You are on page 1of 4

MENJUNJUNG TINGGI NILAI KEJUJURAN DALAM

RUANG LINGKUP PEMERINTAHAN

Kepada Yth:

Jakarta, 15 Oktober 2014

Presiden Indonesia Terpilih


Bapak Joko Widodo
di-Tempat
Sebelumnya, selamat untuk Pak Jokowi dan Pak JK yang secara sah meyakinkan telah
diakui oleh MK menjadi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia terpilih periode 2014-2019.
Dan sebagai warga negara Indonesia, saya Baahy Muhammad Abyan, Mahasiswa
Universitas Trisakti, jurusan Tehnik Perminyakan mencoba memberikan masukan dan
usulan kepada Bapak dalam menahkodai Republik Indonesia tercinta ini selama 5 tahun
kedepan. Usulan dan masukan ini saya didasarkan pada pengamatan dan analisa sebagai
Jurnalis yang menyaksikan bagaimana pemerintahan saat ini, kurang efektif dalam
mensejahterahkan rakyat.
Pak Jokowi ini adalah surat pertama saya kepada Anda dan sesungguhnya saya ingin
menulis surat kepada Anda setiap hari. Berbahagialah pak karena saya tidak memungut biaya
sama sekali untuk nasihat yang saya berikan, sebab saya merasa bahwa sudah menjadi tugas
saya sebagai warga negara untuk membantu Presiden mengatasi berbagai masalah yang
muncul hari ini. Saya ingin memberi masukan kepada bapak untuk memperketat aturan
dalam melaksanakan sistem pemerintahan terutama kejujurannya dalam memerintah.

Mengapa harus diperketat pak ?

Perhiasan rohani yang cahayanya lebih terang dari sebuah berlian dan lebih indah dari
bunga yang bermekaran. Kejujuran adalah sebuah prinsip yang terbaik. Kejujuran juga
abstrak dan tak terlihat. Semua orang paham apa itu kejujuran, tapi begitu mudah
mengabaikannya. Kita hidup dimasa di mana kejujuran tak lagi dihargai. Bila kita berkata
jujur kita harus menerima konsekuensinya. Meskipun demikian, berbuat kejujuran adalah
usaha yang mengeluarkan kita dari kegelisahan dan mengantarkan kita pada ketenangan jiwa.

Indonesia didirikan dengan penuh pengorbanan para pejuang yang dengan berani,
ikhlas, dan jujur memperjuangkan kemerdekaan bangsanya. Kita sebagai generasi pendatang
sudah sepatutnya menghargai perjuangan mereka. Bukan dengan sebuah bambu runcing ,
melainkan melalui etika kejujuran. Penerapan kejujuran dalam hidup akan membuat
manusia dapat berkembang lebih baik lagi.

Alasan pertama, tak seorang pun ingin ditipu atau dibohongi. Alasan kedua, kejujuran
adalah dasar dari perbuatan-perbuatan baik lainnya. Begitulah jawaban singkatnya.
Apakah di antara kita semua ada yang ingin ditipu, dibohongi, diingkari janji,
dikhianati, dicurangi, atau difitnah? Tentu tidak ada. Mengapa? Semua perbuatan tersebut
adalah perbuatan yang merugikan, terutama bagi orang lain. Adakah orang yang mau rugi
atau dirugikan, sekarang maupun pada akhirnya nanti? Tidak ada, kan?
Maka, jika kita tidak ingin dirugikan melalui cara-cara yang tidak jujur seperti itu,
kita sendiri harus jujur. Kita harus menjalani hidup sejujur-jujurnya (kecuali dalam beberapa
hal seperti perang). Jujurlah kepada diri kita sendiri. Jujurlah kepada orang lain, bahkan juga
makhluk lain. Dan jujurlah kepada Tuhan Yang Mahatahu.
Jujurlah mulai dari dalam niat, terus berlanjut dalam sikap batin, dalam pikiran, dalam
sikap jasmani, dalam ucapan, hingga jujur dalam tindakan atau perilaku. Kejujuran itu seperti
rantai yang tak boleh putus, jadi harus kuat di semua mata rantainya. Tidak jujur di salah
satunya, menjadikan keseluruhannya tidak jujur.
Kejujuran seseorang terpancar atau tercermin pada perbuatan-perbuatan baik lainnya.
Suatu perbuatan adil hanya mungkin dirasakan bila didasari kejujuran. Perbuatan yang tidak
jujur akan memunculkan ketidakadilan. Hakim yang menerima suap akan membuat
keputusan yang lebih menguntungkan penyuap tetapi merugikan pihak lain. Jadi, tak ada
keadilan bila tak ada kejujuran.
Seseorang disebut bertanggung jawab karena ia jujur atas apa yang dilakukannya.
Dan, ia menanggung akibat dari semua jawaban yang dikatakannya. Ia juga cenderung
berkata apa adanya, tidak berbelit-belit, tidak banyak ber-rahasia. Seseorang yang jujur
memperlihatkan sikap konsisten, istiqomah (lurus), taat, setia pada kebenaran, setia pada
kawan, setia pada janji, dan seterusnya.
Namun, mungkin saja ada orang yang terjebak berbuat konsisten karena dari awalnya
sudah keliru. Misalnya, sejak remaja ia terbiasa bertingkah keliru karena memperoleh rasa
senang dan nyaman, juga karena ikut-ikutan atau tidak tahu pasti alasan tindakannya. Dalam
hal seperti ini biasanya ia akan melengkapi konsistensi-nya itu dengan pembenaran, yakni
pengetahuan yang hanya seolah-olah benar padahal keliru. Di sini terjadi konsistensi yang

negatif. Untuk memperbaikinya, ia harus berterus-terang atau jujur atas apa yang terjadi sejak
awal.
Bangsa besar manapun di dunia dan kapanpun, pasti mengutamakan kejujuran. Kaum
Muslimin mestinya lebih layak menyandangnya. Allh Azza wa Jalla berfirman :


Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allh dan jadilah bersama orangorang yang jujur.[ at-Taubah/9:119]
Itulah tuntutan setiap fitrah manusia. Jujur! Sebaliknya, setiap fitrah pasti membenci
kedustaan dan perbuatan zhalim. Jika dusta dan kezaliman mewabah, maka yang terjadi
adalah musibah, di dunia dan di akhirat.
Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam , dalam hadits yang dibawakan oleh Ibnu Masud
Radhiyallahu anhu , bersabda :
(
:)


: ) .

. (
Sesungguhnya kejujuran akan membimbing menuju kebaikan, dan kebaikan akan
membimbing menuju surga. Sesungguhnya seseorang akan bersungguh-sungguh berusaha
untuk jujur, sampai akhirnya ia menjadi orang yang benar-benar jujur. Dan sesungguhnya
kedustaan akan membimbing menuju kejahatan, dan kejahatan akan membimbing menuju
neraka. Sesungguhnya seseorang akan bersungguh-sungguh berusaha untuk dusta, sampai
akhirnya ia benar-benar tertetapkan di sisi Allh sebagai pendusta. [HR. Bukhari dan
Muslim. Lafal di atas adalah lafal Bukhari] [2]
Dalam riwayat lain pada Shahih Muslim, hadits diawali dengan :


Wajib bagi kalian untuk jujurdan hati-hatilah, jangan sekali-kali kalian dusta.[3]

apabila sebuah bangsa ingin menjadi bangsa besar, berwibawa dan disegani, maka
bangsa itu harus berani membangun dirinya berdasarkan asas kejujuran dan harus berani
meninggalkan sifat dusta, betapapun beratnya.
Taqwa kepada Allh Subhanahu wa Taala dan takut akan ancaman siksaNya di
akhirat, akan dapat mendorong seseorang untuk selalu bersikap jujur dan menjauhi sikap
dusta. Jika taqwa dan rasa takut kepada Allh Azza wa Jalla telah tertanam dalam jiwa dan
telah terbentuk, berarti telah terbentuk pula pengawasan melekat pada tiap-tiap individu
Muslim. Dengan demikian segalanya akan berjalan rancak insya Allh. Biaya untuk membuat
team-team pengawas yang harus di awasi lagi oleh team lain, dan yang lain harus diawasi lagi
oleh yang lainnya lagi, akan dapat ditekan dan dapat dipergunakan untuk kepentingan
lainnya, misalnya peningkatan kesejahteraan fakir miskin dan fasilitas-fasilitas pembangunan
umat kearah yang lebih baik lagi. Wallhu Waliyyut Taufq.
Kejujuran disertai dengan pengetahuan yang luas akan melahirkan kearifan atau
kebijaksanaan. Kejujuran dengan pengetahuan yang sedikit akan menampakkan keluguan.
Menurut Romo Magnis, tanpa kejujuran segala keutamaan moral lainnya kehilangan nilai,
bahkan beracun.
Bagi yang beragama Islam: Sesungguhnya kejujuran itu mengantarkan pada
kebaikan dan kebaikan itu mengantarkan ke surga (Hadis diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim).
Mohon maaf bila kata-kata saya diatas kurang berkenan pak beginilah saya dengan
kekurangannya. Semoga bapak membaca surat ini bisa membantu Indonesia. Sekali lagi
terima kasih telah membaca surat saya pak, semoga bapak bisa membawa Indonesia lebih
bagus dimata negara-negara lain.
Sekian dari saya dan selamat bertugas memimpin Indonesia!

NAMA

: Baahy Muhammad Abyan

NIM

: 071 0014 00177

FAKULTAS

: FTKE-TEKNIK PERMINYAKKAN

TUGAS

: Agama Islam

You might also like