You are on page 1of 23

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Percobaan dengan Pelarut Aquadest
Tabel 4.1 Tabel Hasil Percobaan dengan Menggunakan Pelarut Aquadest
Sampel

Berat zat
terlarut (gr)
1,000

2,000
Fenol
(C6H5OH)

3,000

Volume
pelarut
(ml)
10,000
13,000
16,00
10,000
13,000
16,000
19,000
22,000
25,000
10,000
13,000
16,000
19,000
22,000
25,000
28,000
31,000

Temperatur
Jernih (C)

Keruh (C)

51
48
45
60
55
55
53
49
49
65
65
62
60
57
55
49
45

32
35
30
52
50
40
43
40
30
57
55
55
55
51
45
36
31

Tabel 4.2 Tabel Hasil Percobaan dengan Menggunakan Pelarut Air Mineral
Prim-a
Sampel

Fenol
(C6H5OH)

Berat zat
terlarut (gr)

2,000

Volume
pelarut
(ml)
10,000
13,000
16,000
19,000
22,000

Temperatur
Jernih (C)

Keruh (C)

57
54
48
39
33

50
49
42
34
29

4.2

Pembahasan untuk Fenol dalam Pelarut Aquadest


4.2.1 Hubungan Temperatur Jernih Terhadap Volume Larutan
Berikut adalah grafik yang menunjukkan hubungan temperatur jernih
terhadap volume larutan :

Gambar 4.1 Hubungan Temperatur Jernih Terhadap Volume Larutan


Gambar 4.1 menunjukkan hubungan temperatur jernih terhadap volume
larutan yang diperoleh dari hasil percobaan. Dapat dilihat bahwa volume
larutan berbanding terbalik dengan temperatur jernih. Dapat disimpulkan
bahwa semakin banyak volume larutan, maka semakin rendah temperatur
jernihnya.
Pada percobaan ini kita dituntut untuk memamahi titik jenuh dari suatu
larutan. Kemampuan pelarut melarutkan zat terlarut pada suatu suhu
mempunyai batas tertentu. Larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada
temperatur tertentu disebut sebagai larutan jenuh (Laksono, 2004). Pada grafik
hubungan temperatur jernih terhadap volume larutan untuk pelarut Aquadest
belum terjadi larutan jenuh dikarenakan zat terlarut yaitu Fenol dapat larut
dalam zat pelarut aquadest.
Pada run I dengan sampel Fenol sebanyak 1 gram diperoleh data
temperatur jernih untuk volume larutan 10,946 ml, 13,946 ml, dan 16,946 ml
sebesar 51 C, 48 oC, dan 45 oC dengan regresi sebesar 51,166 C, 47,578, dan

45,256 C. Pada run II dengan sampel Fenol sebanyak 2 gram diperoleh data
temperatur jernih untuk volume 11,892 ml, 14,892 ml, 17,892 ml, 20,892 ml,
23,892 ml, dan 26,892 ml sebesar 60 C, 55 C, 55 C, 53 C, 49 C, dan 49 C
dengan regresi sebesar 60,011 C, 56,138 C, 53,556 C, 51,712 C, 50,329 C,
dan 49,254 C. Pada run III dengan sampel Fenol sebanyak 3 gram diperoleh
data temperatur jernih untuk volume larutan 12,838 ml, 15,838 ml, 18,838 ml,
21,838 ml, 25,838 ml, 27,838 ml, 30,838 ml, dan 33,838 ml sebesar 65 C, 65
C, 62 C, 60 C, 57 C 55 C, 49 C, dan 45 C dengan regresi sebesar 69,109
C, 63,419 C, 59,526 C, 56,695 C, 54,543 C, C 52,852 C, 51,489 C, dan
50,366 C.
Kebanyakan zat terlarut mempunyai kelarutan yang terbatas pada
sejumlah solvent tertentu dan pada temperatur tertentu pula. Temperatur dari
solvent memiliki efek yang besar dari zat yang telah larut. Untuk kebanyakan
padatan terlarut pada liquid, kenaikan temperatur akan berdampak pada
kenaikan kelarutan. Temperatur berbanding terbalik dengan volume. Untuk
melarutkan suatu zat, apabila volume pelarut bernilai kecil maka nilai suhu
harus dinaikkan. Ini bertujuan untuk mempercepat kelarutan suatu zat
(Rahman, 2012).
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai
dengan teori di mana semakin besar suatu volume larutan, semakin rendah
temperaturnya.
Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu Fenol
pada run I, II, dan III dengan massa 1 gram, 2 gram, dan 3 gram. Analisa
regresi adalah analisis statistik yang mempelajari bagaimana membangun
sebuah model fungsional dari data untuk dapat menjelaskan ataupun
meramalkan suatu fenomena alami atas dasar fenomena yang lain (Rahmatina,
2011). Jadi dalam grafik percobaan kurva kelarutan ini fungsi dari grafik
regresi dibuat untuk memprediksi kurva percobaan. Dan dapat kita lihat pada
grafik bahwa kurva regresi untuk Fenol mendekati hasil kurva Fenol pada
percobaan dan sesuai dengan teori.
4.2.2 Hubungan Temperatur Keruh Terhadap Volume Larutan
Berikut adalah grafik yang menunjukkan hubungan temperatur keruh
terhadap volume larutan :

Gambar 4.2 Hubungan Temperatur Keruh Terhadap Volume Larutan


Gambar 4.2 menunjukkan hubungan temperatur keruh terhadap volume
larutan yang diperoleh dari hasil percobaan. Dapat dilihat bahwa volume
larutan berbanding terbalik dengan temperatur keruh. Dapat disimpulkan
bahwa semakin banyak volume larutan, maka semakin rendah temperatur
keruhnya.
Pada run I dengan sampel Fenol sebanyak 1 gram diperoleh data
temperatur keruh untuk volume larutan 10,946 ml, 13,946, dan 16,946 ml
sebesar 32 C, 35 C, 30 C dengan regresi sebesar 33,087 C, 32,233 C, dan
31,680 C. Pada run II dengan sampel Fenol sebanyak 2 gram diperoleh data
temperatur keruh untuk volume 11,892 ml, 14,892 ml, 17,892 ml, 20,892 ml,
23,892 ml, dan 26,892 ml sebesar 52 C, 50 C, 40 C, 43 C, 40 C, dan 30 C
dengan regresi sebesar 53,934 C, 47,133 C, 42,599 C, 39,360 C, 36,931 C,
dan 35,042 C. Pada run III dengan sampel Fenol sebanyak 3 gram diperoleh
data temperatur keruh untuk volume larutan 12,838 ml, 15,838 ml, 18,838 ml,
21,838 ml, 25,838 ml, 27,838 ml, 30,838 ml, dan 33,838 ml sebesar 57 C, 55
C, 55 C, 55 C, 51 C 45 C, 36 C, dan 31 C dengan regresi sebesar 63,368
C, 56,294 C, 51,455 C, 47,935 C, 45,260 C, C 43,158 C, 41,463 C, dan
40,067 C.
Menurut teori, Kelarutan suatu zat akan akan naik dengan berkurangnya
ukuran partikel suatu zat. Konfigurasi molekul dan bentuk susunan kristal juga
berpengaruh terhadap kelarutan zat. Partikel yang bentunya tidak simetris lebih

mudah larut bila dibandingkan partikel yang bentuknya simetris (Firdaus,


2015).
Pada grafik hubungan temperatur jernih terhadap volume larutan untuk
pelarut Aquadest belum terjadi larutan jenuh dikarenakan zat terlarut yaitu
Fenol dapat larut dalam zat pelarut aquadest.
Kebanyakan zat terlarut mempunyai kelarutan yang terbatas pada
sejumlah solvent tertentu dan pada temperatur tertentu pula. Temperatur dari
solvent memiliki efek yang besar dari zat yang telah larut. Untuk kebanyakan
padatan terlarut pada liquid, kenaikan temperatur akan berdampak pada
kenaikan kelarutan. Temperatur berbanding terbalik dengan volume. Untuk
melarutkan suatu zat, apabila volume pelarut bernilai kecil maka nilai suhu
harus dinaikkan. Ini bertujuan untuk mempercepat kelarutan suatu zat
(Rahman, 2012).
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai
dengan teori di mana semakin besar suatu volume larutan, semakin rendah
temperaturnya.
Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu Fenol
pada run I, II, dan III dengan massa 1 gram, 2 gram, dan 3 gram. Analisa
regresi adalah analisis statistik yang mempelajari bagaimana membangun
sebuah model fungsional dari data untuk dapat menjelaskan ataupun
meramalkan suatu fenomena alami atas dasar fenomena yang lain (Rahmatina,
2011). Jadi dalam grafik percobaan kurva kelarutan ini fungsi dari grafik
regresi dibuat untuk memprediksi kurva percobaan. Dan dapat kita lihat pada
grafik bahwa kurva regresi untuk Fenol mendekati hasil kurva Fenol pada
percobaan dan sesuai dengan teori.
4.2.3 Hubungan Temperatur Jernih Terhadap Persen Massa Sampel
Berikut adalah grafik yang menunjukkan hubungan temperatur jernih
terhadap persen massa sampel :

Gambar 4.3 Hubungan Temperatur Jernih Terhadap Persen Massa Sampel


Gambar 4.3 menunjukkan hubungan temperatur jernih terhadap massa
sampel, yang diperoleh dari hasil percobaan. Dapat disimpulkan bahwa persen
massa sampel berbanding lurus dengan temperatur. Semakin besar persen
massa sampel maka semakin besar temperaturnya.
Pada run I dengan sampel Fenol sebanyak 1 gram diperoleh data
temperatur jernih untuk persen berat zat terlarut 9,091 %, 7,143 %, dan 5,882
% sebesar 51 C, 48 oC, dan 45 oC dengan regresi sebesar 51,166 C, 47,578,
dan 45,256 C. Pada run II dengan sampel Fenol sebanyak 2 gram diperoleh
data temperatur jernih untuk persen berat zat terlarut 16,667 %, 13,333 %,
11,111 %, 9,524 %, 8,333 %, dan 7,407 % sebesar 60 C, 55 C, 55 C, 53 C,
49 C, dan 49 C dengan regresi sebesar 60,011 C, 56,138 C, 53,556 C,
51,712 C, 50,329 C, dan 49,254 C. Pada run III dengan sampel Fenol
sebanyak 3 gram diperoleh data temperatur jernih untuk persen berat zat
terlarut 23,077 %, 18,750 %, 15,789 %, 13,636 %, 11,538 %, 10,714 %, 9,677
%, dan 8,824 % sebesar 65 C, 65 C, 62 C, 60 C, 57 C 55 C, 49 C, dan 45
C dengan regresi sebesar 69,109 C, 63,419 C, 59,526 C, 56,695 C, 54,543
C, C 52,852 C, 51,489 C, dan 50,366 C.
Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut) untuk
dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen.Kelarutan suatu
zat dasarnya sangat bergantung pada sifat fisika dan kimia solut dan pelarut
pada suhu, tekanan dan pH larutan. Secara luas kelarutan suatu zat pada pelarut

tertentu merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan dengan cara


menambahkan sedikit demi sedikit solut pada pelarut sampai solut tersebut
mengendap (tidak dapat larut lagi) (Purwanto, 2011).
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam sejumlah
tertentu larutan. Secara fisika konsentrasi dapat dinyatakan dalam % (persen)
atau ppm (part per million) = bpj (bagian per juta). Dalam kimia, konsentrasi
larutan dinyatakan dalam molar (M), molal (m) atau normal (N) (Rhomdhoni,
2012). Jadi, semakin besar persen berat sampel, akan semakin tinggi
temperatur.
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai
dengan teori. Semakin besar persen massa sampelnya, semakin besar pula
temperaturnya.
Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu Fenol
pada run I, II, dan III dengan massa 1 gram, 2 gram, dan 3 gram. Analisa
regresi adalah Analisis statistik yang mempelajari bagaimana membangun
sebuah model fungsional dari data untuk dapat menjelaskan ataupun
meramalkan suatu fenomena alami atas dasar fenomena yang lain (Rahmatina,
2011). Jadi dalam grafik percobaan kurva kelarutan ini fungsi dari grafik
regresi dibuat untuk memprediksi kurva percobaan. Dan dapat kita lihat pada
grafik bahwa kurva regresi untuk Fenol mendekati hasil kurva Fenol pada
percobaan dan sesuai dengan teori.

4.2.4 Hubungan Temperatur Keruh Terhadap Persen Massa Sampel


Berikut adalah grafik yang menunjukkan hubungan temperatur keruh
terhadap persen massa sampel :

Gambar 4.4 Hubungan Temperatur keruh Terhadap Persen Massa Sampel


Gambar 4.4 menunjukkan hubungan temperatur keruh terhadap berat
sampel, yang diperoleh dari hasil percobaan. Dapat disimpulkan bahwa
semakin besar persen massa dari sampel, semakin tinggi temperatur keruh
sampel tersebut.
Pada run I dengan sampel Fenol sebanyak 1 gram diperoleh data
temperatur keruh untuk persen berat zat terlarut 9,091 %, 7,143 %, dan 5,882 %
sebesar 32 C, 35 C, dan 30 C dengan regresi sebesar 33,087 C, 32,233 C,
dan 31,680 C.. Pada run II dengan sampel Fenol sebanyak 2 gram diperoleh
data temperatur keruh untuk persen berat zat terlarut 16,667 %, 13,333 %,
11,111 %, 9,524 %, 8,333 %, dan 7,407 % 11,892 ml, 14,892 ml, 17,892 ml,
20,892 ml, 23,892 ml, dan 26,892 ml sebesar 52 C, 50 C, 40 C, 43 C, 40
C, dan 30 C dengan regresi sebesar 53,934 C, 47,133 C, 42,599 C, 39,360
C, 36,931 C, dan 35,042 C. Pada run III dengan sampel Fenol sebanyak 3
gram diperoleh data temperatur keruh untuk persen berat zat terlarut 23,077 %,
18,750 %, 15,789 %, 13,636 %, 11,538 %, 10,714 %, 9,677 %, dan 8,824 %
sebesar 57 C, 55 C, 55 C, 55 C, 51 C 45 C, 36 C, dan 31 C dengan
regresi sebesar 63,368 C, 56,294 C, 51,455 C, 47,935 C, 45,260 C, C
43,158 C, 41,463 C, dan 40,067 C.
Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut) untuk
dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen.Kelarutan suatu
zat dasarnya sangat bergantung pada sifat fisika dan kimia solut dan pelarut

pada suhu, tekanan dan pH larutan. Secara luas kelarutan suatu zat pada pelarut
tertentu merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan dengan cara
menambahkan sedikit demi sedikit solut pada pelarut sampai solut tersebut
mengendap (tidak dapat larut lagi) (Purwanto, 2011).
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam sejumlah
tertentu larutan. Secara fisika konsentrasi dapat dinyatakan dalam % (persen)
atau ppm (part per million) = bpj (bagian per juta). Dalam kimia, konsentrasi
larutan dinyatakan dalam molar (M), molal (m) atau normal (N) (Rhomdhoni,
2012). Jadi, semakin besar persen berat sampel, akan semakin tinggi
temperatur.
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai
dengan teori. Semakin besar persen massa sampelnya, semakin besar pula
temperaturnya.
Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu Fenol
pada run I, II, dan III dengan massa 1 gram, 2 gram, dan 3 gram. Analisa
regresi adalah Analisis statistik yang mempelajari bagaimana membangun
sebuah model fungsional dari data untuk dapat menjelaskan ataupun
meramalkan suatu fenomena alami atas dasar fenomena yang lain (Rahmatina,
2011). Jadi dalam grafik percobaan kurva kelarutan ini fungsi dari grafik
regresi dibuat untuk memprediksi kurva percobaan. Dan dapat kita lihat pada
grafik bahwa kurva regresi untuk Fenol mendekati hasil kurva Fenol pada
percobaan dan sesuai dengan teori.

4.2.5 Hubungan Temperatur Jernih Terhadap Kelarutan


Berikut adalah grafik yang menunjukkan hubungan temperatur jernih
terhadap kelarutan :

Gambar 4.5 Hubungan Temperatur Jernih Terhadap Kelarutan


Gambar 4.5 menunjukkan hubungan temperatur jernih terhadap kelarutan,
yang diperoleh dari hasil percobaan, dimana diperoleh bahwa kelarutan
berbanding lurus dengan temperatur jernih larutan. Dapat disimpulkan bahwa
semakin besar kelarutan, semakin besar temperatur.
Pada run I dengan sampel Fenol sebanyak 1 gram diperoleh data
temperatur jernih untuk nilai kelarutan 0,971 M dan 0,762 M sebesar 51 C, 48
o

C, dan 45 oC dengan regresi sebesar 51,166 C, 47,578, dan 45,256 C. Pada

run II dengan sampel Fenol sebanyak 2 gram diperoleh data temperatur jernih
untuk nilai kelarutan 1,787 M, 1,427 M, 1,188 M, 1,017 M, 0,889 M, dan 0,790
M sebesar sebesar 60 C, 55 C, 55 C, 53 C, 49 C, dan 49 C dengan regresi
sebesar 60,011 C, 56,138 C, 53,556 C, 51,712 C, 50,329 C, dan 49,254
C.. Pada run III dengan sampel Fenol sebanyak 3 gram diperoleh data
temperatur jernih untuk nilai kelarutan 2,483 M, 2,013 M, 1,692 M, 1,460 M,
1,234 M, 1,145 M, 1.034 M, dan 0,942 M sebesar 65 C, 65 C, 62 C, 60 C,
57 C 55 C, 49 C, dan 45 C dengan regresi sebesar 69,109 C, 63,419 C,
59,526 C, 56,695 C, 54,543 C, C 52,852 C, 51,489 C, dan 50,366 C.
Pengaruh temperatur tergantung dari panas pelarutan. Bila panas
pelarutan (H) negatif, daya larut turun dengan naiknya temperatur. Bila panas
pelarutan (H) positif, daya larut naik dengan naiknya temperatur. Kelarutan

didefinisikan sebagai jumlah maksimum zat terlarut yang akan melarut dalam
sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu. Untuk kebanyakan zat, suhu
mempengaruhi kelarutan. Umumnya kelarutan zat padat dalam cairan
bertambah dengan naiknya suhu, karena kebanyakan proses pembentukan
larutannya bersifat endoterm (Cahyono, 2011).
Menurut Vant Hoff, pengaruh temperatur terhadap kelarutan dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Ln S/T = H/RT2

atau ln S/(1/T) = -/R..........................(4.2)

Dimana :
S = Kelarutan (mol/100 per gram pelarut)
H = Kalor pelarutan
RT= Tetapan gas umum
T = Suhu(kelvin)
Jika kalor pelarutan adalah positif, menurut Vant Hoff makin tinggi
temperatur maka makin banyak zat yang larut dan sebaliknya (Purwanto,
2011). Suhu akan mempengaruhi kelarutan. Jika proses solusi menyerap energi
maka suhu meningkatkan kelarutan akan meningkat. Umumnya, sebuah
peningkatan suhu larutan meningkatkan kelarutan dari zat terlarut padat (Patil,
dkk., 2011).
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai
dengan teori di mana terjadi kenaikan kelarutan ketika temperatur semakin
besar.
Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu Fenol
pada run I, II, dan III dengan massa 1 gram, 2 gram, dan 3 gram. Analisa
regresi adalah Analisis statistik yang mempelajari bagaimana membangun
sebuah model fungsional dari data untuk dapat menjelaskan ataupun
meramalkan suatu fenomena alami atas dasar fenomena yang lain (Rahmatina,
2011). Jadi dalam grafik percobaan kurva kelarutan ini fungsi dari grafik
regresi dibuat untuk memprediksi kurva percobaan.
4.2.6 Hubungan Temperatur Keruh Terhadap Kelarutan
Berikut adalah grafik yang menunjukkan hubungan temperatur keruh
terhadap persen massa sampel :

Gambar 4.6 Hubungan Temperatur Keruh Terhadap Kelarutan


Gambar 4.6 menunjukkan hubungan temperatur keruh terhadap kelarutan,
yang diperoleh dari hasil percobaan, dimana kelarutan berbanding lurus dengan
temperatur keruh. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar kelarutan, semakin
tinggi temperatur.
Pada run I dengan sampel Fenol sebanyak 1 gram diperoleh data
temperatur keruh untuk nilai kelarutan 0,971 M, 0,762 M, dan 0,627 M sebesar
32 C, 35 C, dan 30 C dengan regresi sebesar 33,087 C, 32,233 C, dan
31,680 C. Pada run II dengan sampel Fenol sebanyak 2 gram diperoleh data
temperatur keruh untuk nilai kelarutan 1,787 M, 1,427 M, 1,188 M, 1,017 M,
0,889 M, dan 0,790 M sebesar 52 C, 50 C, 40 C, 43 C, 40 C, dan 30 C
dengan regresi sebesar 53,934 C, 47,133 C, 42,599 C, 39,360 C, 36,931 C,
dan 35,042 C. Pada run III dengan sampel Fenol sebanyak 3 gram diperoleh
data temperatur keruh untuk nilai kelarutan 2,483 M, 2,013 M, 1,692 M, 1,460
M, 1,234 M, 1,145 M, 1.034 M, dan 0,942 M sebesar 57 C, 55 C, 55 C, 55
C, 51 C 45 C, 36 C, dan 31 C dengan regresi sebesar 63,368 C, 56,294
C, 51,455 C, 47,935 C, 45,260 C, C 43,158 C, 41,463 C, dan 40,067 C.
Pengaruh temperatur tergantung dari panas pelarutan. Bila panas
pelarutan (H) negatif, daya larut turun dengan naiknya temperatur. Bila panas
pelarutan (H) positif, daya larut naik dengan naiknya temperatur. Kelarutan
didefinisikan sebagai jumlah maksimum zat terlarut yang akan melarut dalam

sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu. Untuk kebanyakan zat, suhu
mempengaruhi kelarutan. Umumnya kelarutan zat padat dalam cairan
bertambah dengan naiknya suhu, karena kebanyakan proses pembentukan
larutannya bersifat endoterm (Cahyono, 2011).
Menurut Vant Hoff, pengaruh temperatur terhadap kelarutan dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Ln S/T = H/RT2

atau ln S/(1/T) = -/R..........................(4.2)


Dimana :
S = Kelarutan (mol/100 per gram pelarut)
H = Kalor pelarutan
RT= Tetapan gas umum
T = Suhu(kelvin)
Jika kalor pelarutan adalah positif, menurut Vant Hoff makin tinggi
temperatur maka makin banyak zat yang larut dan sebaliknya (Purwanto,
2011). Suhu akan mempengaruhi kelarutan. Jika proses solusi menyerap energi
maka suhu meningkatkan kelarutan akan meningkat. Umumnya, sebuah
peningkatan suhu larutan meningkatkan kelarutan dari zat terlarut padat (Patil,
dkk., 2011).
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai
dengan teori di mana terjadi kenaikan kelarutan ketika temperatur semakin
besar.
Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu Fenol
pada run I, II, dan III dengan massa 2 gram, 4 gram, dan 6 gram. Analisa
regresi adalah Analisis statistik yang mempelajari bagaimana membangun
sebuah model fungsional dari data untuk dapat menjelaskan ataupun
meramalkan suatu fenomena alami atas dasar fenomena yang lain (Rahmatina,
2011). Jadi dalam grafik percobaan kurva kelarutan ini fungsi dari grafik
regresi dibuat untuk memprediksi kurva percobaan.
4.3

Pembahasan untuk Fenol dalam Pelarut Air Mineral Prim-a


4.3.1 Hubungan Temperatur Jernih Terhadap Volume Larutan
Berikut adalah grafik yang menunjukkan hubungan temperatur jernih
terhadap volume larutan :

Gambar 4.7 Hubungan Temperatur Jernih Terhadap Volume Larutan


Gambar 4.7 menunjukkan hubungan temperatur jernih terhadap volume
larutan yang diperoleh dari hasil percobaan. Dapat dilihat bahwa volume
larutan berbanding terbalik dengan temperatur jernih. Dapat disimpulkan
bahwa semakin banyak volume larutan, maka semakin rendah temperatur
jernihnya.
Pada run IV dengan sampel Fenol sebanyak 2 gram diperoleh data
temperatur jernih untuk volume larutan 11,892 ml, 14,892 ml, 17,892 ml,
20,892 ml, dan 23,892 ml sebesar 50 C, 49 C, 42 C, 34 C, dan 29 C
dengan regresi sebesar 60,184 C, 50,618 C, 44,241 C, 39,686 C, dan 36,27
C.
Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu Fenol
pada run IV dengan massa 4 gram. Analisa regresi adalah analisis statistik yang
mempelajari bagaimana membangun sebuah model fungsional dari data untuk
dapat menjelaskan ataupun meramalkan suatu fenomena alami atas dasar
fenomena yang lain (Rahmatina, 2011). Jadi dalam grafik percobaan kurva
kelarutan ini fungsi dari grafik regresi dibuat untuk memprediksi kurva
percobaan. Dan dapat kita lihat pada grafik bahwa kurva regresi untuk Fenol
mendekati hasil kurva Fenol pada percobaan dan sesuai dengan teori.
Kebanyakan zat terlarut mempunyai kelarutan yang terbatas pada
sejumlah solvent tertentu dan pada temperatur tertentu pula. Temperatur dari
solvent memiliki efek yang besar dari zat yang telah larut. Untuk kebanyakan

padatan terlarut pada liquid, kenaikan temperatur akan berdampak pada


kenaikan kelarutan. Temperatur berbanding terbalik dengan volume. Untuk
melarutkan suatu zat, apabila volume pelarut bernilai kecil maka nilai suhu
harus dinaikkan. Ini bertujuan untuk mempercepat kelarutan suatu zat
(Rahman, 2012).
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai
dengan teori di mana semakin besar suatu volume larutan, semakin rendah
temperaturnya.
Pada grafik hubungan temperatur jernih terhadap volume larutan untuk
pelarut Aquadest belum terjadi larutan jenuh dikarenakan zat terlarut yaitu
Fenol dapat larut dalam zat pelarut aquadest.

4.3.2 Hubungan Temperatur Keruh Terhadap Volume Larutan


Berikut adalah grafik yang menunjukkan hubungan temperatur keruh
terhadap volume larutan :

Gambar 4.8 Hubungan Temperatur Keruh Terhadap Volume Larutan


Gambar 4.8 menunjukkan hubungan temperatur keruh terhadap volume
larutan yang diperoleh dari hasil percobaan. Dapat dilihat bahwa volume
larutan berbanding terbalik dengan temperatur keruh. Dapat disimpulkan
bahwa semakin banyak volume larutan, maka semakin rendah temperatur
keruhnya.
Pada run IV dengan sampel Fenol sebanyak 2 gram diperoleh data
temperatur jernih untuk volume larutan 11,892 ml, 14,892 ml, 17,892 ml,
20,892 ml, dan 23,892 ml sebesar 50 C, 49 C, 42 C, 34 C, dan 29 C
dengan regresi sebesar 53,388 C, 44,777 C, 39,037 C, 34,937 C, dan
31,862 C.
Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu Fenol
pada run IV dengan massa 4 gram. Analisa regresi adalah analisis statistik yang
mempelajari bagaimana membangun sebuah model fungsional dari data untuk
dapat menjelaskan ataupun meramalkan suatu fenomena alami atas dasar
fenomena yang lain (Rahmatina, 2011). Jadi dalam grafik percobaan kurva
kelarutan ini fungsi dari grafik regresi dibuat untuk memprediksi kurva
percobaan. Dan dapat kita lihat pada grafik bahwa kurva regresi untuk Fenol
mendekati hasil kurva Fenol pada percobaan dan sesuai dengan teori.
Kebanyakan zat terlarut mempunyai kelarutan yang terbatas pada
sejumlah solvent tertentu dan pada temperatur tertentu pula. Temperatur dari
solvent memiliki efek yang besar dari zat yang telah larut. Untuk kebanyakan

padatan terlarut pada liquid, kenaikan temperatur akan berdampak pada


kenaikan kelarutan. Temperatur berbanding terbalik dengan volume. Untuk
melarutkan suatu zat, apabila volume pelarut bernilai kecil maka nilai suhu
harus dinaikkan. Ini bertujuan untuk mempercepat kelarutan suatu zat
(Rahman, 2012).
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai
dengan teori di mana semakin besar suatu volume larutan, semakin rendah
temperaturnya.
Pada grafik hubungan temperatur jernih terhadap volume larutan untuk
pelarut Aquadest belum terjadi larutan jenuh dikarenakan zat terlarut yaitu
Fenol dapat larut dalam zat pelarut aquadest.
4.3.3 Hubungan Temperatur Jernih Terhadap Persen Massa Sampel
Berikut adalah grafik yang menunjukkan hubungan temperatur jernih
terhadap persen massa sampel :

Gambar 4.9 Hubungan Temperatur Jernih Terhadap Persen Massa Sampel


Gambar 4.9 menunjukkan hubungan temperatur jernih terhadap massa
sampel, yang diperoleh dari hasil percobaan. Dapat disimpulkan bahwa persen
massa sampel berbanding lurus dengan temperatur. Semakin besar persen
massa sampel maka semakin besar temperaturnya.
Pada run IV dengan sampel Fenol sebanyak 4 gram diperoleh data
temperatur jernih untuk persen berat zat terlarut 16,667 %, 13,333 %, 11,111
%, 9,524 %, dan 8,333 % sebesar 50 C, 49 C, 42 C, 34 C, dan 29 C

dengan regresi sebesar 60,184 C, 50,618 C, 44,241 C, 39,686 C, dan 36,27


C.
Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut) untuk
dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen.Kelarutan suatu
zat dasarnya sangat bergantung pada sifat fisika dan kimia solut dan pelarut
pada suhu, tekanan dan pH larutan. Secara luas kelarutan suatu zat pada pelarut
tertentu merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan dengan cara
menambahkan sedikit demi sedikit solut pada pelarut sampai solut tersebut
mengendap (tidak dapat larut lagi) (Purwanto, 2011).
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam sejumlah
tertentu larutan. Secara fisika konsentrasi dapat dinyatakan dalam % (persen)
atau ppm (part per million) = bpj (bagian per juta). Dalam kimia, konsentrasi
larutan dinyatakan dalam molar (M), molal (m) atau normal (N) (Rhomdhoni,
2012). Jadi, semakin besar persen berat sampel, akan semakin tinggi
temperatur.
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai
dengan teori. Semakin besar persen massa sampelnya, semakin besar pula
temperaturnya.
Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu Fenol
pada run IV dengan massa 4 gram. Analisa regresi adalah analisis statistik yang
mempelajari bagaimana membangun sebuah model fungsional dari data untuk
dapat menjelaskan ataupun meramalkan suatu fenomena alami atas dasar
fenomena yang lain (Rahmatina, 2011).

4.3.4 Hubungan Temperatur Keruh Terhadap Persen Massa Sampel


Berikut adalah grafik yang menunjukkan hubungan temperatur keruh
terhadap persen massa sampel :

Gambar 4.10 Hubungan Temperatur Keruh Terhadap Persen Massa Sampel


Gambar 4.10 menunjukkan hubungan temperatur keruh terhadap massa
sampel, yang diperoleh dari hasil percobaan. Dapat disimpulkan bahwa persen
massa sampel berbanding lurus dengan temperatur. Semakin besar persen
massa sampel maka semakin besar temperaturnya.
Pada run IV dengan sampel Fenol sebanyak 4 gram diperoleh data
temperatur keruh untuk persen berat zat terlarut terlarut 16,667 %, 13,333 %,
11,111 %, 9,524 %, dan 8,333 % sebesar 50 C, 49 C, 42 C, 34 C, dan 29 C
dengan regresi sebesar sebesar 53,388 C, 44,777 C, 39,037 C, 34,937 C,
dan 31,862 C.
Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut) untuk
dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen.Kelarutan suatu
zat dasarnya sangat bergantung pada sifat fisika dan kimia solut dan pelarut
pada suhu, tekanan dan pH larutan. Secara luas kelarutan suatu zat pada pelarut
tertentu merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan dengan cara
menambahkan sedikit demi sedikit solut pada pelarut sampai solut tersebut
mengendap (tidak dapat larut lagi) (Purwanto, 2011).
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam sejumlah
tertentu larutan. Secara fisika konsentrasi dapat dinyatakan dalam % (persen)
atau ppm (part per million) = bpj (bagian per juta). Dalam kimia, konsentrasi
larutan dinyatakan dalam molar (M), molal (m) atau normal (N) (Rhomdhoni,

2012). Jadi, semakin besar persen berat sampel, akan semakin tinggi
temperatur.
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai
dengan teori. Semakin besar persen massa sampelnya, semakin besar pula
temperaturnya.
Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu Fenol
pada run IV dengan massa 4 gram. Analisa regresi adalah analisis statistik yang
mempelajari bagaimana membangun sebuah model fungsional dari data untuk
dapat menjelaskan ataupun meramalkan suatu fenomena alami atas dasar
fenomena yang lain (Rahmatina, 2011).
4.3.5 Hubungan Temperatur Jernih Terhadap Kelarutan
Berikut adalah grafik yang menunjukkan hubungan temperatur jernih
terhadap kelarutan :

Gambar 4.11 Hubungan Temperatur Jernih Terhadap Kelarutan


Gambar 4.11 menunjukkan hubungan temperatur jernih terhadap
kelarutan, yang diperoleh dari hasil percobaan, dimana diperoleh bahwa
kelarutan berbanding lurus dengan temperatur jernih larutan. Dapat
disimpulkan bahwa semakin besar kelarutan, semakin besar temperatur.
Pada run IV dengan sampel Fenol sebanyak 4 gram diperoleh data
temperatur jernih untuk nilai kelarutan 1,79 M, 1,43 M, 1,19 M, 1,02 M,dan

0,89 M sebesar 50 C, 49 C, 42 C, 34 C, dan 29 C dengan regresi sebesar


-9,656 C, 24,858 C, 47,867 C, 64,303 C, dan 76,629 C.
Pengaruh temperatur tergantung dari panas pelarutan. Bila panas
pelarutan (H) negatif, daya larut turun dengan naiknya temperatur. Bila panas
pelarutan (H) positif, daya larut naik dengan naiknya temperatur. Kelarutan
didefinisikan sebagai jumlah maksimum zat terlarut yang akan melarut dalam
sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu. Untuk kebanyakan zat, suhu
mempengaruhi kelarutan. Umumnya kelarutan zat padat dalam cairan
bertambah dengan naiknya suhu, karena kebanyakan proses pembentukan
larutannya bersifat endoterm (Cahyono, 2011).
Menurut Vant Hoff, pengaruh temperatur terhadap kelarutan dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Ln S/T = H/RT2

atau ln S/(1/T) = -/R..........................(4.2)

Dimana :
S = Kelarutan (mol/100 per gram pelarut)
H = Kalor pelarutan
RT= Tetapan gas umum
T = Suhu(kelvin)
Jika kalor pelarutan adalah positif, menurut Vant Hoff makin tinggi
temperatur maka makin banyak zat yang larut dan sebaliknya (Purwanto,
2011). Suhu akan mempengaruhi kelarutan. Jika proses solusi menyerap energi
maka suhu meningkatkan kelarutan akan meningkat. Umumnya, sebuah
peningkatan suhu larutan meningkatkan kelarutan dari zat terlarut padat (Patil,
dkk., 2011).
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai
dengan teori di mana terjadi kenaikan kelarutan ketika temperatur semakin
besar.
Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu Fenol
pada run IV dengan massa 4 gram. Analisa regresi adalah analisis statistik yang
mempelajari bagaimana membangun sebuah model fungsional dari data untuk
dapat menjelaskan ataupun meramalkan suatu fenomena alami atas dasar
fenomena yang lain (Rahmatina, 2011). Jadi dalam grafik percobaan kurva
kelarutan ini fungsi dari grafik regresi dibuat untuk memprediksi kurva
percobaan.

4.3.6 Hubungan Temperatur Keruh Terhadap Kelarutan


Berikut adalah grafik yang menunjukkan hubungan temperatur keruh
terhadap kelarutan :

Gambar 4.12 Hubungan Temperatur Keruh Terhadap Kelarutan


Gambar 4.12 menunjukkan hubungan temperatur jernih terhadap
kelarutan, yang diperoleh dari hasil percobaan, dimana diperoleh bahwa
kelarutan berbanding lurus dengan temperatur jernih larutan. Dapat
disimpulkan bahwa semakin besar kelarutan, semakin besar temperatur.
Pada run IV dengan sampel Fenol sebanyak 4 gram diperoleh data
temperatur jernih untuk nilai kelarutan 1,79 M, 1,43 M, 1,19 M, 1,02 M,dan
0,89 M sebesar 50 C, 49 C, 42 C, 34 C, dan 29 C dengan regresi sebesar
53,388 C, 44,777 C, 39,037 C, 34,937 C, dan 31,862 C.
Pengaruh temperatur tergantung dari panas pelarutan. Bila panas
pelarutan (H) negatif, daya larut turun dengan naiknya temperatur. Bila panas
pelarutan (H) positif, daya larut naik dengan naiknya temperatur. Kelarutan
didefinisikan sebagai jumlah maksimum zat terlarut yang akan melarut dalam
sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu. Untuk kebanyakan zat, suhu
mempengaruhi kelarutan. Umumnya kelarutan zat padat dalam cairan
bertambah dengan naiknya suhu, karena kebanyakan proses pembentukan
larutannya bersifat endoterm (Cahyono, 2011).

Menurut Vant

Hoff, pengaruh temperatur terhadap kelarutan dapat

dinyatakan sebagai berikut :


Ln S/T = H/RT2

atau ln S/(1/T) = -/R..........................(4.2)


Dimana :
S = Kelarutan (mol/100 per gram pelarut)
H = Kalor pelarutan
RT= Tetapan gas umum
T = Suhu(kelvin)
Jika kalor pelarutan adalah positif, menurut Vant Hoff makin tinggi
temperatur maka makin banyak zat yang larut dan sebaliknya (Purwanto,
2011). Suhu akan mempengaruhi kelarutan. Jika proses solusi menyerap energi
maka suhu meningkatkan kelarutan akan meningkat. Umumnya, sebuah
peningkatan suhu larutan meningkatkan kelarutan dari zat terlarut padat (Patil,
dkk., 2011).
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai
dengan teori di mana terjadi kenaikan kelarutan ketika temperatur semakin
besar.
Pada grafik dapat kita lihat ada fungsi regresi dari sampel yaitu Fenol
pada run IV dengan massa 4 gram. Analisa regresi adalah analisis statistik yang
mempelajari bagaimana membangun sebuah model fungsional dari data untuk
dapat menjelaskan ataupun meramalkan suatu fenomena alami atas dasar
fenomena yang lain (Rahmatina, 2011). Jadi dalam grafik percobaan kurva
kelarutan ini fungsi dari grafik regresi dibuat untuk memprediksi kurva
percobaan.

You might also like