistirahatkan (immobilisasi) bagian
19
tubuh kita yang mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat yaitu
benda keras yang ditempatkan di daerah
sekeliling tulang.
20
I. KOMPLIKASI
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin
pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting,
perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan
parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot,
saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips
dan embebatan yang terlalu kuat.
c. Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering
terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak
yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan
menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan
gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
21
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan
adanya Volkmans Ischemia.
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini
biasanya terjadi pada fraktur.
2. Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan
waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena
penurunan supai darah ke tulang.
b. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion
ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang
membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena
aliran darah yang kurang.
c. Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya
tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan
dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik fungsi tulang.
22