You are on page 1of 14

Analisa Salmonella

Diajukan sebagai tugas mata kuliah


Pengawasan Mutu Pangan

KELOMPOK 1
KELAS 2C
AINIL ADHA
ANGGIA JUNIATY
ANNISAA ALBUPY
AYU RESTIKA
ATRIA MELATI
DILLA WAHYUNI
EFNITA
ELSA PERMATA SARI
FAKHRUNISA DEADINDA KUSUMA

PROGRAM DIII JURUSAN GIZI


POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
2013

Morfologi Salmonella

Salmonella merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang


fakultatif. Genus Salmonella dinamai oleh seorang ahli patologi hewan
Amerika yang bernama Daniel Elmer Salmon, namun Theobald Smith
adalah penemu sebenarnya dari jenis bakteri (Salmonella enterica

var. choleraesuis) pada 1885, yang menyebabkan penyakit enterik


pada babi (Pratiwi, 2011).
Ciri-ciri dari bakteri Salmonella adalah sebagai berikut
(Pratiwi, 2011):
1. Berbentuk batang dengan ukuran tergantung jenis bakteri (pada
umumnya memiliki panjang 2-3 m, dan bergaris tengah antara 0,3
0,6 m ).
2. Bersifat Gram negatif.
3. Berkembang biak dengan cara membelah diri.
4. Tidak berspora dan bersifat aerob.
5. Motil (pergerakan ) dengan mengunakan flagel. Mempunyai flagel
perithrik (diseluruh permukaan sel), kecuali pada jenis Salmonella

gallinarum dan Salmonella pullorum.


6. Salmonella mudah tumbuh pada medium sederhana, tetapi hampir
tidak pernah memfermentasikan laktosa atau sukrosa.
7. Salmonella membentuk asam dan kadang-kadang gas dari glukosa dan
manosa.
8. Salmonella resisten terhadap bahan kimia tertentu

(misal, hijau

brilian, natrium tetrationat,natrium deoksikolat) yang menghambat


bakteri enterik lain,oleh karena itu senyawa senyawa tersebut
berguna untuk inklusi isolate salmonella dari feses pada medium.
9. Struktur sel bakteri Salmonella terdiri dari
inti (nukleus),
sitoplasma, dan dinding sel. Karena dinding sel bakteri ini bersifat

Gram negatif , maka memiliki struktur kimia yang berbeda dengan


bakteri Gram positif.
Menurut Jawetz et al (dalam Bonang,1982) mengemukakan bahwa
dinding sel bakteri gram negatif mengandung 3 polimer senyawa
mukokompleks yang terletak diluar lapisan peptidoglikan (murein).
Ketiga polimer ini terdiri dari :
1. Lipoprotein adalah senyawa

protein

yang

mempunyai

fungsi

menghubungkan antara selaput luar dengan lapisan peptidoglikan.


2. Selaput luar adalah selaput ganda yang mengandung senyawa
fosfolipid dan sebagian besar dari senyawa fosfolipid ini terikat oleh
molekul-molekul lipopolisakarida pada lapisan atasnya (Pratiwi, 2011).

Klasifikasi Salmonella
Berikut klasifikasi dari bakteri Salmonella (Pratiwi, 2011) :
Kerajaan : Bacteria
Filum : Proteobakteria
Kelas : Gamma proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Family
: Enterobakteriaceae
Genus
: Salmonella
Spesies
: Salmonella enterica
Salmonella arizona
Salmonella typhi
Salmonella choleraesuis
Salmonella enteritidis
Secara praktis salmonella dapat dibagi menjadi (Pratiwi, 2011) :

1. Salmonella tifoid yaitu Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A,B,


dan C penyebab demam enterik (typhoid) pada manusia. Kelompok ini
telah beradaptasi pada manusia.
2. Salmonellanon-tifoid yaitu Salmonelladublin (sapi),Salmonella cholera

suis (babi),Salmonellagallinarum dan Salmonella pullarum (unggas),


Salmonella aborius equi (kuda) dan Salmonella aborius ovis (domba).
Salmonella sp yang beradaptasi pada jenis hewan tertentu jarang
menimbulkan penyakit pada manusia.
1. DEFINISI SALMONELLA
Salmonella merupakan suatu genus bakteri enterobakteria gram-negatif berbentuk
tongkat yang menyebabkan tifus, paratifus, dan penyakit foodborne. Spesies-spesies
Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hydrogen sulfida. Salmonella dinamai
dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya
Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali
menemukan bacterium tahun 1885 pada tubuh babi.

Berikut adalah klasifikasi dari Bakteri Salmonella :


Kerajaan

Bakteri

Kelas :

Gamma Proteobacteria

Order :

Enterobacteriales

Keluarga

Genus :

Salmonella

Species

Enterobacteriaceae
S. enterica (Anonimb, 2009).

Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan
(foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ
pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang
yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam
setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah
demam, sakit kepala, mual dan muntah-muntah.

Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi, S. typhimurium, dan S.
enteritidis. S. typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever), karena invasi
bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis,yang disebabkan oleh keracunan
makanan/intoksikasi.Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian.
S. typhi memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi
Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang
lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi
Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang
dikonsumsi.
2. METODE ANALISA
Metode analisa merupakan proses pembuktian atau konfirmasi pengujian secara
obyektif di laboratorium yang telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dan sesuai
dengan tujuan penggunaannya
Dalam pengujian mutu suatu bahan pangan diperlukan berbagai uji yang mencakup
uji fisik, uji kimia, uji mikrobiologi, dan uji organoleptik. Uji mikrobiologi merupakan salah
satu uji yang penting, karena selain dapat menduga daya tahan simpan suatu makanan, juga
dapat digunakan sebagai indikator sanitasi makanan atau indikator keamanan makanan.
Pengujian mikrobiologi diantaranya meliputi uji kuantitatif untuk menentukan mutu dan
daya tahan suatu makanan, dan uji kualitatif bakteri patogen untuk menentukan tingkat
keamanannya, serta uji bakteri indikator untuk mengetahui tingkat sanitasi makanan tersebut
(Fardiaz, 1993).
Dalam hal ini. metode analisa yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya bakteri
Salmonella metode yang digunakan yakni metode analisa secara kualitatif yakni bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya suatu bakteri salmonella dalam suatu makanan.

a. Metode Analisa Kualitatif


Pada pengujian identifikasi bakteri Salmonella metode yang digunakan adalah metode
analisa secara kualitatif. Pada metode analisa kualitatif ini memiliki tahapan tahapan
tertentu dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya suatu mikroorganisme dalam
makanan.
Tujuan dari pengidentifikasian dalam uji suatu bakteri (Salmonella) pada metode ini
adalah untuk mengetahui mutu ataupun kualitas dari suatu produk berdasarkan kemasan atau
sifat mikrobiologinya. Pengujian mikrobiologi pada sampel makanan akan selalu mengacu

kepada persyaratan makanan yang sudah ditetapkan. Sebagai contoh sampel pada makanan
yakni Parameter uji mikrobiologi pada mayonnaise yang dipersyaratkan sesuai Standar
Nasional Indonesia dalam pengujian Salmonella.
Prinsip pengujian deteksi Salmonella menurut Metode Analisis Mikrobiologi (MA PPOM
74/MIK/06) yaitu ada empat tahap untuk mendeteksi adanya Salmonella :
1.

Pra. Pengkayaan dalam media cair non selektif yang diinkubasi pada 371 C selama
18+2jam.

2. Pengkayaan dalam media cair selektif yang diinkubasi pada 41,5 + 1 C selama 24 3 jam
dalam RVS cair dan 371 C selama 243 jam MKTTn cair.
3. Inokulasi & identifikasi dalam 2 media padat selektif, media selektif pertama diinkubasi pada
371 C selama 243 jam dan dengan media yang digunakan.
4.

Konfirmasi terhadap identitas Salmonella dengan uji biokimia dan serologi.


Pada pengujan deteksi Salmonella diguanakan Buffered Peptone Water (BPW) sebagai
media cair non selektif, Muller Kaufimann Tetrathionate Novobiocin Broth (MKTTn) dan
Rappaport Vassiliadis Medium + Soya (RVS) sebagai media cair selektif, Bismuth Green
Agar (BGA) dan Xylose Lysine Deoxycholate (XLD) media padat selektif untuk mengisolasi
Salmonella.

b. Uji Salmonella
Uji Salmonella digunakan untuk menetapkan adanya Salmonella dalam makanan.
Salmonella merupakan bakteri gram-negatif berbentuk tongkat yang menyebabkan tifus,
paratifus, dan penyakit foodborne. Salmonella terdiri dari sekitar 2500 serotipe yang
kesemuanya diketahui bersifat pathogen baik pada manusia atau hewan.
Bakteri ini bukan indikator sanitasi, melainkan bakteri indikator keamanan pangan .
Artinya, karena semua serotipe Salmonella yang diketahui di dunia ini bersifat patogen maka
adanya bakteri ini dalam makanan dianggap membahayakan kesehatan. Oleh karena itu
berbagai standar makanan siap santap mensyaratkan tidak ada Salmonella dalam 25 gram
sampel makanan.
Salah satu contoh uji Salmonella yang telah dilakukan pengidentifikasian yakni pada
sampel mayonnaise dengan pustaka syarat yang telah ditetapkan pada SNI 01-4473-1998

dengan syarat negatif koloni/ 25 gram. Karena mungkin keberadaan Salmonella pada
makanan sangat kecil karena itu tidak dibuat dalam 1 gram tetapi 25 gram. Salmonella adalah
bakteri yang termasuk mikroorganisme yang amat kecil dan tidak terlihat mata. Selain itu
bakteri ini tidak meninggalkan bau maupun rasa apapun pada makanan. Kecuali jika bahan
makanan (daging ayam) mengandung Salmonella dalam jumlah besar, barulah terjadi
perubahan warna dan bau (merah muda pucat sampai kehijauan, berbau busuk). Biasanya
bakteri dapat dideteksi melalui pemeriksaan laboratorium.
Salmonella bisa terdapat di udara, air, tanah, sisa kotoran manusia maupun hewan
atau makanan hewan. Yang sangat sering sekali terjadi adalah keracunan Salmonella dari
makanan yang mengandung telur mentah (tidak diolah), seperti mayonaise, es krim dan
pudding. Mayonaise biasanya sudah bersifat asam (pH dibawah 4, Salmonella hidup pada pH
4-9). Pada Mayonaise ditambahkan asam asetat sebagai cuka. Asam asetat pada mayonaise
akan membunuh Salmonella.
Makanan yang mudah rusak seperti dagingmentah (terutama daging cincang), daging
unggas, ikan, telur, makanan yang mengadung telur mentah (creme, salat, mayonaise, es
krim, pudding, dll) harus segera mungkin didinginkan atau dibekukan dalam lemari es. Untuk
mendeteksi keberadaan Salmonella dalam makanan dilakukan dalam 4 tahap yaitu prapengkayaan non selektif, pengkayaan selektif, inokulasi dan identifikasi, dan konfirmasi
terhadap identitas Salmonella yang diuji. Berikut ini adalah hasil dari pengujian Salmonella
pada 25 gram sampel mayonnaise.

Pada pengujian salmonella ini dibuat juga kontrol positif yaitu sampel yang telah
diberi biakan kultur salmonella sebagai pembanding. Dari pengkayaan selektif, biakan dari
MKTTn dan RVS diinokulasikanpada media BGA dan XLD untuk tahap inokulasi dan
identifikasi. Pada tahap ini hanya biakan dari BGA yang berasal dari MKTTn yang
menunjukkan pertumbuhan koloni. Sedangkan pada media XLD tidak ada pertumbuhan
koloni. Selanjutnya koloni dari biakan BGA dilakukan uji identifikasi yaitu uji biokimia dan
uji serologi. Uji biokimia yang dilakukan antar lain sebgai berikut :
1) Uji TSIA
Pada uji TSIA warna media slant berubah menjadi merah karena bakteri bersifat basa
ini menandakan bahwa bakteri ini tidak memfermentasi laktosa dan sukrosa. Pada media

daerah butt media berubah berwarna kuning ini menandakan bakteri memfermentasi glukosa.
Pembentukan gas positif ini hasil dari fermentasi H 2 dan CO2 dapat dilihat dari pecahnya dan
terangkatnya agar. Pembentukan H2S positif ditandai dengan adanya endapan berwarna
hitam. TSIA agar mengadung laktosa dan sukrosa dalam konsentrasi 1%, glukosa 0,1% dan
phenol red sebagai indikator yang menyebabkan perubahan warna dari merah orange menjadi
kuning dalam suasana asam. TSIA juga mengandung natrium trisulfat, yaitu suatu substrat
untuk penghasil H2S, ferro sulfat menghasilkan FeS (precipitat), bewarna hitam untuk
membedakan bakteri H2S dengan bakteri-bakteri lainnya.
2) Uji urease
Uji urease digunakan untuk mengetahui kemampuan mikroba menghidrolisis urea
menjadi amonia. Enzim urease akan menguraikan urea menjadi amonia. Uji urease
menunjukkan hasil positif jika terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah keunguan.
Hasil uji urease negatif jika tidak terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah
keunguan.
3) Uji Dekarboksilasi Lysin
Uji Dekarboksilasi Lysin menggunakan media Xylose-Lysine- Desoxycholate Agar
medium digunakan untuk isolasi Salmonella danmemilah organisme lain dengan cara
memfermentasi xylose, dekarboksilasi lysine dan produksi H 2S. Fermentasi xylose sangat
lazim bagi kebanyakan organisme enterik kecuali, Shigella, Providencia, Edwardsiella. Pada
media ini, Salmonella akan membentuk koloni merah dengan inti hitam, sedang
Pseudomonas dapat tumbuh dengan warna
merah dan Eschericia berwarna kuning. Mikroba lain yang dapat tumbuh pada media ini
antara lain Arizona, Proteus, Aerobacter, Klebsiella, Citrobacter. Begitu banyak mikroba
yang dapat tumbuh, sehingga media ini kurang dapat memilah Salmonella pada tahap awal.
Lebih baik
digunakan untuk tahap konfirmasi kontaminan Salmonella.
4) Uji -galaktosidase
Uji -galaktosidase digunakan utuk identifikasi beberapa jenis bakteri seperti
Salmonella. Enzim -galaktosidase merupakan enzim yang dapat mengubah laktosa menjadi
glukosa dan galaktosa. Beberapa mikroorganisme seperti E. coli, dapat menggunakan laktosa
sebagai sumber karbon. Selain laktosa, substrat alamiah dari enzim, adalah bahan yang sangat
penting,

ONPG

(o-nitro-phenyl--D-galactopyranoside),

dapat

digunakan

pula.

galaktosidase dapat mengkatalisis ONPG menjadi galaktosa dan o-nitrofenol. ONPG tidak

berwarna tetapi setelah hidrolisis menjadi o-nitrofenol, akan timbul warna kuning pada
larutan yang alkali. beberapa jenis bakteri yang mampu melakukan fermentasi terhadap
karbohidrat Streptococcus, Lactobacillus, Zygomonas, Saccharomycetes, Escherichia,
Enterobacter, Salmonella.
5) Uji Indol
Uji Indol bertujuan untuk menentukan kemampuan bakteri dalam memecah asam
amino triptofan. Media ini biasanya digunakan dalam indetifikasi yang cepat. Hasil uji indol
yang diperoleh negatif karena tidak terbentuk lapisan (cincin) berwarna merah muda pada
permukaan biakan, artinya bakteri ini tidak membentuk indol dari tryptopan sebagai sumber
karbon, yang dapat diketahui dengan menambahkan larutan kovacs. Asam amino triptofan
merupakan komponen asam amino yang lazim terdapat pada protein, sehingga asam amino
ini dengan mudah dapat digunakan oleh mikroorganisme akibat penguraian protein.
6) Uji Voges Proskauer
Uji Voges Proskauer bertujuan untuk mengidentifikasi jenis bakteri Untuk
membedakan bakteri Escherichia coli dengan Enterobacter aerogenes. Hasilnya uji ini
negatif, karena tidak terbentuk warna merah pada medium setelah ditambahkan -napthol dan
KOH, artinya hasil akhir fermentasi bakteri ini bukan asetil metil karbinol (asetolin).
Salmonella positif jika pada uji biokimia yang dilakukan hasilnya sebagai berikut:
TSIA : butt (+), slant (-), gas positif atau negatif dan H2S positif atau negatif.
Hidrolisis urea : negative
Dekarbosilasi lysine : positif
Reaksi voges proskauer : negative
Produksi indol : negative
Uji serologi: terjadi aglutinasi pada penambahan antisera polivalen O, H, dan Vi.
Pada biakan contoh setelah dilakukan uji biokimia dan serologi didapatkan hasil
sebagai berikut:

TSIA : butt (-), slant (-), gas negatif dan H2S negatif.
Hidrolisis urea : positif
Dekarbosilasi lysine : negative
Reaksi voges proskauer : negatif
Produksi indol : negative

7) Uji Serologi
Uji serologi tidak terjadi aglutinasi pada penambahan antisera polivalen O, H, dan Vi.

Karena hasil dari uji biokimia dan uji serologi contoh atau sampel berbeda dengan hasil
kontrol positif, maka koloni yang tumbuh dari biakan BGA pada contoh bukanlah
Salmonella, sehingga hasil dari pengujian ini dapat dinyatakan sebagai negatif koloni/25 gr.
Hasil ini telah memenuhi syarat seperti pada SNI 01-4473-1998 yang mensyaratkan cemaran
Salmonella pada mayonnaise adalah negatif koloni/25 gr.
3. PROSEDUR UJI
Prosedur pengujian deteksi Salmonella sesuai Metode Analisis Mikrobiologi (MA PPOM
74/MIK/06) yaitu:
1. Pra-Pengkayaan Non-Selektif
Dengan cara aseptic ditimbang 25 gram atau dipipet 25 ml cuplikan ke dalam kantong
plastic stomacher steril ditambahkan 225 ml BPW. Dihomogenkan menggunakan stomacher
selama 30 detik dan diinkubasi pada suhu 371 C selama 182 jam.
2. Pengkayaan Selektif
Dengan cara aseptic dipipet biakan pra-pengkayaan masing-masing 1ml ke dalam 10
ml MKTTn inkubasi pada suhu 371C selama 243 jam dan 0,1 ml ke dalam 10 ml RVS
inkubasi pada suhu 41,51 C selama 243 jam. Jagalah agar maksimum suhu inkubasi tidak
melebihi 42,5 C.
3. Inokulasi & identifikasi
Dari biakan MKTTn dan RVS diinokulasikan masing-masing sebanyak 1 sengkelit
pada permukaan BGA dan XLD, kemudian diinkubasi pada suhu 37+1 C selama 24+3 jam

koloni yang tumbuh diamati. Biakan diduga Salmonella positif jika :


BGA : koloni dari tidak berwarna, merah muda hingga merah dan translusen hingga keruh

dengan lingkaran merah muda sampai merah.


XLD : koloni translusen dengan bintik hitam ditengah, dan dikelilingi zona transparan
berwarna kemerahan.

4. Konfirmasi
Dipilih dua atau lebih koloni spesifik pada BGA dan XLD diinokulasikan pada media
TSA atau NA miring. Dari TSA atau NA miring dilakukan uji konfirmasi sebagai berikut:
a) TSIA
Diinokulasikan koloni tersangka dengan cara tusuk dan goresan pada media TSIA, inkubasi
pada suhu 37+1 C selama 24+3 jam. Amati perubahan warna yang terjadi.

b) Uji Urease
Inokulasikan koloni tersangka pada media urea agar (Christensen) suhu 371C. Amati
perubahan warna biakan yang terjadi.
c) Uji Dekarboksilasi lysine
Inokulasikan koloni tersangka pada media L.Lysine decarboxylase diikubasi pada suhu 371
C selama 243 jam. Amati perubahan warna biakan dan kekeruhan yang terjadi.
d) Uji Voges Proskauser
Inokulasikan koloni tersangka pada media MR-VP pada suhu 371 C selama 243 jam.
Tambahan 3 tetes larutan Alfa naftol dan 2 tetes larutan KOH 40 %. Amati perubahan warna
biakan yang terjadi setelah 15 menit.
e) Uji Indol
Inokulasikan koloni tersangka pada media Tryptone Broth atau Tryptophan broth,
inkubasikan pada suhu 371 C selama 243 jam. Tambahkan beberapa tetes larutan Kovac.
Amati perubahan cincin merah.
f)

Uji -galaktosidase
Suspensikan 0,5 ml NaCl 0,85 % pada biakan NA miring dalam tabung reaksi kecil steril.
Masukkan sebuah cakram ONPG, inkubasi pada suhu 371C selama 243 jam.

g) Uji Serologi
Ambil 1 ose biakan dari TSA/NA miring suspensikan dengan 1 tetes NaCl 0,85 % dan 1
tetes air, dan campurkan pada kaca objek. Apabila diamati dengan latar belakang gelap dan
menggunakan kaca pembesar telah terjadi aglutinasi, sebaiknya tidak dilakukan uji serologi
dengan antisera polivalen O, H, Vi, karena telah terjadi aglutinasi sendiri (self agglutination).
Apabila tidak terjadi aglutinasi sendiri, lakukan uji serologi seperti diatas dengan
antisera polivalen O, H, dan Vi, terjadinya aglutinasi maka Salmonella positif. Uji ini dapat
dilakukan pada kaca objek atau tabung kecil. Untuk antisera polivalen H, biakan Salmonella
diinokulasikan pada media NA semi padat yang diinkubasi pada 371C selama 243 jam.
Makanan atau minuman tidak boleh mengandung Salmonella (negative per 25 gram atau 25
ml) (BPOM RI, 2006).
Genus Salmonella termasuk dalam famili Enterobacteriaceae, adalah bakteri Gramnegatif berbentuk batang langsing (0.7 1.5x2-5 m), fakultatif anaerobik, oxidase negatif,
dan katalase positif. Sebagian besar strain motil dan memfermentasi glukosa dengan

membentuk gas dan asam. Umumnya memfermentasi dulcitol, tetapi tidak laktose,
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon, menghasilkan hidrogen sulfida, decarboxylate
lysine dan ornithine, tidak menghasilkan indol, dan negatif untuk urease.
Merupakan bakteri mesophylic, dengan suhu pertumbuhan optimum antara 35 - 37C,
tetap dapat tumbuh pada range 5 - 46C. Dapat dimatikan pada suhu dan waktu pasteurisasi,
sensitif pada pH rendah ( 4,5) dan tidak berbiak pada Aw 0,94, khususnya jika
dikombinasikan dengan pH 5,5 atau kurang. Sel-selnya dapat bertahan pada pembekuan dan
bentuk kering dalam waktu yang lama. Salmonella mampu berbiak pada berbagai makanan
tanpa mempengaruhi tampilan kualitasnya (Hartoko, 2007)
Adanya bismuth sulfite dan brilliant green dapat menghambat pertumbuhan gram
positif dan coliform. Adanya S dalam media akan diubah menjadi H 2S yang berperanan
mengendapkan
besi, sehingga koloni berwarna coklat-hitam dengan kilap logam, tampak seperti mata
kelinci. Mikroba lain yang dapat tumbuh antara lain Pseudomonas, Shigella dan
Vibrionaceae. Media ini sangat baik digunakan pada tahap awal untuk memilahkan
Salmonella dari mikroba lain. Sedangkan mikroba lain yang tumbuh terutama Pseudomonas
dapat dipilah dengan media lain.
Brilian green Agar mengandung brilian green yang sangat baik untuk menghambat E.
coli dan bakteri yang memfermentasi sukrosa dan laktosa. Garam empedu berperanan
menghambat bakteri untuk batang gram negatif. Media ini sangat selektif untuk isolasi
Salmonella sp. Salmonella typhii akan berwarna merah dikelilingi zona merah. Pseudomonas
dihambat, tetapi jika tumbuh menyerupai koloni Salmonella berwarna merah. Untuk
menetapkan kontaminan tersebut Salmonella atau Pseudomonas diperlukan konfirmasi
dengan media lain ( Usman, 2010).

Daftar Pustaka
Buckle, K. A., dkk. 1987. Ilmu Pangan.Diterjemahkan oleh Adiono dan Hari Purnomo. UI Press,
Jakarta.

Campbell, N. A., J.B. Reece, L.G. Mitchell. 2002. Biologi Jilid 2 edisi Kelima. Jakarta : Erlangga
Direktorat Jenderal PPM & PLP, Depkes.1996. Pedoman Teknis Sanitasi (Penyehatan) Pengelolaan
Makanan Di Rumah Sakit, Jakarta.
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi Cetakan ke-13.Jakarta : Percetakan Imagraph
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. PT. Raja Grafindo Persada., Jakarta.
Fardiaz, S. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Sugianto, Tantri. 2012. Uji Salmonella. Diakses di :http://tantri-sugianto.blogspot.com/2012/07/ujisalmonella.html. Diakses pada : Selasa, 2 Oktober 2013
Sutedjo, M. M. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta, Jakarta.
Tjay, T. H. 2003. Obat-Obat Penting. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Widiyanti, Ni Luh Putu Manik dan Ni Putu Ristianti.2004.Analisis Kualitatif Bakteri Koliform pada
Depo Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali.

You might also like