You are on page 1of 20

PENERAPAN MODEL SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN

MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA


MATERI PENGARUH GAYA TERHADAP GERAK BENDA
DI KELAS IV SD NEGERI ADIMULYA 06
KECAMATAN WANAREJA
Oleh
ERLINA KUSDIYANTI
817043248
erlina.kusdiyanti@gmail.com
ABSTRAK
Masalah yang menjadi latar belakang dilaksanakannya penelitian ini karena
kegiatan pembelajaran cenderung menitikberatkan pada penguasaan hafalan,
proses pembelajaran berpusat pada guru, metode yang digunakan didominasi
oleh ceramah, siswa tidak terlibat bahkan cenderung pasif sehingga perolehan
hasil belajar IPA yang tidak sesuai dengan nilai yang diharapkan, masih banyak
siswa yang tidak dapat mencapai KKM, yaitu 69. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar IPA dengan model snowball throwing. Penelitian ini
dilaksanakan di kelas IV SDN Adimulya 06. Subyek penelitian ini adalah siswa
kelas IV dengan jumlah 17 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat,
hasil dan ketuntasan belajar IPA dengan menggunakan model snowball throwing
setiap siklusnya mengalami peningkatan. Minat belajar siswa pada studi awal
minat belajar siswa menunjukkan hasil 29,41% atau 5 siswa, meningkat menjadi,
70,29% atau 12 siswa, dan pada akhir siklus kedua menjadi 100%, dan hasil
belajar dari 58,82 pada studi awal menjadi 65,29 pada siklus pertama, menjadi
72,94 dan pada akhir siklus kedua, dengan tingkat ketuntasan belajar sebanyak 5
orang siswa (29,41%) pada studi awal, menjadi 52,94% atau 9 siswa, meningkat
lagi menjadi 100% atau 17 siswa pada siklus terakhir. Kesimpulanya adalah
penggunaan metode snowball throwing dalam pembelajaran IPA dapat
meningkatkan minat, hasil dan ketuntasan belajar siswa.
Kata Kunci: minat belajar, hasil belajar, snowball throwing

Pembelajaran IPA dilaksanakan dengan menggunakan

metode yang

kurang tepat, tidak bervariasi guru hanya menggunakan metode ceramah saja
tidak menggunakan alat peraga sementara siswa duduk secara pasif menerima
informasi pengetahuan dan keterampilan dari guru saja. Hal ini diduga salah
satu

penyebab

siswa

kurang

tertarik

belajar

IPA yang menyebabkan

rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini terungkap dari data siswa hasil tes
tentang materi pengaruh gaya terhadap gerak benda, dari 17 siswa, yang telah
berhasil mencapai KKM hanya 5 siswa (29,42%) sisanya 12 siswa (70,58%)
masih di bawah KKM yang ditetapkan yaitu 69.
Rumusan masalah pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini adalah Apakah dengan penerapan model Snowball
Throwing dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada pembelajaran
IPA materi pengaruh gaya terhadap gerak benda siswa kelas IV SD Negeri
Adimulya 06?. Tujuan dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini adalah untuk
memperbaiki proses pembelajaran

IPA materi pengaruh gaya terhadap gerak

benda, sehingga minat dan hasil belajar siswa meningkat melalui penerapan
model Snowball Throwing siswa kelas IV SD Negeri Adimulya 06.
Penelitian ini memberikan data empirik bagi kepentingan peningkatan
kualitas pengajaran di sekolah, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan
minat dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA, temuan penelitian ini
dapat dijadikan dasar acuan bagi pengelolaan pengembangan strategi dan
pengelolaan pembelajaran. Penelitian ini dapat dijadikan pola pengembangan
metode mengajar, strategi belajar mengajar dan pengelolaan kelas. Bagi Siswa,
diharapkan dapat melatih kesiapan siswa dalam membuat pertanyaan sesuai
dengan materi pembelajaran, siswa lebih memahami materi pembelajaran, dan
siswa lebih aktif di dalam proses pembelajaran. Bagi Guru, dapat

dijadikan

pertimbangan dengan menggunakan model Snowball Throwing sebagai usaha


untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran, sehingga
memperoleh hasil belajar yang maksimal, dan bagi Kepala Sekolah, diharapkan
dapat memperoleh bahan acuan bagi penanggungjawab sekolah baik kepala

sekolah dan seluruh dewan guru dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran di
sekolah melalui peningkatan kinerja mengajar.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) membahas tentang gejala-gejala alam yang
disusun

secara

pengamatan

sistematis

yang

yang

didasarkan

dilakukan oleh manusia.

pada

hasil percobaan

Hal ini sebagaimana

dan
yang

dikemukakan oleh Powler (dalam Samatowa, 2009:3) bahwa IPA merupakan


ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis
yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil
observasi dan eksperimen/sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun
dalam suatu system, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan,
saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh,
sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh
seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan
memperoleh hasil yang sama atau konsisten.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut

dalam

menerapkannya

di

dalam

kehidupan

sehari-hari. Proses

pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk


mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga
dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar
Tujuan pembelajaran IPA di SD telah dirumuskan dalam kurikulum
Kurikulum

Tingkat

Satuan

Pendidikan

(KTSP).

Dalam KTSP

selain

dirumuskan tentang tujuan pembelajaran IPA juga dirumuskan tentang ruang


lingkup pembelajaran IPA, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan arah
pengembangan pembelajaran IPA untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan
pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Sehingga
setiap kegiatan pendidikan formal di SD harus mengacu pada kurikulum
tersebut.

Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua


aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah
meliputi
kreativitas,

kegiatan

penyelidikan,

pemecahan

masalah,

berkomunikasi

ilmiah, pengembangan

sikap, dan nilai ilmiah, sehingga dapat

disimpulkan dalam pembelajaran IPA untuk meneliti masalah-masalah harus


melalui kerja ilmiah, yang disebut metode ilmiah yaitu: merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, merancang dan melaksanakan ekperimen, menganalisis
data pengamatan, serta menarik simpulan karena pada hakekatnya sains terdiri
atas tiga komponen, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak hanya
terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga merupakan
kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala
alam. Ilmu Pengetahuan Alam (sains) merupakan hasil kegiatan manusia berupa
pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisir, tentang alam sekitar yang
diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Hal ini berarti
bahwa fisika harus diajarkan pada siswa secara utuh baik sikap ilmiah, proses
ilmiah, maupun produk ilmiah, sehingga siswa dapat belajar mandiri untuk
mencapai hasil yang optimal. Kemampuan siswa dalam menggunakan metode
ilmiah perlu dikembangkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam
kehidupan nyata.
Minat adalah kecenderungan bertingkah laku yang terarah pada objek
kegiatan atau pengalaman tertentu. Selain itu, dalam buku Educational
Psichology, Crow.& Crow (dalam Abror, 1993: 112) menjelaskan bahwa
minat bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita untuk
cenderung atau merasa tertarik kepada orang, benda, kegiatan, ataupun bisa
berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Dalam
kehidupan sehari-hari setiap orang memiliki kecenderungan untuk berinteraksi
dengan sesuatu yang ada di sekitar lingkungannya. Apabila sesuatu ini
memberikan kesenangan pada dirinya maka kemungkinan ia akan berminat
pada sesuatu tersebut. Minat akan timbul bila seseorang tertarik dan merasa
terpenuhi kebutuhannya serta merasakan hal tersebut sangat berarti baginya

Hasil belajar ialah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif,
afektif dan psikomotor yang dimiliki siswa setelah

menerima

pengalaman

belajarnya. Pernyataan tersebut mendukung taksonomi Benyamin. S. Bloom


yaitu perubahan tingkah laku kemampuan yang diharapkan dapat terjadi pada
diri siswa setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran sebagai hasil belajar
dapat diklasifikasikan menjadi 3 domain yaitu domain kognitif, afektif dan
psikomotor. hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu
siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni
lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau
diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut
dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang
terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu
penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang
terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu
perubahan tingkah laku secara kuantitatif
Snowball throwing adalah suatu model pembelajaran yang diawali dengan
pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari
guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti
bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa
menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. (Arahman, 2010: 3).
Model diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan
suatu

pendekatan

yang

digunakan

dalam

kegiatan pembelajaran. Model

Pembelajaran juga diartikan sebagai suatu perangkat rencana

atau

pola

pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru yang bermuara pada
terjadinya proses belajar siswa. Mills mengemukakan model adalah bentuk
representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau
sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. (Mills : 2010:81),
sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah pola atau
kerangka dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran di dalam
kelas

dengan

penuh

makna

serta dapat

mencapai

hasil

belajar

yang

diharapkan.

Model

pembelajaran

yang dipilih

dan

dikembangkan

guru

hendaknya dapat mendorong siswa untuk belajar dengan mendayagunakan


potensi yang mereka miliki secara optimal dan disesuaikan dengan tingkatan
karakteristik siswa agar mereka tidak jenuh dengan proses pembelajaran yang
sedang berlangsung.
Langkah-langkah pembelajaran metode Snowball throwing adalah guru
menyampaikan materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai, guru
membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok
untuk memberikan penjelasan tentang materi, masing-masing ketua kelompok
kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang
disampaikan oleh guru kepada temannya, kemudian masing-masing siswa
diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja
yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok, dilanjutkan
kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu
siswa ke siswa yang lain selama 5 menit, setelah siswa dapat satu bola/satu
pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang
tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian, evaluasi, dan
penutup
Model Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pendekatan kontekstual (CTL). Snowball Throwing
yang menurut asal katanya berarti bola salju bergulir dapat diartikan sebagai
model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang
digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran di antara
sesama anggota kelompok. Dibentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok
untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat
pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa
lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.
Dari berbagai penjelasan mengenai

pendekatan pembelajaran snowball

throwing maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran


snowball throwing dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa ini dirasakan
cukup efektif karena mampu menumbuh kembangkan potensi intelektual, sosial,

dan emosional yang ada dalam diri siswa. Di sini siswa akan terlatih untuk
mengemukakan gagasan dan perasaan secara cerdas dan kreatif, serta mampu
menemukan dan menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam
dirinya untuk menghadapi berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan mempertimbangkan dan merujuk pada beberapa pendapat
ahli, disusunlah hipotesis tindakan adalah penerapan model Snowball throwing
dapat meningkatkan minat dan hasil belajar dalam pembelajaran IPA materi
pengaruh gaya pada siswa kelas IV SD Negeri Adimulya 06.
Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil velajar adalah
ketuntasan belajar siswa. Siswa dinyatakan tuntas dengan kriteria mencapai
penguasaan materi di atas KKM atau mendapat nilai minimal 69. Adapun
indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan minat adalah rajin dalam
belajar, tekun dalam belajar, rapi dalam mengerjakan tugas dan disiplin dalam
belajar.
Indikator keberhasilan proses perbaikan pembelajaran dalam penelitian ini
dapat ditetapkan sebagai berikut siswa dinyatakan tuntas jika telah mencapai
tingkat penguasaan materi 85% ke atas atau mendapat nilai di atas KKM minimal
69, proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil jika 85% dari jumlah
siswa tuntas dalam belajar, pelaksanaan perbaikan pembelajaran dinyatakan
berhasil apabila peningkatan minat belajar siswa mencapai 85% atau lebih dari
jumlah seluruh siswa yang mengikuti proses perbaikan pembelajaran.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Adimulya 06 dengan
jumlah

siswa

17

orang

yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 8 siswa

perempuan. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Adimulya 06 yang berlokasi


di Jalan Batu Aji No. 06 Ciklatar Desa Adimulya Kecamatan Wanareja Kabupaten
Cilacap. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu satu bulan dengan rincian per
siklusnya sebagai berikut
Siklus Pertama

: Senin, 04 Februari 2013 dan Kamis, 07 Februari 2013

Siklus Kedua

: Senin, 11 Februari 2013 dan Kamis, 14 Februari 2013

Mata pelajaran yang menjadi bahan kajian yaitu IPA materi pengaruh gaya
terhadap gerak benda yang merupakan materi semester 2 dengan spesifikasi
sebagai berikut :
Kelas/Semester

Standar Kompetensi

IV/2
7. Memahami gaya dapat mengubah gerak
dan atau bentuk suatu benda

Kompetensi Dasar

7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa


gaya

(dorongan

dan

tarikan)

dapat

mengubah gerak suatu benda


Materi Pokok

Pengaruh gaya terhadap gerak benda

Indikator

Menjelaskan faktor yang mempengaruhi


gerak benda

Data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu data kualitatif
dan data kuantitatif. Sumber data dalam PTK dapat berasal dari subjek peneliti
maupun dari luar subjek peneliti. Sumber data dari subjek peneliti merupakan
sumber data primer (misalnya nilai ulangan harian). Sumber data dari luar subjek
peneliti merupakan sumber data sekunder (misalnya data hasil pengamatan yang
dilakukan oleh teman sejawat). Alat pengumpulan data yang digunakan untuk
melakukan perbaikan pembelajaran dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan lembar observasi dan lembar tes.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer
dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah siswa kelas IV SD Negeri
Adimulya 06 Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran
2012/2013. Sumber data sekunder berasal dari sumber data yang berasal dan
pihak yang masih ada kaitannya dengan siswa, tetapi tidak secara langsung
mengetahui keberadaan siswa atau berhubungan langsung dengan siswa.
Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik tes
dan teknik nontes. Alat pengumpulan data, terdiri dari lembar observasi, lembar
Kerja Siswa (LKS), dan lembar Evaluasi / Tes. Siswa dinyatakan tuntas apabaila
skor yang diperoleh 3 atau dengan kategori minimal baik. Peningkatan nilai
invidu siswa dapat dilihat dari nilai hasil tes formatif. Siswa dinyatakan

meningkat hasil belajarnya apabila nilai hasil tes I dari hasil tes II. Tes hasil
belajar siswa menentukan tingkat ketuntasan belajar siswa. Siswa dinyatakan
tuntas belajarnya apabila mendapat nilai di atas KKM minimal 69.
Penelitian tindakan kelas memiliki empat tahap yang dirumuskan oleh
Lewin (Kemmis dan MC Taggar,1992) yaitu Planning (rencana), Action
(tindakan), Observation (pengamatan) dan Reflection (refleksi).
a. Tahap

Perencanaan

meliputi

Menyiapkan

skenario

pembelajaran,

Menyiapkan lembar observasi aktivitasguru dan siswa, Menyiapkan kisi-kisi


soal evaluasi, Menyiapkan soal tes hasil belajar.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan meliputi : tahap pendahuluan, pengembangan,
penerapan dan penutup. Pada tahap pendahuluan dilakukan kegiatan sbb :
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, Guru memberikan apersepsi
dengan menyajikan suatu informasi yang berhubungan dengan materi
yang akan dipelajari dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari,dan
Guru membagi siswa dalam kelompok- kelompok heterogen berdasarkan
kemampuan dan jenis kelamin. Pada

tahap pengembangan dilakukan

kegiatan : Guru meminta salah satu anggota dari masing-masing kelompok


untuk mengambil bola kertas (Snowball) yang mengandung sejumlah
permasalahan

IPA yang

memberikan

kesempatan

sudah
kepada

disediakan

guru

secara

setiap

kelompok

acak, Guru

untuk berdiskusi

menyelesaikan masalah yang ada dalam bola kertas (Snowball) yang


mereka peroleh, Guru membimbing setiap kelompok dalam menyelesaikan
masalah, Guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk
menyampaikan pendapat atau solusi dari permasalahan yang mereka
dapatkan, Guru memberikan penjelasan seperlunya atas permasalahan yang
timbul dalam diskusi antar siswa. Tahap Penerapan dilakukan kegiatan : Guru
membagikan selembar kertas kosong kepada masing-masing kelompok., Guru
meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan kesulitan-kesulitan atau
permasalahan-permasalahan yang tidak dapat diselesaikan dalam diskusi
kelompok

(maksimal

permasalahan), Guru meminta

siswa

untuk

membentuk kertas yang berisi permasalahan tersebut seperti bola yang

10

kemudian dilemparkan ke kelompok lain secara acak (diusahakan supaya


masing-masing kelompok mendapat satu bola), Masing-masing kelompok
mendiskusikan maslah Matematika yang diperoleh dari bola kertas yang
didapat, Salah seorang siswa perwakilan dari masing-masing kelompok
diminta untuk menyampaikan jawabannya, Siswa yang lain diminta untuk
memberikan tanggapan. Tahap Penutup kegiatan yang dilakukan : Guru
memberikan penghargaan bagi kelompok yang memberikan tanggapan
atau jawaban yang paling memuaskan., Guru menyimpulkan hasil dari
seluruh kegiatan pembelajaran.
c. Tahap Observasi. Kegiatan observasi dilakukan secara kontinyu setiap kali
berlangsungnya pelaksanaan tindakan dengan mengamati aktivitas belajar
siswa dan kegiatan guru dalam proses belajar mengajar. Observasi yang
dilakukan dengan menggunakan alat observasi. Aspek yang diamati
untuk siswa adalah aktivitas belajar dalam pelaksanaan pembelajaran,
aktivitas siswa dalam diskusi kelompok, kerjasama dalam kelompok,
interaksi antar siswa, interaksi siswa dengan guru dan partisipasi siswa dalam
menyampaikan hasil. Sedangkan aktivitas guru yang diobservasi adalah
aktif dalam membimbing siswa, aktivitas guru dalam pembelajaran,
aktivitas guru dalam menciptakan suasana yang kondusip, aktivitas guru
menggunakan sumber, aktivitas guru dalam memberikan materi yang
sesuai dengan tujuan dan aktivitas guru dalam memamerkan hasil karya
siswa.
d. Tahap Evaluasi. Evaluasi hasil belajar dilaksanakan pada akhir setiap siklus.
Evaluasi dilakukan dengan memberi tes dalam bentuk essay.
e. Tahap Refleksi. Refleksi dilakukan pada akhir siklus. Pada tahap ini,
peneliti bersama guru mengkaji pelaksanaan dan hasil yang diperoleh dalam
pemberian tindakan tiap siklusnya. Sebagai acuan dalam refleksi ini adalah
hasil observasi dan evaluasi. Hasil ini digunakan sebagai dasar untuk
memperbaiki serta menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan
pada siklus selanjutnya.

11

Sebelum

melakukan

tindakan

pembelajaran,

penulis

melakukan

observasi terhadap pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru kelas IV.
Hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran yang dikembangkan guru
masih menggunakan metode ceramah. Pembelajaran lebih sering didominasi
oleh guru sedangkan siswa hanya menyimak dan mencatat, sehingga
kemampuan pemahaman konsep siswa terhadap mata pelajaran IPA kurang
berkembang.
Dari hasil diskusi yang dilakukan dengan teman sejawab akhirnya peneliti
berpendapat bahwa metode pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran IPA
yang sesuai dengan KTSP adalah penerapan model snowball throwing dengan
pertimbangan bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran snowball throwing
dalam meningkatkan minat belajar siswa ini dirasakan cukup efektif karena
mampu menumbuh kembangkan potensi intelektual, sosial, dan emosional yang
ada dalam diri siswa. Di sini siswa akan terlatih untuk mengemukakan gagasan
dan perasaan secara cerdas dan kreatif, serta mampu menemukan dan
menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya untuk
menghadapi berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Akhirnya disetujui metode pembelajaran yang akan digunakan sebagai bahan
penelitian adalah dengan model snowball throwing.
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan membuktikan
bahwa model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan proses dan
hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan di kelas IV SDN Adimulya 06 pada
pembelajaran

ilmu Pengetahuan Alam Materi pengaruh gaya terhadap gerak

benda melalui dua siklus menunjukkan hasil yang maksimal. Hal ini dibuktikan
dengan adanya peningkatan hasil proses pembelajaran pada masing-masing
siklusnya.
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I dengan dimulai dengan
membentuk kelompok siswa, ketua kelompok mempersiapkan anggotanya, untuk
membuat pertanyaan, kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola
dan dilempar dari siswa satu ke siswa yang lain, siswa mendapat satu bola

12

atau satu pertanyaan diberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab


pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
Pada tahap perencanaan, data yang diperoleh berupa: rencana pelaksanaan
perbaikan pembelajaran (RPPP) yang di dalamnya tercakup komponen skenario
pembelajaran yang akan diimplementasikan; seperangkat instrumen yang akan
digunakan untuk pengumpulan data; dan data pendukung pembelajaran berupa
lembar kerja siswa (LKS).
Data hasil pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam materi materi pengaruh gaya terhadap gerak benda
menggunakan model pembelajaran snowball throwing dapat diterangkan sebagai
berikut:
1. Nilai rata-rata hasil belajar pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus
pertama sebesar 65,29.
2. Jumlah siswa yang tuntas belajarnya sebanyak 9 siswa atau sebesar 52,94%
3. Jumlah siswa yang belum tuntas belajarnya sebanyak 8 siswa atau sebesar
47,08%
Dari penjelasan sebagaimana tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil nilai
tes formatif mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 58,82 menjadi
65,29 pada siklus I, yang diikuti dengan peningkatan ketuntasan belahar di mana
pada sebelum perbaikan siswa tuntas 5 siswa (29,41%) meningkat menjadi 9
siswa (52,94%) atau meningkat sebanyak 4 siswa (23,52%). Melihat hasil tersebut
maka peneliti bersama-sama dengan observer sepakat untuk melaksanakan
perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan harapan pada siklus II rata-rata
hasil belajar siswa dapat mencapai perolehan di atas KKM sebesar 69,00 sesuai
dengan indikator dan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan untuk mengukur
dan menentukan keberhasilan proses pembelajaran.
Pada tahap pengamatan mengenai minat siswa pada pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam materi materi pengaruh gaya terhadap gerak benda

dapat

disimpulkan bahwa dari 17 siswa terdapat 12 orang yang tuntas belajarnya


(70,59%) dilihat dari minat belajarnya, sedangkan 5 siswa (29,41%) belum tuntas
dilihat dari minat belajarnya. Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama

13

dengan observer sepakat untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus


II dengan harapan pada siklus II minat belajar siswa dapat mencapai perolehan di
atas 85% sesuai dengan indikator dan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.
Hasil pembelajaran pada siklus pertama tentang pengaruh gaya terhadap
gerak benda dianggap belum berhasil. Setelah peneliti dengan observer
mendiskusikan hasil pembelajaran pada siklus pertama tentang pengaruh gaya
terhadap gerak benda dinyatakan belum berhasil. Setelah peneliti dengan observer
mendiskusikan hasil observasi dan wawancara yang dikaitkan dengan hasil tes
formatif, karena kekurangaktifan siswa dan jumlah anggota kelompok yang masih
terlalu banyak serta kurang meratanya kemampuan antar individu dalam satu
kelompok. Hasil pada pertemuan kedua siklus pertama tentang pengaruh gaya
dianggap belum berhasil. Setelah peneliti dengan observer mendiskusikan hasil
observasi dan wawancara yang dikaitkan dengan hasil tes formatif, maka pada
siklus kedua perlu ditanggulangi dengan menggali pemahaman awal siswa tentang
materi yang akan dipelajari sebelum proses pembelajaran berlangsung, kemudian
memaksimalkan pembimbingan agar siswa mampu menemukan sendiri informasi
dengan mengemas pembelajaran secara menarik dan menciptakan iklim belajar
yang kondusif. Selain itu jumlah anggota masing-masing kelompok diperkecil.
Berdasarkan hasil observasi dua kali pertemuan pada siklus pertama oleh
observer dan penilaian hasil tes formatif siklus pertama, Dari dua kali pertemuan
pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus pertama dianggap belum
berhasil, karena baru 9 siswa (52,95%) dari 17 siswa yang dikategorikan tuntas,
sedangkan 8 orang siswa lainya (47,06%) belum tuntas belajarnya. Adapun data
peningkatan minat belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sebesar
70,59% atau 12 orang siswa dari 17 siswa dengan perolehan nilai rata-rata hasil
belajar secara klasikal sebesar 65,29.
Setelah peneliti dengan observer mendiskusikan hasil observasi dan
wawancara yang dikaitkan dengan hasil tes formatif, maka pada siklus kedua
perlu ditanggulangi dengan menggali pemahaman awal siswa tentang materi yang
akan dipelajari sebelum proses pembelajaran berlangsung. Dilakukan percobaan
lain yang lebih menarik, kemudian memaksimalkan pembimbingan agar siswa

14

mampu menemukan sendiri informasi dengan mengemas pembelajaran secara


menarik dan menciptakan iklim belajar yang kondusif. Selain itu jumlah anggota
kelompok diperkecil.
Setelah mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus pertama, maka pada
siklus kedua peneliti mencoba menyempurnakan pelaksanaan perbaikan
pembelajaran. Dengan mengulang kegiatan pada siklus I, dilanjutkan pembahasan
hasil kerja kelompok dengan pelaksanaan diskusi kelas. Dilanjutkan tanya jawab
secara individu kepada semua siswa secara bergantian, dilanjutkan tes formatif
untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar siswa.
Pada tahap perencanaan, data yang diperoleh berupa: rencana pelaksanaan
perbaikan pembelajaran (RPPP) yang di dalamnya tercakup komponen skenario
pembelajaran yang akan diimplementasikan; seperangkat instrumen yang akan
digunakan untuk pengumpulan data; dan data pendukung pembelajaran berupa
lembar kerja siswa (LKS) dengan penambahan inovasi-inovasi baru seputar
pelaksanaan pembelajaran.
Data hasil pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam materi materi pengaruh gaya terhadap gerak benda
menggunakan model pembelajaran snowball throwing dapat diterangkan sebagai
berikut:
1. Nilai rata-rata hasil belajar pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus
pertama sebesar 72,94.
2. Jumlah siswa yang tuntas belajarnya sebanyak 17 siswa atau sebesar 100%
3. Tidak ada siswa yang belum tuntas belajarnya atau sebesar 0%
Dari penjelasan sebagaimana tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
nilai tes formatif mengalami peningkatan dari siklus I, karena pada siklus I siswa
tuntas 9 siswa (52,94%) meningkat menjadi 17 siswa (100%) atau meningkat
sebanyak 18 siswa (47,06%).
Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer
menyimpulkan bahwa hasil tes prestasi belajar menunjukkan hasil 72,94. Hal ini
menunjukkan bahwa tes prestasi belajar sudah memenuhi kriteria keberhasilan
karena prestasi belajar berada di atas angka kriteria minimal ketuntasan (KKM)

15

sebesar 69, dengan jumlah siswa yang telah tuntas belajarnya sebanyak 17 siswa
atau 100%. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar juga telah mencapai
kriteria keberhasilan sebesar 85% sehingga proses perbaikan pembelajaran
dinyatakan berhasil dan tuntas pada pelaksanaan siklus II.
Pada tahap pengamatan mengenai prestasi siswa pada pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam materi materi pengaruh gaya terhadap gerak benda dapat
disimpulkan bahwa dari 17 siswa terdapat 17 orang yang tuntas belajarnya
(100%) dilihat dari minat belajarnya. Melihat hasil di atas maka peneliti bersamasama dengan observer menyimpulkan bahwa hasil pengamatan terhadap
peningkatan minat belajar sudah mencapai angka di atas 85%, sehingga proses
perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada siklus II.
Dari dua kali pertemuan pada pembelajaran pada siklus kedua dianggap
berhasil, karena semua kriteri keberhasilan telah tercapai, yaitu angka ketuntasan
dan minat sebesar 100%. Angka tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam materi materi pengaruh gaya terhadap gerak benda telah
memenuhi kriteria ketuntasan, karena sudah melebihi batasan kriteria ketuntasan
sebanyak 85%, dan nilai rata-rata hasil belajar yang mencapai angka 72,94 dari
KKM minimal mendapat nilai 69, sehingga dapat disimpulkan bahwa proses
perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada pelaksanaan siklus II.
Setelah melakukan analisa terhadap data yang peroleh dari dua siklus yang
dilaksanakan maka dapat dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran snowball throwing pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
materi materi pengaruh gaya terhadap gerak benda menunjukkan peningkatan
yang signifikan terhadap hasil proses pembelajaran
1. Siswa Tuntas Belajar
a. Pada temuan awal siswa yang tuntas sebanyak 5 siswa atau 29,41% dari
17 siswa.
b. Pada siklus I siswa yang tuntas sebanyak 9 siswa atau 52,94% dari 17
siswa
c. Pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak 17 siswa atau 100% dari 17
siswa

16

2. Siswa Belum Tuntas Belajar


a. Pada temuan awal siswa yang belum tuntas sebanyak 12 siswa atau
70,59% dari 17 siswa.
b. Pada siklus I siswa yang belum tuntas sebanyak 8 siswa atau 47,06% dari
17 siswa
c. Pada siklus II tidak ada siswa yang belum tuntas sebanyak 0 siswa atau
0% dari 17 siswa
Keberhasilan proses perbaikan pembelajaran tidak hanya dilihat dari
peningkatan hasil belajar atau nilai tes formatif saja. Minat belajar siswa selama
proses pembelajaran juga merupakan indikator keberhasilan dalam proses
pembelajaran. Data minat siswa diperoleh dari lembar observasi yang telah diisi
oleh observer selama perbaikan pembelajaran berlangsung. Fokus observasi
difokuskan pada aspek-aspek bisa menjawab, mau bertanya dan aktif dalam
kegiatan diskusi. Hasil observasi pada pelaksanaan kegiatan perbaikan
pembelajaran menunjukkan hasil yang positifi, dan dibuktikan dengan adanya
peningkatan minat siswa pada setiap siklusnya.
1. Siswa tuntas dilihat dari minat belajar
a. Pada temuan awal, siswa tuntas dilihat dari minat belajar sebanyak 5 siswa
atau 29,41% dari 17 siswa.
b. Pada siklus I, siswa tuntas dilihat dari minat belajar sebanyak 12 siswa
atau 70,59% dari 17 siswa.
c. Pada siklus II, siswa tuntas dilihat dari minat belajar sebanyak 17 siswa
atau 100% dari 17 siswa.
2. Siswa yang belum tuntas dilihat dari minat belajar
a. Pada temuan awal, siswa belum tuntas dilihat dari minat belajar sebanyak
12 siswa atau 70,59% dari 17 siswa.
b. Pada siklus I, siswa belum tuntas dilihat dari minat belajar sebanyak 5
siswa atau 29,41% dari 17 siswa.
c. Pada siklus II, tidak ada siswa yang tidak tuntas dilihat dari minat belajar
dari 17 siswa.

17

Pada siklus I dengan menerapkan model pembelajaran snowball throwing


menampilkan gambar-gambar yang berkaitan dengan proses pembelajaran,
dilanjutkan dengan kerja kelompok, tentang pengaruh gaya terhadap gerak benda
terhadap bentuk dan gerak suatu benda, Hasil belajarnya kurang memuaskan
karena dari hasil perbaikan pembelajaran siklus ini, hasil pada pertemuan kedua
siklus pertama tentang materi materi pengaruh gaya terhadap gerak benda
dianggap belum berhasil.
Peningkatan minat siswa cukup signifikan pada setiap siklusnya, dimana
pada studi awal hanya 29,41% atau 5 siswa, meningkat menjadi 70,59% atau 12
siswa pada siklus pertama atau mengalami kenaikan sebanyak 7 orang siswa
(41,18%) dari studi awal. Sepertinya halnya peningkatan hasil belajar, hasil
belajarpun meningkat cukup baik, yaitu dari nilai rata-rata hasil belajar sebesar
58,82 pada studi awal, menjadi 65,19 pada siklus pertama, sedangkan tingkat
ketuntasan belajar baru mencapai angka 9 siswa atau 52,94%. Hal ini
menunjukkan bahwa ketuntasan belajar mengalami kenaikan 4 siswa atau 23,53%
dari studi awal. Setelah peneliti dengan observer mendiskusikan hasil observasi
dan

wawancara

yang

dikaitkan

dengan

hasil

tes

formatif,

penyebab

kekurangaktifan siswa dan jumlah anggota kelompok yang masih terlalu banyak
serta kurang meratanya kemampuan antar individu dalam satu kelompok. Hasil
pada pertemuan kedua siklus pertama tentang pengaruh gaya dianggap belum
berhasil. Setelah peneliti dengan observer mendiskusikan hasil observasi dan
wawancara yang dikaitkan dengan hasil tes formatif, maka pada siklus kedua
perlu ditanggulangi dengan menggali pemahaman awal siswa tentang materi yang
akan

dipelajari

sebelum

proses

pembelajaran

berlangsung,

kemudian

memaksimalkan pembimbingan agar siswa mampu menemukan sendiri informasi


dengan mengemas pembelajaran secara menarik dan menciptakan iklim belajar
yang kondusif. Selain itu jumlah anggota masing-masing kelompok diperkecil.
Pada siklus II dengan menerapkan model pembelajaran snowball throwing
dengan mengulang kegiatan pada siklus I, dilanjutkan pembahasan hasil kerja
kelompok dengan pelaksanaan diskusi kelas. Dilanjutkan tanya jawab secara

18

individu kepada semua siswa secara bergantian, dilanjutkan tes formatif untuk
mengetahui tingkat ketuntasan belajar siswa.
Peningkatan minat belajar cukup signifikan pada setiap siklusnya, dimana
pada siklus pertama hanya 70,59% atau 12 siswa, meningkat menjadi 100% atau
seluruh siswa pada siklus kedua terlibat aktif dalam pelaksanaan pembelajaran.
Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi kenaikan sebanyak 5 orang siswa
(47,06%) dari pelaksanaan pembelajaran pada siklus kedua. Sepertinya halnya
peningkatan minat belajar, Hasil belajarpun meningkat cukup baik, yaitu dari nilai
rata-rata hasil belajar sebesar 65,29 pada siklus kedua, menjadi 72,29 pada siklus
kedua, sedangkan tingkat ketuntasan belajar mencapai angka 17 siswa atau 100%.
Dari hasil diskusi dengan supervisor dan observer maka dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan pembelajaran dalam dua siklus perbaikan dinyatakan tuntas,
dan dapat dilanjutkan pada materi selanjutnya karena telah memenuhi kriteria
ketuntasan yang ditentukan. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan minat belajar
dari 29,41% atau 5 siswa pada studi awal menjadi, 70,29% atau 12 siswa, dan
pada akhir siklus kedua menjadi 100%. Hal tersebut didukung oleh peningkatan
hasil belajar siswa, di mana nilai rata-rata hasil belajar terus mengalami
peningkatan dari 58,82 pada studi awal menjadi 65,29 pada siklus pertama,
menjadi 72,94 dan pada akhir siklus kedua, dengan tingkat ketuntasan belajar
yang juga meningkat pada setiap siklusnya, yaitu 5 orang siswa (29,41%) pada
studi awal, menjadi 52,94% atau 9 siswa, meningkat lagi menjadi 100% atau 17
siswa pada siklus terakhir.
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan yang diperoleh pada siklus
pertama dan kedua

dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model

pembelajaran snowball throwing dalam pembelajaran IPA pada materi pengaruh


gaya terhadap gerak benda terbukti dapat meningkatkan minat belajar siswa. Pada
studi awal minat belajar siswa menunjukkan hasil 29,41% atau 5 siswa,
meningkat menjadi, 70,29% atau 12 siswa, dan pada akhir siklus kedua menjadi
100%, dan meningkatkan hasil dan ketuntasan belajar siswa. Hal tersebut
dibuktikan dengan peningkatan rata-rata hasil belajar dari 58,82 pada studi awal
menjadi 65,29 pada siklus pertama, menjadi 72,94 dan pada akhir siklus kedua,

19

dengan tingkat ketuntasan belajar sebanyak 5 orang siswa (29,41%) pada studi
awal, menjadi 52,94% atau 9 siswa, meningkat lagi menjadi 100% atau 17 siswa
pada siklus terakhir.
Berdasarkan kesimpulan tersebut ada beberapa hal yang sebaiknya
dilaksanakan oleh guru dalam memperbaiki kualitas pembelajaran, yaitu :
1. Saran untuk penelitian lanjut
Guru harus mampu menerapkan model atau metode pembelajaran yang
tepat, salah satunya adalah dengan penerapan model pembelajaran snowball
throwing agar siswa tidak kesulitan dalam memahami materi yang diajarkan,
dan guru harus membimbing siswa secara intensif dalam proses pembelajaran
serta mampu menciptakan suasana belajar yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
2. Saran untuk penerapan hasil penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dilakukan oleh guru untuk memperbaiki
kinerjanya, sehingga apa yang menjadi tujuan dalam pembelajaran dapat
tercapai. Perbaikan pembelajaran berawal dari adanya masalah dalam
pembelajaran dan guru berupaya untuk memperbaikinya. Untuk mencegah
timbulnya masalah yang sama, guru sebaiknya selalu berinovasi dalam
pendekatan, strategi dan model ataupun metode-metode pembelajaran lainnya,
dan mempunyai manfaat besar bagi sekolah, guru maupun pengawas. Oleh
karena itu alangkah baiknya apabila sekolah memberikan kebebasan kepada
guru yang akan melaksanakan penelitian tindakan kelas dan bekerja sama
dengan teman sejawat dalam satu sekolah maupun sekolah lain.
3. Tindak Lanjut
Untuk

meningkatkan

mutu

profesionalisme

guru,

berdasarkan

pengalaman peneliti selama melaksanakan perbaikan pembelajaran Penelitian


Tindakan Kelas, guru perlu melakukan kerja sama dengan teman sejawat.
Kerja sama tersebut bisa lewat KKG atau kelompok kerja guru, untuk saling
bertukar pikiran dan pengalaman selama menjalankan tugas. Selain itu
penelitian tindakan kelas sangat membantu guru dalam mengevaluasi
kelemahan dan kekurangan selama proses pembelajaran

20

DAFTAR PUSTAKA
Abror, Rachman, 1993, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Tiara Wacana.
Adin, Arahman. 2010. Model Pembelajaran Snowball Throwing. Bandung :
Remaja. Rosda Karya
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP) Mata pelajaran
SD/MI. Depdikbud. Jakarta.
Ristana, Rusna. Prayitna. 2006. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. UPBJJUniversitas Terbuka. Purwokerto.
Samatowa, Usman. 2002. Pembelajaran Terpadu. Percetakan. Raisal :
Gorontalo
Saminanto. 2010. Ayo Praktik PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Semarang :
Rasamail Media Group.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Wiriatmadja, Rochiati. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas, UPI Bandung
dan Rosda. Bandung.

You might also like