Professional Documents
Culture Documents
edu/17087158/Tugas_Polmas_Nov_2014
OPTIMALISASI PERAN BHABINKAMTIBMAS GUNA MEMINIMALISIR
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) DALAM RANGKA
TERWUJUDNYA SITUASI KAMTIBMAS YANG KONDUSIF
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Globalisasi telah membawa perubahan yang cepat pada berbagai
aspek kehidupan baik ekonomi, sosial, politik, budaya dan lain-lain.
Perkembangan global tersebut telah berpengaruh pada sikap dan perilaku
setiap warga negara termasuk perkembangan dimensi kejahatan yang
sudah tidak mengenal dimensi wilayah (borderless), dimensi waktu (terjadi
sangat cepat dan sangat cepat pula menghindar/escape), dimensi masalah
(dalam arti bentuk kejahatan, modus operandi dan pelaku kejahatan yang
semakin kompleks/complicated) yang melibatkan antar bangsa dan antar
bidang kehidupan. Arus informasi serta komunikasi global telah mampu
membangun suatu dimensi baru yang bertumpu pada demokrasi dan HAM,
sehingga menampilkan kebebasan menyampaikan pendapat di muka umum
yang terkadang dalam pelaksanaannya tanpa mengindahkan aturan-aturan
serta ketentuan yang berlaku dan bahkan diikuti dengan tindakan
kekerasan/anarkis yang akan dapat berubah menjadi ancaman bagi
persatuan dan kesatuan bangsa, yang pada akhirnya menuntut peran Polri
dalam memberikan rasa aman kepada masyarakat luas, dalam hal ini
masyarakat menuntut terwujudnya situasi kamtibmas yang kondusif.
Kekerasan dalam rumah tangga (disingkat KDRT) adalah kekerasan
yang dilakukan di dalam rumah tangga baik oleh suami maupun oleh istri.
menurut pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
dalam Rumah Tangga (UU PKDRT), KDRT adalah setiap perbuatan
terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksualm psikologis, dan/atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam
lingkup rumah tangga. Sebagian besar korban KDRT adalah kaum
perempuan (istri) dan pelakunya adalah suami, walaupun ada juga korban
2
justru sebaliknya, atau orang-orang yang tersubordinasi di dalam rumah
tangga itu. Pelaku atau korban KDRT adalah orang yang mempunyai
hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, perwalian dengan
suami, dan anak bahkan pembantu rumah tangga, tinggal di rumah ini.
Ironisnya kasus KDRT sering ditutup-tutupi oleh si korban karena terpaut
dengan struktur budaya, agama dan sistem hukum yang belum dipahami.
Padahal perlindungan oleh negara dan masyarakat bertujuan oleh negara
dan masyarakat bertujuan untuk memberi rasa aman terhadap korban serta
menindak pelakunya.
Pelibatan masyarakat secara nyata dalam rangka menjaga keamanan
dan ketertiban telah berlangsung sekian lama yang dikenal dengan sistem
keamanan swakarsa, namun dirasakan belum dapat dilaksanakan secara
optimal, belakangan atas adanya kerjasama Polri dan JICA, dilakukan
pelatihan Community Policing atau dikenal dengan Pemolisian Masyarakat
(Polmas) untuk memberikan pengetahuan kepada Polri dalam meningkatkan
peran serta masyarakat dalam tugas Polri. Polmas sebagai strategi adalah
Model perpolisian yang menekankan kemitraan yang sejajar antara
petugas Polmas dengan masyarakat lokal dalam menyelesaikan dan
mengatasi setiap permasalahan sosial yang mengancam keamanan dan
ketertiban masyarakat serta ketenteraman kehidupan masyarakat setempat
dengan tujuan untuk mengurangi kejahatan dan rasa ketakutan akan terjadi
kejahatan serta meningkatkan kualitas hidup warga setempat. Salah satu
cara untuk menampung, mengatasi dan menyelesaikan masalah pada
masyarakat
cara
ditempatkannya
petugas
3
2.
Pokok Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, yang menjadi permasalahan
dalam penulisan Naskah Karya Perorangan ini adalah, Belum optimalnya
peran
Bhabinkamtibmas
guna
meminimalisir
KDRT
dalam
rangka
Pokok-pokok persoalan
Untuk memudahkan dalam pembahasan permasalahan tersebut diatas,
maka dirumuskan pokok-pokok persoalan dalam Naskah Karya Perorangan
ini sebagai berikut :
a. Belum adanya kesamaan pemahaman tentang Bhabinkamtibmas ?
b. Masih kurangnya keterampilan pengemban fungsi Polmas pada
Bhabinkamtibmas ?
c. Belum baiknya pola pengangkatan dan penempatan pengemban fungsi
Bhabinkamtibmas ?
4.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembahasan Naskah Karya Perorangan (NKP) ini dibatasi
pada
upaya
Kapolrestro
Tangerang
dalam
mengoptimalkan
peran
Tata Urut
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB VI
BAB VII
:
:
:
:
:
:
:
PENDAHULUAN
KAJIAN KEPUSTAKAAN
PERAN BHABINKAMTIBMAS SAAT INI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERAN BHABINKAMTIBMAS YANG DIHARAPKAN
UPAYA OPTIMALISASI PERAN BHABINKAMTIBMAS
PENUTUP
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
4
6.
Strategi
dan
Implementasi
Pemolisian
Masyarakat
dalam
Strategi
Penyelenggaraan
dan
Implementasi
tugas
Polri.
Pemolisian
Polmas
atau
Masyarakat
community
dalam
policing
Perpolisian,
fungsi
(taktik/
yaitu
segala
Kepolisian,
tekhnik)
tidak
fungsi
hal
ihwal
hanya
Kepolisian
tentang
menyangkut
tetapi
juga
Perkap No. 7 Tahun 2008, Pedoman dasar strategi dan Implementasi Polmas, Mabes Polri, Jakarta,
2008.
5
menajemen puncak sampai dengan manajemen lapis bawah, termasuk
b.
c.
lingkungan
komunitas
berkesamaan
profesi
(misalnya
e.
Kemitraan
tersebut
merupakan
proses
yang
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT, Teknik membedah kasus bisnis reorientasi konsep pencapaian
strategik, Jakarta, 2006.
6
dapat memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan peluang (opportunities),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses)
dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategi ini selalu
berkaitan dengan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan. Dengan demikian
perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor
strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam
kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut sebagai Analisis Situasi. Model
yang paling populer untuk analisis situasi ini adalah analisis SWOT.
BAB III
PERAN BHABINKAMTIBMAS SAAT INI
Sebagai suatu konsep dari pemolisian masyarakat, pelaksanaan Polmas
tentunya harus fleksibel, sehingga Polmas mampu diterapkan dalam kondisi
sosial budaya yang ada. Keragaman sosial budaya yang ada menuntut adanya
kreatifitas personil Polri untuk dapat memahami tentang sosial budaya yang ada
dan tengah berkembang di masyarakat sehingga penerapan Polmas dapat seiring
dan sejalan dengan kepentingan masyarakat. Sampai saat ini, sebagian besar
masyarakat masih belum mengetahui apalagi memahami arti dari penerapan
Polmas.
dengan harapan. Dengan keadaan seperti ini, akan sangat kecil masyarakat akan
bisa melakukan kemitraan dengan Polisi. Ketiadaan kemitraan membuat
masyarakat tidak pernah melibatkan Polisi apabila mengalami tindak pidana atau
7
permasalahan-permasalahan lainnya yang ada di masyarakat berkaitan dengan
keamanan dan ketidaktertiban. Salah satu bentuk kreatifitas yang dapat dilakukan
oleh Polri guna membangun kemitraan dengan masyarakat adalah dengan
menempatkan bhabinkamtibmas pada tiap-tiap desa ataupun kelurahan.
Sekilas akan disajikan tentang gambaran umum Polrestro Tangerang yang
Wilayah Hukum nya membawahi 8 (Delapan) Polsek terdiri dari 13 Kecamatan.
Dan terletak antara 66 sampai dengan LS 10813 dan 10636 BT sampai
dengan 10642 BT. Kota Tangerang menempati areal seluas : 183.370 Km 2
yang terdiri dari:
Kecamatan
:
13 buah
Polres
:
1 buah
Polsek
:
8 buah
Pospol
:
13 buah
Kelurahan
:
104 buah
RW
:
659 buah
RT
: 3.250 buah
Dengan jumlah penduduk Kota Tangerang tercatat sejumlah 1.531.666 jiwa
dengan penyebaran pada 8 wilayah Polsek. Dengan luas wilayah dan jumlah
penduduk tersebut, Data kasus KDRT di Polrestro Tangerang adalah sebagai
berikut :
NO
1
JENIS PRISTIWA
TAHUN 2013
CT
CC
17
14
17
14
KDRT
JUMLAH
Data lapsat Polrestro Tangerang
Kekuatan personnel Bina Mitra hanya 13 orang dengan didukung oleh
petugas Babinkamtibmas sebanyak 20 orang, sedangkan ratio perbandingan Polri
dengan penduduk 1 : 1.652. Kemudian disebutkan bahwa adanya Penunjukan
Polsekta Cipondoh sebagai Pilot Project dalam mengembangkan Polmas dengan
cara pemasangan plang nama Anggota Babinkamtibmas di Rumah masing
masing guna membuka layanan pengaduan baik masalah Sosial maupun Tindak
Pidana hal ini di maksudkan bahwa Polri secara Proaktif melakukan Interaksi dan
Komunikasi serta peduli dan Empati serta Shaing dengan Masyarakat dimana
Anggota tersebut tinggal sehingga selain meningkatkan Quick Respon juga
memberikan dampak bagi meningkatnya kepercayaan Masyarakat terhadap Polri.
Secara Kuantitas mengacu kepada struktur Organisasi Polri yang baru, maka
DSPP Polres Metropolitan Tangerang berjumlah 1.510 orang, saat ini Riil 1.304
8
orang sehingga masih mengalami kekurangan 206 Personil. (Berdasarkan
Lapsat Polrestro Tangerang)
Menilik pada Data Laporan Kesatuan Polrestro Tangerang tersebut, dapat
diketahui
bahwa
Kapolrestro
masih
belum
optimal
memerankan
wilayah
hukum
Polrestro
Tangerang.
Namun
kenyataannya,
peran
dibawah
filosofi
bahwa
pelayanan
polisi
dilakukan
9
e. Belum adanya kemitraan dengan masyarakat bahkan cenderung
menjaga jarak dengan masyarakat dan tidak bertanggung jawab kepada
masyarakat yang dilayaninya.
f. Pemecahan masalah. Dalam mengimplementasikan strategi Polmas
tersebut, saat ini cenderung menggunakan cara-cara baku seperti
keharusan adanya Bhabinkamtibmas
ditiap
desa
maupun
kelurahan
kalaupun
sudah
adak,
Keterampilan komunikasi
1)
2)
3)
b.
2)
Kurang
bisa
mengidentifikasi
hambatan
dan
penyebab
timbulnya masalah.
3)
c.
Keterampilan kepemimpinan
1)
2)
3)
4)
d.
e.
2)
10
1)
2)
11.
Pola
pengangkatan
dan
penempatan
pengemban
fungsi
Bhabinkamtibmas
a. Personil Polri belum memenuhi persyaratan sebagai petugas
Bhabinkamtibmas dan belum mengikuti pelatihan Polmas, tidak
diangkat sebagai jabatan fungsional dengan surat keputusan Kapolda
namun oleh Skep Kapolres, selanjutnya langsung di tempatkan
menjadi petugas Bhabinkamtibmas di desa maupun dikelurahan.
Belum adanya pembagian pengemban fungsi Polmas berupa jabatan
Fungsional yang di kelompokkan menjadi 4 (empat) golongan terdiri
dari : Petugas Polmas, Supervisor / Penyelia Polmas, Pembina
b.
c.
dimiliki.
Kedudukan pengemban fungsi Bhabinkamtibmas adalah di desa-desa
d.
/ kelurahan-kelurahan.
Pelaksanaan tugas Polmas
bersifat
tidak
permanen
(masih
11
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
12. Faktor Internal
a.
Kekuatan
1) Adanya legitimasi Polri sebagai pemelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, yang diatur dalam Undang-undang No. 2
2)
3)
4)
b.
Kelemahan
1)
jenuh
dan
bosan,
akhirnya
tidak
serius
dalam
tidak
sesuai
dengan
konsep
Perpolisian
hingga
mengakibatkan
petugas
Polmas
kurang
12
mengetahui
permasalahan
yang
terjadi
dalam
masyarakat
diwilayah tugasnya.
4)
Peluang
1) Program pemerintah tentang Good Governance merupakan
peluang untuk Polri untuk merubah paradigma Polri sehingga
2)
melaksanakan
tugas
pokoknya,
meliputi
memelihara
negeri
dari
b.
Kendala
1) Adanya pemberitaan media massa yang kurang proporsional dan
2)
3)
4)
BAB V
PERAN BHABINKAMTIBMAS YANG DIHARAPKAN
13
Konsep Community Policing dalam penyelenggaraan tugas Polri disesuaikan
dengan
karakteristik
dan
kebutuhan
masyarakat
Indonesia,
tanpa
maka
dibentuklah
Bahbinkamtibmas.
Dengan
dengan
dibentuknya
b.
14
dengan warga. Penempatan secara tetap berarti bahwa petugas
Polmas tidak dikenakan rotasi dan tidak diberi penugasan lain di luar
daerah tugasnya.
c.
d.
e.
f. Pemecahan
Masalah.
Yang
dimaksud
dengan
masalah
adalah
15
adanya Bhabinkamtibmas, maka segala permasalahan masyarakat
dapat teridentifikasi kemudian dilakukan analisa dan ditemukan solusi
yang tepat sesuai dengan sumber daya yang tersedia. Jadi tidak hanya
sekedar formalitas saja.
15. Keterampilan pengemban fungsi Polmas pada Bhabinkamtibmas
Untuk menjadi petugas Polmas yang baik guna mempercepat
terwujudnya kemitraan antara Polisi dengan masyarakat, maka diperlukan
keterampilan bekerjasama dengan masyarakat sebagai berikut.
a.
Komunikasi
verbal
(lisan).
Keterampilan
keterampilan
ini, dapat
menimbulkan
empati
dari
3)
Keterampilan
Keterampilan
presentasi
memberikan
adalah
keterampilan
presentasi.
memberikan
2)
3)
16
c.
Pengemban
Fungsi
Polmas
juga
harus
memiliki
keterampilan
2)
3)
4)
Pengemban
Fungsi
Polmas
juga
harus
memiliki
keterampilan
2)
Hal ini penting, karena tidak semua orang / polisi mampu berbicara di
depan umum dan mempresentasikan / menjelaskan keinginan atau
tujuan dari kehadiran Polisi di daerah tersebut. Dengan kemampuan
identifikasi sumber daya, maka Pengemban Fungsi Polmas mampu
menentukan langkah-langkah apa yang harus dilakukan sesuai dengan
sumber daya yang ada pada daerah tersebut.
e.
Pengemban
Fungsi
Polmas
juga
harus
memiliki
keterampilan
2)
17
a.
di
Polmas.
Pengangkatan dan penempatan pengemban fungsi Polmas harus
memiliki kemampuan dasar operasional Polmas, antara lain :
1)
2)
Komisaris
Polisi
dengan
kemampuan
Kontrol
dan
pengawasan.
3)
c.
Kedudukan
Bhabinkamtibmas
adalah
Petugas
Polmas
yang
untuk
Pembina
berkedudukan
di
bersifat
Polres
sedangkan
permanen
(tidak
18
membangun kemitraan adalah setara, yakni polisi bersama-sama dengan warga
dalam upaya untuk mencari solusi dalam menangani berbagai masalah sosial
yang terjadi dalam masyarakat. Kedua, polisi senantiasa berupaya untuk
mengurangi rasa ketakutan masyarakat akan adanya gangguan kriminalitas.
Polisi memposisikan diri di bawah masyarakat, yaitu polisi dapat memahami
kebutuhan rasa aman masyarakat yang dilayaninya. Ketiga, polisi lebih
mengutamakan pencegahan kriminalitas (crime prevention). Ini mengindikasikan
bahwa posisi polisi di atas, yaitu polisi dapat bertindak sebagai aparat penegak
hukum yang dipercaya oleh warga masyarakat dan perilakunya dapat dijadikan
panutan oleh warga yang dilayaninya. Polisi sebagai petugas dalam Perpolisian
Komuniti mengidentifikasikan warga yang taat dan patuh hukum dan diajak tidak
hanya untuk mengamankan dirinya tetapi juga warga komunitinya dan polisi
berupaya membentuk jejaring (network)3.
Konsep
Polmas
dalam
penyelenggaraannya,
disesuaikan
dengan
dengan
masyarakat),
sehingga
polisi
diharapkan
mampu
untuk
19
semisal komunitas masyarakat petani, nelayan, pesantren, kampus, dan lain-lain
yang cara dan metodenya akan berbeda-beda karena problem yang dihadapi
setiap komunitas juga tidak sama.
Sebagaimana dijabarkan diatas bahwa guna mempercepat terwujudnya
kemitraan antara Polisi dengan Masyarakat dengan lingkup wilayah yang kecil,
maka
ditempatkanlah
Bhabinkamtibmas
di
desa
maupun
dikelurahan,
Polmas
dengan
Bhabinkamtibmas
dengan
masyarakat.
masyarakat
Komunikasi
dapat
yang
mengetahui
intens
anatar
secara
persis
permasalahan yang terjadi di daerah tersebut,, yang salah satu kasusnya adalah
KDRT, kemudian ditindak lanjuti dengan bekerjasama dengan masyarakat dalam
mengatasi permasalahan tersebut, sehingga dapat menjaga kehidupan yang
aman dan tentram di wilayah tersebut. Dengan adanya Bhabinkamtibmas
masyarakat mempunyai akses dalam memberikan saran maupun informasi yang
berguna bagi arah pelaksanaan tugas operasional Bhabinkamtibmas,.
Ketidaktepatan
pemahaman
konsep
Bhabinkamtibmas
sekarang
ini
berdampak negatif pada tataran skala sosial makro, dimana masyarakat menjadi
sangat bergantung pada polisi.. Sebagai contoh bila tidak dicek patroli malam
oleh Bhabinkamtibmas, maka petugas ronda malam tidak menjalankan tugasnya
dengan baik. Karena itu Polri harus merumuskan Polmas secara tepat baik yang
terkait dengan internal maupun eksternal dengan bagaimana upayanya dalam
menciptakan jaringan-jaringan yang luas di masyarakat, bukan sekedar
menyadarkan masyarakat untuk memiliki daya cegah dan daya tangkal terhadap
gangguan kamtibmas dan menjadi partner dari polisi saja, tetapi juga kesadaran
terhadap wawasan kamtibmas dalam melakukan aktivitasnya. Polmas agar
dirancang pola kolektifitasnya dalam memperluas jaringan kinerja dan sinergi
kepolisian
pada
komunitas-komunitas
masyarakat.
Sehubungan
dengan
20
Untuk meningkatkan pemahaman tentang Bhabinkamtibmas, maka
perlukan dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Mensosialisasikan falsafah strategi, prinsip-prinsip dan programb.
c.
kemasyarakatan.
Menyelenggarakan fungsi pembinaan Polmas secara terstruktur dalam
suatu wadah organisasi tersendiri yang dapat dihimpun bersama
d.
fungsi-fungsi terkait.
Mendorong percepatan penciptaan kondisi internal yang kondusif
dalam rangka menumbuh kembangkan kepercayaan masyarakat
e.
terhadap Polri.
Memedomani buku Manual Polmas yang diterbitkan IOM. Sebagai
pedoman, implementasinya sangat tergantung pada situasi dan
f.
g.
2)
sertaan warganya
Kemampuan forum menemukan dan mengidentifikasikan akar
3)
masalah.
Kemampuan petugas Polmas dalam penyelesaian masalah
h.
18. Keterampilan
pengemban
fungsi
Bhabinkamtibmas
dalam
21
Polmas dan petugas Polisi pada satuan kewilayahan dan satuan fungsi
b.
lainnya.
Menyiapkan petugas Polmas yang akan mengawaki pelaksanaan
program penanganan kasus KDRT, baik dengan meningkatkan
kemampuan Babinkamtibmas yang sudah mempunyai kualifikasi
penanganan kasus KDRT maupun
c.
d.
khusus
tentang
Polmas
khusus
bertahap
c)
d)
e)
f)
22
BAB VII
PENUTUP
20. Kesimpulan
Untuk mewujudkan situasi kamtibmas yang kondusif, maka harus
didukung dengan terciptanya keamanan dan ketertiban masyarakat, oleh
karena itu perlu dilakukan optimalisasi peran Bhabinkamtibmas sebagai
pelaksana
fungsi
Polmas.
Hal
ini
dapat
dilakukan
dengan
cara
program Polmas.
Penerapan Polmas sebagai suatu falsafah diimplementasikan
dalam
3)
4)
5)
6)
7)
8)
b.
pelaksanaan
tugas
masing-masing
satuan
fungsi
operasional Polri.
Menyelenggarakan fungsi pembinaan Polmas secara terstruktur.
Mendorong percepatan penciptaan kondisi internal yang kondusif.
Memedomani buku Manual Polmas yang diterbitkan IOM.
Menetapkan indikator keberhasilan/keefektifan program Polmas
Melakukan audit internal.
Menyusun rencana kerja perubahan internal.
program Polmas.
Menyelenggarakan program-program pendidikan dan pelatihan
Polmas secara bertahap.
23
4)
5)
kuliah Polmas.
Melakukan program pelatihan khusus tentang Polmas setiap
tahun.
c.
Pola
pengangkatan
dan
penempatan
pengemban
fungsi
4)
peningkatan karier.
Menempatkan secara tetap pengemban fungsi Bhabinkamtibmas
5)
6)
21. Rekomendasi
a.
b.
Kapolres
melalui
Polda
meminta
kepada
Mabes
Polri
untuk
DAFTAR PUSTAKA
24
Rangkuti, Freddy, 2002, Analisis SWOT tehnik membedah kasus bisnis. Jakarta.
Muradi, 2009, Penantian Panjang Reformasi Polri, Yogyakarta : Tiara Wacana
Chrysnanda DL., dalam makalah Polmas dan Masalah Masyarakat Hukum Adat
di Indonesia, 8 Desember 2009
Lihawa, Ronny, 2005, Memahami Community Policing, Jakarta : YPKIK
Rahardjo, Satjipto, 2007, Membangun Polisi Sipil; Perspektif Hukum, Sosial, dan
Kemasyarakatan, Jakarta : PT. Kompas-Gramedia
Hanjar Kebijakan dan Strategi Polmas
PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia
Perkap No. 7 Tahun 2008 tentang Pedoman dasar strategi dan Implementasi
Polmas, Mabes Polri, Jakarta, 2008
Surat Keputusan Kapolri No. Pol.: Skep/737/2005 tanggal 13 Oktober 2005