You are on page 1of 40

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunianya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial mengenai skenario Persalinan Normal.
Tulisan ini merupakan bentuk suatu informasi tertulis yang diwujudkan melalui laporan yang
diberikan oleh tutor PBL pada blok Sistem Reproduksi dan Tumbuh Kembang Anak guna untuk
bisa menambahkan pemahaman yang menurut kami sangatlah bermanfaat. Untuk itu sebagai
penyusun saya berharap agar laporan ini dapat bermanfaat lebih.
Demikian yang dapat kami sampaikan,mohon maaf apabila terdapat kekurangan
dalam penulisan laporan ini, mohon kritik dan saran dari dokter agar kedepan kami dapat
menyempurnakan dengan lebih baik lagi isi dari laporan ini. Terima Kasih

Ambon, Oktober 2015

Penyusun

KELOMPOK PENYUSUN

KETUA

: Rizaldy Umasangaji

2012-83-005

SEKERTARIS I

: Wirscka G.M Latukaisupy

2012-83-057

SEKERTARIS II

: Hapsah Faradina Umarella

2012-83-023

Ridwan M. Husni
Dany Iswan Sopalatu
Joesthianto Laurenz Kilmanun
Feby Ilviana Hattu
Lorina W. Aitameru
Norma Mutia Dewi
Vonita N. Silahooy
Kriselda Jessica Poceratu

2011-83-007
2011-83-040
2012-83-009
2012-83-024
2012-83-031
2012-83-034
2012-83-049
2012-83-051

ANGGOTA

:
1
2
3
4
5
6
7
8

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..1


KELOMPOK PENYUSUN ..2
DAFTAR ISI .....3
BAB I PENDAHULUAN .....4-8
BAB II PEMBAHASAN 9
Learning Objective I : Fisiologi Kehamilan .....9-12
Learning Objective II : Tanda-tanda Kehamilan ....12-14
Learning Objective III : Antenatal Care ..14-27
Learning Objective IV : Asuhan Persalinan Normal ..27-32
Learning Objective V : Pemeriksaan Fisik Persiapan Persalinan ....32-35
Learning Objective VI : Tahap-Tahap Persalinan ....36-38
Learning Objective VII : Farmakologi Persalinan ....38-39
Learning Objective VIII : Pemeriksaan Fetal Well Being .....40
DAFTAR PUSTAKA 41

BAB I
PENDAHULUAN
3

Skenario
Seorang wanita G4P2A1, hamil 37 minggu datang ke klinik bersalin dengan keluhan
lendir dan darah pervagina dan serta perut kencang teratur sejak 4 jam yang lalu. Hasil
pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam oleh dokter didapatkan keadaan umum yang baik, hasil
vital sign tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 37C, RR 20/menit, hasil
pengamatan terdapat udema pada tungkai bawah, hasil pemeriksaan obstetri janin tunggal,
presentasi kepala, PUKI, BJJ 120x/menit, hasil pemeriksaan fetal well bong masih baik. Hasil
pemeriksaan serviks (bisshop score) serviks sudah matang dengan nilai 8, dilatasi serviks sudah
pembukaan 3 cm, setelah 10 jam pada persalinan, penderita terlihat ingin mengejan, perineum
terlihat menonjol anus terbuka, dilakukan pemeriksaan dalam, ternyata pembukaan sudah
lengkap.
STEP I
(Identifikasi Kata Sukar dan Kata Kunci)
Kata Sukar
1.

Kata Kunci

Bisshop score: skor yg diambil dari

1.

G4P2A1

induksi gravida konsistensi serviks,

2.

Hamil 37 mgg

posisi serviks yg berhubungan dengan

3.

Lendir, darah

aksis vagina

pervaginam, perut

2. Fetal well being: pemeriksaan status


kesehatan janin

kencang 4 jam yg lalu


4.

TD 140/90, nadi
80x/menit, suhu 37

5.

Terdapat udem pada


tungkai bawah

6.

Pem obstetri janin


tunggal, presentasi
kepala, PUKI, BJJ
120x/mnt

7.

Dilatasi serviks sudah


pembukaan 3 cm

STEP II
(Identifikasi Masalah)
4

1. Penatalaksanaan awal apa yang dapat kita lakukan?


2.

Berapa nilai BJJ normal?

3. Dari vital sign pasien, apakah pasien ini dapat dikatakan normal?
4. Bagaimana fisiologi persalinan?
5. Apa makna dari pemeriksaan obstetri tunggal?
6. Makna dari hasil pemeriksaan bisshop score matang dengan nilai 8?
7. Bagaimana menentukan kala pasien ini dan jika dilihat dari skenario, pasien ini termasuk
kala ke berapa?
8. Hal-hal apa saja yang dapat menyebabkan perdarahan pada pasien ini?
9. Bagaimana kategori preeklampsia pada pasien ini?
STEP III
Analisa Masalah
1. Penatalaksanaan berdasarkan kala jangan berbaring dari 10 menit bayi akan hipoksia,
terapi nutrisi dan cairan, anjurkan BAK teratur jika bisa pasang kateter, untuk kala 2
sudah harus persiapan persalinan
- Kala 1 periksa ketuban pecah ibu dilarang berjalan, paling penting beri semangat
-

untuk ibu ini


Untuk preeklampsia ibunya disuruh bedrest diet rendah garam, obatnya fenobarbital

30mg 3 kali sehari


- Untuk kala 1 periksa kontraksi serviks, jika kurang bisa tambahkan oxytocin
2. BJJ pada usia 6 mgg adalah 90-110 denyut/menit, usia >9 mgg 140 denyut/menit .BJJ
usia kehamilan 16 mgg adalah 120-160x, takikardi berat >180, takikardi ringan 160-180,
bradikardi ringan 100-116x, bradikardi berat <80x, BJJ <120 atau >160 harus
diwaspadai.
3. Bahwa ibu ini masuk ke preeklampsia ringan dan pernafasan, suhu, denyut nadi normal,
jadi ibu ini mengalami preeklampsia ringan dan lainnya dalam batas normal.

4. Persalinan adalah proses pergerakan janin berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks
dan kekuatan yg teratur, mula-mula kekuatan dari kecil dan meningkat sampai siap untuk
mengeluarkan janin dari ibu
5. Janin tunggal hanya 1 janin, presentasi kepala: posisi kepala, punggung kiri periksa
bagian kepala janin dan puki, bjj 120x/menit
6. Tingkat pematangan serviks menentukan keberhasilan kehamilan nilai 8 itu
kematangannya sudah baik, tapi yang paling baik adalah 9.
7. Terdapat 4 kala,
- Kala 1, ini dimulai serviks terbuka disertai pengeluaran lendir darah, bibir potio yg
-

dapat teraba, terdapat fase laten 1 jam,


Kala 2, dimulai dengan bayi lahir berlangsung 2 jam dengan pembukaan serviks yg
lengkap dan berakhir dengan lengkap, kadang kala selaput pecah spontan pada kala 2,
pada kala ini ibu selalu ingin mengedan dengan kuat dan anusnya membuka
kemudian bawah janin turun sampai dasar panggul, sedangkan kepala dilahirkan lebih

dulu dengan os simpisis


Kala 3 dimulai dengan bayi dengan plasenta ditandai dengan perdarahan baru atau

tidak disertai perdarahan.


Kala 4 dimulai dengan observasi postpartum terdapat hal vital sign, ketuban sudah

lengkap, kandung kemih harus kosong.


8. Berdasarkan skenario dilatasi serviks, persalinan normal karena dilatasi serviks 3cm,
G4P2A1, pasien ini pernah melakukan aborsi. Ada yang normal dan kelainan seperti
atoni, posisi umbilikus dibawah .Lendir campur darah tidak normal. Karena obat obatan
tertentu, perbedaan rhesus dapat buat perdarahan, trauma saat hamil dll. Tanda persalinan
ada 2, lendir+darah termasuk persalinan partum jadi normal
9. Ringan 140/90 berat, 160/110 atau bisa lebih, Jadi dia masuk preeklamsia yg ringan
.Vasospasme

buat

perfusi

jaringan

menurun,

periksa

>5gram/24jam.
STEP IV
Klarifikasi, Klasifikasi Masalah dan Mind Mapping
1. Itu yang tadi fisiologi persalinan tapi tentang defenisi persalinan
2. Pasien ini masuk kala dua

proteinuria,

proteinuria

3. Ibu ini belum masuk preeklampsia


4. Pasien ini sudah harus siap untuk bersalin
Mind Mapping

STEP V
Learning Objective
1. Fisiologi kehamilan
2. Tanda-tanda kehamilan dan persalinan normal
7

3. Pemeriksaan fisik yang wajib dilakukan untuk persiapan persalinan


4. Tahap-tahap persalinan
5. Farmakologi persalinan
6. Pemeriksaan Antenatal Care
7. Pemeriksaan Fetal Well Being
8. Tindakan pasca bersalin

BAB II
PEMBAHASAN
Learning Objective

FISIOLOGI KEHAMILAN

Selama siklus ovarium, perkembangan dan pematangan folikel di atur oleh 2 hormon
gonadotropin yaitu FSH dan LH yang berasal dari kelenjar hipofisis anterior dibawah kontrol
GNRH yang disekresikan oleh hipotalamus. FSH dan LH menstimulasi perkembangan folikel.
folikel yang berkembang sel theca-nyamenghasilkan estrogen. Peningkatan tipis kadar estrogen
dalam plasma darah memberikan umpan balik negatif terhadap sekresi LH dan FSH di hipofisis
anterior. Namun umpan balik negatif ini hanya sementara, saat kadar estrogen meningkat maka
memberikan umpan balik positif pada poros hipotalamus-hipofisis untuk menghasilkan LH dan
sedikit FSH. Peningkatan LH dan FSH ini menstimulasi penyelesaian tahap meiosis i pada oosit
primer. Setelah ovulasi, lh mendukung perubahan folikel de graaf yang ruptur menjadi korpus
luteum. Setelah kadar lh menurun, terjadi degenerasi korpus luteum. Kadar estrogen dan
progesteron menurun, ini menyebabkan umpan balik positif bagi hipofisis anterior. FSH dan LH
kembali diproduksi, maka dimulailah siklus hormonal yang baru.
Proses kehamilan
Untuk terjadi suatu kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum
(konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi. Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu oleh
mikrofilamen-mikrofilamen fimbria infundibulum tuba kearah ostium tuba abdominalis, dan
disalurkan terus kearah medial.Kemudian jutaan spermatozoa ditumpahkan diforniks vagina dan
disekitar porsio pada waktu koitus. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat terus ke kavum
uteri dan tuba, dan hanya beberapa ratus spermatozoa dapat sampai ke bagian ampula tuba
dimana spermatozoa dapat memasuki ovum yang telah siap untuk dibuahi, dan hanya satu
spermatozoa yang mempunyai kemampuan(kapasitasi) untuk membuahi. Pada spermatozoa
ditemukan peningkatan konsentrasi DNA dinukleus, dan kaputnya lebih mudah menembus
dinding ovum oleh karena diduga dapat melepaskan hialuronidase.
Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan spermatozoa yang
biasanya berlangsung diampula tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum,
fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetik. Hanya satu spermatozoa yang
telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi membran sel ovum. Untuk
mencapai ovum, sperma harus melewati korona radiata (lapisan sel diluar ovum) dan zona
9

pelusida (suatu bentuk glikoprotein ekstraselular), yaitu lapisan yang menutupi dan mencegah
ovum mengalami fertilisasi lebih dari satu spermatozoa.Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus
kehilangan membran nukleusnya, yang tinggal hanya pronukleusnya, sedangkan ekor
spermatozoa dan mitokondrianya berdegenerasi.Itulah sebabnya seluruh mitokondria pada
manusia berasal dari ibu (maternal). Masuknya spermatozoa kedalam vitelus membangkitkan
nukleus ovum yang masih dalam metafase untuk proses pembelahan selanjutnya (pembelahan
mieosis kedua) sesudah anafase kemudian timbul telofase dan benda kutub (polar body) kedua
menujuruang

perivitelina.

Ovum

sekarang

hanya

mempunyai

pronukleus

yang

haploid.Pronukleus spermatozoa juga telah mengandung jumlah kromosom yang haploid.


Kedua pronukleus saling mendekati dan bersatu membentuk zigot yang terdiri atas bahan
genetik dari perempuan dan laki-laki. Pada manusia terdapat 46 kromosom, ialah 44 kromosom
otosom dan 2 kromosom kelamin; pada seorang laki-laki satu X dan satu Y. sesudah pembelahan
kematangan, maka ovum matang mempunyai 22 kromosom otosom serta 1 kromosom X. Zigot
sebagai hasil pembuahan yang memiliki 44 kromosom otosom serta 2 kromosom X akan tumbuh
sebagai janin perempuan, sedangkan yang memiliki 44 kromosom otosom serta 1 kromosom X
dan 1 kromosom Y akan tumbuh sebagai janin laki-laki.2
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot. Hal ini dapat
berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim.
Segera setelah pembelahan ini terjadi, pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan dengan
lancar, dan selama tiga hari terbentuk suatu kelompok sel yang sama besarnya. Hasil konsepsi
berada dalam stadium morula. Energi untuk pembelahan ini diperoleh dari vitelus, sehingga
volume vitelus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demikian, zona
pelisida tetap utuh, atau dengan kata lain, besarnya hasil konsepsi tetap utuh. Dalam ukuran yang
sama ini hasil konsepsi disalurkan terus ke pars ismika dan pars interstisial tuba (bagian-bagian
tuba yang sempit) dan terus disalurkan kearah kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada
permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba.
Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula yang disebut
blastokista, suatu bentuk yang dibagian luarnya adalah trofoblas dan dibagian dalamnya disebut
massa inner cellini berkembang menjadi janin dan trofoblas akan berkembang menjadi plasenta.
Dengan demikian, blastokista diselubungi oleh suatu simpai yang disebut trofoblas.Trofoblas ini
10

sangat kritis untuk keberhasilan kehamilan terkait dengan keberhasilan nidasi (implantasi),
produksi hormon kehamilan, proteksi imunitas bagi janin, peningkatan aliran darah maternal ke
dalam plasenta, dan kelahiran bayi. Sejak tropoblas terbentuk, produksi hormon human chorionic
gonadotropin (hCG) dimulai, suatu hormon yang memastikan bahwa endometrium akan
menerima (resesif) dalam proses implantasi embrio.
Setelah proses implantasi selesai, maka pada tahap selanjutnya akan terbentuk amnion
dan cairan amnion. Amnion pada kehamilan aterm berupa sebuah membran yang kuat dan ulet
tetapi lentur.Amnion adalah membran janin paling dalam dan berdampingan dengan cairan
amnion.Amnion manusia pertama kali dapat diidentifikasi sekitar hari ke-7 atau ke-8
perkembangan mudigah.Secara jelas telah diketahui bahwa amnion tidak sekedar membran
avaskular yang berfungsi menampung cairan amnion. Membran ini aktif secara metabolis,
terlihat dalam transpor air dan zat terlarut untuk mempertahankan homeostatis cairan amnion,
dan menghasilkan berbagai senyawa bioaktif menarik, termasuk peptida vasoaktif, faktor
pertumbuhan dan sitoin.Pada awal kehamilan, cairan amnion adalah suatu ultrafiltrat plasma ibu.
Pada awal trimester kedua, cairan ini terutama terdiri dari cairan ekstrasel yang berdifusi melalui
kulit janin sehingga mencerminkan komposisi plasma janin.Volume cairan amnion pada setiap
minggu gestasi cukup berbeda-beda. Secara umum, volume cairan meningkat 10 ml perminggu
pada minggu ke-8 dan meningkat sampai 60 ml perminggu pada minggu ke-21, dan kemudian
berkurang secara bertahap hingga kembali ke kondisi mantap pada minggu ke-33. Dengan
demikian, volume cairan biasanya meningkat dari 50 ml pada minggu ke-12 menjadi 400 ml
pada pertengahan kehamilan dan 1000 ml pada kehamilan aterm.
Cairan yang normalnya jernih dan menumpuk di dalam rongga amnion ini akan
meningkat jumlahnya seiring dengan perkembangan kehamilan sampai menjelang aterm, saat
terjadi penurunan volume cairan amnion pada banyak kehamilan normal. Cairan amnion ini
berfungsi sebagai bantalan bagi janin, yang kemungkinan perkembangan sistem muskuloskletal
dan melindungi pertahanan suhu dan memiliki fungsi nutrisi yang minimal.1,2
TANDA-TANDA KEHAMILAN
Banyak manifestasi dari adaptasi fisiologis terhadap kehamilan yang mudah dikenali dan
merupakan petunjuk penting bagi diagnosis dan evaluasi kemajuan kehamilan. Ada tiga tanda
11

yang menunjukkan telah terjadinya suatu kehamilan, yang pertama tanda persumtif adalah tanda
dugaan seorang wanita mengalami kehamilan, yang termasuk tanda persumtif ini antara lain
adanya mual dengan atau tanpa muntah, terjadi gangguan berkemih, fatigue (rasa mudah lelah)
dan persepsi adanya gerakan janin. Kedua adalah tanda kemungkinan hamil yang ditandai
dengan terhentinya menstruasi, perubahan pada payudara, adanya perubahan pada mukosa
vagina, selain itu terjadinya peningkatan pigmentasi kulit dan timbulnya striae abdomen. Ketiga
adalah tanda positif hamil yaitu terjadi pembesaran abdomen, perubahan ukuran, bentuk dan
konsistensi uterus, terjadi perubahan pada serviks, serta adanya kontraksi braxton hiksdan
terakhir tanda pasti kehamilan yang mana akan dapat diidentifikasi kerja jantung janin, adanya
gerakan janin aktif, dan deteksi kehamilan secara ultrasonograf.1,2
Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin,lamanya hamil normal adalah 280
hari/ 40 minggu,dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT). 1
Tanda-tanda kehamilan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Amenorrea
Nausea
Mengidam
Anoreksia
Mudah lelah
Konstipasi/Obstipasi

12

Tanda pasti kehamilan :


a. Gerakan janin yang dapat dirasa
b. Adanya DJJ
Diagnosa terjadinya suatu kehamilan :
a. HCG, test pack
b. USG, ultrasonografi

13

Gambar 1 : Tabel perbandingan antara kehamilan primipara dan multipara.


[Sumber : Sinopsis Obstetri jilid 1 edisi 3]
ANTENATAL CARE
Pemeriksaan

Antenatal

Care

(ANC)

adalah

pemeriksaan

kehamilan

untuk

mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi persalinan,
kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara
wajar.Pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta
menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan
mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental. Kunjungan Antenatal
Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia
merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan
Antenatal Care (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine
serta ada tidaknya masalah atau komplikasi.4,5

14

Tujuan antenatal care :


1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu dan bayi.
3. Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat
penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan
trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh
kembang secara normal.
7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal
15

Menurut Depkes RI (2004) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah untuk menjaga agar ibu
hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta
menghasilkan bayi yang sehat. Program-program yang di integrasikan dalam pelayanan
antenatalterintegrasi meliputi :7
a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)
b. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika)
c. Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK)
d. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia
e. Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT)
f. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK)
g. Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan (TB-ANC) dan Kusta
h. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK)
i. Penanggulangan Gangguan Intelegensia pada Kehamilan (PAGIN).
Jadwal pelaksanaan antental care
Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak
minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut : sampai dengan kehamilan
trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester kedua (14-28
minggu) satu kali kunjungan dan kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu
ke-36) dua kali kunjungan.
Pemeriksaan Kehamilan
Dalam masa kehamilan ibu harus memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan paling
sedikit 4 kali :
1. Trismester I : 1 kali
2. Trismester II : 1 kali
3. Trismester III : 2 kali
Pekayanan antenatal care

16

1. Konsep Pemeriksaan Antenatal


Menurut Departem Kesehatan RI (2002), pemeriksaan antenatal dilakukan dengan standar
pelayanan antenatal dimulai dengan :
a. Anamnese : meliputi identitas ibu hamil, riwayat kontrasepsi/KB, kehamilan sebelumnya dan
kehamilan sekarang.
b. Pemeriksaan umum : meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan.
c. Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya atas indikasi/diagnosa
d. Pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan tablet besi (fe)
e. Penyuluhan tentang gizi, kebersihan, olah raga, pekerjaan dan perilaku sehari-hari, perawatan
payudara dan air susu ibu, tanda-tanda risiko, pentingnya pemeriksaan kehamilan dan imunisasi
selanjutnya, persalinan oleh tenaga terlatih, KB setelah melahirkan serta pentingnya kunjungan
pemeriksaan kehamilan ulang.
2. Kunjungan Ibu Hamil
Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil
dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan
pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan disini dapat diartikan ibu hamil yang datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan atau sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di
rumahnya atau posyandu. Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang dibagi menjadi
beberapa tahap, seperti :
a. Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk
mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan trimester I, dimana usia
kehamilan 1 sampai 12 minggu.
b. Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)

17

Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan
untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan pada trimester III, usia
kehamilan > 24 minggu.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kunjungan antenatal sebaiknya
dilakukan paling sedikit empat kali selama masa kehamilan dengan distribusi kontak sebagai
berikut :
a. Minimal 1 kali pada trimester I (K1), usia kehamilan 1-12 minggu
b. Minimal 1 kali pada trimester II, usia kehamilan 13-24 minggu
c. Minimal 2 kali pada trimester III, (K3-K4), usia kehamilan > 24 minggu
Jadwal pemeriksaan
Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), pemeriksaan kehamilan berdasarkan kunjungan
antenatal dibagi atas :
a. Kunjungan Pertama (K1)
Meliputi :
(1) Identitas/biodata
(2) Riwayat kehamilan
(3) Riwayat kebidanan
(4) Riwayat kesehatan
(5) Riwayat sosial ekonomi
(6) Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan
(7) Penyuluhan dan konsultasi.
b. Kunjungan Keempat (K4)
Meliputi :
18

(1) Anamnese (keluhan/masalah)


(2) Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan
(3) Pemeriksaan psikologis
(4) Pemeriksaan laboratorium bila ada indikasi/diperlukan
(5) Diagnosa akhir (kehamilan normal, terdapat penyulit, terjadi komplikasi, atau tergolong
kehamilan risiko tinggi
(6) Sikap dan rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan).

Pelaksana Pelayanan Antenatal


Pelaksana pelayanan antenatal adalah dokter, bidan (bidan puskesmas, bidan di desa, bidan di
praktek swasta), pembantu bidan, perawat yang sudah dilatih dalam pemeriksaan kehamilan
(Depkes RI, 2002).Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayananantenatal
menurut Depkes RI yang terdiri dari :
19

a. Kunjungan Pertama
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Catat identitas ibu hamil


Catat kehamilan sekarang
Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan
Pemeriksaan fisik diagnostic dan laboratorium
Pemeriksaan obstetric
Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, danmineral lainnya serta

obat-obatan khusus atas indikasi.


9. Penyuluhan/konseling.
c. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bias mengancam jiwanya. Oleh
karena itu, wanita hamil memerlukansedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal:

Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).


Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 28).
Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 36 dan sesudah minggu

ke 36).
Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada gangguan atau bila janin
tidak bergerak lebih dari 12 jam (Pusdiknakes,2003:45).

Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangatpenting.


a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14

Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatandan ibu hamil.


Mendeteksi masalah dan menanganinya
Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum,anemia kekurangan zat besi,

penggunaan praktek tradisional yangmerugikan


Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapikomplikasi
Mendorong perilaku yang shat (gizi, latihan dan kebersihan,istirahat dan sebagainya
b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28

Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenaipreeklampsia (tanya ibu tentang
gejala gejala preeklamsia, pantautekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada
kehamilanganda.
20

c. Trimester ketiga antara minggu 28-36


Sama seperti diatas, dtambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.
d. Trimester ketiga setelah 36 minggu
Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang
memerlukan kelahiran di rumah sakit.
Tinjauan Tentang Kunjungan Ibu Hamil
Kontak ibu hamil dan petugas yang memberikan pelayanan untuk mendapatkan
pemeriksaan kehamilan, istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang
ke fasilitas tetapi dapat juga sebaliknya, yaitu ibu hamil yang dikunjungi oleh petugas kesehatan
(Depkes RI,1997:57).
Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk 7 T :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

(Timbang) berat badan


Ukur (Tekanan) darah
Ukur (Tinggi) fundus uteri
Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)
Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
Tes terhadap penyakit menular sexual
Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

Kebijakan Pelayanan Antenatal


a. Kebijakan Program
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI dan AKB
pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis Empat Pilar Safe Motherhood yaitu
meliputi : Keluarga Berencana, ANC, Persalinan Bersih dan Aman, dan Pelayanan Obstetri
Essensial. Pendekatan pelayanan obstetric dan neonatal kepada setiap ibu hamil ini sesuai
dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang mempunyai 3 (tiga) pesan kunci
yaitu :
21

Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.


Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.
Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan penatalaksanaan
kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganannya komplikasi keguguran.
Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan antenatal

sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan ketentuan sebagai berikut :

Minimal satu kali pada trimester pertama (K1).


Minimal satu kali pada trimester kedua (K2).
Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4).

Kebijakan teknis
Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh tenaga kesehatan profesional
dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi.Untuk itu perlu kebijakan teknis untuk ibu hamil
seara keseluruhan yang bertujuan untuk mengurangi resiko dan komplikasi kehamilan secara
dini. Kebijakan teknis itu dapat meliputi komponen-komponen sebagai berikut:

Mengupayakan kehamilan yang sehat.


Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila

diperlukan.
Persiapan persalinan yang bersih dan aman
Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi
komplikasi.

Beberapa kebijakan teknis pelayanan antenatal rutin yang selama ini dilaksanakan dalam rangka
peningkatan cakupan pelayanan antara lain meliputi :

Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan stiker dan buku KIA, dengan

melibatkan kader dan perangkar desa serta kegiatan kelompok Kelas Ibu Hamil.
Peningkatan kemampuan penjaringan ibu hamil melalui kegiatan kemitraan Bidan dan

Dukun.
Peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjungan rumah.
Peningkatan akses pelayanan persalinan dengan rumah tunggu.

22

Intervensi Dalam Pelayanan Antenatal Care


Intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah perlakuan yang diberikan kepada ibu
hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan. Adapun intervensi dalam pelayanan antenatal care
adalah :
a. Intervensi Dasar
Pemberian Tetanus Toxoid

Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum, pemberian
TT baru menimbulkan efek perlindungan bila diberikan sekurang-kurangnya 2 kali
dengan interval minimal 4 minggu, kecuali bila sebelumnya ibu telah mendapatkan TT 2
kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin, maka TT cukup diberikan
satu kali (TT ulang). Untuk menjaga efektifitas vaksin perlu diperhatikan cara

penyimpanan serta dosis pemberian yang tepat.


Dosis dan pemberian 0,5 cc pada lengan atas.
Jadwal pemberian TT

Gambar 2 : Jadwal pemberian TT


[Sumber :]
2) Pemberian Vitamin Zat Besi

Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan
nifas karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan meningkat.

23

Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang.
Tiap tablet mengandung FeSO4 320 Mg (zat besi 60 Mg) dan Asam Folat 500 Mg,
minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak di minum bersama teh atau
kopi, karenamengganggu penyerapan.

b. Intervensi Khusus
Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibu hamil sesuai
dengan faktor resiko dan kelainan yang ditemukan, meliputi:
1) Faktor resiko, meliputi:
a) Umur

Terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun


Terlalu tua, yaitu diatas 35 tahun

b) Paritas

Paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah melahirkan)


Paritas > 3

c) Interval,jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurang-kurangnya 2 tahun.


d) Tinggi badan kurang dari 145 cm
e) Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm
2) Komplikasi Kehamilan
a) Komplikasi obstetri langsung

Perdarahan
Pre eklamasi/eklamsia
Kelainan letak lintang, sungsang primi gravid
Anak besar, hidramnion, kelainan kembar
Ketuban pecah dini dalam kehamilan.

b) Komplikasi obstetri tidak langsung

Penyakit jantung
Hepatitis
TBC (Tuberkolosis)
Anemia
Malaria
Diabetes mellitus

24

c) Komplikasi yang berhubungan dengan obstetri, komplikasi akibat kecelakaan (kendaraan,


keracunan, kebakaran)
Pelaksana dan Tempat Pelayanan Antenatal
Pelayanan kegiatan pelayanan antenatal terdapat dari tenaga medis yaitu dokter umum
dan dokter spesialis dan tenaga paramedic yaitu bidan, perawat yang sudah mendapat
pelatihan.Pelayanan antenatal dapat dilaksanakan di puskesmas, puskesmas pembantu,
posyandu, Bidan Praktik Swasta, polindes, rumah sakit bersalin dan rumah sakit umum. (Depkes
RI, 1995)
Peran Serta Ibu Dalam Pelayanan Antenatal
Peran serta ibu dalam hal ini ibu-ibu hamil di dalam memanfaatkan pelayanan antenatal
dipengaruhi perilaku individu dalam penggunaan pelayanan kesehatan, adanya pengetahuan
tentang manfaat pelayanan antenatal selama kehamilan akan menyebabkan sikap yang positif.
Selanjutnya sikap positif akan mempengaruhi niat untuk ikut serta dalam pemeriksaan
kehamilan. Kegiatan yang sudah dilakukan inilah disebut perilaku.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan antenatal care


1. Umur
Adalah umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir dan bekerja. Dengan bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam berpikir
semakin baik sehingga akan termotivasi dalam memeriksakan kehamilan, juga mengetahui akan
pentingnya Antenatal Care. Semakin muda umurnya semakin tidak mengerti tentang pentingnya
pemeriksaan kehamilan. Umur sangat menentukan suatu kesehatan ibu, ibu dikatakan beresiko
tinggi apabila ibu hamil berusia dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Usia berguna untuk
mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan. Menurut penelitian
Woro Tri Hardjanti (2007) seorang wanita sebagai insan biologis sudah memasuki usia produksi
beberapa tahun sebelum mencapai umur dimana kehamilan dan persalinan dapat berlangsung
25

aman, yaitu 20-35 tahun, setelah itu resiko ibu akan meningkat setiap tahun. Dalam kurun
reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.
Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahunternyata 2-5
kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian
maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses ilmiah yang terjadi pada manusia. Menurut Crow, pendidikan
adalah suatu proses dimana pengalaman atau informasi diperoleh sebagai hasil dari proses
belajar. Menurut Dictionary of Education, pendidikan dapat diartikan suatu proses dimana
seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk tingkah laku lainnya dalam
masyarakat dan kebudayaan. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik
pula

tingkat

pengetahuannya.

Proses

perubahan

perilaku

menuju

kedewasaan

dan

penyempurnaan hidup dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap tingkah
laku yang berpendidikan tinggi akan berbeda tinggi akan berbeda tingkah lakunya dengan orang
yang hanya berpendidikan dasar. Wanita yang berpendidikan akan lebih terbuka terhadap ide-ide
baru dan perubahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang proposional karena manfaat
pelayanan kesehatan akan mereka sadari sepenuhnya.
3. Paritas
Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu orang.Sueheilif
Paritas adalah status seorang wanita sehubungan dengan jumlah anak yang pernah
dilahirkannya.Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga
termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya ibu yang sudah
pernah melahirkan lebih dari satu orang mempunyai anggapan bahwa ia sudah berpengalaman
sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya.
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram atau lebih, yang pernah
dilahirkan, hidup atau mati.Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai batas umur
kehamilannya 24 minggu.Berdasarkan pengertian tersebut maka paritas mempengaruhi
kunjungan kehamilan.Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian
maternal lebih tinggi.Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal.Resiko pada paritas 1

26

dapat ditangani dengan asuhan obstetri lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat
dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana.

ASUHAN PERSALINAN NORMAL


Prosedur Persalinan Normal

I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA


1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong dan
menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
3. Pakai celemek plastik.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun
dan air
bersih mengalir.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik dan letakkan di partus set/wadah DTT atau
steril.
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN JANIN BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang
dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Kemudian,
cuci tangan.
10. Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memasikan bahwa DJJ dalam batas
normal (120-160x/menit).
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES
BIMBINGAN MENERAN
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu
menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya..
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran.
27

13. Laksanakan bimbingan meneran saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran.
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu
belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15.Letakkan handuk bersih di perut ibu, jika kepala bayi telat membuka vulva dengan diameter
5-6 cm.
16.Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
VI. MENOLONG KELAHIRAN BAYI
Lahirnya Kepala
19.Setelah kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan
satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering.Tangan yang satunya menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.Anjurkan ibu untuk meneran perlahan
atau bernafas cepat dan dangkal.
20. Seka mulut, muka, dan hidung bayi dengan lembut menggunakan kasa/kain bersih.
21. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal
itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
22. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.\
Lahirnya Bahu
23.Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.Anjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu
dengan muncul di bawah arcus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
Lahirnya Badan dan Tungkai
24.Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menulusuri dan memegang
lengan dan siku sebelah atas.

28

25. Setelah tubuh dan lengan lahir, penulusuran tangan atas berlanjut ke punggung dan
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki.
VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
26.Penilaian segera bayi baru lahir.
27. Keringkan tubuh bayi, bungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat.
28. Jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah
distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
29. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan pengguntingan tali
pusat di antara 2 klem tersebut.
30. Ganti handuk yang basah dengan handuk/kain baru yang bersih dan kering, selimuti dan
tutup kepala bayi dan biarkan tali pusat terbuka.
31. Berikan bayi pada ibunya, dan anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai
pemberian ASI dini.

VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA


Oksitosin
32.Letakkan kain bersih dan kering pada perut ibu.Periksa kembali uterus untuk memastikan
tidak ada lagi bayi dalam uterus.
33. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik agar uterus berkontraksi baik.
34. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas
bagian distal lateral.
Penanganan Tali Pusat Terkendali
35.Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
36. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi.
Tangan satunya menegangkan tali pusat.
37. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus ke arah belakang atas secara hati-hati.

29

Mengeluarkan Plasenta
38.Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga terlepas, minta ibu meneran sambil
penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti
poros jalan lahir.
39. Setelah plasenta muntul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang
dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta
pada tempat yang telah disediakan.
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
40.Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus, letakkan telapak
tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hinggan uterus
berkontraksi.
IX. MENILAI PERDARAHAN
41.Periksa kedua sisi plasenta baik bagian maternal maupun foetal dan pastikan selaput ketuban
lengkap dan utuh.Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.
42. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserari
menyebabkan perdarahan.
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
43.Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
44. Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, bilas
kedua tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan dengan kain yang bersih dan kering.
45. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril.
46. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
47. Selimuti bayi dan menutupi bagian kepalanya dengan handuk atau kain bersih dan kering.
48. Minta ibu memulai pemberian ASI secara dini (30-60 menit setelah bayi lahir).
Evaluasi
49. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
30

50. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
51. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
52. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama
pasca persalinan dan setiap 30 menit salam jam kedua pasca persalinan.
Kebersihan & Keamanan
53. Tempatkan semua perlatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10
menit), kemudian cuci dan bilas setelahnya.
54. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
55. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan
darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
56. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
57. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
58. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin selama 10 menit.
59. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
60. Lengkapi partograf, periksa tanda vital dan asuhan Kala IV dan lakukan penimbangan bayi,
beri tetes mata profilaksis dan vitamin K.7
PEMERIKSAAN FISIK PERSIAPAN PERSALINAN
Perkusi
Tidak begitu banyak artinya, kecuali jika ada suatu indikasi.
Palpasi

31

Ibu hamil diminta untuk berbaring telentang, kepala dan bahu sedikit ditinggikan dengan
memakai bantal.Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu hamil.Dengan sikap hormat, lakukanlah
palpasi bimanual, terutama pada pemeriksaan perut dan payudara.
Palpasi perut untuk menentukan:
1.
2.
3.
4.

Besar dan konsistensi rahim,


Bagian-bagian janin, letak, presentasi
Gerakan janin
Kontraksi rahim-Braxton-Hicks dan his.

Terdapat bermacam-macam cara palpasi:


1. Menurut Leopold dengan variasi:
Menurut Knebel
Menurut Budin, dan
Menurut Ahlfeld
Biasanya, sambil melakukan palpasi, sekaligus diperhatikan tentang konistensi uterus,
gerakan janin, kontraksi uterus (his), dan apakah ada lingkaran van Bandl.
Cara lain untuk menentukan tuanya kehamilan dan berat badan janin dalam kandungan:
1. Dihitung dari tanggal haid terakhir
2. Ditambahkan 4,5 bulan dari waktu ibu merasa janin hidup feeling life (quickening)
3. Menurut Spiegelberg: dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis,
diperoleh tabel:

Usia Kehamilan

Tinggi Fundus Uteri

22-28 minggu
28 minggu
30 minggu
32 minggu
34 minggu
36 minggu
38 minggu
40 minggu

24-25 cm di atas simfisis


26,7 cm di atas simfisis
29,5-30 cm di atas simfisis
29,5-30 cm di atas simfisis
31 cm di ats simfisis
32 cm di atas simfisis
33 cm di atas simfisis
37,7 cm di atas simfisis

Tabel 1. Tinggi fundus uteri berdasarkan usia kehamilan


4. Menurut Mac Donald: adalah modifikasi cara Spiegelberg, yaitu jarak fundus simfisis dalam cm dibagi 3,5 merupakan tuanya kehamilan dalam bulan.
32

5. Menurut Ahlfeld: Ukuran kepala-bokong = 0,5 panjang anak sebenarnya. Jika jarak
kepala-bokong janin adalah 20 cm, tua kehamilan adalah 8 bulan.
6. Rumus Johnson Tausak: BB = (mD-12) x 155
BB = berat badan; mD = jarak simfisis fundus uteri
Auskultasi
Digunakan stetoskop monoaural (stetoskop obstetrik) untuk mendengarkan denyut
jantung janin (djj). Yang dapat kita dengarkan adalah:
1. Dari janin :
Djj pada bulan ke 4-5
Bising tali pusat
Gerakan dan tendangan janin
2. Dari ibu:
Bising rahim (uterine souffl)
Bising aorta
Peristaltik usus.
Metode AUVARD: tempat auskultasi denyut jantung menurut letak janin dalam rahim.
Cara menghitung djj:
1) Setiap menit, misalnya 140 kali per menit
2) Dihitung 3 x 5 detik secara berurutan; dapat diketahui teratur tidaknya djj, contoh:
11
12
11
Djj= 4 x (11+12+13) = 136 per menit teratur
10
14
9
Djj = 4 x (10+14+9) = 132 per menit tidak teratur
Pemeriksaan Dalam
1. Vaginal touch (VT)
2. Rectal touch (RT)
Guna pemeriksaan dalam adalah untuk mengetahui hal-hal berikut ini:
a. Bagian terbawah janin
b. Jika bagian terbawah merupakan kepala, dapat ditentukan posisi UUK, UUB, dagu,
hidung, orbita, mulut, dsb.
c. Bila letak sungsang, dapat diraba anus, sakrum, dan tuber iskiadikum.
d. Pembukaan serviks, turunnya bagian terbawah janin, kaput suksedaneum, dsb.
33

e. Secara umum dapat dievaluasi keadaan vagina, serviks, dan panggul.


f. Pelvimetri klinik: Pemeriksaan dalam dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
dengan mencoba meraba promontorium. Jika promontorium teraba, batasnya ditandai
dengan jari telunjuk tangan kiri lalu telunjuk dikeluarkan dan diukur. Hasil pengukuran
adalah konjugata diagonalis. Jika nilai tersebut dikurangi 1,5 cm, diperoleh konjugata
vera (CV).
Indikasi pemeriksaan dalam:
1. Indikasi sosial untuk menentukan keadaan kehamilan atau persalinan, sebelum
2.
3.
4.
5.
6.

ditinggalkan oleh penolong.


Jika pada pemeriksaan luar kedudukan janin tidak dapat ditentukan
Jika ada dugaan panggul terlalu sempit dan CPD
Jika karena suatu hal persalinan tidak maju-maju
Jikaakan diambil tindakan obstetri operatif
Untuk menentukan nilai skor pelvis.

Sebenarnya, periksa dalam adalah tindakan yang berbahaya karena dapat menyebabkan
perdarahan dan infeksi. Karena itu, periksa dalam hanya boleh dilakukan jika ada indikasi dan
dikerjakan dengan cara suci hama atau dilakukan pemeriksaan rektal (RT). Pemeriksaan dalam
untuk menilai keadaan janin dan jalan lahir hendaknya dilakukan dengan lembut.Sebaiknya, ibu
diminta buang air kecil dan buang air besar terlebih dahulu.Genitalia eksterna dibersihkan
dengan kapas Lisol atau Dettol atau disinfektan lainnya.3,8
Pada kehamilan triwulan pertama, pemeriksaan dalam dilakukan untuk memeriksa:
1. Pembesaran rahim dan konsistensinya
2. Tanda Hegar, tanda Piskacek, dan tanda Chadwick
Pada kehamilan lanjut dapat dinilai:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pembukaan serviks berapa cm atau berapa jari, hampir lengkap, dan sudah lengkap
Bagian terbawah janin kepala, bokong, serta posisinya
Turunnya bagian terbawah menurut bidang Hodge
Apakah selaput ketuban sudah pecah atau belum, menonjol atau tidak
Apakah promontorium teraba atau tidak
Apakah linea inominata teraba seluruhnya atau tidak
Apakah sakrum cekung atau berbentuk lain
Apakah spina iskiadika menonjol atau tidak
Apakah arkus pubis cukup lebar atau tidak

34

10. Serviks pendataran, tipis, atau tebal


11. Apakah pada kepala janin ada kaput atau tidak
12. Dan lain-lain.

TAHAP-TAHAP PERSALINAN
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :3
Kala I : Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm
Kala II : Kala pengeluaran janin, sewaktu uterus dengan kekuatan his ditambah,kekuatan
mengedan mendorong janin keluar hingga lahir
Kala III : Waktu untuk pelepasan dan pengeluaran placenta
Kala IV : Mulai dari lahirnya placenta, selama 1-2 jam.
Primigravida

Multipara

Serviks mendatar (effacement), baru


berdilatasi dan berlangsung 13-14 jam

Mendatar dan membuka dapat terjadi


bersamaan dan berlangsung 6-7 jam

Tabel 2 : Perbedaan bentuk serviks pada primigravida dan multipara.3


Kala I

Primigravida
13 Jam

Multipara
7 Jam

Kala II

1 Jam

Jam

Kala III

1/3 Jam

Jam

Lama Persalinan

14 Jam

7 jam

Tabel 3 : Perbandingan waktu dan lama persalinan pada kehamilan primigravida dan multipara.3
KALA I ( Pembukaan )
Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show)
karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh
darah kapiler di sekitar kanalis serviks akibat pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka.3

35

Kala ini terbagi atas 2 fase :


a. Fase Laten : Pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm,
lamanya 7-8 jam.
b. Fase Aktif : Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase , yaitu :

Periode akseleras : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm


Periode dilatasi maksimal (steady) : selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi

9 cm
Periode deselerasi : Berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm
(lengkap)

KALA II ( Pengeluaran Janin )


Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat, dan lebih lama.Kira-kira 2-3
menit sekali.Kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada
otot-otot dasar panggul yang melalui lengkung refleks menimbulkan rasa mengedan.Karena
tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau BAB, dengan tanda anus terbuka.Pada waktu his,
kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his dan
mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi
berlangsung 1-2 jam, pada multi -1 jam.3,7,9
KALA III ( Pengeluaran Placenta )
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar.Uterus teraba keras dengan
fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari
sebelumnya.Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran plasenta. Dalam
waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina, dan akan lahir spontan
atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran
darah kira-kira 100-200 cc.

36

KALA IV
Kala ini adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk
mengamati keadaan ibu, dan amati perdarahan yang terjadi terutama terhadap bahaya perdarahan
postpartum. 7

Gambar 2 : Posisi kepala janin pada kala II


[Sumber :Spong,Rous et.al. Obstetri Williams. Vol.2. Ed.23.Jakarta : EGC 2014]

37

FARMAKOLOGI PERSALINAN
Manajemen Aktif Kala III7
Tujuan Manajemen Aktif Kala II menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif
1. Mempersingkat waktu
2. Mencegah perdarahan
3. Mengurangi kehilangan darah. Manajemen aktif kala III terbukti mengurangi kejadian
perdarahan pasca persalinan.
Oksitosin

Letakkan kain bersih dan kering pada perut ibu. Periksa kembali uterus untuk

memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.


Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik agar uterus berkontraksi baik.
Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas
bagian distal lateral.

Penanganan Tali Pusat Terkendali

Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi.
Tangan satunya menegangkan tali pusat.
Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus ke arah belakang atas secara hati-hati.

Mengeluarkan Plasenta

Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga terlepas, minta ibu meneran
sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas,
mengikuti poros jalan lahir.

38

Setelah plasenta muntul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada tempat yang telah disediakan.

RangsanganTaktil (Masase) Uterus


Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus, letakkan telapak
tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hinggan uterus
berkontraksi.7,11
PEMERIKSAAN FETAL WELL BEING
Penilaian fetal well being :
Palpasi abdominal untuk menilai presentasi fetus
-

Manuver Leopold untuk menilai presentasi dan waktu


Presentasi fetus sebaiknya di nilai dengan palpasi abdomen (manuver leopold) pada
minggu ke-36 atau setelah minggu tsb. Penilaian rutin dengan palpasi abdomen
sebaiknya tidak dilakukan sebelum usia kehamilan 36 minggu karena biasanya tidak
akurat dan dapat menyebabkan ketidaknyamanan.

Memantau pergerakan fetus


-

Pengenalan maternal terhadap penurunan pergerakan fetus digunakan pada ANC


untuk identifikasi tanda bahaya dari fetus dan intervensi untuk mencegah kematian
Dari penelitian yang dilakukan dianjurkan untuk tidak selalu melakukan perhitungan
pergerakan fetus, karena kematian pada bayi tidak bisa diprediksi bahkan pada ibu
yang sehat sekalipun

Auskultasi jantung fetus


Auskultasi jantung konfirmasi kalau bayi masih dalam keadaan baik
Cardiotocography
Penilaian USG pada trimester III
Dari penelitian membuktikan bahwa USG tidak perlu dilakukan untuk dilakukan rutin setelah
minggu 24.

39

DAFTAR PUSTAKA
1. Laurale, Sherwood. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Ed.6. Jakarta : EGC ; 2011
2. Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. Jakarta : EGC ; 2010
3. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Ed 3. Jilid 1.
Jakarta : EGC ; 2015
4. Wigan, Leigh. Guideline Obs 21. Antenatal Care. UK : NHS Foundation Trust 2015
Available From : http://www.poole.nhs.uk > maternity >antenatal care.co.uk. Acceced on
Oct 18th 2015.
5. Carroli G et al. for the WHO Antenatal Care Trial Research Group. WHO systematic
review of randomised controlled trials of routine antenatal care. The Lancet, 2001,
357:1565-1570.
Available From : http://www.WHO.int >WHO_RHR_01.30.Antenatal Care.org. Acceced
on Oct 18th 2015.
6. Pedoman Pelayanan ANC Terpadu. Kementrian Kesehatan Direktorat Jendral Bina
Kesehatan Masyarakat. Jakarta ; 2010
Available From : http://www.KemenkesRI.co.id . Acceced on Oct 18th 2015
7. Departmen Kesehatan RI. 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal. Jakarta ; 2009
Available From : http://www.kemenkesRI.go.id. Acceced on Oct 18th 2015
8. Spong,Rous et.al. Obstetri Williams. Vol.2. Ed.23. Jakarta : EGC ; 2014
9. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Ed.4. Jakarta : Bina Pustaka ; 2014
10. Prawihardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. Ed.3. Jakarta : Bina Pustaka ; 2014
11. Jordan, Sue. Farmakologi Kebidanan. Jakarta : EGC ; 2003

40

You might also like