Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan saraf optik merupakan penyebab yang relatif umum pada hilangnya
visual. Saraf optik adalah saluran yang menyampaikan informasi dari retina ke daerah
otak area visual. Setiap kali ada kerusakan pada saraf optik apapun penyebabnya
disebut sebagai neuropati optik. Tidak seperti inflamasi neuritis optik yang merupakan
neuropati optik paling umum pada pasien usia muda, ischemic optic neuropathy (ION)
merupakan hasil dari insufisien vaskuler, bukan dari peradangan. ION mengacu pada
semua penyebab iskemik optik neuropati
1.2 Tujuan Umum
Tinjauan pustaka ini dibuat untuk memenuhi syarat ujian di bagian ilmu
kesehatan mata Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Selain itu tinjauan pustaka
ini juga di harapkan bisa bermanfaat bagi semua pembacanya. Dengan membaca
makalah ini di harapkan bisa menambah pengetahuan bagi para pembaca tentang
Non-arteritic Anterior Ischemic optic Neuropathy.
8.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berlebihan. Karakteristik bayi ini termasuk juga hiperinsulinisme janin dan tingkat
peningkatan IGF-I dan IGF-II. (Cunningham, 2006)
2.2.
Definisi IUGR
Intrauterin Growth Retardation(IUGR) adalah janin dengan berat kurang atau
sama dengan 10 percentil, atau lingkaran perut kurang atau sama dengan 5 percentil
atau FL(Femur Length) / AC (abdominal Length) > 24. Dimana FL dan AC dapat
diukur dengan menggunakan USG. Hal tersebut dapat disebabkan berkurangnya
perfusi plasenta, kelainan kromoson dan faktor lingkungan atau infeksi (Cunningham,
2006)
Definisi menurut WHO, janin yang mengalami pertumbuhan terhambat adalah
janinyang mengalami kegagalan dalam mencapai berat standar atau ukuran standar
yang sesuaidengan usia kehamilannya. Menurut Gordon, JO (2010) pertumbuhan janin
terhambat-PJT(Intrauterine growth restriction) diartikan sebagai suatu kondisi dimana
janin berukuran lebihkecil dari standar ukuran biometri normal pada usia kehamilan.
Istilah PJT sering diartikansebagai kecil untuk masa kehamilan-KMK (small for
gestational age). Umumnya janindengan PJT memiliki taksiran berat dibawah persentil
ke-10. Artinya janin memiliki beratkurang dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia
kehamilan
yang
sama.
Janin
dengan
PJT pada
umumnya akan
lahir prematur (<37 minggu) atau dapat pula lahir cukup bulan (aterm,>37 minggu).
(Atkin, 2010)
Intrauterin Growth Retardation(IUGR) adalah kelainan pertumbuhan dan
perkembangan janin yang mempengaruhi 3-7% dari semua kelahiran, tergantung pada
kriteria diagnostik. IUGR berisiko lebih besar untuk mortalitas dan morbiditas.
Diperkirakan bahwa kematian perinatal adalah 5-10 kali lebih tinggi pada IUGR
neonatus daripada yang berukuran normal pada usia kehamilan. Beberapa kondisi
morbid terkait perhatian serius terjadi setelah periode yang berbeda dari kegagalan
pertumbuhan dalam rahim mencakup asfiksia lahir, hipoglikemia, neonatal,
hipoglikemia neonatal, hipokalsemia, polisitemia, aspirasi mekonium, dan sirkulasi
janin persisten. (Reece, 2007)
Penelitian telah melaporkan perkembangan saraf yang buruk pada bayi yang
small gestational age (SGA) terutama ketika ada juga terkait prematur. Kejadian dari
cacat neurologis utama pada bayi prematur SGA sebesar 35%.(Reece, 2007)
Ada beberapa penyebab IUGR. Secara konseptual dibagi menjadi tiga kategori
utama: ibu, janin, dan uteroplasenta. Perlu ditekankan bagaimanapun bahwa dalam
hampir setengah kasus IUGR, etiologi tidak diketahui. Selain itu, telah ditemukan
bahwa yang paling penting faktor risiko klinis ibu adalah riwayat IUGR. Oleh karena
itu, kecurigaan IUGR tidah harus hanya didasarkan pada adanya faktor risiko klinis
selama kehamilan. Satu point membingunkan dan perbedaan pendapat adalah kriteria
yang digunakan untuk mendifinisikan IUGR. IUGR telah didefinisikan sebagai bayi
yang lahir dibawah 3rd, 5rd , 10rd, persentil usia kehamilan atau yang berat lahir lebih
dari dua standar deviasi di bawah rata rata untuk usia kehamilan. Indeks ponderal
ditentukan dalam neonatus dengan rumus berikut: (Reece, 2007)
Indeks ponderal dapat mengidentifikasi neonatus yang memiliki jumlah jaringan lunak
sidikit terbukti dengan hilangnya jaringan subkutan dan massa otot, meskipun berat
lahir adalah normal untuk usia kehamilan. Neonatus dengan indeks ponderal dibawah
10 persentil untuk usia kehamilan mungkin mendertia malnutrisi dalam rahim.
Misalnya janin 2900 gram lahir di kehamilan 38 minggu akan lebih besar (misalnya,
3500 gram) dalam kondisi gizi normal. Bayi mungkin dapat diidentifikasi memiliki
IUGR dengan menggunakan indeks ponderal pada kondisi ini. Dalam sebuah
penelitian oleh weiner dan Robinson, hasil diagnosa sonografi dibandingkan dengan
indeks Ponderal postnatal. (Reece, 2007)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 40% bayi dengan SGA diidentifikasikan
oleh persentil berat lahir tidak pertumbuhan dibatasi menurut indeks ponderal.
Sebaliknya, 53% dari neonatus didiagnosa sebagai IUGR oleh postnatal indeks
ponderal yang rata rata usia kehamilan menurut persentil berat lahir mereka. Karena
pentingnya diagnosis antenatal IUGR adalah untuk mengidentifikasi orang orang yang
berisiko tinggi untuk intrapartum dan komplikasi neonatal. Ponderal indeks lebih
terkait pada morbiditas dan mortalitas perinatal daripada persentil berat lahir. Oleh
karena itu akan berguna untuk menggunakan indeks ponderal dalam upaya untuk
mendiagnosa IUGR ddalam rahim. Sayangnya, saat ini belum ada metode praktis
untuk mengevauasi indeks ponderal dalam rahim. Oleh karena itu, definisi IUGR yang
paling umum digunakan adalah janin yang berat dibawah persentil ke-10 untuk usia
kehamilan. Indeks lain, panjang crown heel, telah digunakan untuk mengevaluasi
ukuran neonatal. (Reece, 2007)
2.3.
Klasifikasi IUGR
Secara klinis, terdapat tiga kategori IUGR, masing masing mencerminkan
IUGR dimulai awal kehamilan, dan seluruhnya sesuai SGA. Kepala dan lingkar perut,
panjang badan dan berat badan semua dibawah persentil ke10 untuk usia kehamilan.
Namun, mereka memiliki indeks Ponderal normal. (Reece, 2007)
sering disebabkan oleh uteroplasenta insufficiency. Tipe 2 IUGR adalah hasil dari
pertumbuhan lebih buruk dari tipe 1 dan biasanya setelah usia kehamilan 28 minggu.
Seperti yang ditunjukkan oleh verheer pada akhir trimester kedua, pertumbuhan janin
normal , pertumbuhan ditandai dengan proses hipertrofi. Didalam tahap hipertrofik,
ada peningkatan pesat dalam ukuran sel dan pembentukan lemak, otot, tulang, dan
jaringan lain. Pada fase ini, proses hiperplasia menurun(gambar 2). Simetri IUGR
memiliki jumlah sel yang mendekati normal, tetapi sel sel ini menurun dalam bentuk
ukuran. Pada IUGR asimetris memiliki indeks ponderal rendah dengan dibawah berat
badan bayi rata rata tetapi lingkar kepala normal (HC) dan panjang janin normal.
Dalam kasus ini IUGR asietris, pertumbuhan janin normal sampai akhir trimester
kedua atau awal trimester ketiga, sehingga pertumbuhan kepala tetap normal,
sedangkan perut pertumbuhan melambat (efek brain sparing). Asimetri ini hasil dari
mekanisme kompensasi janin yang merespon keadaan perfusi plasenta yang buruk.
Redistribusi cardiac output janin terjadi dengan peningkatan aliran ke otak, jantung,
dan adrenal dan penurunan penyimpanan glikogen dan massa hati. Namun, jika
insufisiensi plasenta diperburuk selama akhir kehamilan, pertumbuhan kepala dapat
stagnan, dan ukurannya dapat turun dibawah kurva pertumbuhan normal. Diperkirakan
70-80% janin IUGR adalah IUGR tipe 2. Bentuk IUGR sering dikaitkan dengan
penyakit ibu seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal, diabetes mellitus dengan
vaskulopati, dan lain lain (Reece, 2007)
Gambar.2 : Jumlah sel dan tingkat mitosis dalam kaitannya dengan pertumbuhan
embrio-janin. Berat badan embrio lambat meskipun tingkat mitosis sangat tinggi. Di
sekitar minggu 16-20 kehamilan, massa sel janin tercapai. Setelah itu, bagaimanapun
mitosis diperlambat (diferensiasi dan fungsi organ). Meskipun melambat, divisi dari
sejumlah besar sel sel janin menghasilkan kenaikan berat janin yang cepat
2.3.3
Intermediet IUGR.
Intermediet IUGR mengacu pada pembatasan pertumbuhan itu adalah
kombinasi antara IUGR tipe 1 dan 2. Yang terjadi pada pertumbuhan janin pada
intermediet IUGR paling mungkin terjadi selama fase tengah pertumbuhan janin- yang
hiperplasia dan hipertrofi yang sesuai dengan kehamilan 20-28 minggu. Pada tahap ini,
terjadi penurunan di tingkat mitosis dan peningkatan keseluruhan progresif ukuran sel.
Bentuk IUGR kurang umum daripada tipe 1 dan 2. Diperkirakan merupakan 5-10%
dari semua kejadian IUGR. Hipertensi kronis, lupus nefritis, atau penyakit pembuluh
darah ibu, dan mulai di awal trimester kedua dapat mengakibatkan Intermediet IUGR
dengan pertumbuhan simetris dan tidak ada brain-sparing effect. (Reece, 2007)
2.4.
Epidemiologi IUGR
Di negara berkembang angka PJT kejadian berkisar antara 2%-8% pada bayi
dismature, pada bayi mature 5% dan pada postmature 15%. Sedangkan angka kejadian
untuk SGA adalah 7% dan 10%-15% adalah janin dengan PJT. (Chatelain, 2010)
Sekitar 40% janin tersebut konstitusinya kecil dengan risiko morbiditas dan
mortalitas perinatalnya yang tidak meningkat. 40% pertumbuhan janin terhambat
karena perfusi plasenta yang menurun atau insufisiensi uteroplasenta, dan 20 %
hambatan pertumbuhan karena potensi tumbuh yang kurang. Potensi tumbuh yang
kurang disebabkan oleh kelainan genetik atau kerusakan lingkungan. Tidak semua PJT
adalah kecil masa kehamilan dan tidak semua KMK menderita PJT. Terminologi kecil
untuk masa kehamilan adalah berat badan bayi yang tidak sesuai dengan masa
kehamilan dan dapat muncul pada bayi cukup bulan atau prematur. Hanya 15% KMK
terjadi karena pertumbuhan janin terhambat. PJT bervariasi antara 3-10%. Kematian
perinatal adalah 7 8 kali lebih besar dari bayi normal. Kematian intrauterin terjadi
pada 26 % PJT. (Chatelain, 2010)
10
11
Jika terpajan pada lingkungan yang hipoksik secara kronis, beberapa janin
mengalami penurunan berat badan yang signifikan. Janin dari wanita yang
tinggal di dataran tinggi biasanya mempunyai berat badan lebih rendah
daripada mereka yang dilahirkan oleh ibu yang tinggal di dataran rendah. (1,4)
e. Keadaan gizi dan perokok
Wanita kurus cenderung melahirkan bayi kecil, sebaliknya wanita gemuk
cenderung melahirkan bayi besar. Faktor terpenting pemasukan makanan
adalah jumlah kalori yang dikonsumsi setiap hari daripada komposisi dari
kalori. Dalam masa hamil wanita perlu mengkonsumsi 300 kalori lebih banyak
daripada sebelum hamil setiap hari. (1)
Penambahan berat badan yang kurang didalam masa hamil menyebabkan
kelahiran bayi dengan berat badan yang rendah. Kebiasaan merokok dalam
masa kehamilan akan melahirkan bayi yang lebih kecil sebesar 200 sampai 300
gram pada waktu lahir. Wanita perokok cenderung makan lebih sedikit karena
itu ibu akan kekurangan substrat didalam darahnya, selain itu merokok
menyebabkan pelepasan epinefrin dan norepinefrin yang menyebabkan
vasokonstriksi yang berkepanjangan sehingga terjadi pengurangan jumlah
pengaliran darah ke dalam ruang intervillus. (1,4)
Faktor Anak
a. Kelainan kongenital
b. Kelainan Genetik
Kelainan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung bawaan
yang berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18 berkaitan dengan PJT
simetris serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih). Trisomi 13 dan
sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT
c. Infeksi janin, misalnya penyakit TORCH
Infeksi intrauterin adalah penyebab lain dari hambatan pertumbuhan
intrauterin. Banyak tipe seperti pada indfeksi oleh TORCH yang bisa
menyebabkan hambatan pertumbuhan intrauterin sampai 30 % dari kejadian.
Infeksi AIDS pada ibu hamil menurut laporan bisa mengurangi berat bdan lahir
bayi sampai 500 gram dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir sebelum
terkena infeksi tersebut.
12
13
b. Infeksi janin
Virus, bakteri, protozoa dan spirochete terlibat pada pertumbuhan janin
terhambat, infeksi yang terkenal rubella insuffisiensi vaskuler dan
cytomegalovirus sitolisis langsung + penghilangan sel fungsional.
-
perivaskuler.
Toxoplasmosis infeksi protozoa gangguan pertumbuhan janin, dan
malaria kongenital juga mengakibatkan hal yang sama.
c. Malformasi kongenital
Sebuah penelitian >13000 bayi dengan anomaly structural berat, 22%
diantaranya mengalami hambatan pertumbuhan berat, semakin parah
malformasi semakin rentan janin mengalami KMK.
d. Kelainan kromosom
Aneuploidy kromosomal, seperti trisomy autosomal plasenta dengan
penurunan jumlah arteri yang berotot kecil di batang vili tersier.
14
e. Sindrom Dwarf
Perempuan bertubuh kecil akan memiliki bayi yang juga kecil. Jika
perempuan memulai kehamilan dengan berat badan kurang dari 100
pon, resiko untuk melahirkan bayi KMK meningkat 2x lipat. Dan hal
tersebut diturunkan lewat garis keturunan maternal.
2. Asimetris: Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu kejadian
lebih lama dibandingkan gangguan pertumbuhan janin simetris. Beberapa
organ lebih terpengaruh dibandingkan yang lain, lingkar perut adalah bagian
tubuh yang terganggu untuk pertama kali, kelainan panjang tulang paha
umumnya terpengaruhi belakangan, lingkar kepala dan diameter biparietal
juga berkurang. Faktor yang mempengaruhi adalah insufisiensi (tidak
efisiennya) plasenta yang terjadi karena gangguan kondisi ibu termasuk
diantaranya tekanan darah tinggi dan diabetes dalam kehamilan dalam
kehamilan(8). Faktor-faktor lainnya:
a. Penyakit vaskuler
b. Penyakit ginjal kronis
c. Hipoksia kronis
d. Anemia maternal
e. Abnormalitas plasenta dan tali pusat
f. Janin multipel
g. Kehamilan postterm
h. Kehamilan ekstrauteri
3. Kombinasi Simetris dan Asimetris (Intermediate):
a. Obat-obat teratogenik: Narkotika, tembakau, alkohol, beberapa
preparat antikonvulsan, antineoplastik, imunosupresan antirejeksi,
15
kehamilan adalah metode penapisan yang sederhana, aman, tidak mahal dan cukup
16
akurat untuk mendeteksi janin yang kecil untuk masa kehamilan. Kekurangannya
adalah ketidaktepatan. Jansen dan Larsen menemukan bahwa pengukuran simfisisfundus membantu mengidentifikasikan hanya 40 % bayi. Sehingga bayi yang kecil
untuk masa kehamilan dapat terlewatkan atau terdiagnosis berlebihan. Meskipun
demikian, hasil-hasil ini tidak mengurangi pentingnya pengukuran fundus yang
dilakukan secara cermat sebagai cara penapisan sederhana. (1,3)
Cara pengukuran menggunakan sebuah tali pengukur yang di kalibrasi dalam
sentimeter dan dipasang pada lengkung abdomen dari tepi atas simfisis sampai ke tepi
atas fundus uteri yang diidentifikasi dengan palpasi atau perkusi. Antara usia gestasi 18
sampai 30 minggu, tinggi fundus uteri dalam sentimeter bertepatan dengan minggu
gestasi. Bila ukurannya lebih dari 2 sampai 3 sm dari tinggi fundus seharusnya,
pertumbuhan janin yang tidak sesuai dapat dicurigai. (1)
2.7.2
Pemeriksaan Ultrasonografi
Bila terduga telah ada hambatan pertumbuhan janin misalnya karena pada
kehamilan itu terdapat faktor-faktor risiko seperti hipertensi, pertambahan berat badan
ibu hamil tidak mencukupi atau tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan usia kehamilan,
ibu hamil dengan penyakit diabetes melitus dengan komplikasi vaskular, maka
pemeriksaan lanjutan dengan uji yang lebih sensitif perlu dilakukan untuk konfirmasi.
Kriteria USG untuk pertumbuhan janin terhambat terutama peningkatan rasio panjang
femur dari lingkaran perut, peningkatan lingkar kepala dari lingkar perut dan
oligohidramnion. Telah diketahui terdapat korelasi yang baik antara pengukuran tinggi
fundus uteri dengan beberapa antropometri janin seperti diameter biparietal (DBP) atau
lingkaran perut (LP) janin (r : 0,8). (2,4)
Pemerikasaan dengan ultrasound real time akan bisa membedakan hambatan
pertumbuhan intrauterin asimetri dengan hambatan pertumbuhan intrauterin simetris,
selain itu dapat pula mengukur berat janin, gangguan pertumbuhan kepala, kelainan
kongenital dan oligohidramnion. Jika usia kehamilan dapat diketahui dengan pasti,
maka beberapa antropometri janin seperti DBP, lingkatan kepala, panjang femur dan
LP akan dapat memberikan kontribusi menguatkan diagnosis hambatan pertumbuhan
intrauterin dan menetapkan beratnya atau tingkat gangguan pertumbuhan. DBP kepala
janin baik sekali sebagai alat bantu menetapkan usia kehamilan dalam trimester kedua
17
karena kesalahannya relatif sangat kecil pada waktu ini, dan terdapat korelasi yang
dekat sekali antara DBP dengan usia kehamilan, tetapi korelasi DBP dengan usia
kehamilan makin berkurang pada usia kehamilan yang lebih lanjut, semakin tua usia
kehamilan semakin kurang tepat usia kehamilan bila di ukur pada DBP. Pada pasien
yang diduga mengalami hambatan pertumbuhan intrauterin, pengukuran kepala janin
harus telah dimulai pada usia kehamilan 16 sampai 20 minggu, karena standar error
pengukuran DBP sekitar 2 mm dan pertumbuhan DBP sekitar 1,5 mm perminggu
dalam trimester terakhir, maka pengukuran DBP serial dalam trimester ketiga tidak
dapat memberi kontribusi yang baik untuk memantau hambatan pertumbuhan
intrauterin. (2)
Untuk maksud mendiagnosis hambatan pertumbuhan intrauterin lebih baik
dipergunakan perbandingan ukuran (ratio) antara Lingkar Kepala (LK) dan Lingkaran
Perut (LP) yang sekaligus dapat membedakan hambatan pertumbuhan intrauterin
simetris dan asimetris. Ratio LK/LP bertambah kecil semakin tua usia kehamilan. Pada
usia kehamilan sampai dengan 32 minggu LK >LP, pada usia kehamilan antara 32
minggu sampai 36 minggu ukuran keduanya sebanding LK = LP, dan setelah
kehamilan berusia 36 minggu keatas LK < LP. Jadi pada hambatan pertumbuhan
intrauterin asimetris terdapat ratio LK/LP lebih besar daripada yang seharusnya
menurut usia kehamilan.Bila diagnosis hambatan pertumbuhan intrauterin telah
ditegakkan, maka pengukuran DBP akan membantu memonitor pertumbuhan otak
janin dan mencegah disfungsi susunan saraf pusat yang terjadi bilamana pertumbuhan
DBF tidak bertambah lagi. (2,3)
2.7.3
18
dan janin yang sedang mengalami kegawatan, kehamilan perlu segera di terminasi.
Sebaliknya jika panjang kolom dari cairan ketuban berukuran > 8 cm merupakan tanda
polihidramnion.Pada cara II , uterus dibagi dalam 4 kuadran melalui bidang sagital dan
vertikal yang dibuat keduanya melalui pusat. Kolom cairan ketuban yang terpanjang
dari tiap kuadran di jumlahkan. Bila penjumlahan panjang kolom cairan ketuban < 5
cm merupakan tanda oligohidramnion, bila panjangnya berjumlah antara 18 20 cm
merupakan tanda polihidramnion. (2,4)
2.7.4
pengurangan aliran darah dalam tali pusat akibat resistensi vaskular dari plasenta.
Ditandai dengan tidak ada atau berbaliknya aliran akhir diastolik yang menunjukan
tahanan yang tinggi. Pada kelompok dengan rasio sistolik dan diastolik yang tinggi > 3
terdapat angka kesakitan dan kematian perinatal yang tinggi dan karenanya di anggap
sebagai indikasi untuk terminasi kehamilan. (1,3)
2.7.5
untuk maksud ini dapat dilakukan pemeriksaan contraction stress test atau uji beban
kontraksi setiap minggu dengan menginfus oksitosin atau merangsang puting susu ibu
untuk menghasilkan kontraksi pada uterus. Pemeriksaan non stress test atau uji tanpa
beban dua kali seminggu dikatakan lebih baik untuk memantau kesehatan janin. (2,4)
2.7.6
Uji biokimiawi
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan fungsi plasenta yang terutama bermanfaat
untuk mengetahui kesehatan janin pada keadaan maternal yang patologik yang telah
disertai oleh insufisiensi fungsi plasenta.Pemeriksaan kadar AFP ( alfa feto protein )
serum ibu dalam kehamilan berusia sekitar 16 minggu memperlihatkan bahwa nilai
tinggi sampai lebih dari pada dua kali lipat nilai rata-rata sering kali akan disertai oleh
kelainan preterm atau kemudian berkembang menjadi hambatan intrauterin. Misalnya
terjadi pada kasus solusio plasenta dini ( pada kehamilan 16 minggu) yang
menyebabkan perembesan AFP janin kedalam darah maternal sehingga kadarnya
dalam darah ibu menjadi tinggi. Kerusakan plasenta kemudian dapat menyebabkan
hambatan pada pertumbuhan janin.(2)
19
2.7.7
yang bertubuh kecil biasanya mempunya bayi yang lebih kecil. (1)
Aspirasi mekonium
Hipotermia
Hipoglikemia
Hipokalsemia dam hiponatremia
Trombositopenia
Polisitemia dan hiperbilirubinemia
Kematian perinatal
Karena perkembangan plasenta juga ikut terpengaruh yang secara anatomi menjadi
lebih kecil dan secara fisiologi fungsinya menjadi terganggu maka cadangan respirasi
atau oksigenasi menjadi berkurang. Sampel darah dari tali pusat yang diperoleh
sebelum kelahiran melalui kordosintesis seringkali menunjukan telah terjadi hipoksia
bahkan kadang-kadang telah terjadi asidosis pada janin. Kadar eritropoetin darah tali
pusat meningkat menandakanterjadinya hipoksia kronik pada janin. Bila dilakukan tes
oksitosin atau contraction test akan terlihat gambaran deselerasi lambat pada 30% janin
dan 50 % menderita hipoksia intrauterin pada waktu dalam persalinan karena kontraksi
uterus yang lebih kuat. Hipoksia janin yang cukup berat dapat menyebabkan tonus
sfingter ani janin melemah yang menyebabkan mekonium keluar kedalam ruang
amnion dan bercampur dengan cairan ketuban. Makin berat hipoksia makin lemah
tonus sfingter ani maka makin banyak mekonium yang terlepas sehingga risiko
terjadinya aspirasi mekonium semakin besar yang dapat menyebabkan kesulitan
pernapasan setelah lahir ( sindroma aspirasi mekonium ). (4.5)
Pada mulanya janin melakukan kompensasi terhadap kekurangan penyaluran
oksigen oleh plasenta dengan cara terjadinya polisitemia yang nyata sebagai respon
terhadap eritropoetin yang tinggi (sindrom hiperviskositas) dengan hematokrit yang >
65 %. Kemudian setelah kelahirannya bayi dapat mengalami problem trombosis
multiorgan, gagal jantung dan hiperbilirubinemia. (2,3)
20
pertumbuhan
intaruterin
mengalami
intelegensia
yang
berkurang
intrauterin
maka
kehamilan/persalinan
berisiko
menghendaki
21
22
23
c. DBF tidak bertambah lagi yang berarti otak janin berisiko tinggi mengalami
disfungsi.
8. Monitoring intrapartum
Dalam persalinan perlu dilakukan pemantauan terus menerus sebab fetus
dengan hambatan pertumbuhan intrauterin mudah menjadi hipoksia dalam
masa ini. Oligohidramnion bisa menyebabkan tali pusat terjepit sehingga
rekaman jantung janin menunjukkan deselerasi variabel. Keadaan ini diatasi
dengan memberi infus kedalam rongga amnion (amnioinfusion). Pemantauan
dilakukan dengan kardiotokografi kalau bisa dengan rekaman internal pada
mana
elektroda
dipasang
pada
kulit
kepala
janin
setelah
ketuban
BAB III
KESIMPULAN
NAION adalah bentuk yang paling sering dijumpai dari semua kasus AION
sekitar 90-95%. Terjadi pada usia rata rata 60 tahun. Penurunan pengelihatan dapat
statis atau ataupun progresif. Bentuk yang progresif ditemukan terjadi 22-37% dari
semua kasus NAION.
24
Gejala klasik pada NAION adalah kehilangan pengelihatan pada mata yang
terjadi secara tiba tiba, tanpa rasa sakit, paling sering pada pasien diatas usia 50 tahun.
Penurunan visus dapat mempengaruhi penglihatan sentral, perifer, ataupun keduanya.
Defisit bidang visual bervariasi, tetapi umumnya pasien datang dengan defek lapang
pandang superior atau inferior. Kehilangan pengelihatan yang paling sering dicatat
ketika bangun tidur.
Sampai saat ini, belum ada terapi yang efektif secara konsisten dalam
penanganan NAION. Ada beberapa terapi yang telah diteliti, mulai dari
medikamentosa dengan menggunakan diphenilhudantion, aspirin, kortikosteroid baik
sistemik maupun intravitreal, anti-VEGF dan eritropoetin. Terapi bedah antara lain
optic nerve sheath fenestration dan optic neurotomy. Dan juga terapi lainnya seperti
hiperbaric oksigen.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunninghan FG, Gant NF et al 2005 Obstetri Williams Vol 1/edisi 21. EGC, Jakarta,
2005
2. Chatelain F, 2010. Children Born With IUGR
3. Atkins, E. J., Bruce, B. B., Newman, N. J., & Biousse, V. (2010). Treatment of
nonarteritic anterior ischemic optic neuropathy. Survey of ophthalmology, 55(1), 47-63.
4.