You are on page 1of 3

DAMPAK KEKURANGAN GIZI PADA PENGEMBANGAN SUMBER DAYA

MANUSIA
MANJILALA, SGz
Staf Jurusan Gizi Poltekkes Makassar
Anak balita merupakan golongan yang sangat rentang terhadap masalah kesehatan dan gizi,
sehingga memerlukan perhatian dan penanganan yang tepat dan serius, pada usia ini berlangsung
proses tumbuh kembang yang sangat pesat yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan
psikomotorik, mental dan sosial.
Anak balita perlu memperoleh zat gizi dari makanan sehari-hari dalam jumlah yang tepat dengan
kualitas yang baik, mengingat mereka merupakan penerus bangsa sehingga diharapkan dapat
menjadi sumber daya manusia yang potensial dan produktif.
Otak kosong akan dialami oleh anak di bawah usia dua tahun yang kekurangan gizi, sehingga
menyebabkan tingkat kecerdasan dan produktivitasnya sangat rendah. Pada gilirannya kita akan
menghasilkan generasi pekerja kasar yang tidak produktif, mereka nantinya tidak mampu
memberikan makanan bergizi pada anaknya sehingga siklus tersebut akan terulang kembali.
Keterlambatan intervensi kesehatan, gizi dan psikososial pada usia ini mengakibatkan kerugian
yang tidak dapat diperbaiki atau digantikan dikemudian hari.
Masalah gizi merupakan salah satu penentu kualitas SDM, gizi yang tidak seimbang baik
kekurangan atau kelebihan, akan mempengaruhi kualitas SDM. Memasuki AFTA 2003
mendatang, Indonesia menghadapi maslah gizi ganda yaitu gangguan gizi kurang yang belum
terselesaikan seperti KEP,KEK, GAKY, Anemia Gizi, dan KVA, kemudian muncul masalah baru,
yaitu gizi lebih yang mulai meningkat akhir-akhir ini khususnya di daerah perkotaan.
Meski prevalensi gizi buruk sudah menurun, dari 8,1% dari 1,7 juta balita yang menderita gizi
kurang pada tahun 1999 menjadi 7,5% pada tahun 2000 berdasarkan data SUSENAS namun
jumlah nominalnya masih tergolong tinggi, yaitu 160.000 balita. Jumlah tersebut belum termasuk
anak-anak yang menderita kekurangan gizi mikro, yaitu Zat Besi, Yodium dan Vitamin A.
Dampak kekurangan gizi pada pengembangan SDM dapat kita lihat pada tabel berikut :
TABEL DAMPAK KEKURANGAN GIZI PADA PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA

KONDISI

PROSES

DAMPAK

Kekurangan zat iodium


semasa kehamilan

Menghambat pekembangan
otak janin

Kehilangan 5 15 point IQ

Kekurangan Protein Energi


Pertumbuhan lambat dan
disebabkan oleh kekurangan
Kehilangan 5 15 point IQ
perkembangan otak terganggu
makanan dan infeksi

Anemia kekurangan zat besi Gangguan fungsi kognitif dan


Kehilangan 5 15 point IQ
pada bayi
perkembangan

Internal Helmint
(Kecacingan) pada anak
sekolah,

Menurunkan penyerapan zat


Ketidakmampuan/terhambat
gizi dan kekurangan zat
dalam memahami pelajaran
gizi besi

Anemia kekurangan zat besi Penurunan kemampuan kerja Menurunkan pendapatan dan
pada orang dewasa
dan daya tahan tubuh
produktivitas

Kekurangan Vitamin A

Penurunan daya tahan tubuh


terhadap infeksi.

Resiko kematian anak


meningkat

Kekurangan zat Seng

Pertumbuhan lambat dan


menurunkan resistensi
terhadap infeksi

Meningkatkan frekuensi
kesakitan dan meningkatkan
pengeluaran biaya
pengobatan

Dari tabel di atas, kita dapat membayangkan jika sekiranya balita di Indonesia mengalami
kondisi tersebut, maka jangan heran jika suatu saat kita akan menjadi pembantu di rumah sendiri,
karena ketidakmampuan SDM kita untuk bersaing dengan Sumber Daya Manusia negara lain.
Dari kekurangan yodium saja, Indonesia kehilangan sekitar 190 juta point IQ pertahun. Selain itu
hampir satu dari sepuluh anak usia sekolah (9,8%) menderita gondok akibat kekurangan yodium
hal tersebut merupakan masalah serius, (www.infokesehatan.net)
Tidak heran jika Kongres Pergizi Pangan tahun 2001 di Makassar mengeluarkan rekomendasi
yang salah satu isinya berbunyi, Menyelamatkan anak dari kekurangan gizi adalah persfektif
membentuk generasi mendatang yang potensial, sebab gizi berperan penting dalam proses

tumbuh kembang anak. Aspek penting dalam masalah kurang gizi pada anak adalah membangun
optimisme bahwa pembelanjaan untuk implementasi program gizi merupakan investasi masa
depan.
Kita ketahui bahwa faktor penyebab kekurangan gizi dapat bersifat langsung dan tidak langsung,
faktor langsung meliputi Asupan gizi dan kemampuan tubuh menggunakannnya, sedangkan
faktor tidak langsung antara lain, produksi pangan, kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan
dan tingkat pengetahuan.
Pengetahuan merupakan bagian terpenting dan rendahnya daya beli merupakan suatu kendala,
tetapi defesiensi gizi dapat ditekan bila orang mengetahui bagaimana menggunakan sumber daya
yang ada secara tepat.
Kita harus akui, bahwa gangguan gizi bukan semata-mata akibat ekonomi, tetapi lebih banyak
disebabkan akibat rendahnya pengetahuan masyarakat. Untuk memperoleh generasi sehat masa
datang, pendidikan gizi sangat strategis untuk promosi kesehatan dan harus diberikan sedini
mungkin kepada anak.
Salah satu langkah yang cukup efektif dan efesien ialah Pendidikan Gizi Berbasis Sekolah untuk
menciptakan generasi sehat dan tangguh masa depan. Namun Di Indonesia, sekolah belum
menjadi salah satu strategi untuk mencegah dan menanggulangi masalah gizi, sekolah masih
cenderung berfungsi sebagai objek bukan subjek. Sebaiknya pendidikan gizi di sekolah diberikan
dalam bentuk satu mata ajaran tersendiri, sehingga penyampainnya dapat maksimal, tidak
terintegrasi dalam berbagai macam mata ajaran yang pada akhirnya akan mementahkan konsep
dasar dari pendidikan gizi tersebut.

You might also like