You are on page 1of 3

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PROFIL INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN RESEP


HYDROCHLOROTHIAZIDE DI APOTEK WILAYAH SURABAYA
MAYASARI, SHINTA
Pembimbing:INyomanWijaya,S.Si.,Apt.,SpFRS

DRUG INFORMATION; HYDROCHLOROTHIAZIDE


KKB KK-2 FF 419 / 11 May p
Copyright 2011 by Airlangga University Library Surabaya

ABSTRACT
Profile of Drug Information on The HCT Prescription Services
in The Community Pharmacies Setting in Surabaya
Hydrochlorothiazide (HCT) was one of the drug therapies for the treatment of
hypertension. The aim of this research was to describe the profile of drug information
given by community pharmacies staff in Surabaya about hydrochlorothiazide (HCT)
prescription. A simulated patient method was used to assess the community pharmacies
staff performance on giving drug information on the HCT prescription services in the
community pharmacies setting in Surabaya. About 90 community pharmacies were
selected randomly. A designed scenario, protocol, check list, and prescription contained
hydrochlorothiazide (HCT) used to obtain the data regarding of hydrochlorothiazide
(HCT) used. Validation and reliability test were done before obtaining data. The actor
also signed a confidentiality agreement. The result showed that hydrochlorothiazide
(HCT) prescription could be filled in 66 community pharmacies (73.3%). Only 33
community pharmacies gave information about frequency of drug administration.
Information about how to used the drugs and the number of drug taken in once
administration given by 21 community pharmacies (31.8%) and 19 community
pharmacies (28.8%) respectively. There were 66 community pharmacies gave no
information about the drugs name, its indication and its side effects, etc. As a
conclusion, some important information regarding of HCT Prescription services in the
community pharmacies setting in Surabaya were not given by community pharmacies
staff in Surabaya.
Keywords: Simulated patients, Drug Information, Hydrochlorothiazide (HCT)

Skripsi

PROFIL INFORMASI OBAT ....

MAYASARI, SHINTA

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

RINGKASAN
PROFIL INFORMASI OBAT PADA PELAYANAN
RESEP HYDROCHLOROTHIAZIDE DI APOTEK WILAYAH
SURABAYA
Berdasarkan hasil Riskesdas (2007) menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di
Indonesia mencapai 31,7% dengan insiden komplikasi penyakit kardiovaskular lebih
banyak pada perempuan (52%) dibandingkan laki-laki (48%). Hipertensi sebenarnya
dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup yang sehat. Namun apabila hal ini tidak
memberikan hasil yang memuaskan dan terjadi peningkatan tekanan darah maka dapat
diberikan terapi farmakologi yang tepat. Salah satu terapi awal yang dianjurkan pada
pasien hipertensi yaitu golongan diuretik (contohnya hydrochlorothiazide). Uji klinik
membuktikan bahwa dosis rendah (12,5-25mg) pada hydrochlorothiazide lebih efektif
menurunkan tekanan darah dan mengurangi risiko kardiovaskular. Hydrochlorothiazide
yang disebut juga HCT membutuhkan perlakuan khusus dalam hal penggunaannya yaitu
dianjurkan untuk diminum di pagi hari, hal ini dikarenakan untuk mencegah terjadinya
diuresis di malam hari (Nafrialdi, 2007). Pemberian informasi yang tepat kepada pasien
dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang standar
pelayanan kefarmasian di apotek, bahwa informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya
meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,
aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui profil informasi obat hydrochlorothiazide yang
diberikan pada pasien hipertensi di apotek wilayah Surabaya. Penelitian ini dilakukan
melalui pendekatan deskriptif cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah apotek
terpilih di wilayah Surabaya dengan kriteria eksklusi meliputi apabila diketahui oleh
petugas apotek sebagai penelitian, apotek tutup (tidak beroperasi selamanya) dan apotek
yang dipakai sebagai uji pilot study. Pada penelitian ini dilakukan pengambilan sampel
secara simple random sampling. Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus sampel
Lwanga (1997) sehingga dari 625 apotek didapatkan hasil 90 apotek. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skenario, check list, resep dan protokol penelitian.
Penelitian ini menggunakan metode simulasi pasien. Dimana, pada penggunaan metode
simulasi pasien ini, akan ada seseorang terlatih yang berperan untuk mengamati tingkah
laku apoteker maupun staf apotek lainnya sesuai dengan skenario. Uji validitas dan
reliabilitas dilakukan sebelum pengambilan data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dari 66 apotek (100%) yang menyediakan obat, terdapat tujuh informasi yang
disampaikan, yaitu satu apotek (1.5%) memberikan informasi tentang tujuan penggunaan
obat, sebesar 21 apotek (31.8%) memberikan informasi tentang cara penggunaan obat,
dan sejumlah 10 apotek (15.2%) memberikan informasi mengenai waktu penggunaan.
Terdapat 33 apotek (50%) yang memberikan informasi tentang frekuensi penggunaan

Skripsi

PROFIL INFORMASI OBAT ....

MAYASARI, SHINTA

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

obat sekali dalam sehari. Informasi tentang jumlah obat sekali minum diberikan oleh 19
apotek (28.8%). Sebanyak satu apotek (1.5%) memberikan informasi mengenai jumlah
total obat yang diberikan, dan apotek yang memberikan informasi tentang lama waktu
penggunaan obat sebesar 1.5% (satu apotek). Sedangkan informasi yang tidak diberikan
di apotek meliputi nama obat, indikasi obat, pengatasan efek samping, makanan dan
minuman yang harus dihindari, efek samping penggunaan obat, cara penyimpanan obat,
interaksi obat, peringatan dan saran. Berdasarkan hasil analisa data, kesimpulan yang
dapat diambil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peran tenaga kefarmasian dalam
pemberian informasi obat pada pasien, khususnya pada informasi obat pada pelayanan
resep hydrochlorothiazide belum optimal. Jenis informasi yang disampaikan pada pasien
terbatas pada aturan pakai obat dan cara penggunaan obat, hal hal yang lebih
komprehensif yang mendukung optimalnya terapi belum tersampaikan, misalnya tentang
panduan aktivitas atau jenis makanan yang perlu dihindari, dan pentingnya informasi
tentang efek samping dari hydrochlorothiazide juga tidak disampaikan oleh petugas
apotek. Dalam hal ini peran tenaga kefarmasian dalam pemberian informasi obat dalam
pelayanan resep hydrochlorothiazide pada pasien perlu ditingkatkan, sebagai salah satu
upaya menghindari terjadinya drug related problem dan perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang faktor dan kondisi yang mempengaruhi tenaga kefarmasian dalam
pelaksanaan pelayanan informasi obat.

Skripsi

PROFIL INFORMASI OBAT ....

MAYASARI, SHINTA

You might also like