Professional Documents
Culture Documents
Berat zat
terlarut (gr)
1,000
2,000
Fenol
(C6H5OH)
3,000
Volume
pelarut
(ml)
10,000
13,000
16,00
10,000
13,000
16,000
19,000
22,000
25,000
10,000
13,000
16,000
19,000
22,000
25,000
28,000
31,000
Temperatur
Jernih (C)
Keruh (C)
51
48
45
60
55
55
53
49
49
65
65
62
60
57
55
49
45
32
35
30
52
50
40
43
40
30
57
55
55
55
51
45
36
31
Tabel 4.2 Tabel Hasil Percobaan dengan Menggunakan Pelarut Air Mineral
Prim-a
Sampel
Fenol
(C6H5OH)
Berat zat
terlarut (gr)
2,000
Volume
pelarut
(ml)
10,000
13,000
16,000
19,000
22,000
Temperatur
Jernih (C)
Keruh (C)
57
54
48
39
33
50
49
42
34
29
4.2
45,256 C. Pada run II dengan sampel Fenol sebanyak 2 gram diperoleh data
temperatur jernih untuk volume 11,892 ml, 14,892 ml, 17,892 ml, 20,892 ml,
23,892 ml, dan 26,892 ml sebesar 60 C, 55 C, 55 C, 53 C, 49 C, dan 49 C
dengan regresi sebesar 60,011 C, 56,138 C, 53,556 C, 51,712 C, 50,329 C,
dan 49,254 C. Pada run III dengan sampel Fenol sebanyak 3 gram diperoleh
data temperatur jernih untuk volume larutan 12,838 ml, 15,838 ml, 18,838 ml,
21,838 ml, 25,838 ml, 27,838 ml, 30,838 ml, dan 33,838 ml sebesar 65 C, 65
C, 62 C, 60 C, 57 C 55 C, 49 C, dan 45 C dengan regresi sebesar 69,109
C, 63,419 C, 59,526 C, 56,695 C, 54,543 C, C 52,852 C, 51,489 C, dan
50,366 C.
Kebanyakan zat terlarut mempunyai kelarutan yang terbatas pada
sejumlah solvent tertentu dan pada temperatur tertentu pula. Temperatur dari
solvent memiliki efek yang besar dari zat yang telah larut. Untuk kebanyakan
padatan terlarut pada liquid, kenaikan temperatur akan berdampak pada
kenaikan kelarutan. Temperatur berbanding terbalik dengan volume. Untuk
melarutkan suatu zat, apabila volume pelarut bernilai kecil maka nilai suhu
harus dinaikkan. Ini bertujuan untuk mempercepat kelarutan suatu zat
(Rahman, 2012).
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai
dengan teori di mana semakin besar suatu volume larutan, semakin rendah
temperaturnya.
Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu Fenol
pada run I, II, dan III dengan massa 1 gram, 2 gram, dan 3 gram. Analisa
regresi adalah analisis statistik yang mempelajari bagaimana membangun
sebuah model fungsional dari data untuk dapat menjelaskan ataupun
meramalkan suatu fenomena alami atas dasar fenomena yang lain (Rahmatina,
2011). Jadi dalam grafik percobaan kurva kelarutan ini fungsi dari grafik
regresi dibuat untuk memprediksi kurva percobaan. Dan dapat kita lihat pada
grafik bahwa kurva regresi untuk Fenol mendekati hasil kurva Fenol pada
percobaan dan sesuai dengan teori.
4.2.2 Hubungan Temperatur Keruh Terhadap Volume Larutan
Berikut adalah grafik yang menunjukkan hubungan temperatur keruh
terhadap volume larutan :
pada suhu, tekanan dan pH larutan. Secara luas kelarutan suatu zat pada pelarut
tertentu merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan dengan cara
menambahkan sedikit demi sedikit solut pada pelarut sampai solut tersebut
mengendap (tidak dapat larut lagi) (Purwanto, 2011).
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam sejumlah
tertentu larutan. Secara fisika konsentrasi dapat dinyatakan dalam % (persen)
atau ppm (part per million) = bpj (bagian per juta). Dalam kimia, konsentrasi
larutan dinyatakan dalam molar (M), molal (m) atau normal (N) (Rhomdhoni,
2012). Jadi, semakin besar persen berat sampel, akan semakin tinggi
temperatur.
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai
dengan teori. Semakin besar persen massa sampelnya, semakin besar pula
temperaturnya.
Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu Fenol
pada run I, II, dan III dengan massa 1 gram, 2 gram, dan 3 gram. Analisa
regresi adalah Analisis statistik yang mempelajari bagaimana membangun
sebuah model fungsional dari data untuk dapat menjelaskan ataupun
meramalkan suatu fenomena alami atas dasar fenomena yang lain (Rahmatina,
2011). Jadi dalam grafik percobaan kurva kelarutan ini fungsi dari grafik
regresi dibuat untuk memprediksi kurva percobaan. Dan dapat kita lihat pada
grafik bahwa kurva regresi untuk Fenol mendekati hasil kurva Fenol pada
percobaan dan sesuai dengan teori.
run II dengan sampel Fenol sebanyak 2 gram diperoleh data temperatur jernih
untuk nilai kelarutan 1,787 M, 1,427 M, 1,188 M, 1,017 M, 0,889 M, dan 0,790
M sebesar sebesar 60 C, 55 C, 55 C, 53 C, 49 C, dan 49 C dengan regresi
sebesar 60,011 C, 56,138 C, 53,556 C, 51,712 C, 50,329 C, dan 49,254
C.. Pada run III dengan sampel Fenol sebanyak 3 gram diperoleh data
temperatur jernih untuk nilai kelarutan 2,483 M, 2,013 M, 1,692 M, 1,460 M,
1,234 M, 1,145 M, 1.034 M, dan 0,942 M sebesar 65 C, 65 C, 62 C, 60 C,
57 C 55 C, 49 C, dan 45 C dengan regresi sebesar 69,109 C, 63,419 C,
59,526 C, 56,695 C, 54,543 C, C 52,852 C, 51,489 C, dan 50,366 C.
Pengaruh temperatur tergantung dari panas pelarutan. Bila panas
pelarutan (H) negatif, daya larut turun dengan naiknya temperatur. Bila panas
pelarutan (H) positif, daya larut naik dengan naiknya temperatur. Kelarutan
didefinisikan sebagai jumlah maksimum zat terlarut yang akan melarut dalam
sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu. Untuk kebanyakan zat, suhu
mempengaruhi kelarutan. Umumnya kelarutan zat padat dalam cairan
bertambah dengan naiknya suhu, karena kebanyakan proses pembentukan
larutannya bersifat endoterm (Cahyono, 2011).
Menurut Vant Hoff, pengaruh temperatur terhadap kelarutan dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Ln S/T = H/RT2
Dimana :
S = Kelarutan (mol/100 per gram pelarut)
H = Kalor pelarutan
RT= Tetapan gas umum
T = Suhu(kelvin)
Jika kalor pelarutan adalah positif, menurut Vant Hoff makin tinggi
temperatur maka makin banyak zat yang larut dan sebaliknya (Purwanto,
2011). Suhu akan mempengaruhi kelarutan. Jika proses solusi menyerap energi
maka suhu meningkatkan kelarutan akan meningkat. Umumnya, sebuah
peningkatan suhu larutan meningkatkan kelarutan dari zat terlarut padat (Patil,
dkk., 2011).
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai
dengan teori di mana terjadi kenaikan kelarutan ketika temperatur semakin
besar.
Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu Fenol
pada run I, II, dan III dengan massa 1 gram, 2 gram, dan 3 gram. Analisa
regresi adalah Analisis statistik yang mempelajari bagaimana membangun
sebuah model fungsional dari data untuk dapat menjelaskan ataupun
meramalkan suatu fenomena alami atas dasar fenomena yang lain (Rahmatina,
2011). Jadi dalam grafik percobaan kurva kelarutan ini fungsi dari grafik
regresi dibuat untuk memprediksi kurva percobaan.
4.2.6 Hubungan Temperatur Keruh Terhadap Kelarutan
Berikut adalah grafik yang menunjukkan hubungan temperatur keruh
terhadap persen massa sampel :
sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu. Untuk kebanyakan zat, suhu
mempengaruhi kelarutan. Umumnya kelarutan zat padat dalam cairan
bertambah dengan naiknya suhu, karena kebanyakan proses pembentukan
larutannya bersifat endoterm (Cahyono, 2011).
Menurut Vant Hoff, pengaruh temperatur terhadap kelarutan dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Ln S/T = H/RT2
2012). Jadi, semakin besar persen berat sampel, akan semakin tinggi
temperatur.
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai
dengan teori. Semakin besar persen massa sampelnya, semakin besar pula
temperaturnya.
Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu Fenol
pada run IV dengan massa 4 gram. Analisa regresi adalah analisis statistik yang
mempelajari bagaimana membangun sebuah model fungsional dari data untuk
dapat menjelaskan ataupun meramalkan suatu fenomena alami atas dasar
fenomena yang lain (Rahmatina, 2011).
4.3.5 Hubungan Temperatur Jernih Terhadap Kelarutan
Berikut adalah grafik yang menunjukkan hubungan temperatur jernih
terhadap kelarutan :
Dimana :
S = Kelarutan (mol/100 per gram pelarut)
H = Kalor pelarutan
RT= Tetapan gas umum
T = Suhu(kelvin)
Jika kalor pelarutan adalah positif, menurut Vant Hoff makin tinggi
temperatur maka makin banyak zat yang larut dan sebaliknya (Purwanto,
2011). Suhu akan mempengaruhi kelarutan. Jika proses solusi menyerap energi
maka suhu meningkatkan kelarutan akan meningkat. Umumnya, sebuah
peningkatan suhu larutan meningkatkan kelarutan dari zat terlarut padat (Patil,
dkk., 2011).
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai
dengan teori di mana terjadi kenaikan kelarutan ketika temperatur semakin
besar.
Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu Fenol
pada run IV dengan massa 4 gram. Analisa regresi adalah analisis statistik yang
mempelajari bagaimana membangun sebuah model fungsional dari data untuk
dapat menjelaskan ataupun meramalkan suatu fenomena alami atas dasar
fenomena yang lain (Rahmatina, 2011). Jadi dalam grafik percobaan kurva
kelarutan ini fungsi dari grafik regresi dibuat untuk memprediksi kurva
percobaan.
Menurut Vant