You are on page 1of 43

MODUL PRAKTIKUM AVERTEBRATA AIR

PRODI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2015

Kata Pengantar

Modul praktikum Avertebrata Air ini disusun untuk menunjang kegiatan


praktikum mata kuliah avertebrata air yang ditempuh oleh mahasiswa Manajemen
Sumberdaya Perairan Fakultas Kelautan Dan Perikanan Universitas Udayana pada
semester 3. Praktikum ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan keahlian
mahasiswa dalam mengidentifikasi avertebrata air dan ciri-ciri morfologi sehingga
mampu mengklasifikasikan hewan tersebut serta mengetahui peranannya di dalam
ekosistem perairan.
Untuk dapat mencapai tujuan dari praktikum tersebut, pelaksanaan
praktikum avertebrata air dilaksanakan di laboratorium Manajemen Sumberdaya
Perairan.

Kegiatan

praktikum

ini

meliputi

pengamatan

morfologi

dan

menggambarkan ciri-ciri morfologi specimen serta mengklasifikasikan specimen.


Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
modul praktikum ini. Kritik dan saran yang membangun sangat dihargai demi
perbaikan lebih lanjut. Semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi praktikan serta
bagi mahasiswa yang memerlukannya.

Jimbaran, 20 November 2014


Penyusun

Tim Asisten Praktikum

TATA TERTIB PRAKTIKUM AVERTEBRATA AIR

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Praktikan wajib datang 18 menit sebelum praktikum dimulai.


Praktikan wajib menggunakan jas lab saat praktikum.
Praktikan dapat membawa masker dan sarung tangan saat praktikum.
Praktikan wajib menggunakan kemeja (baju berkerah) dan sepatu.
Praktikan wajib membawa buku panduan praktikum.
Praktikan wajib membawa laporan yang sudah di acc oleh asisten dosen
masing-masing kelompok.
7. Pada saat praktikum setiap kelompok hanya di perbolehkan membawa 1
kamera untuk dokumentasi praktikum.
8. Pada saat mulai berjalannya praktikum praktikan maupun asisten dosen
masuk dengan tertib dan tidak makan, minum dan merokok .
9. Praktikan wajib merapikan, membersihka dan mengembalikan alat dengan
keadaan utuh yang sudah digunakan pada saat praktikum .
10. Praktikan bertanggung jawab atas kerusakan alat praktikum avertebrata.
11. Praktikan diharapkan konsultasi dengan asisten dosen masing-masing pada
setiap praktikum
12. Tidak ada praktikum susulan.

PHYLLUM COELENTERATA
Secara umum Coelenterata atau sering disebut juga Cnidaria adalah
hewan berbentuk karang, menyerupai bunga mawar, dan hewan yang
melayang-layang di laut sebagai parasut seukuran mangkung/piring.
Filum Coelenterata adalah kelompok hewan yang berongga yang tidak
bertulang belakang Nama Coelenterata diambil dari bahasaYunani yaitu
coeleon berarti berongga. Coelenterata hanya mempunyai rongga sentral
yang disebut coelenteron atau rongga gastrovaskuler, yaitu tempat
terjadinya

pencernaan dan

pengedaran

sari-sari makanan.

coelenterata hanya

memiliki

tiga

(Hydra dan Obelia),

Schypozoa

(Aurelia sp.)

(Anemonlaut,

koralbatu,

(SakrinaldanSinta, 2009)

koralkapur,

kelas
dan

yaitu
dan

Hydrozoa

kelas

metridium

Filum

Anthozoa

marginatum)

10.000 spesiesdari filum Coelenterata ini.

(Romimohtarto, K dan Juwana Sri. 2009)


Bentuk tubuh Coelenterata terdapat dua jenis yaitu polip dan
medusa. Polip adalah binatang berbentuk tabung pendek yang ujungnya
tertutup dan ditengah salah satu ujungnya terletak mulut yang dikelilingi
oleh tentakel. Hidupnya sendiri (soliter) dan ada yang berkoloni. Contoh
polip tunggal anemone laut, sedangkan polip berkoloni adalah koral.
Medusa adalah binatang perenang bebas. Mulut medusa terletak ditengah
bagian

bawah

tubuhnya

yang

cekung.

Berenang

dengan

mengembangkempiskan otot pinggir tubuhnya secara berirama sehingga


air didalam cekungan tubuhnya tersembur keluar dan mendorongnya maju.
Contohnya adalah ubur-ubur. (Modul Averebrata Air, 2014)

Gambar 1. Polip

Gambar 2. Medusa

memiliki dua tipe pertumbuhan yaitu hydroriza (pertumbuhan


polipnya satu-satu tanpa cabang) dan hydrocauli (pertumbuhan polip
diikuti dengan percabangan dari polip itu)

Dari berbagai macam spesies filum coelenterate aini, yang kami


ambil sebagai sampel identifikasi pada saat paktikum Averterata Air adalah
dari kelas:
a. Anthozoa = Acroporasp
Anthozoa atau binatang

bunga

ini

merupakan

golongan

coelenterata yang terbesar.Binatang ini memunyai polip tapi tidak


memiliki medusa. Anthozoa dewasa melekatkan diri pada obyek yang ada
didasar laut, sementara larvanya berenang bebas. Kelas Anthozoa ada
beberapa yang hidup dengan menyendiri (soliter) dan juga tidak sedikit
yang hidupnya secara berkelompok. Terbagi menjadi tiga bagian yaitu
pedal disc (bagian kaki), kolumna (bagian batang tubuh) dan oral disc.
(Modul Averebrata Air, 2014)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Coelenterata
Kelas
: Anthozoa
Ordo
: Madreporaria
Family
: Acroporidae
Genus
: Acropora
Spesies
: Acropora sp
Karang (Corolum sp)
Kingdom : Animalia
Phylum : Coelenterata
Kelas
: Anthozoa
Ordo
: Octocoralia
Family
: Gorganacea
Genus
: Corgana
Spesies
: Corolum sp. (Suwignyo,1989)
b. Kelas Scyphozoa = Aurelia sp
Hewan ini dikenal sebagai ubur-ubur (soliter) Bergerak lamban dan
tidak mampu melawan arus kuat. Hewan ini sering di golongkan per
definisi. Bentuk tubuhnya fase dewasa adalah medusa, walaupun kerap
kali ada tahap polyp pada perkembangannya.
Klasifikasi (Suwignyo,1989)
Kingdom : Animalia
Phylum : Coelenterata
Kelas
: Scyphozoa
Ordo
: Samestomeae
Family
: Aurelidae
Genus
: Aurelia

Spesies
: Aurelia sp.
c. Hydrozoa
Dalam praktikum avertebrata air kali ini, kami memakai sampel
spesies identifikasi berikut ini:
Klasifikasi (Suwignyo,1989)
Kingdom : Animalia
Filum : Coelenterata
Kelas : Hydrozoa
Ordo : Hydroida
Genus : Obelia
Spesies : Obelia sp
Peranan coelenterata bagi manusia dan ekosistem:
Sumber makanan, ex. Aurelia sp.
Hiasan dalam akuarium
Membentuk terumbu karang, untuk pariwisata dan habitat berbagai
macam ikan

Daftar Pustaka
(Romimohtarto, K dan Juwana Sri. 2009. Ilmu Pengetahuan Tentang
Biologi Laut Djambatan. Jakarta)
Suwignyo. 1989. Avertebrata Air. Bogor: Lembaga Sumberdaya dan
Informasi. IPB

PHYLLUM ANNELIDA
Annelida (dalam bahasa latin, annulus = cincin) atau cacing gelang adalah
kelompok cacing dengan tubuh bersegmen. Berbeda dengan Platyhelminthes dan
Nemathelminthes, Annelida merupakan hewan tripoblastik yang sudah memiliki
rongga tubuh sejati (hewan selomata). Namun Annelida merupakan hewan yang
struktur tubuhnya paling sederhana. Sebagian besar annelida hidup dengan bebas
dan ada sebagian yang parasit dengan menempel pada vertebrata, termasuk
manusia. Habitat annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar, dan
juga ada yang sebagian hidup di tanah atau tempat-tempat lembap. Annelida hidup
diberbagai tempat dengan membuat liang sendiri. Bentuk tubuh annelida simetris
bilateral yang seluruh tubuhnya dilapisi oleh kutikula. Segmen tubuhnya tidak
hanya dibagian luar, tetapi juga disebelah dalam. Antara satu segmen dengan
segmen lainnya terdapat sekat yang disebut septa. Setiap segmen memiliki alat
reproduksi, alat ekskresi, otot dan pembuluh darah. Antara ruas yang satu dengan
yang lainnya berhubungan sehingga terlihat bentuk seperti cincin yang
terkoordinasi,segmentasi yang demikian disebut metameri. (Maskoeri. 1992)
Phylum annelida terbagi menjadi 3 kelas, yaitu polychaeta,oligochaeta,hirudinea

1. Polychaeta
Polychaeta (dalam bahasa yunani, poly=banyak, chaetae=rambut
kaku) merupakan annelida berambut banyak. Tubuh Polychaeta dibedakan
menjadi daerah kepala (prostomium) dengan mata, antena, dan sensor
palpus. Polychaeta memiliki sepasang struktur seperti dayung yang disebut
parapodia (tunggal = parapodium) pada setiap segmen tubuhnya. Fungsi
parapodia adalah sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah
halus sehingga
dapat berfungsi juga seperti insang untuk bernapas.Setiap parapodium memiliki
rambut kaku yang disebut seta yang tersusun dari kitin. Kebanyakan Polychaeta
hidup di laut serta memiliki parapodia dan setae. Parapodia adalah kaki seperti
dayung (sirip) digunakan untuk berenang sekaligus bertindak sebagai alat
pernafasan. Setae adalah bulu-bulu yang melekat pada parapodia, yang membantu
polychaeta melekat pada substrat dan juga membantu mereka bergerak. Contoh
Polychaeta yang sesil adalah cacing kipas (Sabellastarte indica) yang berwarna
cerah. Sedangkan yang bergerak bebas adalah Nereis virens, Marphysa
sanguinea, Eunice viridis(cacing palolo), dan Lysidice oele(cacing wawo).(Horst,
1904)
Ciri-Ciri PolyChaeta :

Berambut banyak

Hidup di laut dan dapat dibedakan antara jantan dan betina

Mempunya parapodia (alat gerak)

Memiliki panjang tubuh sekitar 5-10 cm, dengan diameter 2-10 mm.

Tinggal dalam tabung dan ada juga hidup bebas

Tubuh dapat dibedakan menjadi prostomium (kepala) dan peristomium


(segmen pertama).

(Sumber: blogg.vm.ntnu.no)
Gambar 3. Eunice viridis (cacing palolo)

Klasifikasi ilmiah cacing palolo


Kingdom

: Animalia

Filum

: Annelida

Kelas

: Polychaeta

Ordo

: Eunicaida

Famili

: Eunicidae

Genus

: Eunice

Spesies

: Eunice viridis
(Gray, 1840)

2.

Kelas Olygochaeta
Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo=sedikit, chaetae=rambut kaku)
merupakan annelida yang berambut sedikit. Oligochaeta tidak memiliki
parapodia, namun memiliki seta pada tubuhnya yang bersegmen. Cacing dalam
kelas ini tubuhnya bersegmen, panjang tubuh antara 10 sampai 25 cm. Tempat
Olygochaeta di darat atau di air tawar. Tiap segmen tubuhnya terdapat sedikit
setae, tanpa parapodia. Mulutnya terdapat di ujung anterior, anus di ujung
posterior. Saluran pencernaannya terdiri dari mulut dan esofagus, tembolok
(ingluvies), lambung tebal, usus halus-anus. Bagian dorsal usus halus cacing ini
terdapat lipatan internal yang disebut tiflosol. Pada esofagusnya terdapat tiga
pasang kelenjar berkapur. Pernapasan pada Olygochaeta secara difusi melalui
permukaan tubuh yang dilapisi kutikula saat basah. Peredaran darahnya tertutup
(tubuler) dengan lima pasang jantung berotot, pembuluh darah dorsal dan
pembuluh darah ventral. Contoh Oligochaeta yaitu Moniligaster houtenil (Cacing

tanah sumatra),Tubifex sp (Cacing air) ,Lumbricus terestris(Cacing Tanah),


Perichaeta musica (Cacing Hutan) (Mandila,2013)
Ciri-Ciri Oligochaeta :

Tidak mempunyai parapodia

Mempunyai seta pada tubuhnya yang bersegmen

Memiliki sedikit rambut

Kepala berukuran kecil, tanpa alat peraba/tentakel dan mata

Mengalami penebalan antara segmen ke 32-37, yang disebut dengan


klitelum.

Telur terbungkus oleh kokon

Daya regenerasi tinggi

Hidup air tawar atau darat

Hermafrodit

(Sumber: images.slideplayer.com.br)
Gambar 4. Tubifex sp. (cacing rambut)

Klasifikasi ilmiah cacing rambut


Kingdom

: Animalia

Filum

: Annelida

Kelas

: Oligochaeta

Ordo

: Haplotaxida

Famili

: Tubifisidae

Genus

: Tubifex

Spesies

: Tubifex sp.
(Gusrina,2008)

3.

Kelas Hirudenia
Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit. Cacing anggota
kelas ini biasanya hidup sebagai parasit atau bahkan predator. Tubuhnya pipih
dorsiventral, Tidak memiliki parapodium maupun seta pada segmen tubuhnya,
mempunyai alat isap anterior dan posterior. Mulut terdiri atas tiga buah rahang
dari kitin yang tersusun dalam segitiga. Pada anterior dan posterior terdapat alat
pengisap yang digunakan untuk menempel dan bergerak. Pada tubuh cacing ini
menghasilkan zat anti koagulan, darah yang diisap dapat mencapai 3 kali berat
tubuhnya, dan baru habis dicerna setelah 3 bulan. Saluran pencernaannya terdiri
dari mulut (alat isap)-lambung, usus, rektum, anus. Respirasinya secara difusi
melalui seluruh permukaan tubuh. Sistem sarafnya tangga tali, ganglion ventral
lebih jelas, ganglion serebral lebih kecil. Alat ekskresinya berupa nefridia,
terdapat pada ruas ke-7 sampai ruas ke-23.Contohnya: Hirudo medicinalis
(lintah), Haemadipsa (pacet).
Ciri-Ciri Hirudenia :

Tidak memiliki parapodia dan seta di segmen tubuhnya

Ukuran tubuh beragam mulai dari 1-30 cm.

Tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterior yang meruncing.

Hidup air tawar, darat, dan air laut.

Memiliki zat antikoagulasi

(Sumber: www.nsf.gov)
Gambar 5. Hirudo medicinalis (lintah)

Klasifikasi ilmiah lintah


Kingdom

: Animalia

Filum

: Annelida

Kelas

: Clitellata

Ordo

: Haplotaxida

Subkelas

: Hirudinea

Genus

: Hirudo

Spesies

: Hirudo medicinalis
(Linnaeus, 1758)
Bentuk tubuhnya simetris bilateral, tubuh dilapisi kutikula. Tubuh tersusun

atas segmen-segmen menyerupai gelang/ cincin. Segmen terdapat di bagian luar


dan dalam tubuhnya. Diantara satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat
yang disebut septa. Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara
satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa.
Panjang tubuh bervariasi dari sekitar 1 mm hingga 3 m. Annelida memiliki sistem
pencernaan yang lengkap, yaitu mulut, faring, esofagus, tembolok, lambung otot
(empedal), usus halus, dan anus. Cacing ini memiliki sistem peredaran darah
tertutup, yaitu darah mengalir di dalam pembuluh darah. Terdapat dua pembuluh
darah utama, yaitu pembuluh darah dorsal dan pembuluh darah ventral yang
sejajar dengan saluran pencernaan. Pembuluh darah dapat berkontraksi untuk
memompa darah ke seluruh tubuh.
Peranan Annelida dalam Perairan
Annelida dalam kehidupan manusia dapat menguntungkan,beberapa jenis
Annelida dapat dimakan yaitu Eunice viridis (cacing palolo) dan Lysidice (cacing

wawo). Selain itu cacing tanah dapat menggemburkan tanah dan membuat lubanglubang di tanah sehingga terjadi aerasi. Dengan demikian oksigen dapat masuk ke
dalam tanah. Cacing tanah dapat pula menghancurkan sampah sehingga dapat
membantu pengembalian mineral dalam ekosistem tanah.Selain itu cacing tanah
dapat dimanfaatkan sebagai makanan ikan, bahkan sekarang cacing tanah
digunakan sebagai obat dan untuk meningkatkan vitalitas tubuh. Hirudinea
medicinalis dapat menghasilkan zat hirudin yang berguna untuk zat anti koagulasi
(anti pembekuan darah). Sedangkan kelompok Annelida yang merugikan yaitu
pacet

yang

dapat

menghisap

darah

manusia

atau

vertebrata

lainnya.

(Edward,1977)

Daftar Pustaka
Edward CH, Lofty JR. 1977. Biology of earthworm. London Chapman and Hall.
John Wiley & Sons. New York.
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya : Sinar Wijaya.
Mandila, S.P. dan Hidajati. N, 2013. Identifikasi Asam Amino Pada Cacing Sutra
(Tubifex Sp.) yang Diekstrak Dengan Pelarut Asam Asetat dan Asam Laktat.
UNESA Journal of Chemistry Vol. 2, No. 1.

Marshall, A.J., 1972. Textbooks of Zoology Invertebrata. The Mac Millan Press
LTD. London.
Sugiri, N., 1989. Zoologi Avertebrata II. IPB. Bogor.
http://blogg.vm.ntnu.no/ diakses pada tanggal 21 November 2015 pukul 19.16
WITA
zonaikan.files.wordpress.com diakses pada tanggal 21 November 2015 pukul
20.21WITA

PHYLLUM MOLLUSCA
Mollusca

berasal dari bahasa Romawi

molis

yang berarti lunak. Jenis

Mollusca yang umum dikenal ialah siput, kerang dan cumi-cumi. Anggota dari
filum mollusca mempunyai bentuk tubuh yang sangat beragam, dari
bentuk silindris seperti cacing dan tidak mempunyai kaki maupun cangkang,
sampai bentuk hampir bulat tanpa kepala dan tertutup dua keeping cangkang

besar. Tapi,ada juga yang bentuk tubuh mollusca simetri bilateral, tertutup mantel
yang menghasilkan cangkang dan mempunyai kaki ventral. Secara umum,
anggota filum mollusca mempunyai cangkang yang tersusun oleh kalsium
karbonat yangdigunakan untuk melindungi tubuhnya (Aslan dkk , 2008).
Bertubuh lunak dan tidak beruas, multiseluler, lunak, simetri bilateral,
triploblastik. Sebagian besar mempunyai cangkok dari zat kapur, mantel Tubuh
simetri bilateral, tidak bersegmen, kecuali pada monoplacophora. Memiliki kepala
yang jelas dengan organ reseptor kepala yang bersifat khusus. Coelom mereduksi,
dinding tubuh tebal dan berotot. Memiliki kaki berotot yang secara umum
digunakan untuk bergerak. Lubang anus dan ekskretori umumnya membuka
kedalam rongga mantel. Ovum berukuran kecildan mengandung sedikit kuning
telur. Organ ekskresi berupa ginjal yang berjumlah sepasang atau terkadang hanya
berjumlah satu buah, ginjal berhubungan dengan rongga perikandrium. Memiliki
saluran peredran darah dan jantung. yang terdiri atas aurikel dan ventrikel.
Berdasarkan bentuk tubuh mollusca dibagi menjadi 5 kelas :
1. . Kelas Polyplacophora atau Amphineura
Polyplacophora adalah kelas dari

anggota hewan

tak

bertulang

belakang yang termasuk dalam filum Mollusca. Contoh yang terkenal dari
kelas

ini

adalah Chiton

sp..Chiton sp

termasuk

dalam

kelas

polyplacophora. Chiton sp memiliki struktur yang sesuai dengan kebiasaan


melekat pada batu karang dan cangkang mirip hewan lainnya. Apabila
disentuh, akan melekat erat pada batu karang. Hewan ini merayap
perlahan-lahan pada dasar laut di batu-batuan yang lunak. Sendi-sendi
yang dimilikinya dapat dibengkokkan sehingga tubuhnya dapat dibulatkan
seperti bola. Habitat Chiton sp ini adalah di laut, di daerah pantai sampai
kedalaman sedang, dan memakan rumput laut dan mikro organisme dari
batu karang. Contoh Chiton sp.
2. Chepalopoda
Cephalopoda (Yunani: kephale yang berarti kepala, dan podos artinya
kaki) adalah kelas dari Phylum Molluca yang memiliki alat gerak di

bagian kepala. Kelas ini merupakan kelas dengan tingkat evolusi tertinggi
di antara Mollusca. Tubuh simetri bilateral dengan kaki yang terbagi
menjadi lengan-lengan yang dilengkapi alat pengisap dan system saraf
yang berkembang baik berpusat di kepala. Kelompok ini memiliki badan
lunak dan tidak memiliki cangkang tebal seperti kelas lainnya. Mantelnya
menyelimuti seluruh tubuh dan membentuk kerah yang longgar di dekat
leher (Romimohtarto, 2007). Contoh: Loligo sp (cumi-cumi), Octopus sp
(gurita), Sepia sp dan Nautilus sp
3. Scaphopoda
Hewan-hewan yang termasuk dalam kelas Scaphopoda menghabskan
kehidupan dewasanya dengan membenamkan diri diri dalam pasir.
Mereka makan dengan cara menyaring organism kecil yang ikut brsama
aliran air melalui lubang di ujung cangkang yang muncul keluar dari pasir
(Kimball, 1999). Contoh: Detalium entale
4. Bivalvia
Selain sebutan Pelecypoda ada sebutan untuk kelas ini, yaitu jika
insangnya

berlempeng-lempeng

disebut

Lamellibranchiata;

jika

cangkangnya berjumlah dua dan dapat dikatupkan di sebut Bivalvia.


Anggota Pelecypoda dalam bahasa Indonesia disebut tiram atau kerang.
Pada umumnya Pelecypoda hidup di perairan, yaitu air tawar dan air laut.
Hewan ini hidup bebas dengan memakan zooplankton.
Tubuhnya diselubungi oleh cangkang yang berfungsi sebagai
pelindung tubuh. Cangkang hewan ini setangkup dan dihubungkan oleh
engsel.
Kerang Hijau

(Sumber: http://fl.biology.usgs.gov)
Gambar 6. Perna viridis

Klasifikasi

Kingdom
Filum
Kelas
Upakelas
Ordo
Family
Genus
Spesies

: Animalia
: Moluska
: Bivalvia
: Pteriomorphia
: Mytiloida
: Mytilidae
: Perna
: Perna viridis (Linnaeus, 1758)

Kerang Darah

(Sumber:http://www.conchology.be)
Gambar 7. Anadara granosa

Klasifikasi
Kingdom
Filum
Kelas
Upakelas
Ordo
Family
Genus
Spesies

: Animalia
: Moluska
: Bivalvia
: Pteriomorphia
: Arcoida
: Arcidae
: Anadara
: Anadara granosa (Linnaeus, 1758)

Struktur cangkang terdiri atas tiga bagian, yaitu:


1. Perisotrakum
Merupakan lapisan tipis dari zat tanduk yang dihasilkan oleh tepi mantel.
Peristrakum merupakan lapisan terluar. Lapisan ini berguna untuk melindungi
cangkang dari asam karbonat dalam air dan memberi warna cangkang.
2. Prismatik
Prismatik merupakan lapisan tengah yang terdiri dari kristal-kristal kalsium
karbonat dari materi organik yang dihasilkan oleh tepi mantel.
3. Nakreas
Nakreas merupakan lapisan mutiara yang dihasilkan oleh seluruh
permukaan mantel. Di lapisan ini materi organik yang ada lebih banyak daripada

di lapisan prismatik. Lapisan ini tampak berkilauan dan banyak terdapat pada
tiram mutiara.
Cangkang dihubungkan oleh engsel elastis. Apabila cangkang terbuka,
maka kaki keluar untuk bergerak. Untuk menutup cangkang digunakan otot
transversal yang terletak di akhir kedua ujung tubuh di bagian dekat dorsal, yaitu
otot aduktor, anterior dan posterior.
Mantel terdapat di bagian dorsal. Mantel meliputi seluruh permukaan
dalam dari cangkang dan bagian tepi. Antara mantel dan tubuh terdapat rongga
yang didalamnya terdapat dua pasang keping insang, alat dalam dan kaki.

Drawing of freshwater pearl mussel (Margaritifera margaritifera) anatomy: 1:


posterior adductor, 2: anterior adductor, 3: outer gill demibranch, 4: inner gill
demibranch, 5: excurrent siphon, 6: incurrent siphon, 7: foot, 8: teeth, 9: hinge,
10: mantle, 11: umbo
4. Gastropoda
Kata Gastropoda berasal dari Bahasa Yunani, Gastro yang berarti
perut dan Poda yang berarti kaki. Gastropoda adalah Moluska yang
mengalami modifikasi. Gastropoda membentuk bagian utama dari filum
Molusca (Jasin, 1992)
Gastropoda dapat dilihat pada susunan tubuh yang terdiri atas kepala,
badan, dan alat gerak. Pada kepala terdapat sepasang alat peraba yang
dapat dipanjang pendekkan. Pada alat peraba ini terdapat titik mata untuk
membedakan terang dan gelap. Pada mulut terdapat lidah parut dan gigi
rahang. Mempunyai alat gerak yang dapat mengeluarkan lendir, untuk
memudahkan pergerakannya. Gastropoda ini memiliki cangkang yang
menutupi tubuh, sebagian besar cangkang terbuat dari bahan kalsium

karbonat yang di bagian luar dilapisi periostrakum dan zat tanduk.


Cangkang Gastropoda yang berputar ke arah belakang searah dengan
jarum jam disebut dekstral, sebaliknya bila cangkang berputar berlawanan
arah dengan jarum jam disebut sinistral (Jasin, 1992). Bengen (2000),
menjelaskan sebagian cangkang gastropoda terbuat dari bahan kalsium
karbonat yang di bagian luarnya dilapisi periostrakum dan zat tanduk.
Contoh: Achantina sp, Limax maximus, Lymnea javanica, Helix pomantia
dan Achantina fulica.

(Sumber : Sugiri, N., 1989)


Gambar 9. Gastropoda

(Sumber: Pollia fumosa (Dillwyn, 1817))


Gambar 10. Conus ebraeus

klasifikasi :
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Mollusca

Class

: Gastropoda

Subclass

: Caenogastropoda

Order

: Neogastropoda

Superfamily

: Conoidea

Family

: Conidae

Genus

: Conus

Species

: Conus ebraeus

(Conus Ebraeus Linnaeus, 1758)

(Sumber : Oliva textilina Lamarck, 1811)


Gambar 11. Pollia fumosa

Klasifikasi:
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Mollusca

Class

: Gastropoda

Subclass

: Caenogastropoda

Order

: Neogastropoda

Superfamily

: Buccinoidea

Family

: Buccinidae

Genus

: Pollia

Species

: Pollia fumosa

Gambar 12. Oliva textilina

Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Gastropoda
Subclass : Caenogastropoda

Order : Neogastropoda
Superfamily : Olivoidea
Family : Olividae
Genus : Oliva
Species: Oliva textilina

Trochus nilotikus

Gambar 13. Trochus nilotikus

Klasifikasi (Linneaus, 1767)


Kingdom

: Animalia

Phylum

: Mollusca

Class

: Gastropoda

Subclass

: Vetigastropoda

Family

: Trochidae

Subfamily

: Trochinae

Genus

: Trochus

Spesies

:Trochus niloticus

Achatina

Gambar 14. Achatina sp

Klasifikasi (Lamarck, 1822)


Kingdom

: Animalia

Phylum

: Mollusca

Class

: Gastropoda

Order

: Eupulmonata

Family

: Achatinidae

Genus

: Achatina

Spesies

: Achatina sp

Chichoreus capucinus

Gambar 15. Chichoreus capucinus

Klasifikasi (Lamarck, 1822)


Kingdom

: Animalia

Phylum

: Mollusca

Class

: Gastropoda

Subclass

:Caenogastropoda

Order

: Neogastropoda

Family

: Muricidae

Subfamily

:Muricinae

Genus

: Chichoreus

Spesies

: Chichoreus capucinus

Conus terebra

Gambar 16. Conus terebra

Klasifikasi (Born, 1778)


Kingdom

: Animalia

Phylum

: Mollusca

Class

: Gastropoda

Subclass

:Caenogastropoda

Order

: Neogastropoda

Family

: Conidae

Superfamily

:Conoidea

Genus

: Conus

Spesies

: Conus terebra

Cypraea testudinaria

Gambar 17. Cypraea testudinaria

Klasifikasi (Linnaeus, 1758)


Kingdom

: Animalia

Phylum

: Mollusca

Kelas

: Gastropoda

Subclass

: Caenogratropoda

Family

: Cypreaidae

Genus

: Cyprea

Spesies

: Cypraea testudinaria

Conus terebra

Gambar 18. Conus terebra

Klasifikasi (Born, 1778)


Kingdom

: Animalia

Phylum

: Mollusca

Class

: Gastropoda

Subclass

:Caenogastropoda

Order

: Neogastropoda

Family

: Conidae

Superfamily

:Conoidea

Genus

: Conus

Spesies

: Conus terebra

Peranan mollusca dalam perairan


1. Peranan keong mas dalam bidang perikanan diantaranya sebagai pakan
ikan, penggantian kandungan tepung ikan menjadi tepung keong mas
sebanyak 25% hingga 75% memberikan pengaruh cukup baik terhadap
laju pertumbuhan harian individu, efisiensi pakan, retensi protein, dan
retensi lemak (Saraswati, 2011)

2. Peran ekologis dari gastropoda adalah bahwa gastropoda merupakan


organismeyang sangat penting dalam proses rantai makanan dan juga
sebagai bioindikator suatu ekosistem.

Daftar Pustaka

Aslan, L.M, Harmin, H., Haslianti. 2011. Penuntun Praktikum Avertebrata


Air.Universitas Haluoleo, Kendari.
Bengen, D.G. 2000. Pengenalan dan pengelolaan ekosistem mangrove. Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB
Carpenter, K.E. And V.H. Niem (1998). The living marine reaources of the
Western Central Pasific. Seaweeds, coral, bivalvia and gastropods. Vol. 1.
Rome FAO: 686 pp.
D.A.Pratiwi,dkk. 2006. Biologi SMA Jilid 1 Untuk Kelas X. Jakarta.Erlangga
Jasin, M. 1992. Zoologi Invertebrata untuk Perguruan Tinggi. Surabaya . Sinar
Wijaya
Kastawi, Yusuf. dkk. 2008. Zoologi Avertebrata. Malang: Jica.
Kimball, J.W., 1999. Biologi Jilid III Edisi V. Erlangga. Jakarta
Oseana, Volume XXXIII, Nomor l, Tahun 2008 : 33-40 ISSN 0216-1877.
Pathansali, D. (1966). Notes on the biology of the cockle, Anadara granosa L.
Proc. Indo-Pacific Fish. Counc. 11:84-98
Power A.J.; R.L. Walker; K. Payne And D. Hurley 2004. First occurrence of the
nonindigenous green mussel, Perna viridis in coastal Georgia, United
States. Journal of Shellfish Research 23:741-744
Romimohtarto, K., 2007. Biologi laut. Djambatan. Jakarta
Sugiri, N., 1989. Zoologi Avertebrata II. IPB. Bogor.
fl.biology.usgs.gov/ di akses pada tanggal 20 November 2015 pada Pukul 20.15
WITA
www.conchology.be/ di akses pada tanggal 20 November 2015 pada pukul 21.48

PHYLUM ARTHROPODA ( CRUSTACEA )

Phylum
terbesar
dari
kingdom
Animalia
adalah
phylum
arthropoda.Phylum ini memiliki jumlah spesies terbanyak dari phylum yang
lain.Arthropoda tersusun dari dua kata yaitu arthes : bersendi sendi dan poda :
kaki.Hewan yang termasuk dalam phylum ini umumnya mempunyai anggota
badan yang bersegmen segmen atau bersendi.
Anggota phylum arthropoda ini menempati semua habitat
perairan.Beberapa anggotanya ada yang seluruh hidupnya di perairan,namun juga
ada yang sebagian hidupnya di air dan dewasanya ada juga yang di darat.Dalam
pembahasan ini yang menempati perairan dalam seluruh siklus hidupnya adalah
kelas crustacea.
Kata crustacea berasal dari crusta yang berarti kulit atau cangkang yang
keras.Di alam terdapat sekitar 40.000 spesies ini yang mencakup jenis jenis
copepod,udang dan kepiting.Ukurannya bervariasi mulai dari 0,1 mm sampai 60
cm.Demikian juga dengan bentuk tubuh mulai dari panjang sampai yang
bulat.Sebagian besar hidup crustacea di laut,13% di air tawar dan 3% di darat
untuk filum crustacea,ada yang bersifat plankton.Ada juga yang bersifat
benthos,baik sebagai spesies interstisial maupun mikroskopis.Ada juga hidup
sebagai parasite contohnya copepod dan rebon (Brusca,1990)
Yang
termasuk
jenis
crustacea
adalah
jenis
udang

udangan,kepiting,lobster.Tubuh udang dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu


cephalotorax ( kepala+dada) dan abdomen (perut ) dimana memiliki eksoskeleton
yang mengandung chitine dan pada bagian tubuhnya beruas ruas yang masing
masing dilengkapi appendage.
Ruas ruas pada cephalotorax ditutupi oleh sebuah cangkang bersambung
yang menutupi sisi lateral dan dorsal yang disebut carapace ( karapaks ).Antara
kepala dan dada dibatasi lekukan yang disebut cervical groove.Pada bagian kepala
terdapat bagian kepala perpanjangan carapace yang disebut rostrum.Mulut
terdapat pada ventral anterior dan anus berada pada ventral posterior antara telson
dan abdomen.Klasifikasi crustacea dibedakan menjadi 2 subkelas yaitu
entomostraca ( udang kecil ) dan malacostraca ( udang besar malacostraca adalah
umunya di laut pantai yang termasuk malacostraca contoh spesiesnya udang
windu (panaeus monodon ),dan kepiting bakau (Scylla spp)
Klasifikasi udang windu ( panaeus monodon ) menurut Agung ( 2007 )
adalah sebagai berikut ini :
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Malacostraca

Ordo

: Decapoda

Family

: Penaeidae

Genus

: Penaeus

Spesies

: Penaeus Monodon

Tubuh udang windu terbagi menjadi 2 bagian yakni bagian kepala yang
menyatu dengan bagia dada ( kepala dada) disebut cephalotorax sedangkan bagian
perut di sebut dengan abdomen yang terdapat ekor di bagian belakang
ekornya,semua bagian badan beserta anggota anggotanya terdiri dari ruas ruas
atau segmen ( Suyanto dan Mujiman ,1994 )
Habitat udang windu bersifat euryhaline yakni dapat hidup di laut yang
berkadar garam tinggi hingga perairan payau yang berkadar garam rendah,udang
windu bersifat benthic hidup pada permukaan dasar laut yang terdiri dari
campuran lumpur dan pasir ( Amri,2003 )

( Sumber : Wyban dan Sweeney 2000 )


Gambar 19. Morfologi udang

Klasifikasi kepiting bakau ( Scylla spp ) di klasifikasikan sebagai berikut


menurut Sulistiono et al. (1992) dalam Mulya (2002) :
Filum

: Arthropoda

Sub Filum

: Mandibulata

Kelas

: Crustacea

Ordo

: Decapoda

Sub Ordo

: Pleocyemata

Famili

: Portunidae

Genus

: Scylla

Spesies

: Scylla spp.
Ciri- ciri kepiting bakau menurut Kasry (1996) adalah sebagai berikut:

karapas berwarna sedikit kehijauan, pada kiri-kanannya terdapat Sembilan buah

duri-duri tajam, dan pada bagian depannya diantaranya tangkai mata terdapat
enam buah duri, sapit kanannya lebih besar dari sapit kiri dengan warna
kemerahan pada kedua ujungnya, mempunyai tiga pasang kaki pejalan dan satu
kaki perenang yang terdapat pada ujung abdomen dengan bagian ujungnya
dilengkapi dengan alat pendayung.
Perairan di sekitar mangrove sangat cocok untuk kehidupan kepiting
bakau karena sumber makanannya seperti benthos dan serasah cukup tersedia. Di
alam biasanya kepiting bakau yang besar akan memakan kepiting bakau yang
kecil,kepiting bakau di sebut dengan hewan nocturnal karena hewan ini lebih aktif
makan pada malam hari (Queensland Departement of Primary Industries, 1989).

(Sumber:
http://www.enchantedlearning.com/cgifs/Crab_bw.GIF)
Gambar 20 Morfologi Kepiting

ECHINODERMATA

a. Deskripsi Umum
Merupakan hewan berduri (Echinus = duri, dermal = kulit),secara
umum Echinodermata berarti hewan yang berkulit duri. Memiliki tubuh simetri
radial, Triploblastik Coelomata, respirasi dengan insang, bergerak dengan kaki
ambulakral, memiliki daya regenerasi yang tinggi, dan kebanyakan mempunyai
endoskeleton dari zat kapur dengan memiliki tonjolan berupa duri.
Echinodermata dibagi menjadi 5 kelas, yaitu : Kelas Asteroidea (Bintang Laut)
contoh : Archaster typicus, Kelas Ophiuroidea (Bintang Ular) contoh:
Amphiodiaurtica, Kelas Echinoidea (Bulu Babi / Landak Laut) contoh :
Diademasetosium, Kelas Crinoidea (Lilia Laut) contoh : Antedon-rosacea,
Kelas Holothuroidea (Teripang / Mentimun Laut) contoh : Holothuriascabra.
typicus (Jasin, 1984; 195).
Sistem pempuluh air meliputi : Madreporit Saluran batu (Canalis
madreporicus) Saluran Cincin (Canalis circum ovalis) Saluran radial
(Canalis radialis) Podia (akhir saluran) Ampula Kaki ambulakral.
1. Asteroidea (Bintang Laut)
Kelas Asteroidea memiliki bentuk seperti bintang, bergerak bebas,
serta memiliki lengan yang berfungsi untuk melindungi central disc atau
cakram. 6 Sea star atau bintang laut memiliki warna yang sangat berfariasi
merah, orange, biru, jingga, hijau, atau merupakan kombinasi dari
beberapa warna. Sun star Crossaster papposus memiliki 7 hingga 40
lengan. Asteroidea memiliki kemampuan untuk regenerasi kembali pada
salah satu anggota lengan yang putus (Ruppert dan Barners, 1994).
Permukaan tubuhnya ditutupi oleh duri-duri yang pendek. Pada
bagian pusat (cakram) terdiri dari sebuah mulut disebelah bawah, dan anus
disebelah atas (Anonim, 2005). Asteriodea atau bintang laut umumnya
merupakan karnivora meskipun beberapa spesies termasuk herbivora,
omnivora, detritus feeder, dan sebagai pemulung (scavinger) karena
memakan makanan sisa atau tergantung makanan yang ditemukannya.
Jenis makanan bintang laut sama seperti makanan bagi ikan, moluska,
crustacea, dan Echinodermata lainnya (Hendler dkk, 1995).
Tubuh bintang laut terdiri dari bagian oral (yang memiliki mulut)
dan Aboral (yang tidak memiliki mulut). Hewan ini banyak dijumpai di
pantai. Ciri lainnya adalah alat organ tubuhnya bercabang ke seluruh
lengan. Mulut terdapat di permukaan bawah atau yang disebut permukaan
oral dan anusnya terletak di permukaan atas atau disebut juga permukaan
aboral. Kaki tabung tentakel (tentacle) terdapat pada permukaan oral.
Sedangkan pada permukaan aboral selain anus terdapat pula madreporit.

Madreporit adalah sejenis lubang yang mempunyai saringan dalam


menghubungkan air laut dengan sistem pembuluh air dan lubang kelamin.
Sistem ambulakral Asteroidea terdiri dari :

Medreporit adalah lempengan berpori pada permukaan cakram

pusat dibagian dorsal tubuh.


Saluran cincin terdapat di rongga tubuh cakram pusat
Saluran radial merupakan cabang saluran cincin ke setiap lengan
Kaki ambulakral merupakan juluran saluran radial yang keluar.
Pada praktikum kelas asteroidea
Kingdom
Animalia
specimen yang digunakan adalah
Filum
Echinodermata
Protoreaster
sp.
yang
Sub filum
Invertebrata
merupakan hewan tripoblastik
Class
Asteroidea
selomata yang memiliki ciri khas
Ordo
Valvatida
adanya
rangka
dalam
Famili
Presteridae
(endoksteton)
berduri
yang
Genus
Protoreaster
Spesies
Protoreaster sp.
menembus kulit. Mempunyai 5
lengan, bergerak menggunakan system vascular air dan terdiri dari bagian
oral dan aboral. Klasifikasi bintang laut specimen Protoreaster sp.
menurut Linnaeus (1758) adalah:

Gambar 21. Protoreaster sp.

Morfologi Bintag Laut

Gambar 22. Morfologi Bintang Laut

Pengamatan terhadap morfologi bintang laut menunjukkan bahwa


dalam lekukan disebelah bawah lengan kelima cabang tubuh terlihat
banyak sekali kaki-kaki tabung yang berbintil-bintil, bertonjolan dan
tersusun dalam dua baris dalam setiap lengannya, kaki tabung ini disebut
dengan kaki ambulakral yang merupakan sistem gerak dari bintang laut,
tiap kaki tabung memiliki penghisap yang mungkin digunakan untuk
memegang
makanan.
Pengamatan
terhadap
bagian aboral dan oral menunjukkan bahwa bintang laut mempunyai anus
dibagian atas tubuh (oral) dan mulut terletak dibagian tengah-tengah
bawah tubuh (aboral). Kebanyakan bintang laut merupakan pemakan
daging, beberapa memakan mangsa yang sangat kecil tetapi jenis lainnya
memakan binatang yang cukup besar sepertiremis, mereka melakukannya
dengan cara membuka kedua bagian kulit remis, dengan menggunakan
kaki tabung yang kuat, disamping remis bintang laut juga
memangsacrustacea dan mollusca.

Peranan Asteroidea
Sebagai detrivor yang memakan materi organik, herbivora,
karnivora, kotoran dan bangkai laut. Sehingga laut menjadi bersih dan
keseimbangan ekosistem terjaga.
Peranan Echinodermata

Dalam ekosistem laut hewan-hewan Echinodermata sangat membantu dalam


proses biodegradasi sampah organik. Potongan bangkai makhluk hidup dalam laut
(detritus) sangat disukai mentimun laut sebagai sumber makanan. Dengan
demikian Echinodermata merupakan pasukan pembersih di ekosistem laut.

2. Ophiuroidea (Bintang Mengular)


Ophiuroidea terdiri dari 2000 spesies, contohnya adalah bintang ular
( Ophiothrix). Ophiuroidea (dalam bahasa yunani, ophio=ular) berbentuk seperti
asteroidean, namun lengannya lebih langsing dan fleksibel. Cakram pusatnya kecil
dan pipih dengan permukaan aboral (dorsal) yang halus atau berduri tumpul.
Ophiuroidea

tidak

memiliki

pediselaria.

Bintang

mengular

merupakan

Echinodermata yang paling aktif dan paling cepat gerakannya.


Bintang mengular yang hidup di daerah tropis umumnya hidup pada perairan
dengan suhu antara 27 300 C, namun daya tahan terhadap suhu ini tergantung
kedudukan geografis dan kedalamannya (Nybakken, 1992)
Contoh species kelas ini antara lain adalah Ophiotrix, Ophioderma, Ophiura,
Ophioglypha dll
Klasifikasi Ophiotrix sp oleh Subhanadikusuma 2013 adalah :
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Echinodermata

Class

: Ophiuroidea

Ordo

: Ophiurae

Family

: Ophiothridae

Genus

: Ophiothrix

Species

: Ophiothrix sp

Sumber : (Sarah 2007)


Gambar
Ophiothrix sp

Morfologi Bintang Mengular

23.

Gambar 24. Morfologi bintang mengular

Peranan Umum di Perairan


Peranan Echinodermata khususnya Ophiuroidea di peraian adalah sebagai detritus
yaitu pengurai seperti yang kita ketahui bahwa Ophiuroidea memakan bangkai di
perairan , mungkin kehadiran Ophiuroidea pada perairan dapat mengurangi baud
an kotoran seperti bangkai di perairan . Oleh karena itu hewan ini sering disebut
sebagai hewan pembersih perairan .
3. Echinodoidea
Berdasarkan bentuk tubuhnya, kelas Echinodoidea dibagi dalam dua
subkelas utama, yaitu bulu babi beraturan (regular sea urchin) dan bulu babi tidak
beraturan (irregular sea urchin) (Hyman 1955 dalam Ratna 2002), dan hanya bulu
babi beraturan saja yang memiliki nilai konsumsi (Lembaga Oseanologi Nasional
1973 dalam Ratna 2002). Tubuh bulu babi sendiri terdiri dari tiga bagian, yaitu
bagian oral, aboral, dan bagian diantara oral dan aboral (Lembaga Oseanologi
Nasional 1973 dalam Ratna 2002). Pada bagian tengah sisi aboral terdapat sistem
apikal dan pada bagian tengah sisi oral terdapat sistem peristomial. Lempenglempeng ambulakral dan interambulakral berada diantara sistem apikal dan sistem
peristomial. Di tengah-tengah sistem apikal dan sistem peristomial termasuk
lubang anus yang dikelilingi oleh sejumlah keping anal (periproct) termasuk
diantaranya adalah keping-keping genital. Salah satu diantara keping genital yang
berukuran paling besar merupakan tempat bermuaranya sistem pembuluh air

(waste vascular system). Sistem ini menjadi cirri khas Filum Echinodermata,
berfungsi dalam pergerakan, makan, respirasi, dan ekskresi. Sedangkan pada
sistem peristomial terdapat pada selaput kulit tempat menempelnya organ lentera
aristotle, yakni semacam rahang yang berfungsi sebagai alat pemotong dan
penghancur makanan. Organ ini juga mampu memotong cangkang teritip,
molusca ataupun jenis bulu babi lainnya (Azis 1987 dalamRatna 2002). Di sekitar
mulut bulu babi beraturan kecuali ordo Cidaroidea terdapat lima pasang insang
yang kecil dan berdinding tipis (Hyman 1955 dan Barnes 1987 dalam Ratna 2002)
Pada umumnya bulu babi berkelamin terpisah, dimana jantan dan betina
merupakan

individu-individu

tersendiri

(gonochorik/dioecious).

Spesies

gonochorik secara khusus memiliki rasio seks sendiri dan jarang bersifat
hemafrodit. Munculnya hemafrodoitisme pada Tripneustes gratilla adalah 1 dari
550 individu. Pembelahan bulu babi terjadi secara eksternal, dimana sel telur dan
sel sperma di lepas ke dalam air laut di sekitarnya (Sugiarto dan Supardi 1995
dalam Ratna 2002). Gonad jantan dan betina pada bulu babi juga sulit dibedakan
tanpa menggunakan mikroskop. Secara kasar hanya warna yang digunakan untuk
membedakan gonad. Misalnya pada bulu babiParacentrotus livindus, gonad jantan
berwarna kuning sedangkan betina berwarna orange
Diadema setosum merupakan satu diantara jenis bulu babi yang terdapat di
Indonesia yang mempunyai nilai konsumsi (Azis 1993 dalam Ratna 2002).
Diadema setosum termasuk dalam kelompok echinoid beraturan (regular
echinoid), yaitu echinoid yang mempunyai struktur cangkang seperti bola yang
biasanya sirkular atau oval dan agak pipih pada bagian oral dan aboral.
Permukaan cangkang di lengkapi dengan duri panjang yang berbeda-beda
tergantung jenisnya, serta dapat digerakkan (Barnes 1987 dalam Ratna 2002).
Klasifikasi bulu babi spesiesDiadema setosum menurut Pratt (1935) adalah :
Filum

: Echinodermata

Kelas

: Echinoidea

Subkelas : Euchinoidea
Ordo

: Cidaroidea

Famili

: Diadematidae

Genus

: Diadem

Spesies

: Diadema setosum

Gambar 25. Diadema setosum


Morfologi Bulu Babi

Gambar 26. Morfologi bulu babi


Hewan yang memiliki nama Internasional sea urchin atauedible sea urchin
ini tidak mempunyai lengan. Tubuhnya umumnya berbentuk seperti bola dengan
cangkang yang keras berkapur dan dipenuhi dengan duri-duri (Nontji 2005).
Durinya amat panjang, lancip seperti jarum dan sangat rapuh. Duri-durinya
terletak berderet dalam garis-garis membujur dan dapat digerak-gerakkan,
panjangnya dapat mencapai ukuran 10 cm dan lebih. Penyelam yang tidak
menggunakan alas kaki mudah sekali tertusuk durinya sehingga akan sedikit

merasakan demam karena bisa pada duri tersebut, racunnya sendiri dapat
dinetralisir dengan amonia, perlakuan asam ringan (jeruk lemon atau cuka).
Hewan unik ini juga memiliki kaki tabung yang langsing panjang,
mencuat diantara duri-durinya. Duri dan kaki tabungnya digunakan untuk
bergerak merayap di dasar laut. Ada yang mempunyai duri yang panjang dan
lancip, ada pula yang durinya pendek dan tumpul. Mulutnya terletak dibagian
bawah menghadap kedasar laut sedangkan duburnya menghadap keatas di puncak
bulatan cangkang. Makanannya terutama alga, tetapi ada beberapa jenis yang juga
memakan hewan-hewan kecil lainnya (Nontji, 2005)
Peranan Bulu Babi dalam Ekosistem Lingkungan
Diadema antillarum bagi terumbu karang diantaranya yaitu, peningkatan
jumlah populasi jenis ini mengakibatkan kematian larva atau karang muda. Bila
populasinya turun (absence grazing) karang akan ditumbuhi oleh alga yang dapat
berakibat pada kematian karang dewasa dan tidak adanya tempat bagi larva
karang (www.terangi.or.id.)
Kehadiran populasi jenis ini penting bagi terumbu karang sebagai
penyeimbang. Kesetimbangan populasi Diadema antillarum akan menjaga
kesetimbangan populasi alga dan karang. Sedangkan kematian massal Diadema
antillarumberdampak pada penurunan drastis tutupan karang, menurunnya
kehadiran Invertebrata yang biasanya menetap di wilayah ini. Selain itu, terumbu
karang dapat didominasi oleh alga. Pada tahun 1995 ternyata ditemukan bahwa
populasi Diadema antillarumyang sangat sedikit (pemulihannya membutuhkan
waktu lebih dari 10 tahun). Hilangnya induk menyebabkan jumlah larva juga
sangat kurang. Meski telah mulai ada pemulihan Diadema, namun belum dapat
diketahui apakah akan dapat mengembalikan terumbu karang yang hilang
(www.terangi.or.id).

Daftar Pustaka
Brotowidjoyo, M. D. 1993. Zoologi Dasar. Cetakan II. Jakarta: Erlangga
Darsono P dan Toso A V. 1987. Umur dan Pertumbuhan Bulu Babi Diadema
setosum Leske di Perairan Terumbu karang Gugus Pulau Pari, Pulau-Pulau
Seribu. Jakarta : Puslitbang Oseanologi LIPI
Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perairan. Departemen
Kelautan dan Perikanan
Gunarto dan Setabudi E. 2002. Perkembangan Gonad Bulu Babi (Tripneustes
gratilla) di Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan. Jakarta : Badan Riset
Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan.
Hasan F. 2002. Pengaruh konsentrasi garam terhadap mutu produk fermentasi
gonad bulu babi jenis Tripneustes gratilla (L) [skripsi]. Bogor :
Departemen Teknologi Hasil Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Jasin, M. 1992. Zoologi Invertebrata untuk Perguruan Tinggi. Surabaya . Sinar
Wijaya
Kastawi, Y., dkk., (2003), Zoologi Avertebrata, UNM Press, Malang.
Nontji A. 2005. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan
Nybakken, J. W., 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia.
Jakarta
Pratt H S. 1935. A Manual of The Common Invertebrates Animals. McGraw Hill.
Company Inc : New York
Ratna F D. 2002. Pengaruh penambahan gula dan lama fermentasi terhadap mutu
pasta fermentasi gonad bulu babiDiadema setosum dengan Lactobacillus
plantarum sebagai kultur starter [skripsi]. Bogor : Departemen Teknologi
Hasil Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor.

COVER LAPORAN MINGGUAN (HVS WARNA PINK SOFT)


LAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM AVERTEBRATA AIR

NAMA

NIM

KELOMPOK

NAMA ASISTEN

MATERI
PHYLLUM

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2015

LAPORAN MINGGUAN
Pertemuan Ke

Tanggal:

Phyllum dan Kelas :

Asisten :

Gambar

Documentasi

Literature

Klasifikasi

Sumber :

Sumber :

Oral/ Dorsal

Aboral/ Ventral

Deskripsi

Acc I, Hari/ tanggal:

Acc II, Hari/ tanggal:

Acc III, Hari/ tanggal:

FORMAT LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM AVERTEBRATA AIR

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum Avertebrata Air
3.2 Alat dan Bahan
3.3 Metodelogi Praktikum
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
(Jurnal, buku, website max 2)
LAMPIRAN

You might also like