You are on page 1of 5

Jurnal Natural

Vol. 10, No. 2, 2010

STUDY OF GAMMA RAY IRRADIATION ON FOOD


PRESERVETION (Case Study on Chili Powder)
Rini Safitri1, Lenni Fitri2
1

Jurusan Fisika, 2Jurusan Biologi


FMIPA Universitas Syiah Kuala
Email: rsafitri@unsyiah.net

Abstract. It has been conducted the research about the


t method of food preservation by performing beam irradiation of
gamma ray (Co-60) on food. The objective of this study is convince the use of beam irradiation
radiation as an alternative food
preservation process, that is free from chemicals and reduce the growth of microbes in food that is irradiated. The
examination is carried out on chilli powder with the variation of 2 main parameter, those are the distance of source to
samples and time exposure. The results showed that the examination of 1 mg sample with the distance 25 cm, and time
exposures of 15, 60, and 120 minutes can destroy as
a much as 35%, 70% and 90% microbes. The examination with the
distance 45 cm and time exposure of 15, 60, and 120 minutes can destroy as much as respectively 6%, 29% and 89%
respectively. Based on this result, it can be concluded that the greater distance from the source, the less microbes that was
destroyed, and vice versa. By reducing the number of microbes
bes of this process, it shows the beam irradiation can be used
as a significant method on food reservation
Keywords: radiation, chili powder, radiation flux, dose rate, absorbed dose, microbes and gamma rays.

I. PENDAHULUAN
Pengawetan pada bahan makanan dikenal sebagai
upaya yang dilakukan untuk memperpanjang masa
simpan dari bahan makanan, sehingga makanan
yang disimpan dapat dikomsumsi dalam waktu yang
lebih lama. Berbagai teknik pengawetan bahan
makanan seperti pengeringan, pembekuan, dan
penambahan
bahan bahan kimia telah dilakukan. TeknikTeknik
teknik pengawetan bahan makanan tersebut tidak
dikatakan jelek namun dianggap masih bisa
disempurnakan. Sejak saat ini teknologi pengawetan
makanan masih terus dikembangkan salah satunya
dengan menggunakan metode irradiasi.
Metode Irradiasi merupakan salah satu jenis
pengawetan bahan makanan yang menggunakan
gelombang elektromagnetik. Irradiasi bertujuan
b
menghilangkan mikroba pembusuk serta membasmi
mikroba dan organisme lain yang menimbulkan
penyakit terbawa pada makanan. Tetapi pada prinsip
pengolahan, dosis, teknik penyinaran dan peralatan,
persyaratan kesehatan keselamatan serta pengaruh
irradiasi terhadap pangan harus
arus diperhatikan[1].
diperhatikan
Berdasarkan data tentang pengelohan bahan pangan
yang ada, FAO (Organisasi
Organisasi Pangan Sedunia),
Sedunia IAEA
(Badan
Badan Tenaga Atom Internasional)
Internasional dan WHO
(Organisasi
Organisasi Kesehatan Dunia)
Dunia menyimpulkan,
bahwa makanan yang diradiasi hingga dosis 10 kGy

amann untuk dikonsumsi sehingga sampai saat ini


penelitian dan pengembangan metode ini untuk
industri terus dilakukan.
Pada penelitian ini bahan makanan yang diuji
untuk diiradiasikan adalah serbuk cabai. Serbuk
cabai dipilih karena serbuk cabai merupakan bahan
makanan yang mudah diperoleh dan sering
digunakan oleh ibu rumah tangga.
Irradiasi yang dilakukan bertujuan
untuk
menghambat atau mencegah terjadinya kerusakan
pada bahan makanan, mempertahankan kualitas
bahan, menghindari terjadinya keracunan dan
mempermudahh penanganan serta penyimpanan.
Bubuk
ubuk cabai yang awet ditandai dengan berkurang
nya jumlah mikroba yang ada pada bubuk cabai
tersebut.
Selama proses irradiasi,
radiasi, bahan makanan akan
menyerap radiasi sinar gamma yang terpancar dari
Co-60. Radiasi akan memecah ikatan kimia pada
DNA dari mikroba atau serangga kontaminan.
Sehingga organisme kontaminan tidak mampu
memperbaiki DNA-nya
nya yang rusak sehingga
pertumbuhannya akan terhambat. Pada irradiasi
bahan makanan ini, dosis irradiasi tidak cukup
besar untuk menyebabkan bahan makanan menjadi
radioaktif. Dalam penelitian ini akan diuji

Study of gamma ray irradiation on food preservation


(Rini Safitri, Lenni Fitri)
_____________________________________________________________________________________________________________

pengaruh jarak terhadap fluks radiasi laju dosis dan


dosis serap serta pengaruh waktu paparan radiasi
dan jarak terhadap jumlah mikroba yang terbunuh
dengan harapan berkurangnya jumlah mikroba pada
bubuk cabai yang ada dipasar akan menjadikan
serbuk cabai terbebas dari bakteri dan jamur yang
mungkin tumbuh.

tercapai. Sebaliknya jika dosis berlebihan,


makanan mungkin akan rusak sehingga tidak dapat
diterima konsumen. Besarnya dosis radiasi yang
dipakai dalam pengawetan makanan tergantung
dari jenis bahan makanan dan tujuan irradiasi. Dari
Komisi
Codex
Alimentarius
Gabungan
FAO/WHO belum menyetujui penggunaan dosis
ini. Pengukuran dosis agar bahan pangan dapat
menerima dosis irradiasi secara tepat dilakukan
dengan menggunakan suatu sistem dosimetridosimetri merupakan suatu metode pengukuran
dosis serap (absorbsi) radiasi terhadap produk
dengan teknik pengukuran yang didasarkan pada
pengukuran ionisasi yang disebabkan oleh radiasi
menggunakan dosimetri [5].

1.1 Teknik irradiasi


Irradiasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk
pemakaian energi radiasi secara sengaja dan terarah.
Ada juga yang mengatakan bahwa, irradiasi adalah
teknik penggunaan energi untuk penyinaran bahan
dengan menggunakan sumber irradiasi buatan.

1.3.1

Jenis irradiasi makanan yang dapat digunakan untuk


pengawetan bahan pangan adalah elektromagnetik
yaitu radiasi yang menghasilkan foton berenergi
tinggi sehingga sanggup menyebabkan terjadinya
ionisasi dan eksitasi pada materi yang dilaluinya.
Jenis irradiasi ini dinamakan radiasi pengion.
Gelombang elektromagnetik sinar adalah radiasi
pengion yang paling banyak digunakan [2]. Apabila
suatu zat dilalui radiasi pengion, energi yang
melewatinya akan diserap dan menghasilkan
pasangan ion. Energi yang diserap oleh tumbukan
radiasi dengan partikel bahan makanan akan
menyebabkan eksitasi dan ionisasi atom-atom dalam
lintasannya. Hal ini dapat terjadi dalam waktu
kurang dari 0,0001 detik [3].

Dosis serap

Dosis serap merupakan jumlah energi yang


diserahkan radiasi atau banyaknya energi yang
diserap oleh bahan permassa bahan itu jadi dosis
serap merupakan banyaknya energi yang diberikan
oleh radiasi pengion kepada medium [2]. Secara
matematis dosis serap dituliskan dalam rumus:

D=

dE
dm

(1)

keterangan :
dE : Energi yang diserap oleh medium (Joule)
dm : Massa (kg)
D : Dosis serap (J/kg)
Turunan dosis serap terhadap waktu disebut laju
dosis serap dan dirumuskan dengan persamaan:

1.2 Sumber irradiasi

Dua jenis pengion yang umum digunakan untuk


pengawetan makanan adalah sinar , yang
dipancarkan oleh radionuklida Co-60 (Cobalt-60)
dan Cs-137 (Cesium-137) dan berkas elektron dari
partikel-partikel bermuatan listrik. Kedua jenis
radiasi pengion ini memiliki pengaruh yang sama
terhadap makanan yaitu makanan yang disinari
suhunya tidak berubah atau tidak terjadi kenaikan
suhu yang nyata suhunya sekitar 40C. Perbedaan
keduanya adalah pada daya tembusnya. Sinar
gamma mengeluarkan energi sebesar 1 MeV untuk
dapat menembus air dengan kedalamam 20-30 cm
sedangkan berkas elektron mengeluarkan energi
sebesar 10 MeV untuk dapat menembus air sedalam
3,5 cm [4].

dD
dt

(2)

keterangan:
: Laju dosis serap (Gy/s-1)

dD : Dosis Serap j.Kg


dt : Waktu pada saat penyerapan (s-1) [6]
a.

Dosis total radiasi

Suatu medium yang berada dalam suatu medan


radiasi akan menerima dosis radiasi yang besarnya
sebanding dengan lamanya penyinaran, semakin
lama penyinaran, akan semakin besar dosis radiasi
yang diterima, demikian sebaliknya secara
matematis dirumuskan sebagai berikut

1.3 Dosis radiasi

D = .t
(3)
dimana :
D : Dosis akumulasi (Ci)
: Laju dosis (Ci/jam)
t : Waktu (Jam)

Dosis radiasi adalah jumlah energi radiasi yang


diserap kedalam material dan merupakan faktor
utama pada irradiasi makanan sering kali untuk tiap
jenis makanan diperlukan dosis khusus untuk
memperoleh hasil yang diinginkan. Kalau jumlah
radiasi yang digunakan kurang dari dosis yang
diperlukan, efek yang diinginkan tidak akan

31

Study of gamma ray irradiation on food preservation


(Rini Safitri, Lenni Fitri)
_____________________________________________________________________________________________________________

b.

Jarak radiasi

latar belakangnya, yaitu perhitungan tanpa ada


sampel prosesnya sebagai berikut sinar gamma
ditempatkan kearah yang terlindungi misalnya
kearah dinding, selanjutnya dicacah dengan
menggunakan detektor selama 15 menit, 60 menit
dan 120 menit dengan jarak 25 cm, diulangi
sebanyak 3 kali sampai dianggap stabil. Demikian
pula pada jarak 45 cm.

Jarak pada suatu radiasi berkaitan dengan fluks ()


radiasi, fluks radiasi pada suatu titik akan berkurang
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara titik
tersebut dengan sumber radiasi. Untuk mengetahui
pengaruh jarak terhadap fluks radiasi sumber yang
memancarkan radiasi dengan jumlah pancaran S
(radiasi/S). Fluks radiasi didefinisikan sebagai
jumlah radiasi yang menembus luas permukaan
masing-masing adalah:
=

S
4R 2

Setelah detektor dan sumber radiasi dianggap


stabil, bungkus plastik kosong diletakkan diantara
detektor dengan sumber radiasi kemudian disinari
selama 15 menit, 60 menit dan 120 menit pada
jarak 25 cm untuk mendapatkan hasil cacahan
tanpa ada sampel, setiap bungkusan diulangi
sampai 3 kali, demikian pula pada jarak 45 cm.

(4)

dimana :
: Fluks radiasi (S/cm2)
S : Pancaran radiasi (Ci)
R : Jari-jari bola
c.

Setelah semua rancangan peralatan dianggap stabil


sampel (serbuk cabai) dimasukkan kedalam
bungkusan plastik, kemudian disinari dengan
menggunakan sinar gamma. Selama 15 menit, 60
menit, dan 120 menit pada jarak 25 cm, setiap
sampel diulangi sampai 3 kali. Demikian pula pada
jarak 45 cm pada perlakuan yang sama.

Laju dosis serap pada jarak

Dengan mengetahui laju paparan dari sumber yang


beraktivitas 1 Ci pada jarak 1 meter, sumber
pancaran sinar gamma dengan energi gamma
dipancarkan E (MeV) akan menghasilkan laju
paparan () pada titik berjarak 1 meter dari sumber
dirumuskan
(1m) = 0,52 niEi

( R/Jam)/Ci

Adapun proses penyinaran dapat dilihat pada


gambar di bawah:

(5)

Dengan ni adalah fraksi sinar- ke-i terhadap jumlah


seluruh sinar- yang dipancarkan sumber. Dan Ei
adalah energi sinar- ke-i yang dipancarkan sumber
[2].
II. METODOLOGI
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
serbuk cabai yang banyak dijual dipasar tradisional,
namun dalam penggunaannya belum diketahui
apakah ada mikroba atau tidak dalam serbuk cabai
tersebut.

Gambar 1 Proses Penyinaran

2.3. Pegujian sampel


Pengambilan data untuk jarak penyinaran adalah
dengan variasi jarak sumber radiasi dengan sampel
yaitu pada jarak 25 cm, dan 45 cm. Data yang
didapatkan dilihat pada hasil cacahan. Setiap
sampel disinari selama 15 menit, 60 menit, dan 2
jam dan dicatat hasil cacahannya. Perhitungan
mikroba dilakukan sebelum dan sesudah
penyinaran, sebelum melakukan perhitungan
mikroba
dilakukan
proses
pengenceran.
Pengenceran dilakukan dengan menggunakan pipet
volume steril, 1 gr serbuk cabai dimasukkan
kedalam tabung reaksi steril yang berisi 9 ml
aquades steril, lalu dikocok sampai homogen dan
diberi tanda 10-1 diambil 1 ml sampel dari tabung
pertama dan dimasukkan kedalam 9 ml aquades
yang lain diberi tanda 10-2 dan dilakukan sampai
didapatkan pengenceran 10-5.

2.1 Pengujian mikroba


Sampel yang telah dibeli dipasar kemudian diuji
dengan menggunakan metode ALT (angka lempeng
total) yang dilakukan di laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Biologi FMIPA UNSYIAH.
Sumber radiasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah radiasi berenergi tinggi yang dikenal dengan
nama radiasi pengion (sinar gamma (Co-60) yang
telah tersedia dilaboratorium Material Jurusan Fisika
FMIPA UNSYIAH.
2.2. Proses penyinaran
Sebelum
melakukan
penyinaran
dengan
menggunakan sampel terlebih dahulu ditentukan

32

Study of gamma ray irradiation on food preservation


(Rini Safitri, Lenni Fitri)
_____________________________________________________________________________________________________________

terbunuh sekitar 29% dan pada waktu penyinaran


120 menit terbunuh sebanyak 89%.

Setelah dilakukan proses pengenceran selanjutnya


dilakukan proses penanaman mikroba Sebelum
melakukan penanaman mikroba ruangan dan tempat
penanamannya harus steril. Dari setiap pengenceran
diambil 1 ml dan dimasukkan kedalam cawan petri
serta dibuat duplo diantara lampu bunsen,
selanjutnya ditambahkan media dan diratakan
dengan membentuk angka 8 sampai media
mengeras, diinkubasi pada suhu 250C selama 24 jam
dengan posisi terbalik.

Jumlah mikroba yang terbunuh itu sangat


tergantung dari jarak dan lamanya waktu
penyinaran sehingga akan diperoleh fluks radiasi
yang berkesesuaian dan juga laju dosis dan dosis
serap yang sesuai untuk mengurangi jumlah
mikroba pembusuk yang ada pada sampel yang
disinari. Dosis radiasi sebanding dengan lamanya
penyinaran semakin lama penyinaran akan
semakin besar dosis yang diterima.

Setelah diinkubasi selama 24 jam selanjutnya


dilakukan perhitungan mikroba, perhitungan
mikroba dilakukan dengan cara menggunakan
metode hitung cawan petri. (plate cawan metode).
Hasil pengamatan dari mikroba disajikan dalam
bentuk tabel dan gambar.

Irradiasi yang dilakukan pada sampel ini


menunjukkan telah terjadi pengurangan jumlah
mikroba pembusuk secara signifikan pada saat
sebelum dan sesudah penyinaran sehingga metode
irradiasi ini dapat menjadi salah satu alternatif
proses pengawetan bahan makanan. Karena
dengan terbebasnya sampel dari mikroba
pembusuk maka masa simpan bahan makanan
tersebut relatif lebih lama. Untuk menghasilkan
sampel yang terbebas dari jamur atau bakteri
pembusuk maka dapat disinari pada sampel
makanan yang akan diawetkan. Begitu juga
dengan pengamatan terhadap jumlah mikroba yang
hilang setelah penyinaran dengan fluks, laju dosis
dan dosis serap yang dihasilkan sumber pada jarak
penyinaran 25 cm dan 45 cm dengan lama waktu
penyinaran 15 menit. 60 menit dan 120 menit.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hubungan waktu paparan radiasi dan jarak
terhadap jumlah mikroba
Gambar 2 merupakan data hasil perhitungan jumlah
mikroba setelah penyinaran dan sebelum penyinaran
dengan variasi jarak dan waktu paparan radiasi.
Grafik hasil perhitungan jumlah mikroba dapat
dilihat pada gambar berikut:

Pada Gambar 3 menunjukkan pada jarak 25 cm


dengan sampel 1 gr dan dosis serap 27 Gy jumlah
mikroba yang mati lebih sedikit yaitu dengan
jumlah mikroba yang hidup 3020 dari 4746
mikroba yang ada sebelum diiradiasikan, dan
ketika dosis radiasi ditingkatkan menjadi 108 Gy
jumlah mikroba yang tinggal akan semakin sedikit
yaitu sebesar 2138 dari 7308 mikroba, dan ketika
dosis serap ditingkatkan lebih besar yaitu sekitar
216 Gy maka jumlah mikroba yang tinggal sangat
sedikit yaitu 937 dari 9537 mikroba yang terdapat
dalam serbuk cabai sebelum penyinaran.

Jumlah mikroba yang mati (%)

105
90
75
60
45
30
15
0
0

50

100

150

Waktu (m enit)
Jarak 25 cm

Jarak 45 cm

Gambar 2 Grafik hubungan jumlah mikroba terhadap lama


penyinaran dengan variasi jarak

3600

Pada Gambar 2 menunjukkan, hubungan antara


jarak terhadap jumlah mikroba setelah penyinaran
dan sebelum penyinaran, teramati dengan jelas
bahwa pada jarak 25 cm selama 15 menit waktu
penyinaran jumlah mikroba yang terbunuh sebanyak
35 % dari jumlah mikroba sebelum penyinaran.
Dalam waktu penyinaran 60 menit untuk jarak yang
sama maka terbunuh mikroba sebanyak 70% dari
sebelum penyinaran, sedangkan dalam waktu 120
menit terbunuh jumlah mikroba sebanyak 90%.
Sedangkan pada jarak 45 cm dari sumber jumlah
mikroba yang terbunuh selama 15 menit waktu
penyinaran yaitu hanya sekitar 6% dari sebelum
penyinaran, untuk waktu penyinaran 60 menit

J u m l a h M i k r o b a /m l

3000
2400
Pada jarak
25 cm

1800
1200
600
0
0

50

100

150

200

250

Dosis Serap (Gy)

Gambar 3. Grafik hubungan dosis serap terhadap jumlah


mikroba dengan variasi jarak 25 cm

Pada Gambar 4 ketika jarak sampel dengan


sumber radiasi menjadi 45 cm dosis serap yang

33

Study of gamma ray irradiation on food preservation


(Rini Safitri, Lenni Fitri)
_____________________________________________________________________________________________________________

diterima sampel akan semakin kecil yaitu sebesar


8.30 Gy maka jumlah mikroba yang matipun
sebesar 5047 dari 5370 mikroba yang ada, dan
ketika waktu penyinaran ditingkatkan maka dosis
serap yang dihasilkan juga meningkat sebesar 33,21
Gy maka jumlah mikroba menjadi 2813 dari 4004
mikroba
sebelum
penyinaran,
selanjutnya
peningkatan waktu penyinaran menghasilkan laju
dosis serap ditingkatkan menjadi 66,42 Gy maka
jumlah mikroba yang mati sebanyak 126

penyinaran 120 menit pada jarak 25 cm.


Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan
penggunaan Co-60 dalam kondisi aman dapat
dipakai sebagai suatu teknik pengawetan makanan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis
menghaturkan
penghargaan
dan
terimakasih kepada Nova Andalia yang telah
membantu proses penelitian yang dilakukan.

6000

J u m l a h M i k ro b a /m l

5000

REFERENSI

4000
Pada jarak
45 cm

3000

1.

Alighourchi, M. Barzegar, S. Abbasi, 2008,


Effect of gamma irradiation on the stability of
anthocyanins and shelf-life of various
pomegranate juices, Food Chemistry 110
10361040

2.

M. Alhadi, 2000, Dasar-Dasar Proteksi


Radiasi, Rineka Cipta, Jakarta

3.

J.S. Felix Henrique, J.E. Manzoli, M. Padula,


M. Monteiro, 2008, Effects of gammairradiation on caprolactam level from
multilayer PA-6films for food packaging:
Development and validation of a gas
chromatographic method, Radiation Physics
and Chemistry 77, 913 917

4.

Anon, 1992, Irradiation of Poultry


Prouducts, Dept. of Agriculture Food Safety
and Inspection Service 9 CFR part 381final
rule ; Fed, Regist, 57; 435888-43600.

5.

I. Bryun, R.D.H. Chun, D.A.E. Ehlermann, P.


Loaharanu, I. Matin, W.L. McLaughlin, K.
Mehta, and P. Thomas, 2002, Dosimetery for
Food Irradiation, International Atomic
Energy Agency Technical Report Series no.
409

2000
1000
0
0

10

20

30

40

50

60

70

Dosis Serap (Gy)

Gambar 4. Grafik hubungan dosis serap terhadap jumlah


mikroba dengan variasi jarak 45 cm

Hal ini disebabkan semakin dekat sampel dengan


sumber radiasi akan semakin besar dosis serapan
yang diterima sampel sehingga jumlah mikroba
yang matipun semakin banyak. Begitu pula pada
jarak 45 cm semakin jauh sampel dengan sumber
radiasi akan semakin kecil dosis serap yang diterima
sampel dan jumlah mikroba yang matipun semakin
sedikit.
KESIMPULAN
Metode irradiasi makanan dapat digunakan sebagai
salah satu alternatif dalam system pengawetan
makanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengujian 1 gr sampel dengan jarak sampel terhadap
sumber 25 cm yang disinari selama 15 menit,
didapati mikroba yang terbunuh sebesar 35 %.
Sedangkan untuk penyinaran selama 60 dan 120
menit, mikroba yang terbunuh masing-masing 70 %
dan 90 %. Untuk pengujian dengan jarak sampel
terhadap sumber 45 cm dan lama penyinaran 15, 60,
dan 120 menit, mikroba yang terbunuh adalah
masing-masing 6 %, 29 % dan 89 % dan didapati
pengurangan jumlah mikroba 90 % untuk

34

You might also like