Professional Documents
Culture Documents
PADA PEREMPUAN
September 22, 2013 pada 3:46 pm (Uncategorized)
1. A. Faktor-Faktor Kerentanan Penularan HIV/AIDS Pada Perempuan
2. Kerentanan biologis
Saat berhubungan seks, perempuan memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terinfeksi
HIV. Kemungkinan penularan HIV dari Laki-laki kepada perempuan 2-4 kali lebih besar
daripada penularan HIV dari perempuan kepada laki-laki. Hal ini disebabkan karena perempuan
memiliki selaput mukosa yang lebih luas sehingga mudah mengalami luka/iritasi. Selain itu
perempuan adaah pihak yang menampung air mani, sedangkan kandungan HIV yang terdapat
dalam air mani lebih banyak jumlahnya daripada HIV dalam cairan vagina. Perempuan muda
dan perempuan post-menopouse lebih rentan untuk tertular karena memiliki mukosa vagina yang
lebih tipis sementara jumlah cairan vaginanya lebih sedikit.
1. Ketidaksetaraan gender
Ketidaksetaraan gender yang berlaku di masyarakat dapat menyebabkan timbulnya masalah
sosial, budaya, ekonomi, dll. Perempuan tidak memiliki kekuasaan untuk menolak hubungan
seksual. Perempuan juga berperan pasif dalam hubungan seksual, sehingga keputusan mengenai
penggunaan kondom menjadi haknya laki-laki. Tingkat pendidikan perempuan di Indonesia tidak
tinggi. Kemampuan remaja perempuan untuk mencari informasi mengenai seks pun dibatasi oleh
norma-norma sosial. Akibatnya, perempuan tidak mendapat informasi yang cukup mengenai
reproduksi dan seks.
1. Kemiskinan
Kemiskinan mendorong timbulnya prostitusi dan perdagangan anak (terutama remaja putri).
Kemiskinan juga dapat menyebabkan perempuan menjadi pekerja migran/TKW yang merupakan
kelompok yang rentan tertular HIV. Kemiskinan pun dapat mendorong perempuan dan remaja
putri menerima pekerjaan apa saja, walaupun terkadang mengancam martabat dan kesehatan
mereka (termasuk tertular HIV).
terjadinya kekerasan, dapat mencegah perempuan untuk mempelajari atau mengetahui status
HIV-nya serta mendapatkan akses pada pelayanan HIV/AIDS.
1. B.
Pencegahan penularan
Melihat berbagai metode penularan dan perilaku berisiko yang dapat menularkan HIV, maka kita
dapat melakukan pencegahan penularan HIV dengan berbagai cara sederhana sebagai berikut :
1. Berperilaku seks yang aman (Abstinen, saling setia dengan satu pasangan, melakukan
seks dengan menggunakan kondom)
2. Mencegah penularan melalui alat-alat tercemar dengan prinsip universal
precaution/kewaspadaan universal
3. Pencegahan pada transfusi darah dengan skrining donor
4. C. Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduktif
Untk menghindari penularan HIV digunakan konsep ABCDE yang terdiri dari
1. A (Abstinence): Absen seks atau tidak melakukan hubungan seksual bagi orang yang
belum menikah
2. B (Be Faithful): Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak berganti-ganti)
3. C (Condom): Cegah dengan kondom. Kondom harus dipakai oleh pasangan apabila salah
satu atau keduanya diketahui terinfeksi HIV
4. D (Drug No): Dilarang menggunakan napza, terutama napza suntik dengan jarum bekas
secara bergantian
5. E (Education): Pendidikan seks, yang dapat dilakukan melalui penyuluhan
6. D. Upaya Pencegahan Primer
Upaya pencegahan primer dilakukan dengan melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain:
1. Menyebarluaskan informasi mengenai HIV/AIDS
Meningkatkan kesadaran perempuan untuk menghindari penularan HIV dan IMS perlu
dilakukan. Hal ini dilaksanakan dengan cara menjelaskan manfaat konseling dan melakukan tes
HIV secara sukarela.
1. Mengadakan penyuluhan HIV/AIDS secara berkelompok
Penyuluhan dilaksanakan untuk memberi informasi tentang pengurangan risiko penularan
HIV dan IMS, termasuk penggunaan kondom. Selain itu, dalam hal ini perempuan dapat
mempelajari bagaimana bernegoisasi seks yang aman dengan pasangannya masing-masing.
1. Mobilisasi masyarakat untuk membantu masyarakat mendapatkan akses terhadap
informasi tentang HIV/AIDS.
Upaya ini dilaksanakan dengan melibatkan petugas lapangan, seperti: kader PKK, bidan, dan
lainnya untuk memberikan informasi pencegahan HIV dan IMS kepada masyarakat, serta untuk
membantu klien mendapatkan akses layanan kesehatan.
1. Konseling untuk perempuan HIV negatif
Ibu hamil yang hasil tesnya HIV negatif perlu didukung agar status dirinya tetap HIV negatif,
serta menganjurkan agar pasangannya menjalani tes HIV. Dengan demikian, apabila pasangan
ibu memiliki status HIV positif dapat dilakukan konseling untuk mencegah penyebaran HIV
serta memberi pengobatan yang berkesinambungan.
1. Layanan kesehatan ibu dan anak yang bersahabat untuk pria
Tujuan dibuatnya layanan kesehatan ibu dan anak yang bersahabat untuk pria adalah agar
mudah diakses oleh suami / pasangan ibu hamil. Selain itu, dalam layanan ini dapat dilakukan
kegiatan kunjungan pasangan pada kunjungan ke layanan kesehatan ibu dan anak.
1. E.
Apabila status HIV perempuan dan pasangannya sama-sama positif, sarankan untuk selalu
menggunakan kondom saat berhubungan seksual untuk mencegah bertukarnya virus HIV.
Apabila salah satu terinveksi HIV, pastikan perempuan dan pasangannya agar sama-sama
setia, membatasi jumlah pasangan seksual, menggunakan kondom saat berhubungan seks
penetrasi dan oral, mengenali adanya IMS dan menghindari seks jika anda atau pasangan sedang
mengalami IMS.
1. F.
Penggunaan Kondom
Penggunaan kondom sangat dianjurkan, khususnya pada kelompok dengan prilaku berisiko
tinggi. Salah satu contohnya adalah pada wanita pekerja seksual (WPS). Keuntungan yang dapat
diperoleh dari penggunaan kondom adalah mudah didapat, murah dan efektif dalam mencegah
penularan HIV atau IMS lainnya. Kondom digunakan hanya ketika akan berhubungan seks,
tanpa perlu terus menggunakannya sepanjang hari. Selain itu, kondom tidak mengganggu
kesuburan, tidak mengurangi produksi ASI, tidak menimbulkan gangguan metabolisme, dan
efektivitasnya cukup tinggi. Penggunaan kondom mungkin dapat mempengaruhi sensasi seks,
tapi ada beberapa pasangan yang meyakini seks masih terasa menyenangkan. Ini dibuktikan
dengan penggunaan kondom yang juga dapat memperlambat terjadinya ejakulasi dibandingkan
tidak menggunakannya.
1. G. Kondom
2. Manfaat penggunaan kondom
Manfaat dari penggunaan kondom adalah
1. mencegah penularan HIV dan infeksi menular seksual.
2. mencegah kehamilan.
3. digunakan bersama-sama dengan metode KB lainnya (kecuali kondom untuk lawan jenis)
untuk perlindungan tambahan dalam mencegah kehamilan.
4. dapat digunakan sebagai backup untuk metode KB lainnya (contohnya pada seorang
perempuan yang lupa minum pil KB atau terlambat menerima suntik KB).
5. Kondom pria
Kondom pria merupakan sebuah sarung karet yang menutupi penis selama berhubungan seks.
Kondom ini mudah diperoleh karena dijual secara bebas di toko, apotek, atau klinik kesehatan.
Kondom mudah dgunakan sehingga hampir semua pria dewasa dapat menggunakannya. Pria
yang memiliki alergi terhadap lateks saja yang tidak dapat meggunakan kondom. Cara
menggunakan kondom pria adalah sebagai berikut.
1. Sebelum kelamin bersentuhan dengan kelamin/dubur/mulut, tempatkan kondom di ujung
penis yang sudah mengeras.
2. Buka gulungan kondom langsung ke bawah sampai menuju dasar batang penis.
3. Setelah air mani keluar, tahan pinggiran kondom supaya kondom tidak bergerak.
4. Segera keluarkan penis dari vagina.
5. Buka kondom saat penis masih mengeras.
6. Jangan tumpahkan air mani di mulut vagina atau dubur.
7. Ikat dan buang kondom yang sudah dipakai pada tempat yang aman.
14. Jika kondom sering bocor, mungkin kondom rusak atau sudah terlalu lama, coba gunakan
air/pelican berbahan dasar air diluar kondom
15. Simpan kondom jauh dari sinar matahari langsung dan panas, karena cahaya matahari
dan panas dapat membuat kondom rapuh dan mudah bocor
16. Pastikan bahwa persediaan kondom mencukupi, tambah persediaan kondom sebelum
habis
17. Kondom wanita
Kondom wanita merupakan sebuah sarung plastik longgar yang dimasukkan ke dalam vagina
sebelum berhubungan seks. Walaupun harganya lebih mahal, lebih sulit didapat, dan mungkin
kurang efektif jika dibandingkan dengan kondom pria, namun tidak ada kondisi medis yang akan
membatasi pemakaian kondom wanita. Hal ini disebabkan karena kondom wanita terbuat dari
plastik yang tidak menimbulkan reaksi alergi. Cara menggunakan kondom wanita adalah:
1. Pilih posisi yang nyaman untuk memasang kondom (jongkok, mengangkat satu kaki,
duduk, atau berbaring)
2. Jepit cincin dalam dengan jari, lalu masukkan ke dalam vagina
3. Masukkan jari telunjuk ke bagian dalam kondom, lalu dorong cincin dalam sejauh
mungkin
4. Pastikan bahwa cincin luar tetap berada di luar vagina dan kondom tidak terpelintir
5. Pastikan penis masuk ke dalam kondom dan tetap berada di dalam kondom selama
hubungan seks
6. Setelah hubungan seks selesai, perempuan harus menjauhi pasangannya dan menjaga
agar air mani tidak tumpah ke dalam vagina
Dalam pendidikan formal di lingkungan SMP dan SMA diperlukan pendidikan kesehatan
reproduksi. Pendidikan Kesehatan Reproduksi dimasukan sebagai salah satu ekstrakurikuler
yaitu KSPAN (Kelompok Siswa Peduli Aids dan Narkoba). KSPAN ini juga merupakan salah
satu cara untuk mengurangi jumlah penularan AIDS. Tujuan program didalam KSPAN ini
adalah memberi kesempatan kepada siswa-siswi untuk mengembangkan diri sendiri sesuai
dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik dalam hal
kegiatan Kesehatan Reproduksi Remaja dan konseling serta penangulangan HIV AIDS dan
Narkotika khususnya KSPAN, yaitu :
1. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik,pola hidup
sehat dan kebugaran.
2. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam penanggulangan dan penanganan
masalah-masalah sosial yang berkaitan dengan perilaku seksualitas dan perilaku sosial
negatif lainnya
3. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang
terkandung di dalam materi KSPAN.
Program KSPAN bisa disusun setiap awal tahun pelajaran, oleh tim pembina KSPAN dengan
memperhatikan hasil evaluasi pelaksanaan program sebelumnya. Secara garis besarnya program
tersebut terdiri dari:
1. Membentuk pengurus dan merekrut anggota baru,
2. Melaksanakan kegiatan KSPAN secara rutin seminggu sekali melalui kegiatan ekstra
kurikuler,
3. Memberikan pembinaan pada saat upacara bendera
4. Pembuatan poster, majalah dinding dan artikel/karya tulis tentang HIV/AIDS, Narkoba
5. Memasang spanduk dan slogan-slogan
6. Mengadakan lomba poster,Mading , karikatur tentang narkoba dan AIDS
7. Mengikuti lomba poster , mading , karikatur
8. Melaksanakan ceramah tentang narkoba, HIV / AIDS, kenakalan remaja, pembinaan
keagamaan dari intansi terkait
9. Mengikuti lomba cerdas cermat tentang narkoba dan HIV/AIDS
10. Mengadakan sidak tiap-tiap kelas dengan waktu yang tidak ditentukan
11. Melaksanakan kegiatan tutor sebaya, simulasi tentang HIV/AIDS dan Narkoba, serta
mengintegrasikan pelaksanaan program KSPAN pada mata pelajaran (IPA, PKn,
Penjaskes, Agama) maupun pada ekstrakurikuler lainnya seperti Yoga asanas.
Pelaksanaan Program KSPAN ditinjau dari segi waktu pelaksanaannya terdiri dari dua jenis
yaitu:
1. Kegiatan yang terlaksana secara rutin setiap minggu sekali melalui kegiatan ekstra
kurikuler oleh pembina dan hanya melibatkan pihak internal sekolah, mengacu pada
program kegiatan ekstrakurikuler yang telah disusun. Dalam melaksanakan kegiatan
KSPAN secara internal meliputi:
1)
2)
Pembinaan siswa melalui Upacara Bendera yang dilaksanakan setiap hari senin dan sabtu.
9)
10) Melaksanakan inspeksi mendadak (sidak) di semua setiap saat sesuai keperluan dengan
melibatkan pembina KSPAN, OSIS dan petugas 9K.
1. Kegiatan yang terlaksana secara periodik maupun insidentil, melibatkan pembina dan
warga sekolah lainnya sesuai keperluan adapun kegiatan tersebut adalah:
1) Memberikan ceramah kepada semua siswa tentang HIV/AIDS, Narkoba, kenakalan remaja,
kesehatan reproduksi, keagamaan, dan kesehatan umum dengan mengundang narasumber yang
relevan.
2)
3)
Selain itu, ada juga edukasi di kalangan mahasiswa yang biasa disebut dengan PIK-KRR (Pusat
Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja). PIK-KRR adalah suatu wadah
kegiatan program KRR yang dikelola dari,oleh, dan untuk remaja
guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang kesehatan reproduksi remaja serta
kegiatan-kegiatan penunjang lainnya. Ruang lingkup PIK-KRR meliputi aspek-aspek kegiatan
pemberian informasi KRR, keterampilan kecakapan hidup (life skills), pelayanan konseling,
rujukan, pengembangan jaringan dan dukungan, dan kegiatan-kegiatan pendukung lainnya sesuai
dengan ciri dan minat remaja.
Dalam upaya mencapai tujuan pengembangan dan pengelolaannya PIK-KRR, maka PIK-KRR
dikembangkan melalui 3 tahapan yaitu : tahap tumbuh, tahap tegak, dan tahap tegar. Masingmasing tahapan proses pengembangan dan pengelolaan tersebut didasarkan pada:
a. Materi dan isi pesan (assets) yang diberikan
b. Ciri-ciri kegiatan yang dilakukan
c. Dukungan dan jaringan (resources) yang dimiliki.
Sasaran yang terkait dengan pembentukan, pengembangan, pengelolaan, pelayanan dan
pembinaan PIK-KRR, sebagai berikut.
1)
Pembina
Pembina PIK-KRR adalah seseorang yang mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap masalahmasalah remaja, memberi dukungan dan aktif membina PIK-KRR, baik yang berasal dari
Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau organisasi pemuda/remaja lainnya,
seperti : Kepala Desa/Lurah, Camat, Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah Keluarga Berencana
(SKPDKB), Bupati/Walikota, Kepala BKKBN Propinsi, PLKB/PKB, Guru, Tokoh
Masyarakat/Tokoh Agama, Bidan, Pengelola KB Kecamatan, Rektor/Kepala Sekolah/Pimpinan
Pondok Pesantren, Pimpinan lembaga/institusi lain yang terkait (Pramuka, Organisasi
keagamaan, dan lain lain).
2)
Pengelola
Pengelola PIK-KRR adalah pemuda/remaja yang punya komitmen dan mengelola langsung PIKKRR serta telah mengikuti pelatihan dengan mempergunakan Modul dan kurikulum standard
yang telah disusun oleh BKKBN. Pengelola PIK-KRR terdiri dari Ketua, Bidang Administrasi,
Bidang Program dan kegiatan, Pendidik sebaya dan konselor sebaya.
3)
Sasaran
Dalam rangka pembentukan PIK-KRR, pihak-pihak terkait (stakeholders) yang menjadi sasaran
antara lain :
a)
b)
pelayanan konseling dan rujukan KRR untuk mewujudkan tegar remaja dalam rangka
tercapainya keluarga kecil bahagia sejahtera.
1. Puskesmas
Berkaitan dengan penanggulangan penyakit menular (P2M), maka Dinas Kesehatan bertugas
mengembangkan segala potensi yang ada untuk menjalin kemitraan dan kerja sama semua pihak
yang terkait serta memfasilitasi Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dalam pelaksanaan
manajemen program yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta
mengupayakan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana).
Selain itu dalam mengatasi hambatan yang dihadapi dan dengan menyesuaikan tugas pokok dan
fungsi serta uraian kegiatan program P2M, maka strategi operasional yang dilakukan dalam
penanggulangan pemberantasan penyakit menular diantaranya melalui :
1. Pemantapan kelembagaan unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta
dalam penanggulangan penyakit menular dengan strategi DOTS.
2. Peningkatan mutu pelayanan di semua unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun
swasta.
3. Penggalangan kemitraan dengan organisasi profesi, lintas sektoral, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), institusi pendidikan, dan lain-lain.
4. Pemberdayaan masyarakat dalam rangka mendorong kemandiriannya untuk mengatasi
masalah TBC.
5. Penelitian dan pengembangan melalui penelitian lapangan atau kerja sama dengan
institusi pendidikan, LSM, organisasi profesi dan lain-lain dalam upaya penanggulangan
penyakit menular.
Sedangkan kegiatan yang dilakukan program P2M di Dinas Kesehatan Propinsi adalah :
1)
2)
3)
4)
5) Meningkatkan peran Lapas dalam penemuan penderita; Meningkatkan peran serta PKK,
Muhammadiyah/ Aisyiah/ Fatayat/ NU.
6)
Seksi Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Menular (Seksi P3M) adalah yang bertanggung
jawab dan mempunyai tugas menyediakan bahan rencana dan program kerja, pelaksanaan,
pelayanan, fasilitasi teknis, pemantauan dan evaluasi, pelaporan bidang Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit Menular dan Pemutusan Mata Rantai Penularan melalui Pemberantasan
Vektor.10 Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular yang dilaksanakan oleh
seksi P2M meliputi beberapa program yaitu program HIV/ AIDS, TBC, Malaria, Demam
Berdarah Dengue (DBD), Kusta, Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), Diare, dan Kecacingan
(filariasis). Pada struktur organisasi Dinas Kesehatan, lintas program yang terkait dengan
program P2M adalah :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g) Selain itu program P2M juga terkait dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan
dan Laboratorium Kesehatan.
Berikut Uraian Tugas dan Rincian Kegiatan Program P2M seksi Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Menular, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
3)
4) Melakukan koordinasi dengan Labkesda/ Lintas program/ Lintas sektor/ LSM yang terkait
dengan program P2M
5) Menyelenggarakan pertemuan dengan lintas program / Lintas Sektor dan LSM untuk
mendukung program P2M
6)
Melaksanakan fasilitasi teknis program P2M ke puskesmas, kabupaten/ kota, BP4 dan RS.
7)
8)
9)