You are on page 1of 15

PENELITIAN

TERHADAP SEJARAH HUKUM


Makalah
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas perkuliahan, pada mata kuliah
Metode Penelitian Hukum, Semester Ganjil, Tahun Akademik 2015 - 2016
Nama

Kelas

Disusun Oleh :
: Dyasmin Caesa Dealma
(131000189)
Islamia Ayu Anindya (131000171)
Bayu Nur Fajar
(131000187)
M. Mahardika
(131000191)
Ahmad Taufik
(131000200)
Hilman Maulana
(131000210)
Imam Taufik
(131000375)
Ilham A. H.
(131000208)
: E
Di bawah Bimbingan :
Hesti

FAKULTAS
UNIVERSITAS

HUKUM
PASUNDAN
2015

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW.

Berkat

limpahan

dan rahmat-Nya

penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah Metode Penelitian Hukum
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami
hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan semua pihak terkait, sehingga
kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu, yang kami
sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan
berita. Makalah ini di susun oleh kami dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri kami sendiri maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Universitas Pasundan. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah ini di masa yang akan
datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Bandung, 15 Oktober 2015

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..

DAFTAR ISI .

ii

BAB I
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang .
B. Rumusan Masalah.
C. Tujuan Permasalahan

1
2
2

BAB II
PEMBAHASAN
A.
B.

Pengertian dari Penelitian.. ..... 4


Masa Besluiten Regering (1800-1855) ...

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

iii

ii

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Perbincangan sejarah hukum mempunyai arti penting dalam rangka
pembinaan hukum nasional, oleh karena usaha pembinaan hukum tidak saja
memerlukan bahan-bahan tentang perkembangan hukum masa kini saja,
akan tetapi juga bahan-bahan mengenai perkembangan dari masa lampau.
Melalui sejarah hukum kita akan mampu menjajaki berbagai aspek hukum
Indonesia pada masa yang lalu, hal mana akan dapat memberikan bantuan
kepada kita untuk memahami kaidah-kaidah serta institusi-institusi hukum
yang ada dewasa ini dalam masyarakat bangsa kita.
Apa yang sejak lama disebut sejarah hukum, sebenarnya tak lain dari
pada pertelaahan sejumlah peristiwa-peristiwa yuridis dari zaman dahulu
yang disusun secara kronologis, jadi adalah kronik hukum. Dahulu sejarah
hukum yang demikian itupun disebut antiquiteiter, suatu nama yang
cocok benar. Sejarah adalah suatu proses, jadi bukan sesuatu yang berhenti,
melainkan sesuatu yang bergerak; bukan mati, melainkan hidup.
Hukum sebagai gejala sejarah berarti tunduk pada pertumbuhan yang
terus menerus. Pengertian tumbuh membuat dua arti yaitu perobahan dan
stabilitas. Hukum tumbuh, berarti bahwa ada terdapat hubungan yang erat,
sambung-menyambung atau hubungan yang tak terputus-putus antara
hukum pada masa kini dan hukum pada masa lampau.
Hukum pada masa kini dan hukum pada masa lampau merupakan satu
kesatuan. Itu berarti, bahwa kita dapat mengerti hukum kita pada masa kini,
hanya dengan penyelidikan sejarah, bahwa mempelajari hukum secara ilmu
pengetahuan harus bersifat juga mempelajari sejarah.

Sejarah hukum dapat memberikan pandangan yang luas bagi kalangan


hukum, karena hukum tidak mungkin berdiri sendiri, senantiasa dipengaruhi
oleh berbagai aspek kehidupan lain dan juga mempengaruhinya. Hukum
masa kini merupakan hasil perkembangan dari hukum masa lampau, dan
hukum masa kini merupakan dasar bagi hukum masa mendatang. Sejarah
hukum akan dapat melengkapi pengetahuan kalangan hukum mengenai halhal tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Penelitian ?
2. Bagaimana tahapan-tahapan dalam Penelitian Sejarah Hukum ?

C. Tujuan Permasalahan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pada Penelitian
2. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam penelitian sejarah hokum
3. Untuk memenuhi tugas Metode Penelitian Hukum

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Penelitian
Penelitian pada dasarnya merupakan suatu upaya pencarian dan
bukannya sekedar mengamati dengan teliti terhadap suatu objek yang
mudah terpegang, ditangan. Penelitian merupakan terjemahan dari bahasa
inggris Research, yang berasal dari kata Re (kembali) dan to Search
(mencari). Dengan demikian, secara logawiyah berarti mencari kembali.
Pada dasarnya yang dicari itu tidak lain adalah pengetahuan lebih
tepatnya. Tujuan penelitiaan adalah
1. a. mendapatkan pengetahuan tentang suatu gejala, sehingga dapat merumuskan
masalah.
b. memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang suatu gejala, sehingga
dapat merumuskan hipotesa.
2. Untuk menggambarkan secara lengkap karakteristik atau ciri-ciri dari :
a. Suatu keadaan
b. Perilaku pribadi
c. Perilaku kelompok
Tanpa didahului hipotesa (tetapi harus ada masalah)

Jenis-jenis penelitian :
Penelitian Empiris
Penelitian Normatif

2. Tahapan-tahapan dalam penelitian sejarah hukum


Sebagaimana halnya dengan perbandingan hukum, maka sejarah
hukum dalam penelitian hukum normatif merupakan suatu metode. Sebagai
cabang dari ilmu kenyataan, maka sejarah hukum merupakan suatu ilmu
pengetahuan. Sebagai metode, maka sejarah hukum berusaha mengadakan
identifikasi terhadap tahap-tahap perkembangan hukum, yang dapat
dipersempit ruang lingkupnya menjadi sejarah perundang-undangan. Yang
penting adalah kegiatan ilmiah untuk mencoba menyusun pentahapan
perkembangan hukum atau perkembangan perundang-undangan.
Kalau perundang-undangan di Indonesia hendak diteliti dengan
mempergunakan metode sejarah, maka lazimnya diadakan pertahaban
dahulu. Pentahapan itu adalah, sebagai berikut (Purnadi Purbacaraka dan
Soekamto 1979 : 27 dan seterusnya)
1.
2.
3.
4.
5.
a.
b.
c.

Masa Besluiten Regering (tahun 1800-1855)


Masa R.R (1854/1855-1926/1927)
Masa I.S (1926/1927-1942)
Masa Penjajahan Jepang (1942-1945)
Masa Kemerdekaan (sesudah tahun 1945)
Masa Republik Indonesia 1945
Masa Republik Indonesia Serikat
Masa Republik Indonesia 1950

d.

Masa Kembali ke Undang-Undag Dasar 1945


Sesudah pentahapan masa-masa tersebut disusun, maka peneliti

mengidentifikasikan beberapa permasalahan yang ingin diteliti, misalnya,


siapa pembentuk Undang-undang dalam arti meteril, untuk siapa dan
dimana berlakunya Undang-undang itu, dimana di umumkan UU itu, dan
seterusnya.

A.

Masa Besluiten Regering (1800-1855)

Ketika kongsi perdagangan Belanda yang dikenal dengan nama VOC


dibubarkan pada tahun 1799 karena jatuh pailit, maka sejak tahun 1800
daerah-daerah atau tanah-tanah milik VOC dinusantara, diambil oleh negara
Belanda dan ditaruh dibawah kerajaan Belanda. Hak raja atas daerah-daerah
tersebut tercantum dalam Undang-Undang Belanda (Nederland Grondweb)
tahun 1814 pasal 36.
Pada masa tersebut hanya raja yang berkuasa untuk mengurus dan
mengatur segala sesuatunya di daerah jajahan, walaupun didalam praktek
dilakukan oleh wakil raja dijajahan daerah nusatara.
Pemerintah jajahan pada masa itu haya didasarkan atas satu macam
peraturan yang dikeluarkan oleh raja, yaitu bentuk Peraturan Pusat
(Aglemene Verordening) yang disebut Koninkjlijk Besluit.
Sebagai catatan ada baiknya untuk diketahui, bahwa K.B mempunyai
sifat-sifat:
a.

Sebagai tindakan eksekutif (tata usaha) dan merupakan ketetapan


(Beschiking) misalnya pengagkatan gubernur jendral

b.

Sebagai tindakan legislatif dan merupakan peraturan (Aglemeen


Verodening) yang mempunyai isi tindakan legislatif, dalam perundagundagan negeri Belanda disebut juga Algemeen Maatregel van
Bestuur disingkat A.M.V.B
Sejarah lembaga-lembaga tertentu tadi dapat ditelaah dalam berbagai

bahan, baik bahan hukum maupun bahan non hukum . kalau yang
dipergunkan adalah bahan hukum primer, maka sejarah suatu lembaga
tertentu dapat ditelaah dengan cara meneliti perundang-undangan yang
mengatur lembaga tersebut sejak semula ada.

Misalnya, sejarah

pemerintahan desa di Indonesia dapat ditelaah dari berbagai perundang-

undagna sejak zaman hindia Belanda. Contohnya adalah, (Bayu surianingrat


1980 : 7 dst)
hingga sekarang dikenal hanya 2 UU yang mengatur hal-hal pokok
mengenai pemerintahan desa yaitu:
1.

I.G.O dan I.G.O.B ( Inlandse Gemeente Ordonnatie Stbl. No. 83/1906,


dan Indlandse Gemeente Ordonanntie Buitengewesten Stbl. No.
490/1938).

2.

UU no. 5/1979 tentang pemerintahan desa.


Kalau

perundang-undangannya

sudah diidentifikasikan

barulah

disusun deskripsinya secara analitis :


I.G.O dan I.G.O.B adalah peraturan yang dikeluarkan oleh
pemerintah Hindia Belanda.
I.G.O hanya berlaku di Jawa dan Madura. I.G.O.B berlaku diluar Jawa
dan Madura. Yang dimaksud dengan Buitengewesten (wilayah luar
adalah wilayah luar Jawa dan Madura). Semula untuk tiap wilayah (Gewest)
diluar Jawa, misalnya, untuk distrik-distrik di Lampung, Bangka, dan
sekitarnya. Tetapi pada tahun 1938 Ordonasi-ordinasi tersebut dicabut dan
diganti dengan hanya satu ordonasi yaitu I.G.O.B no. 490/1938, termakusd
diatas.
I.G.O dan I.G.O.B berlaku melewati masa Hindia-Belanda yang
berakhir pada tahun 1942, menembus masa pendudukan Jepang tahiun
1942-1945, bahkan jauh memasuki zaman NKRI, secara tidak langsung
sampai 1979.
Karena pada thaun 1965 dikeluarkan UU Desa Praja, meskipun UU
ini sebenarnya tidak mengatur pemerintahan Desa, melainkan menghapus
Desa untuk dijadikan sebagai organisasi peralihan bagi terbentuknya daerah
tingkat III. Sasaran utama dan hakikat UU no. 19/1965 memang menghapus
Desa tetapi UU ini tidak sempat dilaksanakan karena pada tahun itu juga
5

harus ditinjau kembali berhubung dengan terjadinya ketatanegaraan.


Kemudian secara hukum dicabut oleh UU no. 6/1969 tentang tidak
berlakunya UU diantaranya UU no. 19/1965 dengan demikian kenyataan
dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa yang setingkat dengan Desa
diluar Jawa-Madura, tetap menurut I.G.O dan I.G.O.B sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku tetapi
mulai berlakunya pencabutan UU no. 19/1965 adalah pada saat mulai
berlakunya UU penggantinya yaitu UU no. 5/1979 tentang pemerintahan
Desa.
Adanya satu UU berarti adanya desa yang seragam diseluruh wilayah
Indonesia. Kesamaan ini mengakibatkan perlunya diadakan pembentukan
kembali atau lebih tepatnya penyesuaian Desa yang ada, terutama diluar
Jawa dan Madura, terkandung dalam UU no. 5/1979 tentang Pemerintahan
Desa.
Pemerintahan Hindia Belanda sampai dengan keruntuhannya tidak
mampu untuk menyeragamkan Desa. Ordonansi yang berbeda-beda
dikeluarkan,

yang

mengakibatkan

beraneka

ragamnya

Inlandse

Gemmente.
Contoh lain dari penggunaan sejarah hukum sebagai metode untuk
meneliti

perkembangan

suatu

gejala

hukum,

adalah

sebagaimana

dikemukakan oleh Lev, mengenai perkembangan kekuasaan yudisial di


Indonesia, khususnya sampai diterbitkannya UU no. 13 tahun 1961, UU no.
15 tahun 1961 dan UU no. 14 tahun 1970.

Contoh lainnya adalah :


Misalnya, seorang peneliti mengenai pemerintahan daerah menurut UUD 1945
akan menanyakan apakah otonomi daerah memang merupakan kehendak UUD
1945? dalam hal demikian peneliti tidak dapat hanya bersandar pada konsiderans
menimbang huruf a undang undang no 32 tahun 2004 yang berbunyi:
bahwa dalam rangka penyelengaraan daerah sesuai dengan amanat UUD
republic Indonesia 1945, pemerintah daerah yang mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan
untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningktan,
pelayanan, pemberdayaan, dan perah serta masyarakat serta peningkatan daya
saing daerah dengan memerhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,
keistimewaan dan kekhususan dalam suatu daerah sistem Negara kesatuan
republic Indonesia
Apabila ditelaah, dasar pertama pertimbangan tersebut berbeda dengan dasar
pertimbangan pertama yang tertuang di dalam UU no 22 tahun 1999 yang
berbunyi:
bahwa sistem pemerintahan Negara kesatuan republic Indonesia menurut undang
undang dasar 1945 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk
menyelenggarakan otonomi daerah
undang undang ini didasarkan kepada UUD 1945 sebelum diamandemen. Lalu
pertanyaannya apakah benar UUD 1945 yang asli memang menghendaki adanya
otonomi daerah? dalam menjawab pertanyaan tersebut peniliti perlu melacak
secara historis perkembangan UU pemerintahan daerah sejak UU no 1 tahun
1945.
Dengan menggunakan pendekatan historis, peneliti misalnya dapat menelaah
perkembangan prinsip kebebasan berkontrak. Di dalam pandangan eropa
continental, asa kebebasan berkontrak merupakan konsekuensi dari dua asas
lainnya dalam perjanjian, yaitu konsensualisme dan kekuatan mengikat suatu
perjanjian yang lazim disebut sebagai pacta sunt servanda. Konsensualisme
berhubungan dengan terjadinya perjanjian, pacta sunt servanda berkaitan dengan
akibat adanya perjanjian yaitu terikatnya para pihak yang mengadakan perjanjian,
sedangkan kebebasan berkontrak menyangkut isi perjanjian. Hukum romawi telah
mengembangkan secara luas pengertian perjanjian. di dalam hukum tersebut telah
dikenal istilah istilah contractus verbis (kontrak lisan), contractus litteris (kontrak
tertulis), contracttus re (kontrak mengenai hal hal yang disebut di dalam undang
undang) dan contractus ex consensus (kontrak berdasarkan kesepakatan). dengan
ditambahkannya contractus innominati (kontrak khusus yang tidak sebut di dalam
undang undang) ke dalam contractus re, hukum romawi menetapkan syarat yang
ketat bahwa perjanjian perjanjian, dengan sedikit perkecualian, hanya berlaku
apabila dibuat dalam bentuk tertentu didalam apa yang disebut sebagai acta nuda,
7

yaitu suatu perjanjian yang di dalamnya tidak terdapat kepentingan mengapa


perjanjian itu dibuat, tidak ada suatu tindakan yang mengikat. begitu pula hukum
romawi pada saat itu tidak memberlakukan aturan umum atau nudus consensus
obligat (kewajiban yang hanya timbul dari kesepakatan). Baru pada saat abad
pertengahan karena pengaruh hukum kanonik, aturan nudus consensus obligat
diterima sebagai hukum yang berlaku.
Hukum kanonik pada abad pertengahan mempunyai peran penting karena
pengadilan gereja juga menangani masalah masalah duniawi. bahkan sebelumnya,
janji yang diucapkan dibawah sumpah, oleh pengadilan pengadilan gereja diakui
berlaku sebagai perjanjian.
Pacta sunt servanda mempunyai pengertian bahwa suatu pactum, yaitu
persesuaian kehendak, tidak perlu dilakukan dibawah sumpah, atau dibuat dengan
tindakan atau formalitas tertentu, menurut hukum, persesuaian kehendak itu
membentuk suatu perjanjian yang mengikat.
Suatu hal yang perlu dikemukakan di sini adalah bahwa kepentingan umum tidak
boleh bersifat kontra produktif terhadap asas kebebasan berkontrak itu sendiri
artinya bahwa demi kepentingan umum ruang gerak kebebasan berkontrak
menjadi sangant sempit, Jika yang demikian terjadi, sama saja dengan tidak
adanya pengakuan terhadap asas kebebasan berkontrak .

Demikianlah beberapa contoh analisis yang didasarkan pada metode sejarah.


Model yang mana yang dipilih tentunya senantiasa tergantung pada tujuan
penelitian yang bersangkutan.

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan
Dari uraian diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa salah satu
kegunaan sejarah hukum adalah untuk mengungkapkan fakta-fakta hukum
tentang masa lampau dalam kaitannya dengan masa kini. Hal di atas
merupakan suatu proses, suatu kesatuan, dan satu kenyataan yang
diahadapi, yang terpenting bagi ahli sejarah data dan bukti tersebut adalah
harus tepat, cenderung mengikuti pentahapan yang sistematis, logika, jujur,
kesadaran pada diri sendiri dan imajinasi yang kuat.
Sejarah hukum dapat memberikan pandangan yang luas bagi kalangan
hukum, karena hukum tidak mungkin berdiri sendiri, senantiasa dipengaruhi
oleh berbagai aspek kehidupan lain dan juga mempengaruhinya. Hukum
masa kini merupakan hasil perkembangan dari hukum masa lampau, dan
hukum masa kini merupakan dasar bagi hukum masa mendatang.
Sejarah hukum akan dapat melengkapi pengetahuan kalangan hukum
mengenai hal-hal tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Sunggono Bambang. 2010, Metode Penelitian Hukum, Rajawali


Grafindo, Jakarta : hal.98 Penelitian Sejarah Hukum
Soekamto Soerjono dan Sri Mamudji, 1985, Penelitian Hukum
Normatif (suatu tinjauan singkat), Rajawali, Jakarta : hal.101
Marzuki Peter Mahmud. 2005, Penelitian Hukum, Prenada Media Group,
Jakarta.

iii

You might also like