You are on page 1of 21

BAB II

PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH


2.1 Penetapan Prioritas Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected)
dengan apa yang aktual terjadi (observed). Setelah pada tahap awal merumuskan
masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah yang harus
dipecahkan.Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta yang ada secara
kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan yang cukup.
Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan
pembobotan.Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring, perlu
dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara
menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan
mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan
dalam penetapan prioritas masalah meliputi:
1. Menetapkan kriteria
2. Memberikan bobot masalah
3. Menentukan skoring tiap masalah
Berdasarkan hasil analisis program P2ML Puskesmas Kecamatan
Kemayoran yang diangkat, maka didapatkan 2 permasalahan. Adapun masalah
tersebut meliputi:
1. Angka Penemuan Penderita (CDR) TB se-Puskesmas Kecamatan Kemayoran
sebesar 27,9 % dengan target > 80%, dikatakan tidak mencapai target.
2. Angka Konversi Penderita (CVR) TB di Puskesmas Kelurahan Cempaka Baru
sebesar 0% dengan target >85%, dikatakan tidak mencapai target.
2.1.1 Non-Scoring Technique
Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah yang lazim
digunakan adalah teknik non skoring. Dengan menggunakan teknik ini, masalah
dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu juga disebut Nominal Group
Technique (NGT). NGT terdiri dari dua, yaitu :
a.

Metode Delbecq
30

Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini dilakukan


melalui diskusi dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama
keahliannya. Sehingga untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan
penjelasan terlebih dahulu untuk memberikan pengertian dan pemahaman
peserta diskusi, tanpa mempengaruhi peserta diskusi. Hasil diskusi ini
adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.
b.

Metode Delphi
Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang
mempunyai keahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta
diskusi diminta untuk mengemukakan pendapat mengenai beberapa masalah
pokok. Masalah yang terbanyak dikemukakan pada pertemuan tersebut,
menjadi prioritas masalah.

2.1.2 Scoring Technique


Berbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan teknik
skoring antara lain:
a.

Metode Bryant
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu :
Prevalence : besarnya masalah yang dihadapi.
Seriousness : pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam
masyarakat dan dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka kematian
akibat masalah kesehatan tersebut.
Manageability : kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber
daya.
Community concern : sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah
kesehatan tersebut.
Parameter diletakkan pada baris, dan masalah-masalah yang ingin dicari

prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah 1 - 5


yang ditulis dari arah kiri ke kanan sesuai baris untuk tiap masalah. Kemudian
dengan penjumlahan dari arah atas ke bawah sesuai kolom untuk masing-masing
masalah dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat
dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan
31

yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit
untuk menentukan prioritas masalah yang akan diambil.
b.

Metode

Matematik

PAHO

(Pan

America Health Organization)


Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom,sedangkan masalahmasalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada baris, dan digunakan
kriteria untuk penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai prioritas masalah.
Kriteria yang dipakai ialah :

Magnitude : Berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit


yang ditunjukkan dengan angka prevalensi.

Severity : Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case


fatality rate masing- masing penyakit.

Vulnerability : Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif


untuk mengatasi masalah tersebut.

Community and political concern : Menunjukkan sejauh mana masalah


tersebut menjadi concern atau kegusaran masyarakat dan para politisi.

c.

Affordability : Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia .


Metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)
Pada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian untuk menentukan

prioritas masalah adalah :


Emergency : menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga
menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam
kriteria ini adalah CFR (Case Fatality Rate),

jika masalah yang dinilai

berupa penyakit. Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain,
maka digunakan parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun angka
kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut.
Greetest Member : kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak
penduduk yang terkena masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan
yang berupa penyakit, maka parameter yang digunakan adalah prevalence
rate. Sedangkan untuk masalah lain, maka greetest member ditentukan
32

dengan cara melihat selisih antara pencapaian suatu kegiatan pada sebuah
program kesehatan dengan target yang telah ditetapkan.
Expanding Scope : menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan
terhadap sektor lain diluar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang
digunakan adalah seberapa luas wilayah yang menjadi masalah, berapa
banyak jumlah penduduk di wilayah tersebut, serta berapa banyak sektor di
luar sektor kesehatan yang berkepentingan dengan masalah tersebut.
Feasibility : kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah
seberapa mungkin masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan
adalah ketersediaan sumber daya manusia berbanding dengan jumlah
kegiatan, fasilitas terkait dengan kegiatan bersangkutan yang menjadi
masalah, serta ada tidaknya anggaran untuk kegiatan tersebut.
Policy : berhubungan dengan orientasi masalah yang ingin diselesaikan
adalah masalah kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk menilai
apakah masyarakat memiliki kepedulian terhadap masalah tersebut serta
apakah kebijakan pemerintah mendukung terselesaikannya masalah tersebut.
Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut diatas untuk penilaian
masalah dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk
dikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih
objektif. Pada metode ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang
akan digunakan.
Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu
dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai bobot
yang lebih tinggi. Setelah dikaji dan dibahas, didapatkan kriteria mana yang
mempunyai nilai bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima,
dimana nilai yang tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima, yaitu
sebagai berikut :

Bobot 5 : paling penting

Bobot 4 : sangat penting sekali

Bobot 3 : sangat penting

Bobot 2 : penting

33

Bobot 1 : cukup penting

1. Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga
menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria
ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai berupa penyakit.
Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan
parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat
ditimbulkan oleh permasalahan tersebut. Nilai proxy CFR ditentukan berdasarkan
hasil diskusi, argumentasi, serta justifikasi.
Tabel 2.1 Skala Score Emergency
Range (%)
0 9,9
10 19,9
20 29,9
30 39,9
40 49,9
50 59,9
60 69,9
70 79,9
80 89,9
90 99,9

Score II
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1

Score I
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Keterangan :
Score I untuk Case Detection Rate dan Score II untuk Conversion Rate
Tabel 2.2 Penentuan Score Emergency Terhadap Masalah P2 TB Paru di
Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Kemayoran Periode Januari - Juli Tahun
2015
No.
1 Angka

Daftar Masalah
Penemuan Penderita (CDR)

TB

Cakupan
se- 27,9 %

Skor
3

Puskesmas Kecamatan Pademangan sebesar 27,9 %


dengan target > 80%, dikatakan tidak mencapai
target.
34

Angka Konversi Penderita (CVR) TB di Puskesmas

0%

10

Cempaka Baru sebesar 0% dengan target >85%,


dikatakan tidak mencapai target.
Keterangan : Skor Emergency terbesar yaitu 10 didapatkan pada masalah Angka
Konversi Penderita (CVR) TB Paru di Puskesmas Cempaka Baru Periode Januari
Juli Tahun 2015.

B. Greatest Member
Greatest member menunjukkan berapa banyak penduduk yang terkena
masalah atau penyakit yang ditunjukkan dengan angka prevalensi. Semakin
besar selisih antara target dan cakupan maka akan semakin besar skor yang
didapatkan.
Tabel 2.3 Skala pada Score Greatest Member
Scor
e
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Range (%)
1-11
11,1 21,1
21,2 31,2
31,3 41,3
41,4 51,4
51,5 61,5
61,6 71,6
71,7 81,7
81,8 91,8

Keterangan : Untuk menentukan skor pada greatest member digunakan range.


Range didapatkan dari selisih antara target dan cakupan dari tiap masalah.
Diberikan skor dari 1-9 dengan jarak tiap range sebesar sepuluh agar
mendapatkan nilai greatest member yang bervariasi.

35

Tabel 2.4 Penentuan Score Greatest Member Terhadap Masalah Program


P2 TB Paru di Wilayah Puskesmas se-Kecamatan Kemayoran
Periode Januari Juli Tahun 2015
No.
1

Program dan Kegiatan


Angka Penemuan Penderita (CDR)
TB

se-Puskesmas

Cakupan Target

Selisih

Skor

(a)
27.9 %

(b)
>80%

(b-a)
52,1

0%

>85%

85

Kecamatan

Kemayoran sebesar 27,9 %.


Angka Konversi Penderita (CVR) TB
di Puskesmas Kelurahan Cempaka

Baru 0 %
Skor Greetest Member terbesar yaitu 9 didapatkan pada Angka Konversi (CVR)
TB Paru di Puskesmas Kelurahan Cempaka Baru periode Januari- Juli Tahun
2015.
C. Expanding Scope
Expanding

Scope

menunjukkan

seberapa

luas

pengaruh

suatu

permasalahan terhadap sektor lain di luar kesehatan, berapa banyak jumlah


penduduk di wilayah tersebut, serta ada tidaknya sektor di luar sektor kesehatan
yang berkepentingan dengan masalah tersebut. Untuk Jumlah penduduk diurut
berdasarkan kelurahan yang memiliki penduduk terkecil sampai yang terbanyak.
Tabel 2.5 Range pada Jumlah Penduduk
Range (Jiwa)
10.000 34.999
35.000 59.999
60.000 84.999
85.000 109.999
110.000 134.999
135.000 159.999
160.000 184.999
185.000 209.999
210.000 234.999
235.000 259.999

Score
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tabel 2.6 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Jumlah Penduduk


Se-Kecamatan Kemayoran Periode Januari Juli 2015

36

PUSKESMAS

Jumlah

Nilai

Penduduk

PKC Kemayoran

24.390

PKL Gunung Sari Selatan

23.087

PKL Serdang

34.576

PKL Kebun Kosong I

31.283

PKL Kebun Kosong II

26.883

PKL Utan Kayu

33.882

PKL Sumur Panjang

26.869

PKL Cempaka Baru

37.881

238.781

10

Jumlah

Tabel 2.7 Range pada Luas Wilayah


Luas Wilayah (Ha)
1 80
81 161
162 242
243 323
324 404
405 485
566 646
647 727
728 808
809 889

Score
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

37

Tabel 2.8 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Luas Wilayah

Se-

Kecamatan Kemayoran Periode Januari Juli Tahun 2015

LUAS
NO

KELURAHAN

WILAYAH

Nilai

(ha)
1

Kemayoran

50

Gn. Sahari Selatan

150

Kebun kosong I

50

Kebon Kosong II

120

Serdang

80

Utan Panjang

50

Cempaka Baru

100

Sumur Batu

120

Jumlah

720

Tabel 2.9 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Keterpaduan


Lintas Sektoral Periode Januari Juli 2015
Nilai
1
2
3
4

Lintas Sektor
Tidak ada keterpaduan lintas sektor
Ada keterpaduan lintas program
Ada keterpaduan lintas sector
Ada keterpaduan lintas program dan sector

Tabel 2.10 Nilai Skor Expanding Scope


Range
14

Score
1

38

47

8 11

12 15

16 19

20 23

24 27

Tabel 2.11 Penentuan Skor Expanding Scope Program P2ML di Wilayah


Puskesmas Se-Kecamatan Kemayoran Periode Januari Juli Tahun 2015

No.
1

Daftar Masalah
Angka
(CDR)

Penemuan
TB

Luas
Lintas
Wilayah Sektor

Score
Jumlah

Penderita

se-Puskesmas

Kecamatan Kemayoran
2

Jumlah
Pendudu
k

sebesar

10

22

27,9 %.
Angka Konversi Penderita (CVR)
TB

di

Puskesmas

Kelurahan

Cempaka Baru 0%
Keterangan : Nilai expanding scope terbesar yaitu 6 didapatkan pada Angka
Penemuan Penderita (CDR) TB Paru se-Puskesmas Kecamatan Kemayoran
Periode Januari Juli Tahun 2015.
D. Feasibility
Feasibility merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai seberapa
mungkin suatu masalah dapat diselesaikan. Pada dasarnya, kriteria ini adalah
kriteria kualitatif, oleh karena itu perlu dibuat parameter kuantitatif sehingga
penilaian terhadap kriteria ini menjadi obyektif.
Adapun parameter yang digunakan untuk menilai apakah suatu masalah
dapat diselesaikan meliputi:
a. Rasio tenaga kesehatan puskesmas terhadap jumlah penduduk
Semakin banyak jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk,
maka kemungkinan suatu permasalahan terselesaikan akan semakin besar.
39

Oleh karena itu, dilakukan penghitungan rasio tenaga kesehatan di setiap


Puskesmas kelurahan terhadap jumlah penduduk yang menjadi sasaran
program kesehatan di masing masing wilayah Puskesmas.
Tabel 2.12 Range pada Scoring Rasio Tenaga Kesehatan
Range (%)

Score

1:4.001 1:5.000

1:3.001 1:4.000

1:2.001 1:3.000

1: 1.001 1:2.000

1: 0,001 1:1.000

Tabel 2.13 Scoring Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Penduduk


Sasaran Program P2ML di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan
Kemayoran Periode Januari Juli Tahun 2015
No
1

Puskesmas
Kelurahan

Gn.

Sahari

Tenaga

Jumlah

Kesehatan

Penduduk

12

23.087

1 : 1.924

Ratio

Selatan
2

Kemayoran

15

24.390

1: 1.626

Kelurahan Kebon Kosong

10

31.283

1 : 3.128

I
4

Kelurahan Serdang

34.576

1 : 4.322

Kelurahan Kebun Kosong

10

26.883

1 : 2.688

II
6

KelurahanUtan Panjang

33.882

1 : 4.840

Kelurahan Cempaka Baru

37.871

1 : 4.207

Kelurahan Sumur Batu

26.869

1 : 4.478
40

Jumlah

77

238.781

1 : 3101

b. Ketersediaan fasilitas (material)


Fasilitas juga merupakan hal yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu
kegiatan dan menyelesaikan suatu masalah dan cakupan kegiatan tersebut.
Namun, fasillitas yang dibutuhkan oleh setiap kegiatan berbeda-beda. Oleh
karena itu, dibuat kategori untuk fasilitas yang dibutuhkan oleh kegiatankegiatan

tersebut.Kategori

fasilitas

digolongkan menjadi

dua, yaitu

ketersediaan alat/obat dan ketersediaan tempat. Penilaian berdasarkan ada


dalam jumlah mencukupi, ada namun kurang mencukupi, dan tidak ada sama
sekali. Digolongkan cukup bila dari kegiatan pelaksanaan program tidak ada
masalah, yaitu selalu tersedia dan diberi nilai dua. Digolongkan kurang bila
tersedia namun jumlah kurang, atau terlambat datang, atau ada namun tidak
layak pakai dan diberi nilai satu. Dan tidak ada bila tidak tersedia dan diberi
nilai nol.

Tabel 2.14 Scoring Ketersediaan Fasilitas Terhadap Kegiatan di Wilayah


Puskesmas Se-Kecamatan Kemayoran Periode Januari Juli Tahun 2015
Kategori
Tempat

Ketersediaan
Tidak ada
Ada tetapi kurang
Ada dan cukup
Tidak ada
Ada tetapi kurang
Ada dan cukup

Alat/ Obat

Score
1
2
3
1
2
3

c. Ketersediaan dana
Scoring ketersediaan dana terhadap setiap kegiatan puskesmas penilaian
dibagi tiga, yaitu tidak ada, cukup dan kurang. Penilaian berdasarkan
wawancara dengan pemegang program dan kepala puskesmas terkait.
Tabel 2.15 Scoring Ketersediaan Dana Terhadap Kegiatan di Wilayah
Puskesmas Se-Kecamatan Kemayoran Periode Januari Juli Tahun 2015
Dana

Score
41

Tidak ada
Ada tetapi kurang
Ada dan cukup

1
2
3

E. Tabel 2.16 Nilai Skor Feasibility


Range

Score

13

46

79

10 12

Tabel 2.17 Penentuan Skor Feasibility Program P2ML di Wilayah Puskesmas


Se-Kecamatan Kemayoran Periode Januari Juli Tahun 2015
No

Daftar Masalah

SDM

Angka Penemuan Penderita

(CDR)

TB

Kecamatan
2

Fasilitas
Alat/Obat Tempat
2
2

Dana

Jumlah

Score

se-Puskesmas
Kemayoran

sebesar 27,9 %.
Angka Konversi Penderita

(CVR) TB di Puskesmas
Kelurahan

Cempaka

Baru

sebesar 0%
Nilai feasibility pada Angka Penemuan Penderita (CDR) TB Paru sePuskesmas Pademangan dan Angka Konversi (CVR) TB Paru di Puskesmas
Kelurahan Cempaka Baru Periode Januari Juli Tahun 2015 memiliki nilai yang
sama.

F. Policy
Untuk dapat diselesaikan, aspek lain yang harus dipertimbangkan dari
suatu masalah kesehatan adalah apakah pemerintah memiliki concern terhadap
masalah tersebut. Parameter yang digunakan untuk menilai seberapa concern

42

pemerintah adalah kebijakan pemerintah yang concern terhadap permasalahan


Tabel 2.18 Scoring Kebijakan Pemerintah Terhadap Program P2ML di
Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Kemayoran Periode Januari Juli Tahun
2015
Parameter
Tidak ada kebijakan
Ada kebijakan

Score
1
2

Tabel 2.18 Penentuan Score Policy Program P2ML pada Puskesmas di


Wilayah Kecamatan Kemayoran Periode Januari Juli Tahun 2015
No

Masalah

Kebijakan
Pemerintah

Angka Penemuan Penderita (CDR)


TB

Setelah

se-Puskesmas

Kecamatan

Kemayoran sebesar 27,9%.


Angka Konversi Penderita (CVR)
TB

di

Puskesmas

Kelurahan

Cempaka Baru sebesar 0%


diklasifikasikan berdasarkan tujuh kriteria di atas, keseluruhan hasil penghitungan
dari kriteria kriteria

tersebut dimasukan kedalam tabel penentuan masalah

program P2ML menurut metode MCUA untuk dikalikan dengan bobot masingmasing kriteria. Kemudian hasil perkaliannya dijumlahkan.

43

Tabel 2.19 Penentuan Masalah Program P2ML Menurut Metode MCUA MS


1 - MS 6 di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Kemayoran
Periode Januari Juli Tahun 2015

No

Kriteria

1.

Emergency
Greetest

2.
3.

member
Expanding

4.

Scope
Feasibility

5.

Policy

MS 1
N BN
3
15

MS 2
N BN
10 50

24

36

18

2
1

4
2

8
2

4
2

8
2

Bobot

Jumlah

67

105

Keterangan :
1. Angka Penemuan Penderita (CDR) TB se-Puskesmas Kecamatan Kemayoran
sebesar 27,9 % dengan target > 80%, dikatakan tidak mencapai target.
2. Angka Konversi Penderita (CVR) TB di Puskesmaa Kelurahan Cempaka Baru
sebesar 0% dengan target >85%, dikatakan tidak mencapai target.
2.2 Menentukan Kemungkinan Penyebab Masalah
Setelah dilakukan penetapan prioritas terhadap masalah yang ada,
selanjutnya ditentukan

kemungkinan penyebab masalah untuk mendapatkan

penyelesaian yang ada terlebih dahulu. Pada tahap sebelumnya telah dicoba
mencari apa yang menjadi akar permasalahan dari setiap masalah yang merupakan
prioritas. Pada tahap ini digunakan diagram sebab-akibat yang disebut juga
dengan diagram tulang ikan (fishbone) atau diagram ishikawa. Dengan
memanfaatkan pengetahuan dan dibantu dengan data yang tersedia, dapat disusun
berbagai penyebab masalah secara teoritis.

44

Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses. Input,
yaitu sumber daya atau masukan oleh suatu sistem. Sumber daya antara lain man
(sumber daya manusia), money (dana), material (sarana), method (cara).
Sedangkan proses merupakan kegiatan sistem. Melalui proses, input akan diubah
menjadi output, yang terdiri dari:
a.

Planning
(perencanaan)

: sebuah proses

yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi sampai dengan


menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya.
b.

Organizing
(pengorganisasian) : rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun
semua sumber daya (potensi) yang dimiliki organisasi dan memanfaatkannya
secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi.

c.

Actuating
(pelaksanaan) : proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja
secara

d.

optimal

menjalankan

tugas-tugas

pokoknya

sesuai

dengan

keterampilan yang telah dimiliki dan dukungan sumber daya yang tersedia.
Controlling
(monitoring) : proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan
koreksi (evaluating) jika terjadi penyimpangan.
Berikut ini adalah prioritas masalah yang akan ditetapkan penyebab

masalahnya dengan menggunakan diagram fishbone:


1. Angka Penemuan Penderita (CDR) TB se-Puskesmas Kecamatan Kemayoran
sebesar 27,9 % dengan target > 80%, dikatakan tidak mencapai target.
2. Angka Konversi Penderita (CVR) TB di Puskesmas Kelurahan Cempaka Baru
sebesar 0 % dengan target >85%, dikatakan tidak mencapai target.

45

46

30

2.3. Mencari Penyebab Masalah Yang Paling Dominan


Pada tahap ini yang dilakukan adalah menentukan penyebab masalah yang
paling dominan, yaitu dari dua prioritas masalah yang mungkin dengan
menggunakan metode Ishikawa atau lebih dikenal dengan fishbone (diagram
tulang ikan), yang telah dikonfirmasi dengan data menjadi akar penyebab masalah
(yang terdapat pada lingkaran). Dari akar penyebab masalah tersebut, dapat dicari
akar penyebab masalah yang paling dominan. Penyebab masalah yang paling
dominan adalah penyebab masalah yang apabila diselesaikan dapat menyelesaikan
sebagian besar permasalahan yang ada. Penentuan akar penyebab masalah yang
paling dominan adalah dengan cara diskusi, argumentasi,justifikasi dan
pemahaman program yang cukup. Di bawah ini adalah penyebab masalah yang
dominan dalam program di wilayah kerja Puskesmas se-Kecamatan Pademangan:
2.3.1 Angka Penemuan Penderita (CDR) TB se-Puskesmas Kecamatan
Kemayoran sebesar 27,9 % dengan target > 80%, dikatakan tidak
mencapai target.
Akar penyebab masalah pada Input adalah :
1. Kurangnya jumlah petugas kesehatan yang direkrut puskesmas. (Man)
2. Terbatasnya anggaran dana untuk program-program puskesmas. (Money)
3. Kurang memadainya ruang pemeriksaan khusus pasien TB sebagai sarana
pelaksanaan program. (Material)
4. Kurang terfokusnya petugas kesehatan terhadap program penyuluhan penyakit
TB yang diadakan. (Method)
Akar penyebab masalah pada process adalah :
1. Perencanaan program pengobatan lebih diutamakan daripada program deteksi.
(Planning)
2. Pemusatan pengelolaan data hanya dilakukan di PKC

Kemayoran

(Organizing)
3. Tidak ada pelatihan khusus bagi petugas untuk penyampaian materi edukasi
bagi warga. (Actuating)
4. Perencanaan program TB yang sebelumnya dinilai sudah baik.. (Controlling)

30

Akar penyebab masalah pada lingkungan (Environment) adalah :


1. Kurangnya penyuluhan tentang penyakit TB yang diberikan oleh petugas
kesehatan dan kader setempat.(Environment)
Dari sembilan penyebab yang paling mungkin diperoleh tiga penyebab
yang paling dominan berdasarkan hasil diskusi dan justifikasi sebagai berikut :
1. Kurangnya jumlah petugas kesehatan yang direkrut puskesmas (Man)
2. Terbatasnya anggaran dana untuk program-program puskesmas. (Money)
3. Perencanaan program pengobatan lebih diutamakan daripada program deteksi.
(Planning)
2.3.2 Angka Konversi Penderita (CVR) TB di Puskesmas Kelurahan
Cempaka Baru sebesar 0% dengan target >85%, dikatakan tidak
mencapai target.
Akar penyebab masalah yang ditemukan pada input adalah :
1. Kurangnya petugas kesehatan yang berkompeten untuk menjalankan program
(Man)
2. Subsidi dana untuk program TB di puskesmas kurang. (Money)
3. Pemusatan pengobatan TB PARU dilakukan di Puskesmas Kecamatan.
(Material)
4. Kurangnya tenaga kesehatan. (Method)
Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah :
1. Kurangnya komunikasi antara petugas kesehatan yang terkait. (Planning)
2. Kurangnya jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas. (Organizing)
3. Kurangnya pengarahan oleh petugas kesehatan tentang pengobatan TB.
(Actuating)
4. Petugas kesehatan kurang aktif dalam memantau jalannya pengobatan pasien
TB. (Controlling)
Akar penyebab masalah yang ditemukan pada lingkungan (Environtment) adalah:

31

1. Kurangnya sumber daya manusia dalam mengawasi pasien meminum obat


TB. (Environtment)
Dari sembilan akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan tiga akar
penyebab masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi
langsung juga pemahaman yang cukup. Tiga akar penyebab masalah yang paling
dominan tersebut adalah :
1. Kurangnya jumlah petugas kesehatan yang direkrut puskesmas. (Man)
2. Kurangnya pengarahan oleh petugas kesehatan tentang pengobatan TB.
(Actuating)
3. Petugas kesehatan kurang aktif dalam memantau jalannya pengobatan pasien
TB. (Controlling)

32

You might also like