Professional Documents
Culture Documents
Step 2
1. Mengapa pasien juga merasakan tidak puas dan merasa terdapat sisa urin
ketika sehabis kencing
2. Etiologi massa di suprapubik
3. Hubungan usia dengan keluhan pasien
4. Apa yang diharapkan dari pf rectal toucher
5. Hubungan gejala straining frequent terminal dribbling, nocturia dengan
penyakitnya
6. Apa saja penatalaksanaan sekenario
7. Gambaran klinis
8. Mengapa dokter melakukan kateterisasi dan indikasinya
9. Pemeriksaan penunjang
10.Komplikasi
11.Dd
Step 3
1. Hubungan usia dengan keluhan pasien
Salahsatu dari etiologi kasus. Pada usia tua biasanya akan terjadi penurunan
testosterone dan estrogen tetap. Gunanya testosterone untuk memacu dari
proliferasi sel prostat. Sedangkan estrogen untuk memperpanjang usia sel prostat.
Karena estrogen didominasi maka usia sel prostat diperpanjang tanpa diproduksi
barunya masa sel prostat semakin besar. menekan prostatica
2. Mengapa pada saat miksi pasien harus mengejan saat memulai kencing
Di prostat ada lobus medius yang sering kena hyperplasia. Mengejan karena uretra
pars prostatica tertakan. Maka dibantu dengan mengejan. Dan m. detrusor
membantu mengejan.
Uretra pars prostatica menutup. Sebelum kejadian keluhan kencing masih normal. M
detrusor masih membantu untuk miksi. M detrusor hipertrofi (kecapean)
meningkatkan TIAbdomen mengejan --> bantu pengeluaran urin
3. Mengapa pasien juga merasakan tidak puas dan merasa terdapat sisa urin
ketika sehabis kencing
Ketika urin tertahan sumbatan tahanan urin keluar sedikit rangsangan VU
masih terisi tidak puas saat miksi.
4. Etiologi massa di suprapubik
Akibat hiperplasi dari sel prostat. Dapat diinspeksi di daerah supra pubisa terdapat
massa.
Ca buli2 : jenis epithelium. Jika ada masaa maka akan membesar ke dalam.
UKKIE MODUL UROGENITAL LBM 6
[AUTHOR NAME]
Obstructive
Resistensi : rasa belum puas
hesistensi : sulit untuk memulai miksi mengejan
Straining : mengejan
Intermiten : keluarnya sedikit
Post mixio
[AUTHOR NAME]
Dari scenario masuk ke Irritative. Apabila ada BPH obstructive dan iritative.
Gejalanya beda.
Missal prostat membesar jalur VU ureter tertutup kompensasi otot2
detrusor vu hipertrofi u/ bantu tenaga mengejan tetap menetes2 gejala
iritative (Frequensi,nocturi, urgensi,disuri) hesistensi (menunggu untuk pipis) ,
weaknes straining (pancaran lemah) , masih ada sisa dari urin nya saat miksi (fase
obstruksi)
Penatalaksaan nya diberi 5 alfa reduktase inhibitor. (5DHT) enzim yang bantu ihibisi
testosterone jadi DHT. ga ada proliferasi sel prostat.
7. Gambaran klinis
8. Mengapa dokter melakukan kateterisasi dan indikasinya
9. Pemeriksaan penunjang
10.Dd
11.Komplikasi
12.Apa saja penatalaksanaan sekenario
[AUTHOR NAME]
STEP 7
1. Hubungan usia dengan keluhan pasien
2. Mengapa pada saat miksi pasien harus mengejan saat memulai kencing
Gejala obstruksi krn prostate dg volume besar vesika dekompensasi retensi
urine sisa urine dlm vesika urinaria pada akhir miksi rasa tidak tuntas
pada miksi berlanjut sampai terjadi kemacetan total tidak bisa miksi
sedangkan produksi urine tetap terus terjadi vesika tdk bisa menampung
urine tekanan intra vesika meningkat tekanan vesika > tekanan
sfingter (mengejan) inkontinensia paradoks retensi kronik refluks
vesiko urethral dilatasi ureter dan system kaliks ginjal tekanan sampai ke
ureter dan ginjal GAGAL GINJAL
(Sumber: Ilmu Bedah. FKUI. 1995)
3. Mengapa pasien juga merasakan tidak puas dan merasa terdapat sisa urin
ketika sehabis kencing
4. Etiologi massa di suprapubik
Beberapa teori telah dikemukakan berdasarkan faktor histologi, hormon, dan
faktor perubahan usia, di antaranya:
a. Teori DHT (dihidrotestosteron). Testosteron dengan bantuan enzim 5-
reduktase dikonversi menjadi DHT yang merangsang pertumbuhan kelenjar
prostat.
b. Teori Reawakening. Teori ini berdasarkan kemampuan stroma untuk
merangsang pertumbuhan epitel.
c. Teori stem cell hypotesis. Stem sel akan berkembang menjadi sel
aplifying. Sel aplifying akan berkembang menjadi sel transit yang tergantung
UKKIE MODUL UROGENITAL LBM 6
[AUTHOR NAME]
secara mutlak pada androgen, sehingga dengan adanya androgen sel ini
akan berproliferasi dan menghasilkan pertumbuhan prostat yang normal.
d. Teori growth factors. Faktor pertumbuhan ini dibuat oleh sel-sel stroma di
bawah pengaruh androgen. Adanya ekspresi berlebihan dari epidermis
growth factor (EGF) dan atau fibroblast growth factor (FGF) dan atau adanya
penurunan ekspresi transforming growth factor- (TGF-), akan
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan pertumbuhan prostat dan
menghasilkan pembesaran prostat.
Perubahan paling awal pada BPH adalah di kelenjar periuretra sekitar
verumontanum.
a. Perubahan hiperplasia pada stroma berupa nodul fibromuskuler, nodul asinar
atau nodul campuran fibroadenomatosa.
b. Hiperplasia glandular terjadi berupa nodul asinar atau campuran dengan
hiperplasia stroma. Kelenjar-kelenjar biasanya besar dan terdiri atas tall
columnar cells. Inti sel-sel kelenjar tidak menunjukkan proses keganasan.
BPH adalah perbesaran kronis dari prostat pada usia lanjut yang berkorelasi
dengan pertambahan umur. Perubahan yang terjadi berjalan lambat dan
perbesaran ini bersifat lunak dan tidak memberikan gangguan yang berarti.
Tetapi, dalam banyak hal dengan berbagai faktor pembesaran ini menekan
uretra sedemikian rupa sehingga dapat terjadi sumbatan partial ataupun
komplit.
Penurunan kadar serum testosteron, dan kadar estrogen meningkat. Juga
terdapat teori bahwa rasio estrogen/androgen yang lebih tinggi akan
merangsang hyperplasia jaringan prostat. Proses patologis lainnya adalah
penimbunan jaringan kolagen dan elastin di antara otot polos yang berakibat
melemahnya kontraksi otot. Hal ini mengakibatkan terjadinya hipersensitivitas
pasca fungsional, ketidakseimbangan neurotransmiter, dan penurunan input
sensorik, sehingga otot detrusor tidak stabil.
(Sumber: Ilmu Bedah. FKUI. 1995)
5. Hubungan gejala straining frequent terminal dribbling, nocturia dengan
penyakitnya
Dibedakan menjadi dua kelompok.
Pertama, Gejala Iritatif:
a. sering buang air kecil (frequency),
b. tergesa-gesa untuk buang air kecil (urgency),
c. buang air kecil malam hari lebih dari satu kali (nocturia),
menurunnya hambatan kortikal selama tidur dan juga menurunnya tonus
sfingter dan uretra
d. sulit menahan buang air kecil (urge incontinence).
UKKIE MODUL UROGENITAL LBM 6
[AUTHOR NAME]
pancaran melemah,
akhir buang air kecil belum terasa kosong (incomplete emptying),
menunggu lama pada permulaan buang air kecil (hesitancy),
harus mengedan saat buang air kecil (straining),
buang air kecil terputus-putus (intermittency),
waktu buang air kecil memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan
terjadi inkontinen karena overflow
(Sumber: Ilmu Bedah. Staf Pengajar FKUI. 1995)
Oleh karena pembesaran prostat terjadi perlahan, maka efek terjadinya perubahan
pada traktus urinarius juga terjadi perlahan-lahan. Perubahan patofisiologi yang
disebabkan pembesaran prostat sebenarnyadisebabkan oleh kombinasi resistensi
uretra daerah prostat, tonus trigonum dan leher vesika dan kekuatankontraksi
detrusor. Secara garis besar, detrusor dipersarafi oleh sistem parasimpatis, sedang
trigonum, leher vesika dan prostat oleh sistem simpatis. Pada tahap awal setelah
terjadinya pembesaran prostat akan terjadiresistensi yang bertambah pada leher
vesika dan daerah prostat. Kemudian detrusor akan mencoba mengatasi keadaan
ini dengan jalan kontraksi lebih kuat dan detrusor menjadi lebih tebal. Penonjolan
serat detrusor kedalam kandung kemih dengan sistoskopi akan terlihat seperti balok
yang disebut trahekulasi (buli-buli balok). Mukosa dapat menerobos keluar diantara
serat aetrisor. Tonjolan mukosa yang kecil dinamakan sakula sedangkan yang besar
disebut divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut Fase kompensasi otot dinding
kandung kemih. Apabila keadaan berlanjut maka detrusor menjadi lelah dan
akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi
sehingga terjadi retensi urin. Pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda gejala
yaitu obstruksi dan iritasi. Gejala obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi
dengan cukup lama dan kuat sehingga kontraksi terputus-putus (mengganggu
permulaan miksi), miksi terputus, menetes pada akhir miksi, pancaran lemah, rasa
belum puas setelah miksi. Gejala iritasi terjadi karena pengosongan yang
tidak sempurna atau pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih,
sehingga sering berkontraksiwalaupun belum penuh atau dikatakan sebagai
hipersenitivitas otot detrusor (frekuensi miksi meningkat, nokturia, miksi sulit
ditahan/urgency, disuria).
[AUTHOR NAME]
Karena produksi urin terus terjadi, maka satu saat vesiko urinaria tidak mampu
lagi menampung urin,sehingga tekanan intravesikel lebih tinggi dari tekanan
sfingter dan obstruksi sehingga terjadi inkontinensia paradox (overflow
incontinence). Retensi kronik menyebabkan refluks vesiko ureter dan dilatasi. ureter
danginjal, maka ginjal akan rusak dan terjadi gagal ginjal. Kerusakan traktus
urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan penderita harus
mengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen yang
akan menimbulkan hernia dan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan
membentuk batu endapan yang menambal. Keluhan iritasi dan hematuria. Selain
itu, stasis urin dalam vesika urinariamenjadikan media pertumbuhan
mikroorganisme, yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi
refluksmenyebabkan pyelonefritis
(buku Ilmu Bedah De jong).
[AUTHOR NAME]
prostatismus
pada RT ditemukan penonjolan prostat
sisa urine < 50 ml
Derajat 2:
[AUTHOR NAME]
Derajat 3:
seperti derajat 2
batas atas prostat tidak teraba
sisa urin > 100 ml
Derajat 4:
retensi total
(Sumber: Ilmu Bedah. FKUI. 1995)
9. Pemeriksaan penunjang
Diperkuat dengan USG melalui dubur (trans rektal ultra sound -- TRUS)
10.Dd
Kelemahan detrusor kandung kemih
Kandung kemih neuropati
Obstruksi fungsional
Kekakuan leher kandung kemih : Fibrosis
UKKIE MODUL UROGENITAL LBM 6
[AUTHOR NAME]
uretralitiasis
striktur uretra
11.Komplikasi
1.Inkontinensia Paradoks
2.Batu Kandung Kemih
3.Hematuria
4.Sistitis
UKKIE MODUL UROGENITAL LBM 6
[AUTHOR NAME]
5.Pielonefritis
6.Retensi Urin Akut Atau Kronik
7.Refluks Vesiko-Ureter
8.Hidroureter
9.Hidronefrosis
10.Gagal Ginjal
buku urologi , basuki purnomo
E. Terapi laser
Tekniknya antara lain Transurethral laser induced prostatectomy (TULIP) yang
dilakukan dengan bantuan USG, Visual coagulative necrosis, Visual laser
ablation of the prostate (VILAP), dan interstitial laser therapy.
F. Terapi alat
1. Microwave hyperthermia
Memanaskan jaringan adenoma melalui alat yang dimasukkan melalui
uretra atau rektum sampai suhu 42-45oC sehingga diharapkan terjadi
koagulasi.
2. Trans urethral needle ablation (TUNA)
[AUTHOR NAME]
Alat yang dimasukkan melalui uretra yang apabila posisi sudah diatur,
dapat mengeluarkan 2 jarum yang dapat menusuk adenoma dan
mengalirkan panas, sehingga terjadi koagulasi sepanjang jarum yang
menancap di jaringan prostat.
3. High intensity focused ultrasound (HIFU)
Melalui probe yang ditempatkan di rektum yang memancarkan energi
ultrasound dengan intensitas tinggi dan terfokus.
4. Intraurethral stent
Adalah alat yang secara endoskopik ditempatkan di fosa prostatika untuk
mempertahankan lumen uretra tetap terbuka.
5. Transurethral baloon dilatation
Dilakukan dengan memasukkan kateter yang dapat mendilatasi fosa
prostatika dan leher kandung kemih.
Derajat 2:
Sudah ada indikasi untuk tindakan operatif Trans Urethral Resection (TUR
P)
Jika tidak mau, diberi pengobatan konservatif
Derajat 3:
TUR P
Operasi terbuka dengan route transvesikal, membuka vesika dan prostat
dinukleasi dari dalam vesika
Operasi terbuka dengan route retropubik, membuka kapsul prostattanpa
membuka vesika, prostat dinukleasi dari retropubik
Transurethral incision of the prostate (TUIP)
Transurethral laser induced prostatectomy (TULIP) yang dilakukan dengan
bantuan USG
Pengobatan konservatif
Derajat 4:
UKKIE MODUL UROGENITAL LBM 6
[AUTHOR NAME]
Tindakan operatif
(Sumber: Ilmu Bedah. FKUI. 1995)
OBSERVASI
MEDIKAMENTOSA
PEMBEDAHAN
Watchful
waiting
Antagonis
adrenergik
Inhibitor reduktase
5
Fitoterapi
Prostatektomi
terbuka
Endo-urologi:
TURP
TUIP
TULP
Elektroevaporasi
INVASIF
MINIMAL
TUMT
HIFU
Stent uretra
TUNA
ILC
[AUTHOR NAME]