You are on page 1of 48
Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Pedodonsia Tahun 2006 Rizki Santy Nasution Imunologi Karies Gigi Vii +35 halaman Abstrak Imunologi adalah imu yang mempelajari tentang mekanisme dan fungsi sistem imunitas tubuh yang timbul sebagai akibat pengenalan terhadap zat asing, termasuk usaha untuk menetralkan, mengeliminasi atau memetabolisme zat asing tersebut beserta produk-produknya. Penyakit karies gigi, secara imunologik dapat dikatakan merupakan penyakit infeksi tipe kondisional yang disebabkan oleh kuman patogen yang spesifik. Oleh karena itu, secara teoritis terjadinya karies gigi dapat dicegah dengan metode imunisasi. Karies gigi merupakan fenonema multifaktor, yaitu faktor host, mikroflora mulut, waktu dan substrat. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa Streptokokus mutans merupakan mikroflora mulut yang berperan dominan dalam proses karies gigi. Adanya hubungan antara Streptokokus mutans dengan timbulnya karies gigi ini menyebabkan banyaknya penelitian dalam pengembangan metode imunisasi terhadap karies gigi. Prinsip kerja imunisasi adalah dengan menginduksi respon iman scluler dan respon imun humoral di dalam rongga mulut untuk mencegah pembentukan plak gigi dan kolonisasi Streptokokus mutans pada permukaan gigi, sehingga karies gigi dapat dicegah. Dengan metode imunisasi ini diharapkan akan timbul respon kekebalan tubuh tethadap mikroorganisme penyebab karies dalam jangka waktu panjang. Daftar Pustaka :33 (1948-2005) PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disctujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi Medan, Juli 2006 Pembimbing 1, Malem Ukur Tarigan, drg, SOKGA NIP. 130 365 332 “ Ketua Anggota TIM PENGUJI SKRIPSI} Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji pada tanggal 24 Juli 2006 TIM PENGUJL : Taqwa D, drg, SpKGA 21.7. Hermina M, drg 2. Malem Ukur Tarigan, drg, SpKGA KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati dan dengan penuh keikhlasan penulis mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang sebesar- besarnya kepada : 1. Malem Ukur Tarigan, drg, Sp.KGA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing, membantu serta memberi petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Taqwa Dalimunthe, drg, Sp.KGA sebagai Kepala Departemen Pedodonsia yang telah memberi izin penulis menyelesaikan skripsi di Departemen Pedodonsia. ‘Aini Harianidrg selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Prof. Ismet D. Nasution, dig, Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas akademik selama penulis menjalankan perkuliahan di fakultas ini. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas ‘Sumatera Utara yang telah mendidik dan membantu penulis selama menjalani studi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. 6. Sahabat-sahabat terbaik penulis yaitu Jeut, Masnah, Teti, Khairina, Elida, Yamin Laila, Wira, Asnidar juga untuk Sally, Tati, Citra, Maya, Elvi, Emy, Mala, Inun, Fitri, Fera, Imel, Dani, Lisa, Silvi dan teman-teman stambuk °02 lainnya. Terima kasih atas kebersamaan kita. Teristimewa penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Drs. Burhanuddin Nasution dan Tbunda Dra. Mastia Daulay atas segala doa, nasehat, kasih sayang dan pengorbanan yang tak terhingga kepada penulis. Juga untuk abang dan kakak-kakakku tersayang : Ahmad Syahir Kusuma Nst, Elvi Hanora NstSSi, Hesty Sa’adah Nst,SP dan Henny Delisda Nst,SE atas segala dorongan, semangat dan doanya kepada penulis. Akhimya penulis mengharapkan semoga hasil karya dan skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat, Medan, Juli 2006 Penulis (RIZKISANTY NASUTION) "NIM: 020600092 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. HALAMAN PERSETUJUAN ...... HALAMAN TIM PENGUJI KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR.. BAB1 PENDAHULUAN.. BAB2 ETIOLOGI KARIES GIGI 2.1 Karakteristik Streptokokus mutans... 2.2. Bfek Saling Menguatkan antara Streptokokus Mutans dan Karies Gigi BAB 3 RESPON IMUN DAN MEDIATOR RESPON IMUN KARIES GIGI 3.1, Respon Imun Terhadap Penyakit Karies Gigi .. 3.1.1 Respon Imun Seluler dan Humoral. 3.2 Komponen Jaringan Sebagai Mediator Respon mun Pada Karies Gigi.. 3.2.1 Saliva, 3.2.2 Cairan Pulpa Gigi 3.2.3 Cairan Dentin. BAB4 UPAYA PREVENTIF KARIES GIGI DENGAN IMUNISASI 4.1 Antigen yang Dapat Digunakan.. 4.2. Mekanisme Kerja Imunisasi Dalam Mencegah Karies Gigi. 4.2.1 Metode Imunisasi . 4.2.2 Rute Imunisasi 4.3, Dampak Positif dan Negatif Imunisasi Terhadap Karies Gi BABS KESIMPULAN.. DAFTAR PUSTAKA.. vi DAFTAR GAMBAR Gambar 1, Struktur dinding sel Streptokokus mutans 2. Gambaran histologis karies gigi dengan mikroskop cahaya.. 3. Peragaan sederhana dari dua tipe daya tahan imunologi: 4, Empat fase hipotesa dari mekanisme pertahanan kolonisasi - Streptokokus mutans oleh antibodi monoklonal spesifi Vii Halaman BABI PENDAHULUAN Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mekanisme dan fungsi sistem imunitas tubuh yang timbul sebagai akibat pengenalan terhadap zat asing, termasuk usaha untuk menetralkan, mengeliminasi atau memetabolisme zat asing tersebut beserta produk-produknya.’ Jika suatu penyakit disebabkan oleh suatu agen penginfeksi, maka sistem imunitas akan merangsang pembentukan substansi di darah atau jaringan dalam rangka menghancurkan zat asing tersebut. Substansi ini disebut dengan antibodi, sedangkan zat asing yang masuk dan berkembang dalam tubuh manusia disebut dengan antigen, dapat berupa protein asing, glikoprotein, peptida atau polisakarida, Kerja imunita terhadap penyakitinfeksi tergantung atas besamya konsentrasi antibodi di darah atau jaringan.” Imunologi meliputi dua sistem respon imun, yaitu seluler dan humoral.’ Respon imun seluler bekerja pada pengaruh-pengaruh biologis dari sel utuh dan keterlibatannya pada reaksi hospes terhadap benda asing. Sedangkan respon imun humoral menekankan pada kerja zat-zat kimia yang dikeluarkan oleh sel, misalnya : antibodi. Di dalam tubuh setiap individu keduanya berperan untuk melindungi tubuh manusia dari serangan antigen penyebab infeksi maupun penyebab kerusakan pada jaringan,' Penyakit karies gigi, secara imunologik dapat dikatakan merupakan penyakit infeksi tipe kondisional yang disebabkan oleh kuman patogen yang spesifik? Dalam hal ini, Streptokokus mutans diyakini sebagai antigen yang berperan dominan pada proses terjadinya karies gigi.’ Oleh karena itu, secara teoritis terjadinya karies gigi dapat dicegah dengan metode imunisasi. Adanya hubungan antara Streptokokus mutans dengan timbulnya karies gigi menyebabkan banyaknya penelitian dalam pengembangan metode imunisasi terhadap karies gigi. Dengan imunisasi diharapkan akan timbul respon kekebalan tubuh terhadap mikroorganisme penyebab karies dalam. jangka waktu panjang.* Prinsip Kerja imunisasi adalah dengan menginduksi respon imun seluler dan respon imun humoral di dalam rongga mulut untuk mencegah pembentukan plak gigi dan kolonisasi Streptokokus mutans pada permukaan gigi, schingga karies gigi dapat dicegah.**” Untuk mendapatkan respon imun yang protektif di dalam rongga mulut, perlu diperhatikan pemilihan imunopotensiator yang sesuai dengan faktor genetik, host, cara dan rute pemberian imunisasi. Dengan demikian target terpenting metode imunisasi dalam menurunkan prevalensi karies gigi dapat dicapai.° Metode imunisasi memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan pemakaian bahan kimia lain seperti flour dalam upaya pencegahan karies gigi.® Boedi Octomo Roeslan menyatakan bahwa dari segi efektivitas terhadap kuman, metode imunisasi lebih selektif terhadap kuman tertentu, sedangkan pemakaian pasta gigi yang mengandung flour tidak selektif terhadap kuman, sehingga dapat merusak ekosistem rongga mulut bahkan merusak sel pejamu. Tujuan penulisan skripsi ini adalah agar dokter gigi dapat mengetahui dan memanfaatkan sistem imunologik , yaitu melalui metode imunisasi dalam mengatasi penyakit karies gigi. Melalui skripsi ini penulis akan membahas mengenai peranan Streptokokus mutans terhadap karies gigi, sistem imunitas rongga mulut terhadap karies gigi, Komponen jaringan yang berperan sebagai mediator respon imun serta pencegahannya melalui imunisasi. BAB2 ETIOLOGI KARIES GIGI Karies gigi merupakan masalah utama bagi kedokteran gigi yang dijumpai baik pada anak maupun orang dewasa.”"° Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa lebih dari 50% dari 6 triliun populasi dunia mengalami karies gigi. Para ahli bedah mutut di Amerika Serikat melaporkan bahwa 1 dari 3 anak mengalami karies gigi, dan sekitar 40 sampai 50% dari gigi yang dicabut berasal dari karies gigi yang tidak dirawat.'' Di negara berkembang seperti Indonesia, prevalensi karies gigi dilaporkan sekitar 76,92% dengan angka pengalaman katies 2,21 gigi/anak.” Proses terjadinya karies gigi merupakan fenonema multifaktor?!" yaitu faktor host, mikroflora mulut, substrat, dan waktu. Lehner mengemukakan teori bahwa Karies terjadi Karena interaksi antara gigi, bakteri, dan gula. Dilain pihak terdapat satu faktor penghambat karies, yaitu antibodi.° Beberapa faktor yang saling berinteraksi pada patogenesis karies gigi dapat digambarkan sebagai beberapa lingkaran yang tumpang tindih sebagai deskripsi daerah karies dan non karies. Dengan memperluas lingkaran antibodi, diharapkan daerah aries dapat diperkecil 56 Adanya mikroflora mulut dalam bentuk plak merupakan syarat utama bagi terbentuknya karies."> Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri beserta produk-produknya, yang terbentuk pada semua permukaan gigi.'?'* Akumulasi ‘bakteri ini terjadi melalui serangkaian tahapan.'* Langkah pertama pembentukan plak adalah absorbsi glikoprotein saliva pada permukaan gigi, lapisan ini disebut pelikel. Pelikel merupakan suatu lapisan organik bebas kuman dan terbentuk segera setelah penyikatan gigi.'** Bersifat sangat lengket dan mampu melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada permukaan gigi. Mikroorganisme tersebut melekat pada gigi di atas pelikel Karena adanya matriks dari mikroorganisme yang adhesiv dan afinitas hidroksiapatit enamel terhadap glikoprotein saliva. Plak gigi mulai terbentuk sebagai tumpukan dan kolonisasi mikroorganisme pada permukaan enamel dalam 3-4 jam sesudah gigi dibersihkan dan mencapai ketebalan maksimal pada hari ketiga puluh. Komposisi mikroorganisme di dalam plak umumnya berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, jenis kokus gram positif, terutama Streptokokus merupakan jenis yang paling banyak dijumpai. Setelah kolonisasi pertama oleh Streptokokus, berbagai jenis mikroorganisme lainnya memasuki plak gigi, hal ini disebut “Phenomena of Cession”.? Kecepatan pembentukan plak tergantung dari konsistensi, macam, dan keras funaknya makanan.’”"* Makanan Junak yang tidak memerlukan pengunyahan, mempunyai sedikit atau sama sekali tidak mempunyai efek pembersihan terhadap gigi-geligi. Jika diet berasal dari sukrosa, plak ini akan menjadi tebal dan melekat. Hal ini disebabkan adanya pembentukan polisakarida ekstraseluler (dekstran) yang lebih banyak dihasilkan dari pemecahan sukrosa. Dengan bantuan Streptokokus mutans, sukrosa ini akan membentuk dekstran dan levan. Dekstran merupakan bahan penting karena merupakan prekursor plak gigi, sebagai mediator kolonisasi dan agregasi kuman asidogenik, serta tahan terhadap destruksi mikroorganisme. Dengan demikian, makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level yang menyebabkan demineralisasi email.‘"?* Lehner merumuskan sejumlah mikroflora mulut yang memiliki kemampuan berkolonisasi pada gigi, yaitu Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis, Laktobasilus asidofilus, Laktobasilus kasei, dan Aktinomises viskosus yang dapat menurunkan pH sampai kira-kira 4,1 dengan adanya lingkungan gula yang menguntungkan. Diantara mikroflora tersebut, Streptokokus mutans tampak merupakan organisme kariogenik yang paling efisien dalam menyebabkan karies gigi’ 2.1 Karakteristik Streptokokus Mutans Streptokokus mutans merupakan organisme anaerobik fakultatif, non- hemofilik asidogenik, dan dapat memproduksi polisakarida ekstraseluler dan intraseluler’ Streptokokus mutans tidak termasuk bakteri yang didapat sejak Jahir, melainkan bakteri yang didapat sesuai perkembangan usia.'® Seperti pada kokus gram positif Jainnya, Streptokokus mutans terdiri dari dinding sel dan membran protoplasma.®!® Matriks dinding sel terdiri atas peptidoglikan rantai silang yang mempunyai komposisi gula amino N- asetil, asam N- asetilnuramik dan beberapa peptida. Sedangkan struktur antigenik dinding sel Streptokokus mutans terdiri dari antigen protein, polisakarida spesifik dan asam lipotekoat. Antigen-antigen tersebut menentukan imunogenitas Streptokokus mutans® Sejumlah antigen yang telah ditemukan yang terpenting adalah protein, terdiri dari enzim glukosiltransferase dan antigen protein.*"”"* Enzim glukosiltransferase tersebut berfungsi sebagai enzim yang mengubah sukrosa menjadi glukan.’?!* Sedangkan antigen protein yang bersifat hidrofobik berfungsi pada proses interaksi Streptokokus mutans dan pelikel-pelikel di permukaan gigi.'” Polisakarida spesifik terdiri dari dekstran ekstraseluler (glukan), levan ekstraseluler (fruktan) dan amilopektin intraseluler.°!” Glukan membentuk rantai dekstran a (1-3) seperti homopolimer glukosa. Terdapat dalam dua bentuk, yaitu bersifat larut dalam air dan yang bersifat tidak larut dalam air.° Streptokokus mutans secara predominan membentuk rantai dekstran a (1-3) yang tidak dapat larut dalam air, disebut mutan2? Fruktan disintesis terbatas oleh Streptokokus mutans. Walaupun fruktan ditemukan dalam plak, tetapi dapat dihidrolisis dengan cepat oleh plak bakteri©?° Amilopektin intraseluler merupakan polisakarida yang ditemukan dalam Streptokokus mutans dan plak gigi. Amilopektin disintesis bila terdapat karbohidrat eksogen dan terbentuk bahan simpanan intraseluler. Amilopektin intraseluler dimetabolisme menjadi asam bila terdapat karbohidrat disekitarnya.® Berdasarkan spesifitas karbohidrat pada dinding selnya, Streptokokus dapat dibedakan menjadi 8 serotipe,’ yaitu serotipe a (Streptokokus cricetus), serotipe b (Streptokokus rattus), serotipe c,e, dan f (Streptokokus mutans ), serotipe d dan g (Streptokokus sobrinus) dan serotipe h (Streptokokus downei).°°° Semua serotipe Streptokokus mutans kecuali Streptokokus rattus memproduksi antigen I/II, antigen B, Streptokokus protein A (Spa A) atau antigen PI.5!% Potisakari Asam lipotekost — Glaku: Fase Protein / Giukan Fepudglikan [pining sel shesdebdabessbashdeldoadehdalset viembran sel Proptoplasma sel Granule amitopekti Gambar 1. Struktur dinding sel Streptokokus Mutans > 2.2 Efek Saling Menguatkan Antara Streptokol s Mutans dan Karies Gigi Steptokokus mutans memiliki sifat-sifat yang membedakannya dengan bakteri lainnya di dalam rongga mulut. Sehingga bakteri ini berperan paling dominan pada proses karies gigi, dan disebut sebagai bakteri spesifik penyebab karies gigi Sifat pertama adalah kemampuannya dalam membentuk asam. Pada tingkatan pH tertenta, bakteri-bakteri lainnya akan berhenti membentuk asam. Ini tidak terjadi pada Streptokokus mutans, schingga bakteri ini bersifat sangat tahan asam.>”" Sifat kedua adalah kemampuan untuk membuat bahan cadangan makanan intraseluler yang serupa dengan glikogen. Sintesa dari polisakarida intraseluler ini terjadi bila ada gula dalam jumlah yang berlebihan. Apabila persediaan gula yang eksogen sudah habis terpakai, maka bakteri Streptokokus mutans akan memecah Kembali polisakarida intraseluler yang sudah disimpannya2?) Sifat ketiga adalah kemampuan Streptokokus mutans untuk membuat polisakarida ekstraseluler dengan konsistensi seperti perekat. Sehingga bakteri ini dapat melekat dan bertahan meskipun ada daya pembersih dari lidah dan saliva, serta mendorong terbentuknya plak dan kerusakan gigi.? Penelitian K.G. Konig dan Hoogendom terhadap semua jenis bakteri yang ada pada plak, menunjukkan bahwa hanya Streptokokus mutans saja yang mempunyai korelasi positif dengan adanya karies di permukaan gigi. Hal ini berdasarkan atas fakta bahwa Streptokokus mutans stabil dalam jumlah besar, sangat diasosiasikan dengan pengembangan lesi karies pada email>'*"> Perbandingan dengan jenis bakteri oral Jain yang diduga memiliki peran besar pada proses karies gigi, yaitu Laktobasilus asidofilus, menunjukkan bahwa Laktobasilus terkadang tidak ditemukan pada plak di atas email yang sehat, sedang pada plak kariogenik jumlah Streptokokus adalah seribu kali lebih banyak dari pada jumlah Laktobasilus.>"? Disamping itu, Streptokokus mutans memenuhi postulat Koch sebagai penyebab karies karena :? 1, Streptokokus mutans ditemukan dalam plak gigi karies dan biasanya tidak dapat diisolasi dari yang bebas karies 2. Organisme ini dapat tumbuh dalam kultur mumi 3. Infeksi pada tikus bebas kuman atau hamster normal Streptokokus mutans ~ berupa karies 4. Organisme karies tersebut dapat ditemukan kembali dari lesi karies dan tumbuh dalam kultur normal 5. Antibodi terhadap organisme ini meningkat pada penderita dengan karies ‘Untuk melakukan Kolonisasi, perkembangbiakan, menghasilkan asam dan merusak email gigi di atas, bakteri Streptokokus mutans harus memiliki kemampuan untuk melekat pada reseptor spesifik. Perlekatan ini ditandai dengan adanya pertemuan antara molekul reseptor spesifik dengan molekul adhesi yang juga merupakan proses awal patogenesis karies gigi. Molekul adhesi disini adalah suatu molekul atau unsur yang terdapat pada glikoprotein pelikel. Berada pada dua lokasi, yaitu pada fimbriae dan dinding sel bakteri° Pada fimbriae dikenal dengan fimbriae adhesin, dan pada dinding sel bakteri dikenal dengan afimbriae adhesin.”” Terutama pada afimbriae adhesin banyak ditemukan fraksi protein yang dianggap sebagai adhesin Streptokokus mutans. Masing-masing adhesin yang terdapat pada dinding sel ini memiliki reseptor yang berbeda-beda.” Proses perlekatan Streptokokus mutans pada reseptor pelikel yang melibatkan fimbriae adhesin dan afimbriae adhesin dilakukan secara bertahap. Tahap pertama adalah perlekatan fimbriae yang letaknya lebih superfisial pada pelikel, dan sifat ikatannya lebih lemah dan mudah lepas, kemudian diikuti dengan perlekatan afimbriae adhesin pada reseptor pelikel yang ikatannya lebih kuat. Proses karies gigi berlangsung melalui dua tahap, yaitu sucrose independent stage dan sucrose dependent stage,*'*!6 diawali dengan sucrose independent stage, yaitu terjadinya perlekatan mikroorganisme kariogenik pada glikoprotein yang terdapat pada pelikel permukaan gigi. Pada tahap ini reseptor pada glikoprotein pelikel akan berinteraksi dengan molekul adhesin Streptokokus mutans.‘ Tahap selanjutnya adalah sucrose dependent stage. Disini diperlukan adanya gula untuk adherensi dan kolonisasi Streptokokus mutans melalui reseptor yang ada pada masing-masing. Tahap akhir ini menghasitkan asam dan diikuti dengan demineralisasi permukaan gigi.*? Koloni Streptokokus mutans yang dilapisi glukan dapat menurunkan sifat saliva sebagai pelindung dan antibakteri pada plak gigi, Secara fisik plak dapat menghambat difusi asam ke dalam saliva, akibatnya terjadi lokalisasi produk asam dengan konsentrasi yang tinggi pada permukaan email. Asam ini akan melepaskan ion hidrogen yang akan bereaksi dengan kristal apatit, schingga kristal apatit menjadi tidak stabil. Selain itu akan terbentuk air dan fosfat yang larut, yang akhiraya akan menghancurkan membran email.” Dengan hancumya membran email, asam yang terbentuk akan berpenetrasi lebih jauh dan akan melarutkan kristal apatit pada Japisan yang lebih dalam dan mengakibatkan dekalsifikasi dentin. Dekalsifikasi dentin akan menimbulkan karies gigi berupa lobang yang merupakan tempat tersangkutnya sisa-sisa makanan. Bila hal ini dibiarkan, akan terjadi siklus yang terus berulang dengan efek yang saling menguatkan2! Gambar 2. Gambaran histologis karies gigi dengan mikroskop cahaya * (Atas) Sediaan longitudinal karies enamel yang kecil pada permukaan halus pada pemeriksaan dalam air dalam sinar terpolarisasi. Lesi berbentuk kerucut. Badan lesi (B) terlihat gelap di bawah zona permukaan yang relatif utuh . (SZ). (Pembesaran 135 x). (Bawah) Zona translusen (TZ) terletak pada daerah terdepan dan zona gelap (DZ) terlihat di sebelah permukaan. Badan lesi (B) tampak translusen dengan striae Retzius yang tampak jelas. (Pembesaran 135 x) BAB3 RESPON IMUN DAN MEDIATOR RESPON IMUN KARIES GIGI Rongga mulut merupakan pintu masuk utama mikroorganisme, oleh karena itu banyak faktor yang terlibat dalam organisasi pertahanan terhadap bakteri oportunis. Apabila fungsi faktor-faktor ini menurun, maka bakteri oportunis tersebut dapat menjadi patogen dan menimbulkan berbagai kelainan. Faktor-faktor sistem imunitas ini dapat dikategorikan menjadi barier anatomi dan fisiologi, yaitu imunitas seluler, misalnya fagositosis oleh leukosit dan makrofag, dan imunitas humoral melalui antibodi di dalam saliva.”* 3.1 Respon Imun Terhadap Penyakit Karies Gigi Rongga mulut bayi pada saat dilahirkan dalam keadaan steril, namun dalam waktu beberapa menit akan terjadi kolonisasi kuman di dalam rongga mulutnya.”* Ibu dapat merupakan sumber infeksi oleh kuman Streptokokus mutans, oleh karena Kontak yang dekat seperti ciuman pada bayi.® Kolonisasi kuman-kuman ini akan diikuti dengan produksi antibodi oleh bayi itu sendiri, dimana sebelumnya bayi sudah mendapat Ig G dari ibunya melafui plasenta.”* Di dalam saliva ditemmkan sekretori imunoglobulin A (slg A) yang mampu menghambat kolonisasi oral !7 Produksi antibodi slg A saliva tethadap Streptokokus mutans dapat dibentuk oleh : a, antigen yang masuk secara langsung ke kelenjar saliva minor yang berkembang di bawah mukosa oral b. secara tidak Jangsung menelan Streptokokus dengan konsentrasi_ yang cukup dan merangsang jaringan limfosit pada usus untuk membentuk respon imun. Selanjutnya antibodi serum terhadap kuman Streptokokus mutans dengan jumlah yang tinggi pada saliva maternal akan menyebabkan dibentuknya antibodi yang adekuat, Hasil respon imun ini bekerja aktif dalam mencegah kolonisasi Streptokokus mutans selanjutnya pada gigi yang erupsi.$ 3.1.1 Respon Imun Seluler dan Humoral Dalam imunologi ada dua sistem pertahanan, yaitu seluler dan humoral.?? Keduanya dapat bekerja sama dan berhubungan dengan limfosit yang terdapat dalam darah dan organ-organ limfosit seperti limfa dan kelenjar getah bening. Untuk proses pendewasaan, sel-sel limfosit yang diperlukan untuk daya tahan seluler harus melewati kelenjar timus, dimana terjadi kontak dengan sel-sel epitel dan kelenjar timus. Sel-sel limfosit yang sudah dewasa ini kemudian disebut dengan sel T. Selain itu terdapat pula sel B, yang berasal dari organ yang mendewasakan sel-sel tersebut. Bila terjadi kontak antara limfosit dewasa (sel B atau sel T) dengan antigen, maka limnfosit yang memiliki reseptor khusus untuk antigen tersebut akan mengadakan proliferasi.* Pada sistem pertahanan seluler terjadi penambahan dari sel T, teratama subset CD4 yang dapat mengenal antigen-antigen yang bersangkutan. Sedangkan pada sistem pertahanan humoral, selain ada penambaban dari sel B, juga terjadi pembentukan dan pelepasan dari reseptor-reseptor spesifik yang disebut imunoglobulin>” aya tahan humoral aya tanan seller Gambar 3. Peragaan sederhana dari dua tipe daya tahan imunologis * Antibodi pada sel yang diproduksi oleh sel B berasal dari salah satu dari lima kelas molekul protein sesuai dengan fungsinya masing-masing, yaitu :>” 1. Ig G, imunoglobulin yang paling banyak terdapat pada ruang intra maupun ekstraseluler dan dihubungkan dengan imunitas pasif dan imunitas jangka panjang (long-term immunity) 2. Ig A lain, disebut sekretori Ig A (slg A) yang terdapat pada cairan glandula 3. Ig M, biasanya merupakan immunoglobulin pertama yang dibentuk sebagai respon terhadap antigen bara 4. Ig E, terdapat pada individu normal dengan konsentrasi yang sangat rendah, tetapi dapat bersifat mengikat pada penderita alergi 5. Ig D, fungsinya masih belum jelas Apabila terjadi kontak baru dengan antigen yang sama, maka akan dikenali oleh sel T yang spesifik (sistem pertahanan seluler) atau antibodi yang ada di dalam sirkulasi (sistem pertahanan humoral). Di dalam rongga mulut, reaksi pertahanan tidak terjadi pada enamel, karena enamel tidak mempunyai pembuluh darah??> 3.2 Komponen Mediator Sebagai Respon Imun Pada Karics Gigi Boedi Oetomo Roestan menyatakan bahwa selama perkembangan karies gigi, antibodi ditemukan dalam saliva, cairan pulpa gigi, dan cairan dentin. Hal ini menunjukkan bahwa saliva, cairan pulpa gigi, dan cairan dentin dapat memberikan respon imunologik terhadap serangan antigen kuman penyebab karies gigi. Imunoglobulin juga ditemukan di dalam dentin karies yang lunak, berasal dari saliva. Komponen sekresi baik yang terikat pada Ig A dalam bentuk slg A, hanya ditemukan pada lesi yang dangkal. Pada karies yang dalam dapat ditemukan Ig G, Ig A dan transferin, sedangkan komponen sekresi tidak ada. 3.24 Saliva Penelitian Dale B.Mitch et al menunjukkan bahwa penambahan saliva pada suatu suspensi bakteri oral dapat menyebabkan agregasi bakteri.”?> Pada saliva setidaknya terdapat dua kelompok aglutinin. Satu, kelompok non spesifik yang berasal dari larutan kalsium ortofosfat [Ca3(PO4)]2 dan menyebabkan penggumpalan dari berbagai bakteri oral. Kedua, berupa antibodi slg A yang merupakan dominasi dari aglutinin* Konsentrasi slg A dalam seluruh saliva lebih rendah pada subjek dengan karies tinggi dibandingkan dengan karies rendah.° Tetapi secara kontras, Peningkatan yang bermakna dari antibodi sig A saliva tethadap Streptokokus mutans tidak selalu ditemukan pada subjek dengan karies rendah. Hal ini menunjukkan antibodi slg A saliva meningkat sesuai dengan jumlah karies yang lalu, schingga merupakan hasil dari pengalaman akumulasi karies.* Adanya Komponen sekresi yang terikat pada molekul slg A, membuat antibodi slg A tahan terhadap enzim proteolitik yang ada pada saliva.”” Antibodi slg A saliva bekerja dengan menghambat proses perlekatan sucrose independent stage dan sucrose dependent stage Streptokokus mutans pada permukaan gigi, sehingga tidak terjadi aktivitas metabolik.”" Oleh karena itu, slg A dianggap sangat efisien pada hampir semua subjek, seperti permukaan gigi halus yang terpapar jarang terkena aries. Tetapi pada gigi tertentu (fisur, proksimal dan gigi servikal) yang tidak dapat dijangkau oleh Komponen saliva, hubungan pertahanan tidak ditemukan antara titer antibodi dan indeks karies.® 3.2.2 Cairan Pulpa Gigi Pada dentin yang sehat éi bawah zona translusen dentin yang terserang katies, dapat ditemukan adanya antibodi, Hal ini menunjukkan bahwa pulpa gigi sudah memberikan respon imunologik. Disamping itu di bawah lesi karies tidak ditemukan adanya mikroorganisme, mengindikasikan adanya respon imun yang kuat dihasilkan sebagai refleksi pertahanan terhadap invasi bakteri penyebab karies gigi? 3.2.3 Cairan Celah Dentin - Imunoglobulin ditemukan di dalam dentin yang sehat dan dentin yang mengalami karies. Komponen sekresi, baik yang terikat pada Ig A dalam bentuk slg A, hanya ditemukan pada lesi yang dangkal. Selain itu ditemukan Ig G, Ig A dan transferin di dalam karies yang dalam, sedangkan komponen sekresi tidak ada. Di ‘bawah lesi karies juga tidak ditemukan adanya kuman.? Saat karies gigi sudah mengenai dentin, antigen bakteri yang larut akan menginduksi respon peradangan pada pulpa gigi berupa vasodilator, peningkatan permeabilitas kapiler dan eksudasi cairan serta polimorfonuklear (PMN). Saat karies mendekati pulpa, ditemukan adanya makrofag, limfosit dan sel plasma. Selain ita terdapat juga imunoglobulin ekstravaskuler berupa Ig G yang paling banyak, disertai sel plasma yang mengandung Ig G, Ig A, Ig E dan kadang-kadang Ig M?° BAB4 UPAYA PREVENTIF KARIES GIGI DENGAN IMUNISASI Karies gigi adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman patogen yang spesifik, dan secara teoritis pencegahan karies gigi dengan imunisasi dapat dilakukan.®* Secara rasional imunisasi dengan Streptokokus mutans harus dapat menyebabkan respon imun yang dapat mencegah organisme ini membentuk koloni pada permukaan gigi schingga dapat mencegah kerusakan gigi.® Penemuan bakteri spesifik penyebab karies gigi dan fungsi glandula salivarius sebagai salah satu mediator respon imun di mukosa merapakan dasar wlama bagi para ilmuwan untuk mengembangkan suatu vaksin karies yang aman dan efektif. Usaha penelitian ini banyak didukung oleh perkembangan ilmu biologi molekular, misal : iri fungsional dari faktor-faktor virulen Steptokokus mutans. Dan juga didukung oleh perkembangan ilmu di bidang sistem imunologi mukosa, mencakup perkembangan antigen baru yang dapat merangsang pembentukan respon imun slg A saliva 2829 4.4 Antigen Yang Dapat Digunakan Berdasarkan kuman penyebab terjadinya karies gigi, maka antigen yang dapat digunakan harus berasal dari Streptokokus mutans, baik dalam bentuk kuman utuh @vhole cell) atau bagian dari kuman tersebut.47?°°3' Antigen yang berasal dari Streptokokus mutans berfungsi sebagai penanda polipeptida spesifik yang dapat menstimulasi respon imun dan berperan aktif saat respon imunitas karies gigi?!” 20 Upaya imunitas karies gigi dengan menggunakan kuman utuh Streptokokus mutans pertama kali dilakukan olch Bowen pada tahun 1969, namun ternyata reaksi antibodi yang timbul dapat bereaksi silang dengan jaringan jantung manusia.* Selain itu imunisasi dengan kuman utuh biasanya akan merangsang produksi antibodi terhadap semua determinan antigenik pada sel kuman tersebut. Hal ini sering menyebabkan efek yang kurang efisien.* Sebagai pengganti kuman utuh Streptokokus mutans, para peneliti mencoba mengkarakterisasi dan mempurifikasi komponcn-komponen antigen pada permukaan dinding sel dan melakukan uji sifat hambatan terhadap kolonisasi Streptokokus mutans.’ Berbagai komponen dinding sel yang telah diidentifikasi dan diuji, antara lain antigen protein spesifik VI, I, 1, dan II, antigen A, B, C, dan D yang berasal dari supernatan kultur sel Streptokokus mutans serotype c, serta molekul PI, dan SpA. Imunisasi dengan GTF (glukosiltransferase) yang merupakan enzim ekstraseluler Streptokokus mutans, merupakan molekul protein yang banyak diteliti untuk digunakan sebagai bahan calon vaksin, Melalui pemberian GTF ini diharapkan dapat merangsang produksi slg A anti GTF sehingga aktivitas Streptokokus mutans dalam mensintesis dekstran ikatan a. (1-3) dihambat. Akibatnya akan mengurangi adherensi bakteri pada permukaan dan tidak akan terbentuk plak gigi.*°*? Beberapa tipe antigen lain yang telah dicoba adalah :*"* 1. Preparasi protein ekstraseluler dan seluler Streptokokus mutans LM7 ( Barthall serotype e) dan V403 ( biotipe c) 2. Streptokokus mutans serotype g 3. Ribosom Streptokkus mutans 21 4, Mutans UAB108 dari UABO6 isolat strain 6715 5. Antigen streptokokal dengan berat molekul 3800 6. Antigen polisakarida muri dari serotype f yang dikonjugasi dengan protein dinding sel 7. Antigen Streptokokus muri 8. Protein pengikat glukan yang ada di permukaan Streptokokus sobrinus 9. Protein permukaan sel Streptokokus mutans yang banyak mengandung fimbriae 4.2. Mekanisme Kerja Imunisasi dalam Mencegah Karies Upaya menimbulkan respon imun seluler dan respon imun humoral terhadap molekul protein dinding sel yang berperan pada adherensi Streptokokus mutans merupakan target terpenting dalam pencegahan karies agar efek imunisasi dapat bertahan dalam jangka waktu panjang. Terdapat dua prinsip mckanisme kerja imunisasi untuk pencegahan terhadap karies gigi. Mekanisme pertama, melibatkan antibodi saliva slg A yang dapat disebabkan oleh imunisasi langsung pada kelenjar saliva minor atau dengan imunisasi jaringan limfosit pada usus dimana sel B yang peka akan bergerak ke kelenjar saliva. Antibodi saliva akan mencegah Streptokokus mutans untuk melekat pada permukaan gigi sebingga dapat mencegah karies gigi.° Mekanisme kedua adalah melalui komponen seluler dan humoral yang dibasilkan oleh imunisasi sistemik. Transportasi antibodi, komplemen, polimorfonuklear leukosit, limfosit dan makrofag terjadi melalui pembuluh darah_ 22 gingival ke dacrah gingival pada gigi. Kolonisasi bakteri pada gigi dapat dipengaruhi oleh imunitas sistemik, dan mekanisme yang terpenting adalah kerja Ig G yang dapat menyebabkan opsonisasi, pengikatan, fagositosis dan proses mematikan Streptokokus mutans oleh sel fagosit.® 4.2.1 Metode Imunisa: Metode imunisasi dapat dibagi atas dua, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.* Imunisasi dilakukan dengan menggunakan sel utuh, pecahan sel atau produk sel Streptokokus mutans. Tikus, tupai, monyet merupakan hewan percobaan yang sering digunakan untuk menguji efek beragam vaksin dalam reaksi antibodi maupun perkembangan karies gigi. Pada imunisasi sistemik aktif, dapat dilakukan per oral, penyuntikan di bawah kulit atau membran mukosa di mulut, ke dalam rongga peritoneal dan kelenjar liur besar.*® Imunisasi aktif dilakukan melalui pemberian antigen untuk merangsang pembentukan antibodi di dalam tubuh, yaitu slg A saliva. Kelenjar saliva kecil yang berada di bawah mukosa rongga mulut merupakan sumber potensial slg A. Hal ini dipengaruhi oleh sensitisasi antigen pada tempat tersebut yang akan meningkatkan sintesis slg A secara lokal terhadap antigen yang merangsangnya, Selain rangsangan antigen langsung di dalam jaringan yang akan meningkatkan sintesis slg A, bercak Peyer yang banyak terdapat pada mukosa saluran penceraan, juga mampu meningkatkan sumber prekursor imunosit Ig A yang kemudian didistribusikan secara selektif ke jaringan sekresi.* 23 Bahan yang digunakan pada imunisasi aktif, yaitu :° 1. Peptida sintetik Streptokokus mutans 2. Antigen Streptokokus mutans digabung dengan subunit toksin kolera 3. Gen Streptokokus mutans digabung dengan Salmonella 4, Liposom Streptokokus mutans Imunisasi_pasif lokal merupakan metode alternatif lain dalam upaya pencegahan karies gigi.® Penerapannya pada karies gigi dimungkinkan dengan adanya perkembangan antibodi monoklonal terhadap Streptokokus mutans yang diaplikasikan untuk mencegah kolonisasi mikroorganisme ini pada fisura dan permukaan halus.* Imunisasi pasif sistemik dengan suntikan intravena dari antibodi Ig G terhadap Streptokokus mutans dalam mencegah karies gigi telah dibuktikan pada kera Rhesus. Hal ini dilakukan dengan pemberian serum Ig G dengan label yang dilakukan secara intravena, dan selanjutnya akan menembus jaringan gingival. Monoklonal antibodi disiapkan terhadap permukaan antigen sel Streptokokus 1/1] dan diaplikasikan secara berulang-ulang pada kera. Hasilnya adalah penurunan Streptokokus mutans pada gigi dan dapat mencegah karies gigi.’ Imunisasi pasif dengan antibodi monoklonal spesifik terhadap antigen I/T permukaan sel Streptokokus mutans telah dilakukan pada manusia, dan dalam waktu lebih dari dua tahun orang yang diberi antibodi monoklonal tersebut bebas Streptokokus mutans.* Imunisasi pasif dengan bahan susu sapi yang mengandung antibodi terhadap Streptokokus mutans juga terbukti dapat menurunkan kolonisasi Streptokokus dan karies gigi.” 24 Menurat Lehner, terdapat empat fase hipotesis yang diajukan untuk menghitung aksi jangka panjang dari antibodi monoklonal, yaitu :°* 1, Antibodi monoklonal melekat pada pelikel glikoprotein saliva pada permukaan gigi 2. Determinan sel permukaan Streptokokus mutans dikenal oleh antibodi yang mungkin menghambat perlckatan langsung organisme pada gigi 3. Streptokokus mutans mungkin gagal untuk berproliferasi normal, atau mungkin difagositosis atau dimatikan oleh neutrofil lokal 4. Daerah yang ditinggalkan oleh Streptokokus mutans diisi dengan organisme plak yang lain, yang mencegah rekolonisasi Streptokokus mutans, setelah fungsi antibodi berhenti. Fase! Petlekatan pada Mc Ab Mc Ab Glikoprotein saliva Permukaan gigi Fase lt Iketan S. mutans Streptokokus 25 Fase til Fagositosis dan proses mematikan Neutrofil Fase!v Pergantian keseimbangan ekologik Gambar 4. Empat fase hipotesa dari mekanisme pertahanan_ kolonisasi ‘Streptokokus mutans oleh antibodi monoklonal spesifik ® Beberapa bahan yang digunakan pada irmunisasi pasif, yaitu :*6° 1. Antibodi poliklonal pada susu sapi 2. Antibodi monoklonal yang diaplikasikan secara topikal 3. Susu sapi Bovine dalam bentuk obat kumur 4. Antibodi Hen-egg-yolk (Ig Y) 5. Antibodi tanaman transgenik 26 Imunisasi pasif merupakan perlindungan yang diberikan secara cepat tetapi singkat dan biasanya bersifat sementara. Beberapa ahli melaporkan bahwa imunisasi pasif hanya dapat bertahan dalam waktu empat bulan sehingga diperlukan aplikasi berulang.** 42.2 Rute Imunisasi Berbagai rate imunisasi dapat dilakukan secara per oral, sistemik (subkutan), imunisasi aktif pada mukosa gusi, imunisasi intranasal dan suntikan di kelenjar saliva.“ Russel dan Wu telah melakukan imunisasi per oral pada mencit dengan 15 yg antigen protein I/ll permukaan sel Streptokokus mutans yang dikonjugasi_ pada subunit toksin kolera B.”” Kadar Ig As anti-antigen 1/11 di dalam saliva mengalami peningkatan pada hari ke-35 dan turun kembali sampai pada titik terendah setelah 5 sampai 6 bulan.*? Imunisasi oral dengan Streptokokus mutans tidak menghasilkan Ig As yang nyata pada kera.° Percobaan pada manusia dengan menclan Streptokokus mutans dalam bentuk kapsul gelatin menunjukkan peningkatan antibodi Ig As di dalam saliva, walalupun dalam jangka waktu yang terbatas.®*> Imunisasi sistemik pada kera dilakukan secara subkutan dan berhasil ‘menghasilkan antibodi Ig G, Ig A, dan Ig M serum yang tinggi. Model kera rhesus yang dikembangkan untuk penelitian imunisasi karies telah dicobakan dengan cara yang sama pada manusia, dengan alasan :° a. giginya serupa dengan manusia dalam hal jumlah, morfologi dan erupsi gigi susu dan permanen 27 b. letak karies rata-rata di daerah approksimal, servikal dan fisur pada gigi susu rata-rata konsisten dengan yang ditemukan pada manusia, Kera mendapat Streptokokus mutans (serotype ¢) secara alami, kera diberi makan dengan dict manusia yang mengandung sukrosa 15 % dengan isi dan kepadatan yang sama dengan manusia. Hasil respon imun yang ditunjukkan tampak paralel dengan yang ditemukan pada manusia, dalam Klas antibodi Ig G serum dan respon limfosit T dan BS Imunisasi gingivo-salivari aktif dilakukan untuk menghindari efek samping sistemik yang utama dan dapat melokalisasi respon imun di dalam rongga mulut.® Pada imunisasi gingivo-salivari aktif terdapat syarat penting dalam menghasilkan respon imun yang adekuat, yaitu persiapan antigen Streptokokus dengan berat molekul yang rendah (3,8 kd). Perbedaan aplikasi gingival kera menggunakan bahan antigen Streptokokus dengan berat molekul yang besar (185 kd) dengan berat molekul rendah (3,8 kd) menunjukkan bahwa hanya dengan berat molekul rendah yang akan menghasilkan antibodi. Hal ini disebabkan karena peptida 3,8 kd dapat berpenetrasi ke dalam epitel krevikuler dengan lebih mudah.® 4.3 Dampak Positif dan Negatif Imunisasi Terhadap Karies Gigi Lehner menyatakan bahwa kelinci yang disuntik dengan Streptokokus mutans intravena atau subkutan dalam adjuvant Freud yang tidak lengkap akan menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap otot jantung. Beberapa tes keamanan kemudian dilakukan sebelum imunisasi pada manusia dilakukan, Hasilnya, indeks hematologi tidak berubah dan tidak adanya abnormalitas yang ditemukan pada jantung, paru-paru, 28 ginjal, hati atau otak pada pemeriksaan post-mortem.* Selanjutnya hasil penelitian akhir-akhir ini dengan menggunakan antigen J dari S. Mutans yang tidak utuh menunjukkan bahwa antigen reaksi silang jantung tidak terdapat dalam antigen I/II. Hal ini menunjukkan bahwa vaksin imunisasi khususnya dengan bahan antigen Steptokokus IAI tidak mempunyai sifat-sifat yang merugikan bagi tubuh individu dan merupakan calon kuat untuk vaksinasi karies. Sehingga penggunaan vaksin karies dinyatakan aman bagi manusia.° Beberapa dampak positif imunisasi Jainnya bagi manusia, yai 1. Partisipasi aktif dari penderita hanya diperlukan beberapa kali saja 2. Dapat diberikan pada umur muda dan dilakukan bersama-sama dengan imunisasi terhadap penyakit lainnya 3. Memberikan hasil yang sangat menguntungkan 4. Harga terjangkau (cost effective vaccine) sehingga dapat digunakan oleh masyarakat Iuas Selain memiliki dampak positif, imunisasi karies juga memiliki beberapa kelemahan. Yaitu berkaitan dengan efek antigen yang digunakan. Imunisasi dengan sel kuman utuh Streptokokus mutans biasanya akan merangsang produksi antibodi terhadap semua determinan antigenik pada sel kuman tersebut. Hal ini sering menyebabkan target imunisasi yang diharapkan tidak tercapai secara maksimal. Selain itu antibodi terhadap Streptokoki dapat menyebabkan reaksi silang dengan sel otot jantung. 67259 Imunisasi yang dilakukan juga dapat berdampak negatif bagi individu yang ‘mendapat perlakuan imunisasi. Dimana penderita akan memperoleh kesan bahwa ia 29 tidak perlu lagi mengubah sikap dan kelakuannya mengenai pola makanan, kebersihan mulut dan sebagainya, sebab yang diperlukan adalah hanya suntikan dari dokter gigi? BABS KESIMPULAN Imunologi adalah suatu studi tentang mekanisme dan fungsi sistem imunitas tubuh yang timbul sebagai akibat pengenalan terhadap antigen perusak, termasuk usaha yang menetralkan, mengeliminasi atau memetabolisme antigen tersebut beserta produk-produknya.' Kerja imunitas terhadap penyakit infeksi bergantung kepada besar konsentrasi antibodi di dalam darah dan jaringan.? Di dalam rongga mulut terdapat banyak faktor yang terlibat dalam organisasi pertahanan terhadap kuman patogen, yaitu barier anatomi dan fisiologi, seperti imunitas seluler, misalnya fagositosis, leukosit dan makrofag, dan imunitas humoral melalui antibodi.”* Selama perkembangan karies, antibodi ditemukan di dalam saliva, dentin dan pulpa gigi yang berfungsi sebagai mediator respon imun terhadap serangan antigen kuman penyebab Karies gigi? Streptokokus mutans merupakan mikroorganisme flora mulut yang berperan dominan dalam proses terjadinya karies gigi. '> Untuk melakukan kolonisasi, perkembangbiakan, menghasilkan asam dan merusak email gigi, bakteri Streptokokus mutans memiliki kemampuan untuk melekat pada permukaan email.”* Perlekatan ini dilakukan melalui dua antigen protein penting. Pertama dengan antigen VI yang berinteraksi dengan glikoprotein pada permukaan email. Kedua melalui sistem enzim glukosiltranferase yang mengkatalisis pembentukan dekstran ikatan a (1-3) yang merupakan prekursor plak gigi dan sebagai mediator kolonisasi dan agregasi kuman asidogenik.* 31 Karies gigi, secara imunologik merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman patogen yang spesifik. Oleh karena itu, secara teoritis penyakit ini dapat dicegah melalui imunisasi.*°* Imunisasi_ bertujuan untuk _merangsang pembentukan antibodi sistem imunitas didalam tubuh dengan antigen. Upaya untuk dapat menimbulkan respon imun seluler dan respon imun humoral ini tergantung kepada pemilihan imunopotensiator yang sesuai, rute imunisasi serta faktor genetik dari host, teknik DNA rekombinan maupun pembuatan peptida sintetik dari ‘Streptokokus mutan yang dapat digunakan sebagai bahan vaksin pencegah karies.> Metode imunisasi dapat dibagi atas dua, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.* Penelitian Boedi Octomo Roeslan menunjukkan bahwa imunisasi aktif lebih fisien dibandingkan imunisasi pasif yang memakai antibodi monoklonal. Antibodi yang diaplikasi pada permukaan gigi geligi pada imunisasi pasif akan dilarutkan oleh saliva, schingga pengulasannya harus berulang-ulang. Dengan demikian dibutuhkan biaya yang mahal, oleh karena itu imunisasi pasif hanya mempunyai nilai penelitian saj Perkembangan imunisasi terhadap karies gigi merupakan upaya preventif karies gigi yang menguntungkan dibandingkan upaya preventif lainnya. Selain biaya yang tidak mahal, partisipasi aktif dari penderita hanya diperlukan beberapa kali saja, imunisasi ini dapat diberikan pada umur muda bersama-sama dengan imunisasi tethadap penyakit-penyakit lainnya.®? DAFTAR PUSTAKA . Bellanti JA, Jmunologi iI. Ath bahasa. Sahamik Wahab, Nocthajati Soeripto. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1998 : 3-18 . Easlisk KA. Dental caries : mechanism and present controle technics as evaluated at the University of Michigan workshop. United States of America : The CV Moby Company, 1948 :45-52 . Konig KG, Hoogendoom H. Prevensi dalam kedokteran gigi dan dasar ilmiahnya. Alih bahasa. RA Tomasowa. Jakarta : Indonesian Dental Industries, 1982 : 52-61 . Roeslan BO. Kemmgkinan pencegahan karies gigi melalui imunisasi. Majalah Kedokteran Gigi USAKTI 2001 : 33-44 . Bachtiar EW. Prospek vaksinasi dalam pencegahan karies dengan antigen hasil rekayasa protein dinding sel streptococcus mutans, Junal Kedokteran Gigi 1997 :4: 641-7 . Lehner T. Imunologi pada penyakit mulut. Alih bahasa. Ratna Farida, NG Suryadhana, Jakarta : BGC,1995 : 26-41, 61-88 . Anonymous. New antigen advance dental caries vaccine. (18 Agustus 2005) . Anonymous. Cegah karies gigi dengan innmisasi aktif. Jakarta ; Kompas, 2001 . Panggabean SP. Pencegahan karies gigi dengan imunisasi. Dentika Dental Jumal 2003 :8:47-53 32 33 10. Anonymous. Making the case for a dental caries vaccine. .( 18 Agustus 2005) 11. Cromie WJ. Vaccine prevent caries. Harvard Gazette Archives, 2001. (9 September 2005) 12, Panjaitan M. Etiologi karies gigi dan penyakit periodontal. Medan: Universitas Sumatera Utara Press.1997 3-5 13. Schuurs AHB. Patologi gigi-geligi : kelainan-kelainan jaringan keras gigi. Alih bahasa, Sutatmi Suryo, Rafiah Abyono. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1992: 135-45 14. Kidd EA, Becha SS. Essential of dental caries- the disease and it’s management. Jakarta: EGC, 1991: 164-7 15. Retno I. Mutacin dari streptococcus mutans dapat mengakibatkan transmisi bakteri dari ibu ke anak, Majalah Kedokteran Gigi UNAIR 2005:342-4 16. Szabo EI, Amdur BH, Socransky SS. Lipid composition of streptococcus mutans. Journal of The European Organizations for Caries Research (ORCA) 1970: 12:21-7 17. Guo JH, Jia R, Fan MW, Bian Z, et al. Construction and immunogenic characterization of a fusion anti caries DNA vaccine against PAC and glucosyltransferase I of streptococcus mutans. Journal of Dental Research 2004: 83:266-70 34 18. Russel MW, Hajishengallis G, Childers NK, et al. Secretory immunity in defense against carigenic mutans streptocci. Journal of Caries Research 1999 : 33: 4-15 19. Traumer K, Birkhed D, Svenson S. Structure of extraceluler glucans synthetized by streptococcus mutans of serotype a-e in vitro. Journal of The European Organizations for Caries Research (ORCA) 1982: 16: 81-9 20. Anonymous.Caries immunology. >(20 September 2005) 31.Hajishengalis G, Fontana, et al. Caries vaccine. _(28 Agustus 2005) 32. Shallard RE. A textbook of preventive dentistry. 2" ed. Minesota: W.B. Saunders Company, 1982 :245-8 33. Harris NO, Christen AG. Primary preventive dentistry. 2" ed. California : Appletoné Lange, 1987 :581-7

You might also like