You are on page 1of 5

Definisi Kerang Hijau

Kerang hijau merupakan organisme yang termasuk golongan biota yang bertubuh lunak
(mollusca), bercangkang dua (bivalvia), insang berlapis (lamellibrachiata), berkaki lapak
(pelecypoda) dan hidup dilaut (Asikin, 1982).
Kerang hijau (Perna viridis) merupakan salah satu jenis kerang yang digemari masyarakat,
memiliki nilai ekonomis dan kandungan gizi yang sangat baik untuk dikonsumsi, yaitu terdiri
dari 40,8 % air, 21,9 % protein, 14,5 % lemak, 18,5 % karbohidrat dan 4,3 % abu sehingga
menjadikan kerang hijau sebanding dengan daging sapi, telur maupun daging ayam, dari 100
gram daging kerang hijau ini mengandung 100 kalori.
Dalam reproduksinya, Hewan ini memiliki alat kelamin yang terpisah atau diocious,
bersifat ovipora yaitu memiliki telur dan sperma yang berjumlah banyak dan mikroskopik. Induk
kerang hijau yang telah matang kelamin mengeluarkan sperma dan sel telur kedalam air sehingga
bercampur dan kemudian terjadi pembuahan, telur yang telah dibuahi tersebut setelah 24 jam
kemudian menetas dan tumbuh berkembang menjadi larva kemudian menjadi spat yang masih
bersifat planktonik hingga berumur 15-20 hari kemudian benih/ spat tersebut menempel pada
substrat dan akan menjadi kerang hijau dewasa (Induk) setelah 5 6 bulan kemudian.
Budidaya kerang hijau banyak dilakukan masyarakat petambak sekarang ini, karena dalam
membudidaya kerang hijau ini banyak manfaat dan keuntungan yang akan diperolah. Apabila
ingin membudidaya kerang ini, maka ada beberapahal yang harus dipertimbangkan. Misalnya
saja lokasi, dalam pemilihan lokasi yang menjadi kawasan pengembangan budidaya kerang hijau
diharapkan memenuhi persyaratan :

Terlindung dari arus kencang

Terhindar dari fluktuasi kadar garam yang tinggi

Dasar perairan lumpur berpasir dan jauh dari pengaruh sungai besar

Banyak terdapat benih kerang hijau

Perairan subur / banyak mengandung unsur hara dan zat makanan

Bebas dari Pencemaran Limbah Industri yaitu logam berat seperti Tembaga (Cu),
Merkuri (Hg), Seng (Zn), Cadmium (Cd) dan Timah Hitam (Pb) serta air raksa (Hg) dan
bebas dari pencemaran limbah rumah tangga seperti limbah organik yang dapat
menyebabkan kritis oksigen terlarut dan mengandung banyak bakteri pathogen seperti
Salmonella, Echericia coli, Clostridium dan Shigella, kerang hijau yang tercemar bahan
pencemar diatas dapat membahayakan manusia yang mengkonsumsinya.

Perairan yang baik untuk lokasi budidaya adalah parameter: Suhu 27oC 37oC, pH 6-8,
Kecerahan 3,5-4m Kedalaman 5 -20 m.Salinitas 27-35ppt.

1.1.2.

Klasifikasi Kerang Hijau


Kerang hijau.
Klasifikasi kerang hijau menurut Thiele dalam Tan (1973) adalah :
Kelas

: Bivalvia

Sub kelas

: Filibrachia

Ordo

: Anysomyaria

Super Family : Mytilaceae


Family

: Mytilidae

Genus

: Mytilus Linnaeus 1758

Species

: Mytilus viridis Linnaeus 1758

1.2. Morfologi Kerang Hijau


Secara morfologi kerang hijau (Perna viridis L.) memiliki bentuk cangkang lonjong.
Bagian depannya cekung dan bagian belakangnya cembung bagian umbo atau bagian atasnya
lancip. Tinggi cangkang dua kali lebarnya (Asikin, 1982)
Cangkang bagian luar berwarna coklat dan hijau menyala pada bagian pinggiran
ventralnya. Semakin tua warna hijaunya semakin terdesak ketepian. Terdapat garis-garis
lengkung yang disebut garis pertumbuhan atau garis umur.
Cangkang kerang bagian dalam halus dan berwarna putih kepelangian (Asikin, 1982). Pada
permukaan bagian dalam cangkang kerang terdapat beberapa otot, yaitu otot adduktor posterior

yang berfungsi sebagai penutup kedua cangkang secara bersamaan, otot retractor anterior dan
posterior berfungsi untuk menarik kaki ke dalam cangkang dan otot protactor dan anterior yang
berfungsi untuk membantu menjulurkan kaki.
1.3. Definisi Indikator Pencemaran
Ditinjau dari segi ilmu kimia yang disebut pencemaran lingkungan adalah peristiwa penyebaran
bahan kimia dengan kadar tertentu yang dapat merubah keadaan keseimbangan pada daur materi,
baik keadaan struktur maupun fungsinya sehingga mengganggu kesejahteraan manusia.
Pencemaran lingkungan ini perlu mendapat penanganan secara serius oleh semua pihak, karena
pencemaran lingkungan dapat menimbulkan gangguan terhadap kesejahteraan kesehatan bahkan
dapat berakibat terhadap jiwa manusia..
Dalam kehidupan sehari-hari pada lingkungan tempat tinggal/ pemukiman, banyak
hilangnya keberadaan tanaman ataupun hewan yang semula ada menjadi berkurang atau bahkan
hilang, dipahami sebagai isyarat terjadinya perubahan di lingkungan yang mengarah terjadinya
pencemaran.
Menurut UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982, polusi atau
pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat energi, dan
atau komponen lain ke dalam lngkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan
manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya.
Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun disebabkan oleh alam
(misal gunung meletus, gas beracun). Ilmu lingkungan biasanya membahas pencemaran yang
disebabkan oleh aktivitas manusia, yang dapat dicegah dan dikendalikan.
Karena kegiatan manusia, pencermaran lingkungan pasti terjadi. Pencemaran lingkungan
tersebut tidak dapat dihindari. Yang dapat dilakukan adalah mengurangi pencemaran,
mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap
lingkungannya agar tidak mencemari lingkungan. Untuk mencegah terjadinya pencemaran
terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan
pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku
mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat
di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau
benda lainnya.
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat
suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makluk
hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan,
tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat memberikan efek merusak. Suatu zat dapat disebut
polutan apabila:
1. Jumlahnya melebihi jumlah normal

2. Berada pada waktu yang tidak tepat


3. Berada di tempat yang tidak tepat
Sifat polutan adalah :
1. Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak merusak
lagi.
2. Merusak dalam waktu lama.
Contohnya Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapi dalam jangka waktu yang
lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat yang merusak.
Berdasarkan medium fisik lingkungan tempat tersebarnya bahan kimia tersebut, maka
pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh bahan kimia dapat dibagi menjadi tiga jenis
pencemaran, yaitu:
1. Pencemaran tanah
2. Pencemaran udara
3. Pencemaran air
Perubahan keadaan bahan kimia yang tersebar dalam ketiga medium fisik lingkungan ini, baik
secara langsung maupun tidak dapat akan berpengaruh terhadap kesejahteraan hidup manusia
dan mahluk hidup lainnya. Pengaruh ini dapat terjadi dalam penggunaan: Medium air, untuk
keperluan minum, memasak, sebagai pembersih, untuk keperluan industri dan pertanian.
Medium tanah, untuk pertanian, tempat rekreasi, tempat olah raga, tempat tinggal dan
sebagainya. Medium udara, semua makhluk hidup memerlukan udara untuk bernafas, tanpa
udara di bumi ini tidak akan ada kehidupan
1.4. Pemanfaatn Kerang Hijau Sebagai Bioindikator pada Pencemaran Perairan
Kerang hijau telah banyak digunakan ilmuwan untuk memantau pencemaran perairan. Program
Mussel Watch yang dicanangkan oleh dunia internasional juga menggunakan jaringan lunak
dari kerang bivalvia untuk memantau polusi perairan (Gilikin et al., 2005). Alasan lainnya adalah
karena jenis ini merupakan biota yang dalam perkembangannya menetap pada suatu tempat,
berumur panjang, mudah didapatkan dan diidentifikasi, jumlahnya berlimpah dan mudah
diperoleh setiap tahunnya serta tahan terhadap fluktuasi kondisi alami lingkungannya dan polusi.
Dengan kata lain, bahwa kerang hijau ini memungkinkan untuk dipakai sebagai indikator
pencemaran suatu lokasi perairan (Sanusi et al., 1985).
Penggunaan cangkang kerang hijau sebagai indikator pencemar, khususnya logam berat sudah
banyak dipakai (Yap, 2003). Bobot cangkang, panjang cangkang dan bobot daging merupakan
penanda biologis (biomarker) pencemaran timbal di Kamal Muara, Teluk Jakarta. Kelainan

morfologi yang terdapat pada kerang hijau juga menunjukkan bahwa hewan ini dapat
menjadikan indikator pencemaran timbal di lingkungan. Abnormalitas ini diduga disebabkan
oleh konsentrasi timbal organik yang melebihi baku mutu (Kencono, 2006).
Menurut Roberts (1976), kelas bivalvia telah banyak digunakan oleh ahli ekologi dalam
menganalisis pencemaran perairan. Hal ini dikarenakan sifatnya menetap dan cara makannya
pada umumnya bersifat filter feeder, sehingga mempunyai kemampuan untuk mengakumulasi
bahan-bahan polutan seperti bakteri dan logam berat.
Nilai kandungan berat (Hg, Pb dan Cr) yang ada pada kerang hijau lebih tinggi dibanding pada
kolom air dan sedimen. Hal ini disebabkan kerang hijau mempunyai kemampuan untuk
mengakumulasi logam berat di dalam tubuhnya. Sifat hidupnya yang sessil dan filter feeder,
mengakibatkan kerang hijau dapat menyerap logam berat di kolom air dan sedimen melalui
proses makan memakan. Hal ini terlihat dari nilai faktor konsentrasi yang telah disebutkan di
atas, dalam hal ini kerang hijau mampu menyerap logam berat di kolom air hingga ratusan kali
dan bahkan untuk logam berat Pb dan Cr menunjukkan nilai hingga ribuan kali, yang artinya
mempunyai tingkat akumulatif yang tinggi terhadap kedua logam tersebut. Kecenderungan
kerang hijau untuk menyimpan atau mengakumulasi logam berat dapat berlangsung dalam
jangka waktu yang lama yakni bisa berlangsung selama hidupnya. Hal ini juga dipengaruhi oleh
proses fisiologis dalam tubuh kerang hijau itu sendiri. Dalam proses metabolisme tubuhnya akan
mengolah atau mentransformasi setiap bahan racun (log am berat) yang masuk, sehingga akan
mempengaruhi daya racun atau toksisitas bahan tersebut (logam berat). Logam berat yang telah
mengalami bio-transformasi dan tidak dapat diekskresikan atau dikeluarkan oleh tubuh
umumnya akan tersimpan dalam organ-organ t ertentu seperti hepatopankreas, ginjal dan gonad.
Faktor ukuran kerang hijau juga dapat mempengaruhi kandungan logam berat di dalam tubuh
organisme (Lampiran 2). Berdasarkan data yang didapat selama penelitian ini terlihat adanya
kecenderungan peningkatan kandungan logam berat dari ukuran kecil (< 4 cm) sampai dengan
ukuran besar (> 6 cm ). Hal ini disebabkan kerang hijau mempunyai kemampuan untuk
menyerap logam di lingkungan perairan tempat biota tersebut hidup. Semakin besar ukuran
tubuhnya (makin tua) maka kandungan logam berat dalam tubuh juga akan semakin meningkat.
Terjadinya peningkatan ini disebabkan logam berat yang masuk dalam tubuhnya akan terus
diakumulasi. Pada ukuran kerang besar (> 6 cm) dan sedang (4- 6 cm) kandungan logam berat
untuk logam berat Pb dan Cr sudah sedemikian tingginya dan sudah melampaui batas yang
diperbolehkan untuk dikonsumsi oleh manusia. Menurut Suwirma et. al (1981) standarisasi
kandungan logam berat pada ikan dan hasil perikanan lainnya, yaitu untuk logam berat Hg 0,5
mg/l, Pb 2,0 mg/l dan Cr 0,4 mg/l. Dengan melihat standar tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
untuk logam Hg pada semua ukuran kerang hijau masih dibawah ambang batas yang
diperbolehkan untuk dikonsumsi. Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa tingk at toksisitas
logam Hg lebih bersifat toksik dari logam lainnya dan bila terakumulasi dalam tubuh manusia
dapat mengakibatkan keracunan akut maupun kronis (Darmono, 1995)

You might also like